Professional Documents
Culture Documents
PADA ANAK
PENDAHULUAN
Pediatric basic life support (PBLS) dan pediatric advance life support (PALS) merupakan
suatu upaya resusitasi.1 Resusitasi merupakan upaya yang dilakukan terhadap penderita atau
korban yang berada dalam keadaan gawat atau kritis untuk mencegah kematian. Kejadian henti
jantung di luar rumah sakit bervariasi antara 2−20 kasus / 100.000 anak setiap tahunnya.
Serangan henti jantung di rumah sakit sekitar 5,5% terjadi pada anak yang paling sering di
sebabkan oleh asfiksia, dimana 6,7% dari anak yang dapat bertahan, namun banyak yang
mengalami gangguan neurologis. Faktor yang mempengaruhi kondisi anak yang menjalani
resusitasi adalah kondisi anak sebelumnya, waktu dimulainya resusitasi jantung paru (RJP), awal
terdeteksinya henti jantung, dan kualitas dari proses PBLS dan PALS. Resusitasi jantung paru
sangat berhubungan dengan keberhasilan kembalinya sirkulasi spontan atau return of
spontaneous circulation (ROSC).1, 2
American Heart Association (AHA) dan European Resuscitation Council (ERC)
mengeluarkan panduan tentang PBLS dan PALS yang selalu diperbaharui. American Heart
Association mengeluarkan panduan tersebut pada tahun 1995, 2000, 2005, 2010 dan 2015,
sedangkan ERC pada tahun 1994, 1998, 2000, 2005, 2010 dan 2015.1, 3
Panduan dikeluarkan
tidak hanya berdasarkan bukti ilmiah dan klinis namun diharapkan dapat sesederhana mungkin
untuk dilakukan, sehingga pedoman internasional selalu mengalami perubahan dan variasi
4, 5
infrastruktur dalam panduan BLS dan ALS.
DEFINISI
Pediatric Basic life support atau bantuan hidup dasar (BHD) pada anak adalah tindakan
resusitasi tanpa menggunakan alat atau dengan alat yang terbatas seperti bag-mask ventilation
1
(BMV), sedangkan PALS atau bantuan hidup lanjut (BHL) pada anak suatu tindakan resusitasi
menggunakan alat atau obat resusitasi sehingga penanganan lebih optimal.3, 6 Untuk mencapai
keberhasilan resusitasi diperlukan keterampulan dan kerjasama yang baik dalam satu tim.7
Resusitasi jantung paru segera dan efektif berhubungan dengan kembalinya sirkulasi spontan
dan kesempurnaan pemulihan neurologi. Beberapa penelitian menunjukkan angka survival dan
keluaran neurologi lebih baik bila RJP dilakukan sedini mungkin. Saat jantung berhenti
oksigenasi akan berhenti pula dan menyebabkan gangguan otak yang tidak dapat diperbaiki
walaupun terjadi dalam beberapa menit. Waktu merupakan hal yang sangat penting saat kita
menolong korban yang tidak sadar dan tidak bernapas.7
Tindakan ini dibedakan berdasarkan usia anak < 1 tahun tahun atau lebih dari satu tahun,
yang merupakan suatu teknik yang dipakai untuk menyelamatkan jiwa yang sangat berguna
pada keadaan emergensi, termasuk henti napas dan henti jantung3.
Resusitasi jantung paru bertujuan untuk mempertahankan pernapasan dan sirkulasi agar
oksigenasi dan darah dapat mengalir ke jantung, otak, dan organ vital lainnya. Penyebab
terjadinya henti napas dan henti jantung berbeda-beda tergantung usia. Pada bayi dan anak
penyebab tersering adalah:8
Sudden infant death syndrome (SIDS)
Penyakit pernapasan
Sumbatan saluran napas (termasuk aspirasi benda asing)
Tenggelam
Sepsis
Penyakit Neurologis
Terbakar
2
- Jika korban tidak sadar dan tidak dicurigai adanya trauma, buka jalan napas dengan
teknik Head Tilt –Chin Lift Maneuver dan jangan menekan jaringan lunak dibawah
dagu karena akan menyebabkan sumbatan.
- Pada korban yang dicurigai mengalami trauma leher gunakan teknik Jaw-Thrust
Maneuver untuk membuka jalan napas, yaitu dengan cara meletakkan 2 atau 3 jari
dibawah angulus mandibula kemudian angkat dan arahkan keluar, jika terdapat dua
penolong maka yang satu harus melakukan imobilisasi tulang servikal.
