Professional Documents
Culture Documents
Suplemen ini
biasanya diberikan pada golongan rawan kurang zat besi yaitu balita, anak sekolah, wanita
usia subur dan ibu hamil. Pemberian suplemen tablet zat besi pada golongan tersebut
dilakukan karena kebutuhan akan zat besi yang sangat besar, sedangkan asupan dari makan
saja tidak dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Makanan yang banyak mengandung zat besi
antara lain daging, terutama hati dan jeroan, apricot, prem kering, telur, polong kering,
Sumber :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/23896/Chapter%20II.pdf;jsessionid=5
B5AF48BF474E7B0296BF23299D43F5B?sequence=4
Penyerapan zat besi terjadi di usus dua belas jari (duodenum) dan usus halus (jejenum)
bagian atas. Zat besi memasuki lambung dari kerongkongan dalam bentuk besi (ferri)
kemudian teroksidasi dalam bentuk besi larut (ferro). Asam lambung akan menurunkan pH
sehingga dapat meningkatkan kelarutan dan penyerapan zat besi. Ketika produksi asam
lambung terganggu, penyerapan zat besi juga akan terganggu. Setelah berbentuk ferro, sel
mukosa usus pada duodenum dan jejenum akan menyerap zat besi ini. Penyerapan zat besi
dibantu oleh protein khusus yaitu transferin (tf). Protein tersebut berfungsi mengangkut zat
besi dari saluran cerna ke seluruh jaringan tubuh khususnya sumsum tulang belakang, yang
akan digunakan untuk membentuk hemoglobin sel darah merah. Asam fitat, tanin, dan
Sumber : http://lagizi.com/efektivitas-penyerapan-zat-besi/
Zat besi diserap didalam duodenum dan jejenum bagian atas melalui proses yang kompleks.
Besi yang terdapat didalam bahan pangan, baik dalam bentuk fe3+ (ferri) atau fe2+ (ferro)
mula-mula mengalami proses pencernaan. Didalam lambung, bentuk besi ferri larut dalam
asam lambung, kemudian diikat oleh gastroferin dan direduksi menjadi ferro dengan adanya
asam askorbat (vitamin C). Didalam usus, ferro dioksidasi menjadi ferri. Selanjutnya
ferro ke dalam plasma darah. Didalam plasma darah, ferro dioksidasi menjadi ferri dan
penyimpanan besi di dalam tubuh (hati, sumsum tulang, limpa, sistem retikuloendotelial)
kemudian dioksidasi menjadi ferri dan bergabung dengan apoferitin membentuk ferritin yang
kemudian disimpan, besi yang terdapat pada plasma seimbang dengan bentuk yang disimpan.
Besi yang terdapat di dalam bahan pangan, baik dalam bentuk Fe 3+ (ferri) atau Fe 2+ (ferro)
mula – mula mengalami proses pencernaan. Di dalam lambung Ferri larut dalam asam
lambung, kemudian diikat oleh gastroferin dan direduksi menjadi Ferro. Di dalam usus, Ferro
dioksidasi menjadi Ferri. Ferri selanjutnya berikatan dengan apoferitin yang kemudian
ditransformasi menjadi feritin, membebaskan Ferro ke dalam plasma darah. Di dalam plasma,
Ferro dioksidasi menjadi Ferri dan berikatan dengan transferitin. Transferitin mengangkut
Ferro ke dalam sumsum tulang untuk bergabung membentuk hemoglobin. Besi dalam plasma
ada dalam keseimbangan. Transferrin mengangkut Ferro ke dalam tempat penyimpanan besi
di dalam tubuh (hati, sumsum tulang, limpa, sistem retikulo endotelial), kemudian dioksidasi
menjadi Ferri. Ferri ini bergabung dengan apoferritin membentuk ferritin yang kemudian
disimpan, besi yang terdapat pada plasma seimbang dengan bentuk yang disimpan.
Ketika besi diabsorbsi dari usus halus menuju ke plasma darah, besi tersebut bergabung
dengan apotransferin membentuk transferin yang selanjutnya diangkut dalam plasma darah.
Besi dan apotransferin berikatan secara longgar, sehingga memungkinkan untuk melepaskan
partikel besi ke sel jaringan dalam tubuh yang membutuhkan. Absorbsi besi diatur melalui
besarnya cadangan besi dalam tubuh. Absorbsi besi rendah jika cadangan besi tinggi,
sebaliknya jika cadangan besi rendah absorbsi besi ditingkatkan. Setelah itu, besi dalam
transferin di plasma darah masuk ke dalam sumsum tulang untuk pembentukan eritrosit dan
hemoglobin. Besi yang berlebih akan bergabung dengan protein apoferritin membentuk
ferritin dan disimpan dalam sistem retikuloendotelial (RE). Oleh karena apoferritin
mempunyai berat molekul besar, 460.000, ferritin bisa mengikat sejumlah besar besi. Besi
yang disimpan sebagai ferritin disebut besi cadangan. Ditempat penyimpanan, terdapat besi
yang disimpan dalam jumlah yang sedikit dan bersifat tidak larut, yang disebut hemosiderin.
Bila jumlah besi dalam plasma sangat rendah, besi yang terdapat di penyimpanan ferritin
dilepaskan dengan mudah ke dalam plasma, dan diangkut dalam bentuk transferin dan
kembali ke sumsum tulang untuk dibentuk eritrosit. Bila umur eritrosit sudah habis dan sel
dihancurkan, maka hemoglobin yang dilepaskan dari sel akan dicerna oleh sistem makrofag-
monosit. Disini terjadi pelepasan besi bebas, dan disimpan terutama ditempat penyimpanan
Sumber : https://www.academia.edu/4631743/ZAT_BESI
Sumber lain :
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/121/jtptunimus-gdl-nurelawati-6016-2-babiip-f.pdf
https://www.dictio.id/t/bagaimana-proses-absorpsi-zat-besi-dalam-tubuh-manusia/8249