Professional Documents
Culture Documents
“P”
P1001 DENGAN ATONIA UTERI
DI PUSKESMAS NGULAN KULON
TRENGGALEK
Oleh :
HERLIDIAN PUTRI
05610132
Penulis,
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
atonia uteri.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah penyusunan asuhan kebidanan ini diharapkan mahasiswa
dapat:
Melakukan pengkajian data.
Mengidentifikasi masalah dan diagnosa
Mengidentifikasi masalah potensial.
Mengidentifikasi kebutuhan segera.
Merumuskan suatu tindakan yang komprehensif.
Melaksanakan suatu tindakan sesuai dengan rencana.
Mengevaluasi pelaksanaan asuhan kebidanan.
2.1.2 Etiologi
Perdarahan post partum merupakan penyebab penting kematian
maternal khususnya di negara berkembang. Faktor-faktor yang
menyebabkan perdarahan post partum adalah :
Grande multipara
Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun
Persalinan yang dilakukan dengan tindakan pertolongan kala uri
sebelum waktunya, pertolongan persalinan oleh dukun, persalinan
dengan tindakan paksa, persalinan dengan narkosa. (Manuaba Gde
Bagus)
Atonia uteri
Atonia uteri yaitu terjadi bila miometrium tidak berkontraksi, uterus
menjadi lunak dan pembuluh darah pada bekas perlekatan plasenta
terbuka lebar.
Kondisi ibu yang memiliki resiko terjadinya atonia uteri adalah
sebagai berikut :
- Hal-hal yang menyebabkan uterus meregang lebih dari kondisi normal
seperti polihidramnion, kehamilan kembar, makrosomi.
- Persalinan lama.
- Persalinan terlalu cepat.
- Persalinan dengan induksi atau akselerasi oksitosin.
- Infeksi intra partum.
- Paritas tinggi.
Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri adalah :
- Umur : umur yang terlalu muda atau tua.
- Paritas : Sering dijumpai pada multipara dan grandemultipara.
- Obstetri paratif dan narkosa.
- Uterus terlalu regang dan besa, misalnya pada gemeli, hidramion atau
janin besar.
- Kelainan pada uterus, seperti : Mioma uteri, uterus convelair pada
solusio plasenta.
- Faktor sosial ekonomi, yaitu malnutrisi.
Sisa plasenta dan selaput ketuban.
Jalan lahir : robekan perineum, vagina serviks, forniks dan rahim.
Partus lama dan partus terlantar.
Partus lama persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk
primigravida dan atau 18 jam bagi multigravida.
Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya hipofibrinogenamia yang sering
dijumpai pada :
- Perdarahan yang banyak.
- Solutsio plasenta.
- Kematian janin yang lama dalam kandungan.
- Pre eklamsia dan eklamsia.
- Infeksi, hepatitis dan septik syok.
(Sinopsis Obstetri)
2.1.3 Diagnosis
Pada tiap-tiap perdarahan post partum harus dicari apa penyebabnya.
Secara ringkas membuat diagnosis adalah seperti dibawah ini :
Palpasi uterus : bagaimana kontraksi uterus dan TFU
Memeriksa plasenta dan ketuban : apakah lengkap atau tidakAtonia uteri
Lakukan eksplorasi kavum uteri untuk mencari : Sisa-sisa plasenta dan ketuban
Sisa plasenta dan ketuban Robekan jalan lahir
Robekan rahim penyakit darah (kelainan pembekuan darah)
plasenta suksenturiata
Inspekulo : untuk melihat robekan pada serviks, vagina, dan varises yang pecah
Pemeriksaan laboratorium pemenksa darah, HB, clot observasi (LOT)
Antonia uteri
2.1.4 Penanganan
Pencegahan perdarahan post partum
Tindakan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah dimulai
sejak ibu hamil dengan melakukan ANC yang baik. Ibu-Ibu yang
mempunyai predisposisi / riwayat perdarahan post partum sangat
dianjurkan untuk bersalin di RS. Di RS diperiksa keadaan fisik, keadaan
umum, kadar Hb, golongan darah, dan bila mungkin tersedia donor darah.