- Mengeluarkan benda asing pada obstruksi karena aspirasi benda asing dapat
menyebabkan sumbatan ringan atau berat, jika sumbatannya ringan maka korban
masih dapat bersuara dan batuk, sedangkan jika sumbatannya sangat berat maka
korban tidak dapat bersuara ataupun batuk.Jika terdapat sumbatan karena benda asing
maka pada bayi dapat dilakukan teknik 5 kali back blows (slaps) atau 5 chest thrust.
- Pada anak yang masih sadar dapat dilakukan teknik Heimlich maneuver hingga benda
yang menyumbat dapat dikeluarkan.
- Sedangkan pada anak yang tidak sadar dilakukan teknik Abdominal thrusts dengan
posisi terlentang.
- Kemudian buka mulut korban, lakukan cross finger maneuver untuk melihat adanya
obstruksi dan finger sweeps maneuver untuk mengeluarkan benda asing yang tampak
pada mulut korban, namun jangan melakukan teknik tersebut pada anak yang sadar
karena dapat merangsang "gag reflex" dan menyebabkan muntah.
Menilai napas pada orban sudah tidak mengguanakn metode listen, look and feel, namun saat
ini hanya melihat pegerakan dinding ada dan simultan dilakukan dengan meraba nadi dalam 10
detik, jika nadi < 60x/menit lakukan kompresi jantung luar. Pada bayi < 1 tahun dapat dilakukan
teknik kompresi di sternum dengan dua jari (two-finger chest compression technique)yang
diletakkan 1 jari di bawah garis imajiner intermamae atau two thumb–encircling hands technique
yang direkomendasikan jika didapatkan dua penolong. Pada anak > 1 tahun kompresi jantung
luar dilakukan dengan teknik kompresi pada pertengahan bawah sternum dengan satu atau
kedua telapak tangan tapi tidak menekan prosesus xypoid ataupun sela iga.
Ada beberapa perbedan panduan PBLS menrut AHA pada tahun 2010 dengan 2015 dan
dapat dilihat di gambar lampiran 1,2 dan 3.2, 4
3
Rangkuman Poin Penting dan Perubahan Utama
Perubahan pada BHD pada pediatrik paralel dengan perubahan pada BHD dewasa.
Topik yang akan dibahas kali ini adalah sebagai berikut:2, 4
1. Menegaskan kembali urutan C-A-B (Compression- Airway-Breathing) sebagai urutan yang
tepat saat melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Urutan RJP 2015 sama dengan 2010, yaitu C-A-B, namun berbeda dengan 2005, yaitu A-B-
C (Airway-Breathing-Compression) dengan alasan untuk menurunkan waktu dimulainya
kompresi dada sehinga menurunkan ―waktu tanpa aliran darah‖. Perubahan tersebut
berdasarkan pada orang dewasa yang membutuhkan RJP dengan ventrikular fibrilasi (VF)
lebih memerlukan kompresi daripada ventilasi. Permulaan RJP dengan 30 kompresi daripada
ventilasi bertujuan menurunkan keterlambatan aliran darah. Penolong dapat memulai
kompresi dada secepatnya. Penelitian pada manikin menunjukan dimulainya RJP dengan 30
kompresi dada yang dilanjutkan dengan 2 ventilasi meberikan keterlambatan pemberian
2
ventilasi selama 18 detik untuk 1 penolong dan 9 detik untuk 2 penolong.
