You are on page 1of 12

MODUL PERKULIAHAN

Perpindahan
Panas
Prinsip Dasar Perpindahan
Energi Dalam Bentuk Panas

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

01
Teknik Teknik Mesin 13029 Iwan Kurniawan,ST.,MT.

Abstract Kompetensi
Perpindahan energi dalam bentuk Mahasiswa mampu:
panas memegang berperan sangat Menjelaskan konsep dasar perpindahan
penting pada proses konversi energi energi dalam bentuk panas kaitannya
yang berlangsung di dalam mesin- dengan mesin-mesin termal dan
mesin termal. Upaya perekayasaan mekanisme ragam perpindahan energi
mesin-mesin termal dilakukan oleh para dalam bentuk panas. Menerapkan
ahli teknik agar mesin dapat memiliki prinsip kesetimbangan energi panas
performansi yang lebih optimal pada proses pemanasan dan
sehingga dapat mengkonsumsi energi pendinginan aliran fluida.
bahan bakar yang lebih hemat. Untuk
keperluan tersebut pemahaman yang
mantap tentang prinsip-prinsip teknik
perpindahan energi dalam bentuk panas
serta kemampuan penerapannya
merupakan modal utama yang sangat
berharga.
MODUL-1

Prinsip Dasar Perpindahan Energi Dalam Bentuk Panas


Latar Belakang

Perpindahan energi dalam bentuk panas berperan sangat penting pada proses konversi
energi yang berlangsung di dalam mesin-mesin termal, seperti pada : mesin turbin, motor
bakar torak, dan mesin pengkondisian udara. Bahan bakar yang dipergunakan oleh mesin-
mesin termal terlebih dahulu mengalami proses pembakaran untuk menghasilkan energi
panas gas pembakaran. Energi panas tersebut kemudian dikonversikan menjadi berbagai
bentuk energi lain sesuai dengan keperluannya melalui beragam mekanisme proses
perpindahan panas. Upaya perekayasaan mesin-mesin termal dilakukan oleh para ahli
teknik agar mesin dapat memiliki performansi yang lebih optimal sehingga dapat
mengkonsumsi energi bahan bakar yang lebih hemat. Untuk keperluan tersebut
pemahaman yang mantap tentang prinsip-prinsip teknik perpindahan energi dalam bentuk
panas serta kemampuan penerapannya merupakan modal utama yang sangat berharga.

Tujuan Pembelajaran

Setelah memahami materi yang dibahas di dalam modul ini anda diharapkan mampu :
1. Menjelaskan konsep dasar perpindahan energi dalam bentuk panas kaitannya dengan
mesin-mesin termal dan mekanisme ragam perpindahan energi dalam bentuk panas
2. Mampu menerapkan prinsip kesetimbangan energy panas pada proses pemanasan dan
pendinginan aliran fluida

Sistematika Pembahasan

Pada bagaian pertama akan dibahas tentang konsep dasar perpindahan energi dalam
bentuk panas sehingga diperoleh gambaran tentang peranan energi panas pada mesin-
mesin termal, serta perbedaannya dengan bentuk energi lainnya. Selanjutnya, beragam
mekanisme proses perpindahan energi dalam bentuk panas didiskusikan pada bagian
kedua. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran tentang perbedaan di antara
mekanisme proses perpindahan panas yang mungkin berlangsung di dalam mesin-mesin
termal, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada bagian yang ketiga dibahas prinsip-
prinsip kesetimbangan energi pada sistem-sistem termal yang sederhana, disertai dengan
beberapa penerapan praktisnya agar dapat lebih mudah memahami konsep yang telah
dibahas pada bagian sebelumnya.

16 Perpindahan Panas Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 Iwan Kurniawan,ST.,MT. http://www.mercubuana.ac.id
1.Konsep dasar perpindahan energi dalam
bentuk panas
Teknik Perpindahan panas adalah ilmu yang mempelajari cara memprediksi proses
perpindahan energi dalam bentuk panas yang terjadi di antara suatu bahan tertentu akibat
adanya beda temperatur. Termodinamika telah mengajarkan kepada kita bahwa
perpindahan energi panas ini disebut juga kalor. Termodinamika dapat mempredikasi
besarnya energi yang diperlukan untuk merubah tingkat keadaan sistem dari suatu tingkat
keadaan kesetimbangan tertentu ke tingkat keadaan kesetimbangan lainnya. Tetapi
termodinamika tidak dapat memprediksi seberapa cepat perubahan tingkat keadaan
kesetimbangan tersebut berlangsung. Sedangkan perpindahan panas tidak saja
menjelaskan bagaimana energi panas dipertukarkan atau dipindahkan dari suatu media ke
media lainnya, tetapi juga dapat memprediksi seberapa cepat energi panas tersebut
dipindahkan.

