You are on page 1of 14

ASUHAN KEPERAWATAN TETANUS PADA Tn.

A DI RUMAH SAKIT MARGONO


SOEKARJO

Oleh:
ZAQIYAH
I4B016122
STASE KMB
SEMESTER I

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2017
ASUHAN KEPERAWATAN TETANUS PADA Tn. A DI RUMAH SAKIT MARGONO
SOEKARJO

A. PENGKAJIAN
Tanggal : 04-06 April 2017
Tempat : Ruang Asoka
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Tanggal Lahir/Umur : 12 Desember 1964 / 52 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Langgangsari RT 04/07, Cilongok
No. RM : 02001547
Diagnosa Medis : Tetanus grade 3
2. Riwayat Keesehatan
 Keluhan Utama : Badan kaku
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dibawa ke RS pada tanggal 24 Maret 2017 karena badan terasa kaku dan
tidak bisa digerakkan, mulut kaku sampai tidak bisa mengucapkan kata dengan jelas,
dan badan panas sejak seminggu sebelumnya dan telah dibawa ke bidan desa, tetapi
bidan desa merujuk untuk dibawa ke RS.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan dua minggu sebelum dibawa ke RS, jari jempol kaki pasien
digigit serangga di pohon kelapa saat sedang bekerja. Setelah kejadian tersebut, badan
pasien berangsur-angsur menjadi kaku.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien dan keluarganya mengatakan riwayat penyakit keluarga dari ibu kandung
Tn. A terkena stroke.
3. Pola Kesehatan Fungsional Gordon
a. Pola Persepsi-Manajemen Kesehatan
Kondisi kesehatan Tn. A saat dilakukan pengkajian cukup tetapi masih bedrest
karena badannya masih kaku untuk digerakkan. Istri Tn. A yang bernama Ny. A
mengatakan untuk menjaga kesehatan Tn. A hanya mengandalkan dari makanan. Tn.
A dan keluarga mengatakan tidak tahu mengenai penyakitnya sekarang, keluarga Tn.
A hanya mengetahui Tn. A hanya menderita demam saja tetapi tidak tahu penyebab
sampai menjadi kaku-kaku seperti sekarang. Selama ini, Tn. A kalau sakit ringan
hanya membeli obat di warung tetapi kalau sakitnya lama dan dirasa berat baru
memeriksakan ke bidan desa atau puskesmas.
b. Pola Nutrisi/Metabolik
Sebelum sakit Tn. A makan 3 kali sehari dengan komposisi nasi, sayur, lauk.
Asupan minuman Tn. A banyak bisa lebih dari 2 liter perhari karena Tn. A sering
mengalami keringat yang berlebihan atau diaforesis. Selama dirawat, Tn. A hanya
mengonsumsi susu karena rahang kaku untuk digerakkan sehingga tidak bisa
mengunyah, akan tetapi Tn. A masih bisa menelan. Tn. A juga tidak memiliki alergi
terhadap makanan tertentu.
c. Pola Eliminasi
Sebelum dirawat frekuensi BAB Tn. A tiga hari sekali dengan warna dan
konsistensi normal, tetapi selama sakit kaku Tn. A belum BAB. Pola BAK Tn. A
sebelum sakit bisa sampai lebih dari 10 kali sehari karena banyak minum air putih.
Selama dirawat Tn. A terpasang kateter karena tidak bisa bergerak ke kamar mandi.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit, aktivitas Tn. A cukup berat karena sebagai buruh dan petani yang
masih aktif bekerja serta masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan,
minum, toileting dengan mandiri. Tetapi setelah sakit, Tn. A tidak bisa beraktivitas
karena seluruh badan terasa susah digerakkan dan hanya bisa bedrest serta
aktivitasnya menjadi tergantung kepada istri dan anaknya.
e. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum dirawat pola istirahat dan tidur Tn. A teratur dan tidak mempunyai
masalah tidur. Tn. A biasa tidur dari jam 9 sampai jam 5 untuk langsung bersiap
bekerja. Selama sakit, Tn. A menjadi sulit tidur selain karena badannya kaku, mata
Tn. A juga menjadi sensitif terhadap cahaya, sehingga lampu kamar rawat Tn. A harus