Sambil mengawasi persalinan dipersiapkan keperluan untuk infus dan
obat-obatan penguat rahim (uterotonika). Setelah ketuban pecah kepala
janin mulai membuka vulva, infus dipasang dan sewaktu bayi lahir
diberikan 1 ampul methergin / kombinasi dengan satuan sintosinon. (sama
dengan intravena). Hasilnya biasanya memuaskan.
Pengobatan perdarahan kala uri
Sikap dalam menghadapi perdarahan kala uri adalah :
1. Berikan oksidasi.
2. Cobalah mengeluarkan placenta menurut cara crede, (1 – 2
kali).
3. Keluarkan placenta dengan tangan.
Pengeluaran placenta dengan tangan segera sesudah janin lahir dilakukan
jika :
a. Ada sangkaan akan terjadi perdarahan post partum.
b. Ada perdarahan yang banyak (lebih dari 500 cc).
c. Terjadi retensio placenta.
d. Dilakukan tindakan obstetri dalam narkosa.
e. Ada riwayat perdarahan past portum pada persalinan yang lalu.
Jika masih ada sisa-sisa placenta yang agak melekat dan masih terdapat
perdarahan, segera lakukan utero-vaginal tamponade selama 24 jam,
diikuti pemberian uterotonika dan antibiotika selama 3 hari berturut-turut
dan pada hari keempat baru lakukan kuretase untuk membersihkannya.
Jika disebebkan oleh luka-luka jalan lahir, luka segera dijahit dan
perdarahan akan berhenti. (Sinopsis Obstetri)
Penatalaksanaan Atonia Uteri
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan pemijatan fundus uteri :
Melakukan kompresi bimanual internal
a. Pakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril,
dengan lembut memasukkan tangan (dengan cara menyatakan kelima
Ujung jari) ke introitus dan kedalam vagina ibu.
b. Periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban atau
bekuan darah pada kavum uteri tidak dapat berkontraksi secara penuh.
c. Letakkan kepalan tangan pada forniks anterior, tekan dinding
anterior uterus, sementara telapak tangan lain pada abdomen,
menekan dengan kuat di dinding.
d. Tekan uterus dari kedua tangan secara kuat, kompresi uterus ini
memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah didalam dinding
uterus dan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.
Evaluasi keberhasilan
1. Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan
melakukan KBI selama 2 menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan
tangan dari dalam vagina.
2. Uterus akan berkontraksi tapi perdarahan terus berlangsung,
periksa perineum, vagina dan serviks apakah terjadi laserasi dibagian
tersebut. Seberapa lakukan penjahitan jika ditemukan laserasi.
3. Jika kontraksi uterus tidak terjadi dalam waktu 5 menit, ajarkan
keluarga untuk melakukan, kompresi bimanual eksternal, kemudian
teruskan dengan langkah - langkah penatalaksanaan atonia uteri
selanjutnya minta tolong keluarga mulai menyiapkan rujukan.
Alasan : Atonia uteri seringkali bisa di atasi dengan KBI tidak berhasil
dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan-tindakan lain.
Berikan 0,2mg ergometrin IM (jangan berikan ergometrin kepada ibu
dengan hipertensi).
Alasan : Ergometrin yang diberikan, akan meningkatkan tekanan darah
lebih tinggi dari kondisi normal.
Menggunakan jarum berdiameter (ukuran 16 atau 18), pasang infus
dan berikan 500 melakukan larutan RL yang mengandung 20 unit
oksitosin.
Alasan : Jarum dengan diameter besar, memungkinkan pemberian cairan
IV secara cepat, dapat langsung digunakan jika ibu membutuhkan tranfusi
darah. Oksitosin IV akan dengan cepat merangsang kontraksi uterus. RL
akan membantu mengganti volume cairan yang hilang selama perdarahan.
Pakai sarung tangan steril atau DTT dan ulangi KBI.
Alasan : KBI yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin
dapat membantu membuat uterus berkontraksi.
Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampi 2 ment, segera
lakukan rujukan.
Berarti ini bukan atonia uteri sederhana. Ini membutuhkan perawatan
gawat darurat di fasilitas kesehatan yang dapat melakukan tindakan
pembedahan dan tranfusi darah.