Gambar 1. Konsep dasar perpindahan energi dalam bentuk panas

Untuk membahas konsep dasar perpindahan energi dalam bentuk panas marilah kita tinjau
ilustrasi yang diberikan pada gambar 1. Pada gambar tersebut kita memiliki sebuah balok
yang terbuat dari logam tembaga, dan sebuah bejana yang berisi sejumlah tertentu volume
air. Mula-mula balok tersebut dalam keadaan panas, atau permukaannya bertemperatur
cukup tinggi. Kemudian balok dicelupkan ke dalam air yang ada di dalam bejana. Selang
beberapa saat setelah itu, seperti yang dapat kita pahami bahwa permukaan balok
berangsur-angsur akan menjadi lebih dingin, atau temperaturnya menurun. Dan pada saat

16 Perpindahan Panas Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Iwan Kurniawan,ST.,MT. http://www.mercubuana.ac.id
yang bersamaan air berangsur-angsur menjadi lebih panas, atau temperaturnya meningkat
karena menerima sejumlah tertentu energi panas yang dilepaskan oleh permukaan balok.
Dari ilustrasi tersebut kita dapat simpulkan bahwa yang menyebabkan temperatur
permukaan balok menjadi menurun, dan pada saat yang bersamaan temperatur air menjadi
meningkat adalah hasil dari perpindahan energi dalam bentuk panas dari permukaan balok
ke volume air. Oleh karena itu, secara umum kita dapat katakan bahwa kalor atau energi
panas adalah energi yang ditransfer dari suatu sistem yang bertemperatur lebih tinggi ke
sistem di sekitarnya yang bertemperatur lebih rendah.
Dalam hal ini, termodinamika dapat memprediksi besarnya temperatur akhir pada saat
tercapai tingkat keadaan kesetimbangan termal, tetapi tidak dapat menjelaskan berapa lama
kondisi kesetimbangan termal tersebut tercapai. Teknik perpindahan panas dapat
memprediksi temperatur pelat tembaga dan temperatur air yang ada di dalam bejana fungsi
waktu.

2. Perubahan Energi Panas Pada Mesin-Mesin


Termal
Instalasi industri memerlukan beragam mesin-mesin termal seperti : mesin turbin gas, motor
bakar torak, mesin turbin uap, mesin pendingin, atau mesin pengkondisian udara. Pada jenis
mesin termal tertentu energy panas dikonversikan menjadi bentuk energi lain, yaitu menjadi
energy mekanik putaran poros mesin. Sedangkan pada jenis mesin termal lainnya dapat
pula terjadi hal yang sebaliknya, energy mekanik daya poros dikonversikan menjadi energy
panas.

Gambar 2. Perpindahan panas pada beberapa mesin termal

16 Perpindahan Panas Pusat Bahan Ajar dan eLearning


4 Iwan Kurniawan,ST.,MT. http://www.mercubuana.ac.id
Pada mesin Diesel misalnya, masukan bahan bakar yang diperlukan oleh mesin tersebut
pertama-tama mengalami proses pembakaran bahan bakar di dalam silinder mesin untuk
menghasilkan energi panas gas pembakaran. Energi panas tersebut kemudian
dikonversikan menjadi torsi dan putaran pada poros mesin sehingga mesin menghasilkan
daya. Daya poros tersebut kemudian dipergunakan untuk memutar beban, misalnya untuk
menggerakkan kendaraan truck, atau untuk memutar generator listrik sehingga dapat
dihasilkan energi listrik.
Pada instalasi mesin pendingin, energi panas yang berasal dari dalam ruangan yang hangat
diserap oleh aliran refrigeran yang ada di komponen evaporator, sehingga udara di dalam
ruangan dapat menjadi lebih dingin. Energi panas tersebut kemudian diangkut oleh
refrigeran menuju alat kondensor di mana pada alat tersebut energi panasnya kemudian
dibuang ke lingkungan di sekitarnya. Untuk mencapai kondisi yang diperlukan di kondensor
aliran refrigeran perlu dikompresikan terlebih dahulu di dalam sebuah kompresor sebelum
dapat melepaskan energi panasnya keluar dari kondensor. Di dalam mesin kompresor enrgi
mekanik putaran poros yang berasal dari motor listrik misalnya kemudian dikonversikan
menjadi energi tekanan aliran refrigeran, yang kemudian dikonversikan menjadi energi
panas yang dibuang dari komponen kondensor.
Pada instalasi pembangkit listrik tenaga uap, kita lihat bahwa energi bahan bakar batubara
sebelum dikonversikan menjadi energi panas uap air bertekanan pertama-tama juga
mengalami proses pembakaran terlebih dahulu. Kemudian energi panas gas pembakaran
yang dihasilkannya ditransfer ke dalam pipa-pipa boiler yang berisi air, sehingga air berubah
menjadi uap bertekanan yang akhirnya dipergunakan untuk memutar turbin uap. Daya poros
yang dihasilkan turbin kemudian dipergunakan untuk memutar generator listrik sehingga
juga dapat dihasilkan energi listrik.