selalu dimatikan. Hal itu juga yang membuat Tn. A dirawat di ruang isolasi.
f. Pola Kognitif dan Persepsi
Fungsi pendengaran Tn. A masih baik tetapi mata Tn. A sangat sensitif terhadap
cahaya lampu. Kemampuan bicara Tn. A juga mengalami gangguan karena lidah sulit
digerakkan, sehingga untuk komunikasi biasanya Tn. A menggunakan isyarat. Daya
ingat Tn. A juga masih bagus karena masih nyambung ketika diajak ngobrol
meskipun sulit untuk bicara.
g. Pola Konsep-Persepsi Diri
Tn. A menerima kondisi penyakitnya dan yakin bisa sembuh. Saat dikaji keluarga
tegar dan sabar menceritakan kondisi penyakit Tn. A.
h. Pola Hubungan Peran
Tn. A tinggal bersama istri dan kedua anaknya. dalam keluarga, Tn. A berperan
sebagai kepala rumah tangga. Kondisi sakitnya ini membuat Tn. A cukup khawatir
karena takut tidak bisa bekerja lagi apalagi anak kedua Tn. A msih kelas 3 SMA.
Tetapi, Tn. A masih bersyukur karena anak pertama sudah bekerja dan bisa membantu
kebutuhan saat dirawat di RS.
i. Pola Seksualitas dan Reproduksi
Tn. A mengatakan tidak mempunyai masalah seksual. Tn. A menikah usia 27
tahun dan mempunyai 2 anak.
j. Pola Koping-Stress
Tn. A mengatakan sakitnya ini membuat beban pikiran, untuk mengatasi hal
tersebut Tn. A biasa membicarakan dengan istri dan anaknya, serta kadang berdoa
dan beristighfar saat merasa sakit. Menurutnya dengan begitu dapat membuat Tn. A
menjadi tenang.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
Sebelum dirawat Tn. A melakukan ibadah sesuai agamnya, seperti sholat,
mengaji, dan berdoa. Akan tetapi, selama di RS Tn. A tidak bisa sholat, mengaji, dan
hanya bisa berdo’a untuk membuatnya tenang.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum pasien
Pasien bedrest, tampak lemah, kesadaran compos mentis.
b. TTV: TD 140/60 mmHg, Nadi 86 x/mnt, suhu 37,3 0C, dan RR 26 x/mnt.
c. Kepala
Bentuk kepala proporsional, sedikit kotoran, rambut beruban, tidak ada lesi dan nyeri
tekan.
d. Mata
Mata Tn. A simetris, pergerakan bola mata normal, reflek pupil isokhor, kornea
bening, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, dan mata menjadi sensitif
terhadap cahaya/fotofobia.
e. Hidung
Hidung Tn. A bilateral, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada polip, tidak
ada peradangan, dan fungsi penciuman masih bagus.
f. Telinga
Bentuk daun telinga Tn. A normal, letaknya simetris, tidak ada peradangan, tidak ada
serumen, dan fungsi pendengaran masih bagus.
g. Mulut
Warna bibir Tn. A tidak sianosis dan lembap, tidak ada stomatitis, gigi sudah ada
yang ompong, pengecapan masih bagus, susah menelan, dan mulut kaku digerakkan.
h. Leher
Tidak ada peningkatan JVP, tidak ada massa, tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada
deviasi trakea, dan ada kekakuan pada leher Tn. A.
i. Thorak
Bentuk dan pergerakan dada Tn. A simetris, tidak ada retraksi, dan terlihat iktus
kordis di IC 4. Palpasi thorak pada Tn. A tidak ada nyeri tekan dan krepitasi, serta
perkusi agak redup. Auskultasi irama pernafasan reguler, bunyi nafas vesikuler, dan
tidak ada suara tambahan. Bunyi janting S1/S2 reguler.
j. Abdomen
Bagian abdomen bunyi peristaltik usus 18 x/mnt, tidak ada pembesaran hepar, lien,
dan ginjal. Saat perkusi bunyi timpani.
k. Ekstremitas
Kekuatan ekstremitas atas dan bawah 5, tidak dapat digerakkan, terasa kaku, akral
teraba hangat, CRT kurang dari 2 detik.
l. Integument
Turgor kulit Tn. A baik, warna mukosa tidak pucat, tidak ada luka dekubitus.
m. Kelamin dan Anus
Kelamin Tn. A bersih, terpasang kateter dan tidak ada hemoroid.