Dampingi Ibu ke tempat rujukan, teruskan melakukan KBI hingga Ibu
tiba di tempat rujukan. Teruskan pemberian cairan IV hingga Ibu tiba di
fasilitas rujukan.
a. Infus 500 melakukan yang pertama dan dalam waktu 10 menit.
b. Kemudian berikan 500 / jam hingga tiba di tempat rujukan atau
hingga jumlah cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 liter, dan
kemudian berikan 125 / jam.
c. Jika cairan secara IV tidak cukup, infus botol kedua berisi 500
melakukan cairan dengan tetes lambat dan berikan cairan secara oral
untuk asupan cairan tambahan.
Kompresi Bimanual Ekternal
1. Letakkan satu tangan pada abdomen di depan uterus, tepat di
atas simpisis pubis.
2. Letakkan tangan yang lain pada dinding abdomen (dibelakang
korpus uteri) usahakan memegang bagian belakang uterus seluas
mungkin.
3. Lakukan gerakan saling merapatkan kedua tangan untuk
melakukan kompresi pembuluh darah di dinding uterus dengan cara
menekan uterus di artara kedua tangan tersebut.
Ini akan membantu uterus berkontraksi dan menekan pembuluh darah
uterus, (APN : 2004).
2. Bersihkanlah bekuan darah dan / atau selaput ketuban dari vagina dan lubang
serviks.
3. Pastikan bahwa kandungan kemih telah kosong. Jika penuh atau dapat di palpasi,
kateterisasi kandungan kemih meggunakan teknik aseptik.
Teruskan, KBI selama 2 menit keluarkan tangan perlahan-lahan pantau kala empat dengan ketat
Uterus berkontraksi ?
Evaluasi rutin. Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan terus berlangsung, periksa apakah perineum vagina dan serviks mengalami lasrasi d
Uterus berkontraksi ?
I. 1. DATA DASAR
Tanggal Pengkajian :
Jam :
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama Istri : Ny. "…" Nama suami : Tn. "…"
Umur : Umur :
Agama : Agama :
Suku/Bangsa : Suku/Bangsa :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Penghasilan : Penghasilan :
Alamat : Alamat :
2. Keluhan Utama
- Kondisi tubuh lemah
- Nyeri perut setelah persalinan
- Pengeluaran pervaginam/ perdarahan/ lokhea
- Perut tidak mengeras
3. Riwayat menstruasi
Menarche : ….th
Haid teratur/tidak :
Siklus :
Lama Haid :
Banyaknya :
Warna :
Keluhan :
Fluor albus :
HPHT :
HPL :
4. Riwayat kehamilan yang lalu
- Ada/ tidak komplikasi selama hamil
- Persalinan secara spontan, induksi/ bantuan, di tolong oleh
siapa
- Usia anak sekarang, jenis kelamin
- Keadaan nifas yang lalu, ada/ tidak komplikasi
5. Riwayat Persalinan Sekarang
a. Kehamilan sekarang
Hamil muda : sering pusing / tidak, mual / tidak, muntah / tidak,
nafsu makan meningkat / tetap / menurun, miksi
dan defekasi teratur / tidak.
Hamil tua : sering pusing / tidak, mual / tidak, muntah / tidak,
nafsu makan meningkat / tetap / menurun, miksi
dan defekasi teratur / tidak.
b. Persalinan sekarang:
- Persalinan secara spontan, induksi / bantuan.
- Persalinan ditolong bidan atau dokter.
c. Nifas sekarang
- Keadaan umum.
- Pengeluaran
pervagina/
perdarahan/ lokhea.
- Asi keluar/ belum.
- Nyeri perut, sakit
pada jalan lahir.
6. Riwayat Kesehatan sekarang
Saat ini sedangs/ tidak menderita penyakit menahun: HT, TBC, menurun :
asma, DM dan menular seperti : hepatitis, HIV / AIDS.
7. Riwayat Kesehatan yang lalu
Saat ini sedang / tidak menderita penyakit menahun : HT, TBC,
menurun : asma, DM dan menular seperti : hepatitis, HIV / AIDS.
8. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit menahun : HT, TBC,
menurun:asma, DM dan menular seperti : hepatitis, HIV / AIDS dan tidak
ada keturunan kembar.
9. Riwayat perkawinan
Menikah berapa kali :….. usia menikah :…….. lama menikah :………
10. Keadaan Psikososial dan Spiritual
- Ibu gelisah dan cemas karena darah yang terus menerus mengalir dari
jalan lahir.