3.Bentuk-Bentuk Perpindahan Panas


Energi panas dapat berpindah apabila di dalam suatu sistem terdapat kondisi beda
temperatur di antara satu media dengan media yang lain. Mekanisme perpindahan energi
panas dapat berlangsung secara konduksi, konveksi dan radiasi.
Gambar 3 memberikan ilustrasi yang baik tentang beda di antara ketiga mekanisme
perpindahan panas tersebut. Dari gambaran tersebut kita dengan mudah dapat menjelaskan
bahwa energi panas yang berpindah pada batang logam, dari ujung batang yang panas ke
arah ujung batang yang lebih dingin, adalah secara konduksi. Kemudian, energi panas yang
ditransfer dari aliran gas panas ke permukaan kedua tangan yang terletak di dalam aliran

16 Perpindahan Panas Pusat Bahan Ajar dan eLearning


5 Iwan Kurniawan,ST.,MT. http://www.mercubuana.ac.id
gas panas tersebut adalah secara konveksi. Sedangkan energi panas yang dipancarkan
oleh nyala api yang panas tersebut yang kemudian sampai ke permukaan tangan pada jarak
tertentu adalah perpindahan panas radiasi.

Gambar 3. Mekanisme perpindahan panas

Konduksi
Konduksi bisa dipandang sebagai transfer energi dari partikel sebuah benda yang memiliki
energi yang lebih besar ke partikel yang memiliki energi yang lebih kecil karena adanya
interaksi antar partikel.
Semakin tinggi temperatur, maka energi molekul semakin tinggi. Ketika molekul
bertumbukan dengan molekul yang ada di sekitar nya maka transfer energi dari molekul
yang memiliki energi lebih tinggi akan terjadi. Dengan adanya perbedaan temperatur,
transfer energi dengan cara konduksi akan terjadi ke arah berkurangnya temperatur.

Konveksi
Konveksi adalah mekanisme perpindahan panas diantara permukaan benda padat dengan
fluda cair atau gas yang bergerak disekitarnya. Jika tidak terjadi gerakan fluida, maka
perpindahan panas diantara benda padat dan fluida disekitarnya berlangsung secara
konduksi.
Semakin besar beda temperatur yang terjadi antara permukaan padat dengan aliran fluida,
maka semakin besar pula laju perpindahan panas konveksinya. Demikian juga apabila luas
permukaan perpindahan panas dan koefisien perpindahan panas konveksi dari fluida
semakin besar, maka semakin besar laju perpindahan panas konveksinya.
Perpindahan panas konveksi dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat aliran. Disebut
Konveksi Paksa (Forced Convection) ketika aliran fluida berasal pompa, kipas angin atau
hembusan angin. Sebagai contoh perhatikan Gambar 4, penggunaan kipas angin untuk
menghasilkan perpindahan panas konveksi paksa dengan udara pendingin pada PCB yang
panas. Sementara pada Konveksi bebas atau alami, aliran disebabkan oleh gaya apung

16 Perpindahan Panas Pusat Bahan Ajar dan eLearning


6 Iwan Kurniawan,ST.,MT. http://www.mercubuana.ac.id
(buoyancy force), sebagai akibat dari perbedaan massa jenis. Perbedaan massa jenis terjadi
karena adanya perbedaan temperatur di dalam fluida. Sebagai contoh, pendinginan PCB
posisi vertikal dengan menggunakan udara. Udara yang kontak dengan PCB, temperatur
nya meningkat, sedangkan massa jenis nya turun. Dengan demikian udara akan lebih ringan
dari udara di sekitarnya, gaya apung menyebaban udara hangat bergerak naik dan
digantikan oleh udara dingin.