5. Pemeriksaan Penunjang
1. Cek darah rutin (04-04-2017)
Nilai Satuan Nilai Normal

Hemoglobin 13,9 g/dL 11,2-17,3


Hematokrit 43 % 40-52
Leukosit 6,45 10^3/dL 3,8-10,6
Eritrosit 4,8 10^6/uL 4,4-5,9
Trombosit 299 10^3/uL 150-440
Basofil 0,2 % 0-1
Eosinofil 1,7 % 2-4
Batang 0,5 % 3-5
Segmen 74,5 % 50-70
Limfosit 14,1 % 25-40
Monosit 9,0 % 2-8
Kimia Klinik
Ureum 38,1 mg/dL 14,98 - 38,52
Creatinin 1,07 mg/dL 0,70-1,30
Natrium 142 mmol/L 134 – 146
Kalium 3,6 mmol/L 3,4 – 4,5
Klorida 104 mmol/L 96 – 108
Kalsium 8,0 mg/dL 8,5-10,1

2. EKG (24-03-2017)
Hasil: sinus rhytm with fusion complexes otherwise normal ECG

6. Terapi Pengobatan
 Oksigenasi 3 lpm
 Infus D5% + diazepam 3 amp (drip kontinu)
 Injeksi ceftazidin 1 gr/8 jam
 Injeksi metanidazol 500 mg/6 jam
 Injeksi ranitidin 2x1 amp
 Injeksi diazepam 1 amp (bolus pelan)
 Injeksi PCT 3x1 gr bila suhu > 390C.
 Injeksi levofloxacin 2 gr/jam
 Drip MgSO4 2 gr/jam
 PCT tablet rutin 4x500 mg.
B. ANALISIS DATA

Data Fokus Problem Etiologi

DO: - TD 140/60 mmHg - Nadi 86 x/mnt Risiko infeksi Faktor risiko pemajanan terhadap
- suhu 37,3 0C - RR 26 x/mnt patogen
- Limfosit 14,1 %
- Adanya clostridium tetani
- Terpasang kateter dan infus
DS: - pasien mengatakan pernah digigit
serangga di kaki.
- Pasien mengeluh kadang nyeri
badan, kaku, dan menggigil

DO: - TD 140/60 mmHg - Nadi 86 x/mnt Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Faktor biologis
suhu 37,3 0C - RR 26 x/mnt kebutuhan tubuh
- trismus
DS: - pasien mengatakan mulutnya kaku
dan tidak bisa dibuka, perutnya sakit
seperti kram
- Pasien mengeluh susah menelan

DO: - TD 140/60 mmHg - Nadi 86 x/mnt Hambatan mobilitas fisik Gangguan neuromuskular
- suhu 37,3 0C - RR 26 x/mnt
- Tubuh kaku - trismus
DS: - Pasien mengeluh badannya kaku
tidak dapat digerakkan dan pernah
kejang
- Pasien mengeluh sulit bangun
C. PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN
1. Risiko infeksi dengan fakto risiko pemajanan terhadap patogen.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis dan ketidakmampuan
menelan ditandai dengan nyeri dan kram abdomen, serta kelemahan otot untuk menelan.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular ditandai dengan keterbatasan bergerak.

D. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

Dx. Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional

Risiko infeksi dengan NOC: Risk Control: Infectious NIC: Infection Protection
fakto risiko Process  Monitor tanda dan gejala  Mencegah terjadinya
pemajanan terhadap Setelah dilakukan tindakan infeksi sistemik dan lokal infeksi.
keperawatan 3x24 jam, diharapkan  Monitor hitung granulosit,  Nilai WBC tinggi
patogen.
risiko infeksi dapat terkontrol, WBC mengindikasikan adanya
dengan indikator berikut: infeksi.
Indikator Awal Akhir  Saring pengunjung terhadap  Mengurangi pajanan
- Identifikasi 3 5 penyakit menular patogen.
faktor risiko  Partahankan teknik aspesis  Memutus transmisi
- Pertahankan 3 5 pada pasien yang beresiko patogen.
lingkungan  Pertahankan teknik isolasi k/p  Mengurangi trasnmisi
yang bersih patogen.
3 5  Inspeksi kulit dan membran  Memonitor tanda gejala
- Strategi
mengontrol mukosa terhadap kemerahan, infeksi.
infeksi panas, drainase, dan kondisi
3 5 luka.
- Monitor
perubahan  Dorong masukkan nutrisi dan  Meningkatkan imunitas.
cairan yang cukup
status
 Dorong istirahat  Meningkatkan imunitas.
kesehatan  Instruksikan pasien untuk  Mengurangi bakteri yang
Keterangan: minum antibiotik sesuai resep masuk kedalam tubuh.
1. Tidak pernah dilakukan
 Ajarkan pasien dan keluarga  Mencegah infeksi.
2. Jarang dilakukan
tanda dan gejala infeksi
3. Kadang dilakukan  Ajarkan cara menghindari  Memutus transmisi
4. Sering dilakukan infeksi patogen.
5. Konsisten dilakukan  Laporkan kecurigaan infeksi  Deteksi dini adanya infeksi
 Laporkan kultur positif

Ketidakseimbangan NOC: nutritional status: food NIC: Nutrition Therapy 


nutrisi kurang dari and fluid intake  Lakukan pengkajian kebutuhan  Mengetahui kebutuhan
kebutuhan tubuh Setelah dilakukan tindakan nutrisi pasien. nutrisi pasien
keperawatan 3x24 jam, diharapkan  Menentukan jenis makanan
berhubungan dengan  Mengetahui jenis makan
klien dapat memenuhi kebutuhan
faktor biologis dan yang bisa dikonsumsi pasien yang ditolerir pasien.
nutrisinya, dengan indikator
ketidakmampuan berikut: kolaborasi dengan ahli gizi..
menelan ditandai Indikator Awal Akhir  Mendukung pasien untuk  Memudahkan saat
dengan nyeri dan - Asupan 1 3 memilih makanan lunak atau menelan makanan.
kram abdomen, serta makanan cair.
 Mendukung makanan tinggi  Mencegah konstipasi
kelemahan otot untuk peroral
- Asupan 3 5 serat bagi pasien.  Meningkatkan sistem imun
menelan.
cairan  Mendukung makanan tinggi tubuh.
peroral protein dan kalsium bagi
 Melatih reflek menelan
Keterangan: pasien.
1. Tidak adekuat  Memberikan makanan melalui dan mempertahankan
2. Kurang adekuat enteral. fungsi GI.
3. Cukup adekuat  Memerhatikan oral hygiene  Memberikan kenyamanan
4. Hampir adekuat pasien. dan kebersihan oral pasien.
5. Sangat adekuat
Hambatan mobilitas NOC: Joint movement NIC: Exercise Therapy: Joint
fisik berhubungan Setelah dilakukan tindakan Mobility
dengan gangguan keperawatan 3x24 jam,  Menentukan keterbatasan  Mengetahui batas awal
diharapkan klien dapat gerak sendi pasien. gerak sendi pasien.
neuromuskular
menggerakkan sendi secara  Perhatikan nyeri yang  Mengetahui respon pasien
ditandai dengan sederhana, dengan indikator
keterbatasan ditimbulkan saat latihan. selama latihan.
berikut:
bergerak.  Melakukan ROM pasif terlebih  Latihan dimulai dari yang
Indikator Awal Akhir dahulu pada pasien paling mudah.
- Rahang 2 5  Mengajarkan ROM aktif pada  Meningkatkan kemampuan
- Leher 2 5 pasien dan keluarga. gerak sendi pasien.
- Tulang 2 5  Mengurangi risiko luka
belakang  Mendukung ambulasi dini tekan.
- Lengan 2 5 seperti miring kanan dan kiri  Meningkatkan kemampuan
- Jari 2 5  Mendiskusikan tentang
2 5 mobilitas pasien.
- lutut program fisioterapi atau
Keterangan:
rehabilitasi medik yang bisa
1. Keluhan ekstrim.
pasien lakukan.
2. Keluhan berat.
3. Keluhan sedang.
4. Keluhan ringan.
5. Tidak ada keluhan