Penelitian yang membandingkan urutan C-A-B dan A-B-C pda manusia pada henti
jantung belum ada. Pengaruh perbedan waktu dulakukannya kompresi dada pada C-A-B dan
A-B-C telah dievaluasi. Dua peneliti pada manikin dewasa dan anak menunjukkan
perbedaan waktu pemberian ventilasi selam 6 detik jika menggunakan urutan C-A-B
daripada menggunakan A-B-C.9, 10
Berdasarkan AHA 2015 diharapkan konsistensi urutan C-A-B saat RJP pada korban dapat
dilakukan disemua umur sehingga memudahkan penolong untuk menyelamatkan orang
pada semua umur untuk diingat dan dilaksanakan. Mempertahankan urutan yang sama antara
anak dan dewasa akan membantu saat konsistensi terutama saat melatih petugas kesehatan.2, 4
4
emergensi sambil memulai CPR. Perangkat ini dapat membantu 1-penolong untuk
mengaktifkan panggilan darurat saat sedang mulai melakukan RJP; penolong dapat
melanjutkan percakapan dengan petugas operator saat sedang melakukan RJP. Algoritma ini
memrioritaskan usaha untuk medapatkan AED secara cepat pada penderita yang pingsan
secara mendadadk dan disaksikan karena kejadia seperti itu sangat mungkin diakibatkan oleh
kelainan jantung. 2, 4
4. Merekomendasikan kecepatan yang dilakukan juga pada orang dewasa yaitu laju kompresi
100 sampai 120 kali per menit
Untuk memaksimalkan saat pelatihan RJP karena tidak adanya penellitian yang cukup pada
anak untuk laju kompresi dada, sangatlah beralasan untuk menggunakan rekomendasi laju
kompresi pada orang dewas yaitu 100-120 x/menit pada bayi dan anak. Penggunaan feedback
device direkomendasikan karena dapat membantu penolong dalam mengoptimalkan
kecepatan dan kedalaman kompressi dada.2
Pada suatu penelitian yang melibartkan RJP pada orang dewasa, ketidaksesuaian
kedalaman kompresi dada dengan kmpresi laju kompresi yang cepat. Untuk memaksimalkan
konsistensi dan retensi pendidikan, dengan tidak adanya penelitian pada anak, para ahli anak
setuju untuk mengadopsi rekomendasi yang sama dengan laju kompresi dada saat RJP pada
orang dewasa.
5
5. Menegaskan kembali pentignya melakukan kompresi dan ventilasi sebagai bantuan hidup
dasar pada anak.
Resusitasi dengan RJP konvensional (kompresi dan ventilasi) sebaiknya diberikan pada bayi
dan anak dengan henti jantung. Asfiksia sebagai penyebab paling banyak henti jantung
membutuhkan pemberian ventilasi sebagai bagian penting dari RJP. 2
Compression – only CPR efektif pada pasien dengan henti jantung primer, jika penolong
tidak mau atau tidak dapat memberi nafas, kami menyarankan agar penolong melakukan
kompresi saja saat melakukan. Pada kondisi penolong tidak dapat memberikan ventilasi,
resusitasi pada bayi dan anak yang mengalami henti jantung dan dilkukan kompresi saja.
Penelitian registri besar di Jepang menunjukkan bahwa keluaran neurologis pada anak yang
henti jantung karena asfiksia dengan saat dilakukan compression-only CPR dibandingkan
dengan RJP konvensional.2, 4
2. Penggunaan atropin secara rutin sebagai premedikasi untuk intubasi secara spesifik untuk
mencegah aritmia adalah kontroversial,tidak ada dosis minimum atropin pada kondisi
seperti ini. Tidak ada bukti yang cukup dalam pengguanaan atropin secra rutin sebagai
premedikasi untuk mencegah terjadinya bradikardi pada saat intubasi. Beberapa penelitian
6
menggunakan dosis atropine <0,1 mg tanpa terjadinya peningkatana kemungkinan aritmia.
Tidak ada bukti yang mendukung dosis minimal atropine.
4. Amiodaron atau lidocaine adalah agen antiaritmia pada anak dengan VF dan pVT syok
refrakter.
Amiadarone direkomendasikan pada VF syok refrakter atau pVT. Lidocaine dapat diberikan
jika amiodaron tidak tersedia. Penelitian retrospektif melibatkan banyak institusi pasien
anak yang dirawat inapmenunjukkan amiodraone, lidocaine dikaitkan dengan tingginya
angka kejadian ROSC dan angka kelangsungan hidup dalam 24 jam. Meskipun keduanya
tidak ada hubungan dengan angka kelangsungan hidup dampai anak pulang dari rumah
sakit. 4
6. Anak dengan diagnosa penyakit jantung pada keadaa henti jantung sebaiknya
pertimbangkan Extracorporeal cardiopulmonary resuscitation (EPCR).
7
Terdapat suatu penelitian ditemukan hasil yang lebih baik dengan EPCR pada pasien dengan
penyakit jantung dibandingkan dengan pasien tanpa penyakit jantung. 4
8. Setelah ROSC, cairan dan infus vasoaktif sebaiknya mempertahankan tekanan darah (TD)
sistolik >P5 sesuai usia.