- Hubungan pasien dengan suami dan keluarga baik.
- Pasien beragama Islam taat menjalankan sholat 5 waktu dan selalu
berdoa kepada Allah SWT agar dapat melahirkan dengan lancar dan bayi
selamat.
11. Latar Belakang Budaya
Selama hamil pasien ada/ tidak pantangan terhadap makanan tertentu.
Diadakan/ tidak acara selamatan dengan harapan ibu dan bayi yang
dikandung dalm kandungan sehat.
12. Pola Kebiasaan Selian-hari
a. Pola Nutrisi
Selama hamil : Makan 3x/hari, porsi sedang 1 piring :
nasi, lauk pauk, sayur.
Saat inpartu : Makan sedikit pasien hanya minum teh
manis dan air putih ± 2 gelas.
b. Pola Aktivitas
Selama hamil : Pasien hanya dirumah dan melakukan
pekerjaan rumah tangga.
Saat inpartu : Pasien berjalan-jalan kadang bernyanyi.
Setelah uri lahir pasien berbaring
keadaannya masih lemah.
c. Pola Istirahat/tidur
Selama hamil : Tidur + 8 jam, siang jam 13.00 – 14.00
WIB, malam jam : 21.00 - 04.30 WIB.
Saat inpartu : Pasien tidak bisa tidur.
d. Pola Eliminasi
Selama hamil : BAK ± 6 – 7 x/hari warna kuning jernih
tidak nyeri
BAB ± 1x/hari warna kuning konsistensi
lunak
Saat inpartu : BAK ± 1x/hari, BAB tidak, setelah uri
lahir pasien belum BAK dan BAB
e. Pola Personal Hygiene
Selama hamil : Mandi, gosok gigi, ganti baju 2x/hari,
keramas 2x/seminggu
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : composmentis
TB : > 145 cm
BB sebelum hamil : … Kg
BB sekarang : … kg
Kenaikan BB selama hamil : … kg
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 – 140/90 mmHg
Nadi : 60 - 90 x/menit
Suhu : 36,5 – 37,5 0C
Respirasi : 16 - 20x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : Simetris / tidak, ada benjolan / tidak, bersih /
tidak, ada ketombe / tidak, rambut lurus /
keriting, panjang / pendek, rontok / tidak.
Muka : pucat, oedem / tidak, ada cloasma
gravidarum / tidak
Mata : Simetris / tidak, konjungtiva agak pucat, sklera
tidak icterus.
Hidung : Simetris / tidak, Bersih tidak, ada polip /
tidak.
Mulut dan gigi : Bersih / tidak, lembab / kering, ada stomatitis /
tidak, agak pucat, tidak, tidak berlubang dan
tidak ada gigi palsu.
Telinga : Simetris / tidak, ada serumen / tidak.
Leher : Ada pembesaran vena jugularis / tidak, ada
pembesaran kelenjar teroyd / tidak.
Dada : Simetris / tidak, tidak ada tarikan interkosta /
tidak
Payudara : Simetris tidak, ada pembesaran / tidak,
hyperpigmentasi areola(ya / tidak), areola
menonjol / tidak
Abdomen : Terdapat linie nigra, ada / tidak luka bekas
operasi
Genetalia : Keluar darah yang terus mengalir dari vagina
berwarna merah terdapat luka robekan
perineum T II sudah dihentikan, vulva tidak
oedem, tidak ada varises.
Ekstremitas atas : Simetris / tidak, ada gangguan pergerakan /
tidak, odema / tidak, varices / tidak.
Ekstremitas bawah : Simetris / tidak, ada gangguan pergerakan/
tidak, odema/ tidak, varices / tidak.
Palpasi
Leher : Ada pembesaran vena jugularis / tidak, ada
pembesaran kelenjar teroyd / tidak.
Ketiak : Ada pembesaran kelenjar tyroid / tidak.
Payudara : Tegang / tidak, clostrum .
Abdomen : TFU setinggi pusat kontraksi lemah.
Perkusi : reflek patella /
Auskultasi
Dada : Ada/ tidak whezeeing ronchi
Abdomen : Kembung/ tidak, bising usus
4. Pemeriksaa Penunjang
- Pemeriksaan
laboratorium:
Hb:……gr%
5. Kesimpulan :
P1001 Post partum dengan Atonia Uteri.
b. INTERPRESTASI DATA
Dx : P1001 Post partum dengan Atonia Uteri.