D. IMPLEMENTASI

Hari, jam Dx. Keperawatan Implementasi Respon


(WIB) (KODE)

Selasa, 4 1,2,3  Mengobservasi kondisi umum pasien.  KU cukup, komposmentis


April 2017  Mengkaji keluhan pasien  Pasien mengeluh seluruh badan
08.00  Memberikan injeksi IV ceftazidim 1 gr/8 jam masih kaku dan nyeri.
 Memberikan injeksi ranitidin 1x2 ml
 Memberikan oksigenasi 3 lpm.
 Memberikan drip MgSO4 2 gr/jam
 Memonitor infus D5% + diazepam 3 amp.
 Memonitor TTV  Tetesan infus drip kontinu.
10.00  TD 140/60 mmHg, Nadi 86 x/mnt,
 Menganjurkan untuk meningkatkan nutrisi
11.30 suhu 37,3 0C, dan RR 26 x/mnt.
berupa susu cair.
 Menganjurkan untuk istirahat yang cukup  Susu cair masuk sedikit-sedikit
13.00
 Menganjurkan untuk merubah posisi tidur.  Pasien bedrest, tetapi masih susah
 Mengontrol lingkungan agar terhindar dari untuk miring kanan dan kiri.
cahaya.  Pasien di ruang isolasi dengan lampu
dimatikan.
Rabu, 5 1,2,3  Mengobservasi kondisi umum pasien.  KU cukup, komposmentis
April 2017  Mengkaji keluhan pasien  Pasien mengeluh seluruh badan
08.00  Memberikan injeksi IV ceftazidim 1 gr/8 jam masih kaku, mulut masih susah
 Memberikan injeksi ranitidin 1x2 ml dibuka, verbal pasien masih tidak
 Memberikan oksigenasi 3 lpm. jelas.
 Memberikan drip MgSO4 2 gr/jam
 Memonitor infus D5% + diazepam 3 amp.  Tetesan infus drip kontinu.
10.00  Memonitor TTV  TD 140/70 mmHg, Nadi 86 x/mnt,
11.20  Menganjurkan untuk meningkatkan nutrisi suhu 36,7 0C, dan RR 24 x/mnt.
berupa susu cair dan mengkaji kemampuan  Pasien masih diet cair dan belum bisa
menelan pasien menelan makana
13.00  Menganjurkan untuk istirahat yang cukup  Pasien bedrest
 Melakukan ROM pasif dan mengkaji trismus.  Tangan dan jari bisa bergerak, bagian
lainnya masih kaku, dan masih ada
 Mengontrol lingkungan agar terhindar dari trismus.
cahaya.  Pasien di ruang isolasi dengan lampu
dimatikan.
Kamis, 6 1,2,3  Mengobservasi kondisi umum pasien.  KU cukup, komposmentis
April 2017  Mengkaji keluhan pasien  Pasien mengeluh badan masih kaku,
08.00  Memberikan injeksi IV ceftazidim 1 gr/8 jam mulut kaku, oksigen sudah dilepas.
 Memberikan injeksi ranitidin 1x2 ml
09.00  Melepas kanul oksigen.
 Memberikan drip MgSO4 2 gr/jam
10.00  Memonitor infus D5% + diazepam 3 amp.  Tetesan infus drip kontinu.
 Memonitor TTV  TD 140/80 mmHg, Nadi 89 x/mnt,
11.00  Memberikan nutrisi susu cair suhu 37,8 0C, dan RR 22 x/mnt.
 Pasien masih diet cair.
13.00  Melatih kemampuan menelan dan gerak
rahang  Pasien bedrest.
 Menganjurkan untuk istirahat yang cukup  Pasien masih kesulitan
 Melakukan ROM pasif dan aktif. menggerakkan persendiannya.
 Mengontrol lingkungan agar terhindar dari  Pasien di ruang isolasi dengan lampu
cahaya. dimatikan.