Gambar 4. a) Konveksi paksa b) Konveksi alami

Radiasi
Radasi termal adalah energi yang dipancarkan materi pada temperatur bukan nol. Radiasi
bisa dari permukaan padat, cair maupun gas. Energi dari medan radiasi dibawa oleh
gelombang elektromagnetik. Transfer energi dengan konduksi atau konveksi membutuhkan
kehadiran media perantara, sedangkan radiasi tidak memerlukan media perantara. Pada
kenyataanya, transfer radiasi terjadi paling efisien dalam ruang hampa.
Pada modul-modul selanjutnya akan dibahas lebih lanjut tentang perpindahan panas
dengan mekanisme konduksi, konveksi dan radiasi

4. Kesetimbangan Energi Proses Pendinginan dan


Pemanasan Aliran Fluida
Pada sistem turbin uap, kita telah melihat bahwa di dalam boiler yang memproduksi uap
panas bertekanan yang kemudian dipergunakan untuk menghasilkan daya pada turbin uap,
berlangsung proses perpindahan energi dalam bentuk panas di mana energi panas dari gas
panas hasil pembakaran dipergunakan untuk memanaskan aliran air di dalam pipa-pipa
boiler sehingga dihasilkan uap air. Proses pemanasan tersebut secara termodinamika
dipandang sebagai proses transmisi atau perpindahan energi panas dari gas pembakaran
ke fluida air melalui permukaan dinding pipa-pipa di dalam boiler.
Begitu juga pada sistem mesin pendingin, kita telah melihat bahwa di dalam alat evaporator
aliran refrigeran yang bertemperatur rendah menyerap energi panas dari aliran udara yang

16 Perpindahan Panas Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 Iwan Kurniawan,ST.,MT. http://www.mercubuana.ac.id
bertemperatur lebih hangat yang kemudian akan didinginkan. Dalam hal tersebut energi
dalam bentuk panas dipindahkan dari aliran udara ke aliran refrigeran melalui permukaan
dinding pipa-pipa bersirip di dalam evaporator.
Berbeda dengan alat kondensor, di dalam alat tersebut energi panas ditransmisikan dari
aliran refrigeran ke aliran udara di sekitar alat kondensor juga melalui permukaan dinding
dinding pipa bersirip. Hampir di setiap peralatan atau mesin-mesin pengkonversi energi
terjadi perpindahan atau transmisi energi dalam bentuk panas dari atau ke dalam mesin
mesin tersebut, bergantung kepada perbedaan temperatur yang terjadi.
Sekarang kita tinjau sebuah sistem yang berfungsi mendinginkan, atau mengkondensasikan
atau mengembunkan suatu aliran fluida seperti yang diperlihatkan pada gambar 5.
Dalam hal ini aliran fluida tertentu yang akan didinginkan dialirkan masuk ke dalam sistem
melalui saluran (1). Kemudian aliran fluida tersebut selama mengalir di dalam sistem
didinginkan oleh media pendingin sehingga energi panasnya sebagian dilepaskan oleh
aliran fluida tersebut, dan aliran fluida keluar sistem melalui saluran (2) energinya sudah
menjadi lebih rendah.
Pada sistem ini, kita anggap suatu aliran fluida yang akan didinginkan mengalir masuk ke
dalam sistem melalui saluran masuk (1) dengan mengangkut sejumlah energi sebesar E1.
Kemudian, di dalam sistem aliran fluida tersebut didinginkan hingga energi yang diangkut
oleh aliran fluida menurun menjadi sebesar E2 saat keluar sistem di saluran keluar (2). Agar
terjadi proses pendinginan maka sejumlah energi yang dikandung oleh aliran fluida yang
mengalir di dalam sistem harus dilepaskan ke media pendingin. Dalam hal tersebut media
pendingin akan menyerap energi panas yang dilepaskan oleh aliran fluida di dalam sistem,
yang di sini besarnya adalah Q.