Ds : - Ibu mengatakan ini persalinannya yang pertama
- Ibu mengatakan tubuhnya lemah sebelum melahirkan dan merasa
keluar darah terus menerus dari kemaluannya.
Do : Tekanan darah : 110/70 – 140/90 mmHg
Nadi : 60 - 90 x/menit
Suhu : 36,5 – 37,5 0C
Respirasi : 16 - 20x/menit
TFU : setinggi pusat
Kontraksi uterus : lemah setelah dilakukan masage
selama 15 detik.
Robekan perineum T II.
Placenta lengkap.
5. INTERVENSI
Diagnosa : P1001 Post partum dengan Atonia Uteri.
Tujuan : - Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1 x 30
menit perdarahan berhenti.
- Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1 x 24
jam ibu dalam keadaan normal
Kriteria hasil
- K/U : baik
- TTV dalam batas normal
Tekanan darah : 110/70 – 140/90 mmHg
Nadi : 60 - 90 x/menit
Suhu : 36,5 – 37,5 0C
Respirasi : 16 - 20x/menit
- Perdarahan < 500 cc, tidak terjadi lagi.
- TFU dalam batas normal.
- Kontraksi uterus baik.
- Wajah tidak pucat.
- Conjungtiva merah muda.
Intervensi :
1. Lakukan pemijatan fundus uteri segera setelah lahirnya placenta (maksimal
15 detik).
R/ : Pemijatan merangsang kontraksi uteri dan dapat melakukan
penilaian kontraksi uteri.
2. Bersihkan bekuan darah dan/atau selaput ketuban dari vagina dan saluran
serviks
R/ : Dapat menghalangi kontraksi uterus secara baik.
3. Pastikan bahwa kandungan kemih kosong. Jika penuh atau dapat dipalpasi,
lakukan keterisasi menggunakan tehnik aseptik
R/ : Memberikan tekanan langsung pada pembuluh terbuka di dinding
dalam uterus dan merangsang mionietrium untuk berkontraksi.
Jika tidak berhasil setelah 5 ment, diperlukan tindakan lain.
4. Lakukan kompresi bimanual internal selama 5 ment.
R/ : Dapat merangsang uterus berkontraksi secara baik.
5. Anjurkan keluarga untuk mulai melakukan kompresi bimanual eksternal
R/ : Keluarga dapat meneruskan proses kompresi bimanual secara
eksternal selama anda melakukan langkah-langkah selanjutnya.
6. Keluarkan tangan perlahan-lahan
R/ : Agar tidak sakit.
7. Berikan ergometrin 0,2 mg IM (jangan diberikan jika hipertensi)
R/ : Ergometrin akan bekerja dalam 5 – 7 menit dan menyebabkan
kontraksi uterus
8. 0. Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500ml +
20 unit. Habiskan 500 ml pertama secepat mungkin.
R/ : Dapat membantau memulihkan volume cairan yang hilang selama
perdarahan. Oksitosin IV akan dengan cepat merangsang
kontraksi uterus.
9. Ulang kompresi bimanual/internal
R/ : KBI yang dilakukan ditambah dengan ergometrin dan oksitosin
akan membantu uterus berkontraksi.
10. Rujuk segera jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit
R/ : Berarti bukan atonia yang sederhana, ibu membutuhkan
perawatan gawat darurat dengan fasilitas yang lebih tinggi dengan
memberikan transfusi darah.
11. Dampingi ibu ke tempat rujukan, teruskan melakukan KBI
R/ : Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada
pembuluh terbuka dinding uterus dan merangsang miometrium
untuk berkontraksi.
12. Lanjutkan infus RL + 20 unit oksitosin, dalam 500 ml larutan dengan
tetesan 500 ml / jam hingga ditempat rujukan menghabiskan 1,5 liter
infus. Kemudian berikan 125 ml / jam. Jika tidak tersedia cairan yang
cukup, berikan 500 ml kedua dengan perlahan dan berikan minum untuk
rehidrasi.
R/ : RL akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang
selama perdarahan. Oksitosin secara IV akan dengan cepat
merangsang kontraksi uterus.