E. EVALUASI

Hari, jam Dx. Keperawatan Evaluasi (SOAP)


(WIB) (KODE)
Selasa, 4 1,2,3 S: Pasien mengeluh seluruh badan kaku dan nyeri, susah untuk miring kanan kiri, mulut
April 2017 kaku.
O: Ku cukup, CM, TD 140/60 mmHg, Nadi 86 x/mnt, suhu 37,3 0C, dan RR 26 x/mnt, diet
cair, terpasang kateter dan nasal kanul oksigen.
A: masalah teratasi sebagian
1. Risiko infeksi
Indikator Awal Sekarang Akhir
- Identifikasi faktor risiko 3 4 5
- Pertahankan lingkungan yang bersih 3 4 5
- Strategi mengontrol infeksi 3 3 5
- Monitor perubahan status kesehatan 3 3 5

2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan


Indikator Awal Sekarang Akhir
- Asupan makanan peroral 1 1 3
- Asupan cairan peroral 3 3 5

3. Hambatan mobilitas fisik


Indikator Awal Sekarang Akhir
- Rahang 2 2 5
- Leher 2 2 5
- Tulang belakang 2 2 5
- Lengan 2 2 5
- Jari 2 3 5
- lutut 2 2 5

P: melanjutkan intervensi dan mengajari ROM

Rabu, 5 1,2,3 S:Pasien mengatakan badan masih kaku sulit digerakkan, masih susah bicara.
April 2017 O: Ku cukup, CM, TD 140/70 mmHg, Nadi 86 x/mnt, suhu 36,7 0C, dan RR 24 x/mnt, diet
cair, terpasang kateter dan nasal kanul oksigen, jari tangan bisa digerakkan
A: masalah teratasi sebagian
1. Risiko infeksi
Indikator Awal Sekarang Akhir
- Identifikasi faktor risiko 3 4 5
- Pertahankan lingkungan yang bersih 3 4 5
- Strategi mengontrol infeksi 3 3 5
- Monitor perubahan status kesehatan 3 4 5

2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan


Indikator Awal Sekarang Akhir
- Asupan makanan peroral 1 1 3
- Asupan cairan peroral 3 4 5

3. Hambatan mobilitas fisik


Indikator Awal Sekarang Akhir
- Rahang 2 2 5
- Leher 2 2 5
- Tulang belakang 2 2 5
- Lengan 2 3 5
- Jari 2 4 5
- lutut 2 2 5

P: melanjutkan intervensi, latihan menelan, dan mengajari ROM aktif


Kamis, 6 1,2,3 S: Pasien mengatakan badan masih kaku sulit digerakkan dan sakit kalau dipaksakan.
April 2017 O: KU cukup, CM, TD 140/80 mmHg, Nadi 89 x/mnt, suhu 37,8 0C, dan RR 22 x/mnt,
masih diet cair, terpasang kateter, dan oksigen sudah dilepas.
A: masalah teratasi sebagian
1. Risiko infeksi
Indikator Awal Sekarang Akhir
- Identifikasi faktor risiko 3 5 5
- Pertahankan lingkungan yang bersih 3 5 5
- Strategi mengontrol infeksi 3 4 5
- Monitor perubahan status kesehatan 3 4 5

2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan


Indikator Awal Sekarang Akhir
- Asupan makanan peroral 1 1 3
- Asupan cairan peroral 3 5 5

3. Hambatan mobilitas fisik


Indikator Awal Sekarang Akhir
- Rahang 2 3 5
- Leher 2 3 5
- Tulang belakang 2 2 5
- Lengan 2 3 5
- Jari 2 5 5
- lutut 2 3 5

P: melanjutkan intervensi dan mengonsultasikan ke rehabilitasi medik untuk mendapat


terapi

You might also like