Gambar 5. Sistem pendinginan aliran fluida

Selama berlangsungnya proses pendinginan, kita anggap energi di dalam sistem berubah
fungsi waktu sebesar dE/dt. Juga selama proses pendinginan berlangsung kita anggap

16 Perpindahan Panas Pusat Bahan Ajar dan eLearning


8 Iwan Kurniawan,ST.,MT. http://www.mercubuana.ac.id
terdapat sejumlah energi panas yang hilang melalui dinding sistem yaitu sebesar dq, juga
terdapat kerugian energi sebesar dEf karena gesekan antara aliran fluida dengan
permukaan-permukaan di dalam sistem.
Sekarang, apabila kita amati beragam energi yang terlibat pada sistem tersebut dan kita
terapkan prinsip kesetimbangan energi pada sistem di mana : jumlah energi yang masuk ke
dalam sistem harus sama dengan perubahan energi di dalam sistem ditambah dengan
jumlah energi yang keluar dari sistem maka kita memiliki :
(jumlah energi yang masuk ke dalam sistem) = ( E1 )
(perubahan energi di dalam sistem) = ( dE/dt )
(jumlah energi yang keluar dari sistem) = ( Q + E2 + dq + dEf )
Oleh karena itu persamaan kesetimbangan energi bagi sistem tersebut di atas dapat kita
tulis sebagai berikut :
E1 = ( dE/dt ) + Q + E2 + dq + dEf

Sekarang kita tinjau sebuah sistem yang berfungsi untuk memanaskan suatu aliran fluida
seperti yang diperlihatkan pada gambar 6.

Gambar 6. Sistem pendinginan aliran fluida

Dalam hal ini aliran fluida tertentu yang akan dipanaskan dialirkan masuk ke dalam sistem
melalui saluran (1). Kemudian aliran fluida tersebut selama mengalir di dalam sistem
dipanaskan oleh sejumlah energi panas tertentu, sehingga aliran fluida keluar sistem melalui
saluran (2) energinya menjadi lebih tinggi.
Selanjutnya, dengan menerapkan prinsip kesetimbangan energi pada sistem tersebut kita
akan memiliki persamaan :
E1 + Q = ( dE/dt ) + E2 + dq + dEf
Untuk lebih memahami konsep tersebut di atas, maka marilah kita bahas contoh soal di
bawah ini.

16 Perpindahan Panas Pusat Bahan Ajar dan eLearning


9 Iwan Kurniawan,ST.,MT. http://www.mercubuana.ac.id
Contoh Soal
Aliran refrigeran bertekanan tekanannya 1 MPa dan temperaturnya 90oC (enthalpinya 240
kJ/kg) dengan laju aliran massa 0,015 kg/s mengalir masuk ke dalam sebuah Kondensor
untuk didinginkan agar sejumlah energi panas yang diangkutnya dapat dilepaskan ke
lingkungan sekitarnya. Setelah mengalami proses pendinginan/pengembunan oleh aliran air
pendingin yang dialirkan ke dalam kondensor entahlpi refrigeran turun menjadi 70 kJ/kg.
a. Berapa besar energi panas yang harus dilepaskan oleh aliran refrigeran tersebut.
b. Apabila air pendingin masuk kondensor pada temperatur 10oC (enthalpinya 42 kJ/kg) dan
keluar kondensor pada temperatur 20oC (enthalpinya 84 kJ/kg) maka perkirakan besarnya
laju aliran massa air pendingin yang diperlukan untuk proses kondensasi tersebut di atas.
Gambar sistem :

Gambar 7. Sistem pendinginan aliran refrigeran di kondensor

Pembahasan :
- Tingkat keadaan masuk kondensor : Aliran refrigeran dengan enthalpinya 240 kJ/kg
dengan laju aliran massa 0,015 kg/s
- Tingkat keadaan keluar kondensor : enthalpinya menurun menjadi 70 kJ/kg

1. Prinsip Kesetimbangan massa aliran refrigeran :


Pertama-tama kita harus terapkan prinsip kekekalan massa aliran fluida, yaitu laju aliran
massa fluida yang masuk dan keluar sistem harus sama. Pada sistem kita di atas, massa
aliran fluida masuk ke dalam sistem melalui saluran (1), dan keluar sistem melalui saluran
(2). Hal itu berarti laju aliran massa fluida yang masuk ke dalam sistem (m 1) harus sama
besarnya dengan laju aliran massa fluida yang keluar sistem (m2) : m1 = m2 = 0,015 kg/s
Artinya pada sistem kondensor di atas, Laju aliran massa refrigeran masuk kondensor =
Laju aliran massa refrigeran keluar kondensor = 0,015 kg/s