13. Observasi TFU, kontraksi dan kandung kemih
R/ : Penurunan fundus uteri yang sesuai, kontraksi yang bagus,
kandung kemih yang kosong memperlancar involusi.
14. Observasi TTV
R/ : Deteksi dini adanya kelainan.
15. Observasi jumlah perdarahan
R/ : Deteksi dini adanya perdarahan post partum.
16. Lakukan message pada uterus searah jarum jam
R/ : Memperkuat kontraksi uterus
6. IMPLEMENTASI
Tanggal :……………… Jam :…………. WIB
Sesuai dengan intervensi, namun dalam keadaan tertentu tindakan yang dilakukan
harus disesuaikan dengan kondisi ibu dan bayinya. Situasi ruangan dan sarana
yang ada di mana ibu dan bayi dirawat.
1. EVALUASI
Tanggal :…………… Jam : ……..WIB.
Mengacu pada kriteria hasil.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
c. Pola Istirahat/tidur
Selama hamil : Tidur + 8 jam, siang jam 13.00 – 14.00
WIB, malam jam : 21.00 - 04.30 WIB.
Saat inpartu : Pasien tidak bisa tidur.
d. Pola Eliminasi
Selama hamil : BAK ± 6 – 7 x/hari warna kuning jernih
tidak nyeri.
BAB ± 1x/hari warna kuning konsistensi
lunak.
Saat inpartu : BAK ± 1x/hari, BAB tidak, setelah uri
lahir pasien belum BAK dan BAB.
e. Pola Personal Hygiene
Selama hamil : Mandi, gosok gigi, ganti baju 2x/hari,
keramas 2x/seminggu.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : composmentis
TB : 155 cm
BB sebelum hamil : 55 Kg
BB sekarang : 68 kg
Kenaikan BB selama hamil : 13 kg
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 80/60 mmHg
Nadi : 94 x/menit
Suhu : 370C
Respirasi : 20x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : Simetris, tidak ada benjolan, bersih, tidak ada
ketombe, rambut lurus panjang, tidak rontok.
Muka : Sedikit pucat, tidak oedem, tidak ada
cloasma gravidarum.
Mata : simetris, konjungtiva agak pucat, sklera tidak
icterus.
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada polip.
Mulut dan gigi : Bersih,lembab, tidak ada stomatitis, agak
pucat, tidak caries, tidak berlubang dan tidak
ada gigi palsu.
Telinga : Simetris, bersih tidak ada tarikan interkosta.
Leher : Tidak pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroyd.
Dada : Simetris, tidak ada tarikan interkosta.
Payudara : Simetris, membesar, hyperpigmentasi areola,
areola menonjol.
Abdomen : Terdapat linie nigra, tidak ada luka operasi.
Genetalia : Keluar darah yang terus mengalir dari vagina
berwarna merah terdapat luka robekan
perineum T II sudah dihentikan, vulva tidak
oedem, tidak ada varises.
Ekstremitas atas : Simetris, tidak ada gangguan pergerakan,
tangan kiri terpasang infus.
Ekstremitas bawah : Simetris, agak oedem, tidak ada varices,
tidak ada gangguan pergerakan.
Palpasi
Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis dan
tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.
Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
Payudara : Tegang, clostrum .
Abdomen : TFU setinggi pusat kontraksi lemah.
Perkusi : reflek patella / .
Auskultasi
Dada : Tidak ada whezeeing ronchi.
Abdomen : Tidak ada kembang, bising usus .
4. Pemeriksaa Penunjang
Tidak dilakukan.
5. Kesimpulan
P1001 Post partum dengan Atonia Uteri.
3.5 INTERVENSI
Diagnosa : P1001 Post partum dengan Atonia Uteri.
Tujuan : -Setelah dilakukan askeb selama 1 x 30 menit
perdarahan berhenti.
-setelah dilakukan askek selama 1 x 24 jam ibu
dalam keadaan normal
Kriteria hasil
- K/U : baik
- TTV dalam batas normal
Tekanan darah : 110/70 – 140/90 mmHg
Nadi : 60 - 90 x/menit
Suhu : 36,5 – 37,5 0C
Respirasi : 16 - 20x/menit
- Perdarahan < 500 cc.
- TFU dalam batas normal.