Pada beberapa penelitian anak yang dengan hipotensi memiliki angjka harapan hidup lebih
buruk dan sampai keluar dari rumah sakitdan keluaran neurologis yang lebih buruk.
8
support (PLS) menentukan bahwa penggunaan urutan ini harus dilanjutkan, terutama karena
panduan sebelumnya telah mengintruksikan kepada ratusan ribu orang penyedia layanan
kesehatan dan orang awam. Posisi ini akan terus ditinjau berdasarkan pengetahuan baru. 3, 5
Bantuan hidup dasar dengan pandiuan A-B-C menjadi tidak sulit untuk diingat dan
memudahkan orang awam atau orang disekitar korban misalnya guru, perawat sekolah, penjaga
pantai dapat melakukan tindakan resusitasi dan dapat menyelamatkan korban dengan cepat.3
Mengecek kesadaran pasien adalah dengan merangsang atau memanggil korban.
Memanggil bantuan dengan berteriak tanpa ada mencari AED terlebih dahulu. Kondisi seperti ini
membuat penolong mencari bantuan orang di sekitarnya untuk membantu resusitasi PBLS.
Memastikan jalan napas tetap terbuka dan apakah pasien bernapas atau tidak. 3, 5
Algoritma PBLS menurut ERC masih menggunakan look,listen and feel dalam memastikan
bernapas atau tidak dalam 10 detik. Durasi untuk memberikan bantuan napas sekitar 1 detik
untuk memastikan dada naik atau tidak. Jika tidak dilakukan lakukan bantuan napas 5 kali
dengan ventilasi, karena serangan jantung pada anak akibat aspiksia sehingga memerlukan
ventilasi efektif dalam CPR.3, 5
Nadi tidak teraba atau tidak ada tanda-tanda kehidupan lakukan kompresi 15 kali kompresi
dada, bagian bawah sternum harus ditekan setidaknya sepertiga diameter antoro-posterior dari
rongga dada (4 cm pada bayi dan 5 cm pada anak) tidak lebih dari 6 cm, dengan kecepatan
100−120x/menit dan meminimalkan interupsi. Jangan menyela kompresi >10 detik untuk
memberikan ventilasi.3, 5
9
Apabila tidak terdapat tanda syok sepsis, maka anak dengan demam harus mendapatkan
terapi cairan dengan hati-hati dan dilakukan penilaian ulang. Pada beberapa bentuk syok
sepsis, restriksi cairan dengan kristaloid isotonik dapat lebih menguntungkan.
Intervensi pada defibrilasi harus < 5 detik
Menjaga bantalan defibrilasi untuk meminimalkan jeda preshock. Ukuran ideal bantalan
tidak diketahui namun harus ada pemisahan yang baik antara bantalan. Rekomendasi
yang disarankan pada diameter 4,5 cm untuk bayi dan anak dengan berat badan <10 kg
dan 8-12 cm anak berat badan > 10 kg
Dosis energi yang ideal untuk defibrillation yang aman dan efektif tidak diketahui. Dosis
awal pada kardioversi 2-4 J/Kg, menurut ERC dosis awal disamakan dengan 4 J/kg dan
maksimal 9 J/Kg. Untuk kardioversi supraventricular takikardi (SVT), dosis inisial telah
diperbaharui menjadi 1 J/kg
Mencegah demam pada anak yang mengalami ROSC , karena berpengaruh terhadap
keluaran status neurologis dalam 1 tahun. Manajemen target suhu pada anak pasca ROSC
harus menjadi normotermia atau sedikit hipotermia, dimana hipertermia berpotensi
berbahaya
SIMPULAN
American Heart Association dan ERC mengeluarkan panduan tentang PBLS dan PALS yang
diperbaharui pada tahun 2015. Berdasarkan temuan ilmiah , bukti klinis dan kondisi lingkungan
pembaharuan dibuat tidak hanya meningkatkan kualitas penanganan dan mempermudah
pengajaran. Sangat penting untuk kita mengetahui update dari tatalaksana PBLS dan PALS.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
LAMPIRAN 1
12
LAMPIRAN 2
13
LAMPIRAN 3
14
LAMPIRAN 4
15
Keterangan algoritma PALS menurut AHA 2010
16
LAMPIRAN 5
17
Keterangan algoritme PALS menurut AHA 2015
18
LAMPIRAN 6
Tidak Merespon?
Panggil bantuan
Ventilasi 5x
19
LAMPIRAN 7
20
LAMPIRAN 8
21