16 Perpindahan Panas Pusat Bahan Ajar dan eLearning


10 Iwan Kurniawan,ST.,MT. http://www.mercubuana.ac.id
2. Prinsip Kesetimbangan energi :
Jumlah energi yang masuk ke dalam sistem kondensor harus sama dengan perubahan
energi di dalam sistem ditambah dengan jumlah energi yang keluar dari sistem.
Dari gambar 7 di atas kita dapat cermati bahwa :
(jumlah energi yang masuk ke dalam sistem) = ( E1 )
(perubahan energi di dalam sistem) = ( dE/dt )
(jumlah energi yang keluar dari sistem) = ( Q + E2 + dq + dEf )
Maka persamaan kesetimbangan energi bagi sistem kondensor tersebut di atas dapat kita
tulis sebagai berikut :
E1 = ( dE/dt ) + Q + E2 + dq + dEf

3. Penerapan asumsi atau anggapan-anggapan


Dalam analisis ini kita anggap bahwa aliran refrigeran yang masuk dan keluar kondensor
dalam keadaan stasioner, sehingga ( dE/dt) = 0.
Kemudian, kerugian energi aliran karena gesekan dan kerugian energi panas di kondensor
kita anggap kecil, sehingga dEf = 0 dan dq = 0.
Dengan menerapkan asumsi-asumsi tersebut di atas maka sekarang kita memiliki
persamaan :
E1 = Q + E2
Atau :
Q = E1 - E2
Dari Thermodinamika :

Selanjutnya, pada kondensor tersebut saluran masuk dan keluar refrigeran berukuran sama
sehingga kecepatan aliran masuk dan keluar dapat dianggap sama. Hal ini berarti beda
energi kinetiknya sama dengan nol. Kemudian beda energi potensialnya juga kita anggap
kecil dibandingkan dengan beda enthalpinya, sehingga besarnya laju energi panas yang
harus dilepaskan di dalam kondensor :
Q = h1 - h2 (J/kg)
Atau, apabila kita kalikan dengan laju aliran massanya (kg/s) maka daya termal yang harus
dilepaskan oleh refrigeran di dalam kondensor sebesar :
Q = mrefr (h1 - h2) (J/s = W)

4. Perhitungan
Sekarang kita dengan mudah dapat menghitung besarnya daya termal tersebut karena kita
memiliki : h1 = 240 kJ/kg, mrefr = 0,015 kg/s, dan h2 = 70 kJ/kg.

16 Perpindahan Panas Pusat Bahan Ajar dan eLearning


11 Iwan Kurniawan,ST.,MT. http://www.mercubuana.ac.id
Q = mrefr (h1 - h2) = 0,015 kg/s x (240 – 70) kJ/kg = 2,550 kW
Selanjutnya, apabila air pendingin masuk kondensor pada temperatur 10oC (enthalpinya 42
kJ/kg) dan keluar kondensor pada temperatur 20oC (enthalpinya 84 kJ/kg) maka perkirakan
besarnya laju aliran massa air pendingin yang diperlukan untuk proses kondensasi tersebut
di atas.
Daya termal yang dilepaskan oleh kondensor kemudian akan diserap oleh aliran air
pendingin, menyebabkan aliran air pendingin mengalami pemanasan sehingga energinya
meningkat.
Oleh karena itu besarnya daya termal yang diserap oleh aliran air pendingin kita anggap
sebanding dengan besarnya kenaikan enthalpi aliran air pendingin :
Q = mrefr (h1 - h2) = mair ( ha2 – ha1 )
Dari persamaan tersebut kita dapat menghitung besarnya laju aliran massa air (mair) yang
diperlukan bagi pendinginan aliran refrigeran dengan ha1 = 42 kJ/kg , dan ha2 = 84 kJ/kg.
mair = Q /( ha2 – ha1 ) = 2,550 kW/(84 – 42)kJ/kg = 0,061 kg/s

Daftar Pustaka
1. Chandrasa, S., 2013, “Modul Perkuliahan, Perpindahan Panas Secara Konduksi”, Universitas
Mercu Buana, Jakarta
2. Incropera, F.P and De Witt, D.P, 1990, “Fundamentals of Heat&Mass Transfer”, 7th ed., John
Wiley&Sons, New York

16 Perpindahan Panas Pusat Bahan Ajar dan eLearning


12 Iwan Kurniawan,ST.,MT. http://www.mercubuana.ac.id

You might also like