- Kontraksi uterus baik.
- Wajah tidak pucat.
- Conjungtiva merah muda.
Intervensi
1. Lakukan pemijatan fundus uteri segera setelah lahirnya placenta (maksimal
15 detik).
R/ : Pemijatan merangsang kontraksi uteri dan dapat melakukan
penilaian kontraksi uteri.
2. Bersihkan bekuan darah dan/atau selaput ketuban dari vagina dan saluran
serviks
R/ : Dapat menghalangi kontraksi uterus secara baik.
3. Pastikan bahwa kandungan kemih kosong. Jika penuh atau dapat dipalpasi,
lakukan keterisasi menggunakan tehnik aseptik
R/ : Memberikan tekanan langsung pada pembuluh terbuka di dinding
dalam uterus dan merangsang mionietrium untuk berkontraksi.
Jika tidak berhasil setelah 5 ment, diperlukan tindakan lain.
4. Lakukan kompresi bimanual internal selama 5 ment.
R/ : Dapat merangsang uterus berkontraksi secara baik.
5. Anjurkan keluarga untuk mulai melakukan kompresi bimanual eksternal
R/ : Keluarga dapat meneruskan proses kompresi bimanual secara
eksternal selama anda melakukan langkah-langkah selanjutnya.
6. Keluarkan tangan perlahan-lahan
R/ : Agar tidak sakit.
7. Berikan ergometrin 0,2 mg IM (jangan diberikan jika hipertensi)
R/ : Ergometrin akan bekerja dalam 5 – 7 menit dan menyebabkan
kontraksi uterus
8. 1. Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500ml +
20 unit. Habiskan 500 ml pertama secepat mungkin.
R/ : Dapat membantau memulihkan volume cairan yang hilang selama
perdarahan. Oksitosin IV akan dengan cepat merangsang
kontraksi uterus.
9. Ulang kompresi bimanual/internal
R/ : KBI yang dilakukan ditambah dengan ergometrin dan oksitosin
akan membantu uterus berkontraksi.
10. Rujuk segera jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit
R/ : Berarti bukan atonia yang sederhana, ibu membutuhkan
perawatan gawat darurat dengan fasilitas yang lebih tinggi dengan
memberikan transfusi darah.
11. Dampingi ibu ke tempat rujukan, teruskan melakukan KBI
R/ : Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada
pembuluh terbuka dinding uterus dan merangsang miometrium
untuk berkontraksi.
12. Lanjutkan infus RL + 20 unit oksitosin, dalam 500 ml larutan dengan
tetesan 500 ml / jam hingga ditempat rujukan menghabiskan 1,5 liter
infus. Kemudian berikan 125 ml / jam. Jika tidak tersedia cairan yang
cukup, berikan 500 ml kedua dengan perlahan dan berikan minum untuk
rehidrasi.
R/ : RL akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang
selama perdarahan. Oksitosin secara IV akan dengan cepat
merangsang kontraksi uterus.
13. Observasi TFU, kontraksi dan kandung kemih
R/ : Penurunan fundus uteri yang sesuai, kontraksi yang bagus,
kandung kemih yang kosong memperlancar involusi.
14. Observasi TTV
R/ : Deteksi dini adanya kelainan.
15. Observasi jumlah perdarahan
R/ : Deteksi dini adanya perdarahan post partum.
16. Lakukan message pada uterus searah jarum jam
R/ : Memperkuat kontraksi uterus
3.6 IMPLEMENTASI
Tanggal : 6 November 2007, Jam : 15.00 WIB
Diagnosa : P1001 Post Partum dengan Atonia Uteri.
1. Memberikan penjelasan pada pasien tentang keadaannya saat ini.
2. Memasang infus RL di tangan sebelah kiri, cairan I digrojok.
3. Melakukan pemberian uterotinika ulang yaitu :
- Pada pemberian cairan II tambahkan oksitosin 20 unit untuk
dilakukan oksitosin drip.
- Metergin berikan secara IM.
4. Mengobservasi TTV dan jumlah pendarahan.
5. Melakukan masage pada uterus.
6. Mengobservasi kontraksi pada fundus uteri.
7. Memberi minum hangat dan manis.
8. Menganjurkan / membantu pasien untuk makan.
9. Menyeka pasien dari bekas darah.
10. Menganjurkan pasien untuk mobilisasi secara bertahap.
11. Menganjurkan pasien untuk memberikan minum ASI.
3.7 EVALUASI
Tanggal : 1 November 2007 Jam : 17.00 WIB.
Diagnosa : P1001 Post Partum dengan Atonia Uteri.
Jangka Pendek :
S : Ibu mengatakan tubuhnya, sudah tidak lemas lagi.
O : Pendarahan berkurang ± 50 CC.
UC : Baik.
TFU : 2 jari bawah pusat
T : 100/70 mmHg
S : 370C
N : 84x/menit
R : 20x/menit
R
A : P1001 Post Partum 2 jam pertama.
P : Lanjutkan observasi TTV dan jumlah pendarahan, diet,
mobilisasi bertahap.
Tanggal 7 November 2007 jam 06.00 WIB.
S : Ibu mengatakan sudah kuat berjalan-jalan dan menyusui
bayinya.
O : Kontraksi uterus baik
ASI keluar colostrum
K/U baik
Kesadaran: Composmentis
A : P1001 Post Partum hari ke- 1
P : Pasien boleh pulang
: - Anjurkan ibu untuk kontrol 1 minggu lagi.
- Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene.
- Anjurkan ibu untuk makan-makanan yang tinggi kalori,
protein, vitamin dan serat.
BAB 4
PEMBAHASAN
Perdarahan Post Partum adalah perdarahan dalam kelas IV yang lebih dari 500 - 600
CC.
Perdarahan Post Partum dibagi menjadi 2 yaitu perdarahan Post Partum primer dan
perdarahan Post Partum skunder.
Sesuai dengan kasus diatas perdarahannya tergolong perdarahan post partum primer.
Etiologi perdarahan post partum ada beberapa faktor predisposisi terjadi pendarahan
dalam kasus diatas perdarahannya disebabkan karena Atonia Uteri.
Penanganan untuk atonia uteri ada 3 tahap untuk pengobatan kasus diatas adalah :
tahap 1. Pemberian uterotonika, tahap 2. masage uterus dan memasang gurita, tahap 2.
Pemberian Infus.
Pada praktek asuhan kebidanan pada Ny”P” P1001 dengan atonia uteri, tidak
ada kesenjangan antara teori dengan asuhan yang telah diberikan. semua tindakan
telah dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada pada teori.
BAB 5
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Perdarahan Post Partum adalah perdarahan dalam kelas IV yang lebih dari
500 - 600 CC.
Perdarahan Post Partum dibagi menjadi 2 yaitu perdarahan Post Partum
primer dan perdarahan Post Partum skunder.
Sesuai dengan kasus diatas pendarahannya tergolong perdarahan post partum
primer.
Etiologi perdarahan post partum ada beberapa faktor predisposisi terjadi
pendarahan dalam kasus diatas perdarahannya disebabkan karena Atonia Uteri.
Penanganan untuk atonio uteri ada 3 tahap untuk pengobatan kasus diatas
adalah : tahap 1. Pemberian uterotonika, tahap 2. masage uterus dan memasang
gurita, tahap 3. Pemberian Infus.
5.2 SARAN
1. Mahasiswa
Agar mahasiswa belajar sesuai dengan teori sehingga memiliki pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang lebih baik.
2. Institusi
Diharapkan akan lebih dapat membimbing dan mengevaluasi mahasiswa
dalam memberikan pelayanan dan penanganan serta perawatan pada ibu nifas
dan neonatus.
3. Tenaga kesehatan
Agar petugas dalam menjumpai kasus diatas menangani secara cermat dan
teliti, diharapkan petugas mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang
lebih.
4. Bagi Pasien dan Keluarga
Agar pasien bisa bekerjasama dengan tenaga kesehatan sehingga dalam
melakukan pengobatan dan perawatan dapat dilakukan dengan baik dan
terjalin hubungan yang kooperatif
5. Pemerintah
Diharapkan dapat lebih memperhatikan kondisi kesehatan ibu nifas agar dapat
menekan / menurunkan angka kematian pada masa nifas.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOG, Ilmu kebidanan, penyakit kandungan
dan KB untuk Pendidikan Bidan.
Prof. Rustam Mochtar, MPH,Sinopsis Obstetri Jilid I.