You are on page 1of 4

Asupan zat besi selain dari makanan adalah melalui suplemen tablet zat besi.

Suplemen ini

biasanya diberikan pada golongan rawan kurang zat besi yaitu balita, anak sekolah, wanita

usia subur dan ibu hamil. Pemberian suplemen tablet zat besi pada golongan tersebut

dilakukan karena kebutuhan akan zat besi yang sangat besar, sedangkan asupan dari makan

saja tidak dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Makanan yang banyak mengandung zat besi

antara lain daging, terutama hati dan jeroan, apricot, prem kering, telur, polong kering,

kacang tanah dan sayuran berdaun hijau (Pusdiknakes, 2003).

Sumber :

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/23896/Chapter%20II.pdf;jsessionid=5

B5AF48BF474E7B0296BF23299D43F5B?sequence=4

Penyerapan zat besi terjadi di usus dua belas jari (duodenum) dan usus halus (jejenum)

bagian atas. Zat besi memasuki lambung dari kerongkongan dalam bentuk besi (ferri)

kemudian teroksidasi dalam bentuk besi larut (ferro). Asam lambung akan menurunkan pH

sehingga dapat meningkatkan kelarutan dan penyerapan zat besi. Ketika produksi asam

lambung terganggu, penyerapan zat besi juga akan terganggu. Setelah berbentuk ferro, sel

mukosa usus pada duodenum dan jejenum akan menyerap zat besi ini. Penyerapan zat besi

dibantu oleh protein khusus yaitu transferin (tf). Protein tersebut berfungsi mengangkut zat

besi dari saluran cerna ke seluruh jaringan tubuh khususnya sumsum tulang belakang, yang

akan digunakan untuk membentuk hemoglobin sel darah merah. Asam fitat, tanin, dan

antasida dapat memblokir penyerapan zat besi ini.

Sumber : http://lagizi.com/efektivitas-penyerapan-zat-besi/
Zat besi diserap didalam duodenum dan jejenum bagian atas melalui proses yang kompleks.

Proses ini meliputi tahap-tahap utama sebagai berikut :

Besi yang terdapat didalam bahan pangan, baik dalam bentuk fe3+ (ferri) atau fe2+ (ferro)

mula-mula mengalami proses pencernaan. Didalam lambung, bentuk besi ferri larut dalam

asam lambung, kemudian diikat oleh gastroferin dan direduksi menjadi ferro dengan adanya

asam askorbat (vitamin C). Didalam usus, ferro dioksidasi menjadi ferri. Selanjutnya

berikatan dengan apoferitin yang kemudian ditransformasi menjadi feritin, membebaskan

ferro ke dalam plasma darah. Didalam plasma darah, ferro dioksidasi menjadi ferri dan

berikatan dengan transferitin. Transferitin mengangkut ferro kedalam sumsum tulang

belakang untuk membentuk hemoglobin. Transferin mengangkut ferro ke dalam tempat

penyimpanan besi di dalam tubuh (hati, sumsum tulang, limpa, sistem retikuloendotelial)

kemudian dioksidasi menjadi ferri dan bergabung dengan apoferitin membentuk ferritin yang

kemudian disimpan, besi yang terdapat pada plasma seimbang dengan bentuk yang disimpan.

Sumber : pdf Fe (di hp)

PENYERAPAN ZAT BESI

Besi yang terdapat di dalam bahan pangan, baik dalam bentuk Fe 3+ (ferri) atau Fe 2+ (ferro)

mula – mula mengalami proses pencernaan. Di dalam lambung Ferri larut dalam asam

lambung, kemudian diikat oleh gastroferin dan direduksi menjadi Ferro. Di dalam usus, Ferro

dioksidasi menjadi Ferri. Ferri selanjutnya berikatan dengan apoferitin yang kemudian

ditransformasi menjadi feritin, membebaskan Ferro ke dalam plasma darah. Di dalam plasma,

Ferro dioksidasi menjadi Ferri dan berikatan dengan transferitin. Transferitin mengangkut

Ferro ke dalam sumsum tulang untuk bergabung membentuk hemoglobin. Besi dalam plasma

ada dalam keseimbangan. Transferrin mengangkut Ferro ke dalam tempat penyimpanan besi

di dalam tubuh (hati, sumsum tulang, limpa, sistem retikulo endotelial), kemudian dioksidasi
menjadi Ferri. Ferri ini bergabung dengan apoferritin membentuk ferritin yang kemudian

disimpan, besi yang terdapat pada plasma seimbang dengan bentuk yang disimpan.

Pengangkutan dan Penyimpanan Besi

Ketika besi diabsorbsi dari usus halus menuju ke plasma darah, besi tersebut bergabung

dengan apotransferin membentuk transferin yang selanjutnya diangkut dalam plasma darah.

Besi dan apotransferin berikatan secara longgar, sehingga memungkinkan untuk melepaskan

partikel besi ke sel jaringan dalam tubuh yang membutuhkan. Absorbsi besi diatur melalui

besarnya cadangan besi dalam tubuh. Absorbsi besi rendah jika cadangan besi tinggi,

sebaliknya jika cadangan besi rendah absorbsi besi ditingkatkan. Setelah itu, besi dalam

transferin di plasma darah masuk ke dalam sumsum tulang untuk pembentukan eritrosit dan

hemoglobin. Besi yang berlebih akan bergabung dengan protein apoferritin membentuk

ferritin dan disimpan dalam sistem retikuloendotelial (RE). Oleh karena apoferritin

mempunyai berat molekul besar, 460.000, ferritin bisa mengikat sejumlah besar besi. Besi

yang disimpan sebagai ferritin disebut besi cadangan. Ditempat penyimpanan, terdapat besi

yang disimpan dalam jumlah yang sedikit dan bersifat tidak larut, yang disebut hemosiderin.

Bila jumlah besi dalam plasma sangat rendah, besi yang terdapat di penyimpanan ferritin

dilepaskan dengan mudah ke dalam plasma, dan diangkut dalam bentuk transferin dan

kembali ke sumsum tulang untuk dibentuk eritrosit. Bila umur eritrosit sudah habis dan sel

dihancurkan, maka hemoglobin yang dilepaskan dari sel akan dicerna oleh sistem makrofag-

monosit. Disini terjadi pelepasan besi bebas, dan disimpan terutama ditempat penyimpanan

ferritin yang akan digunakan untuk kebutuhan pembentukan hemoglobin baru.

Sumber : https://www.academia.edu/4631743/ZAT_BESI
Sumber lain :

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/121/jtptunimus-gdl-nurelawati-6016-2-babiip-f.pdf

https://www.dictio.id/t/bagaimana-proses-absorpsi-zat-besi-dalam-tubuh-manusia/8249

keyword : absorpsi zat besi dalam tubuh

You might also like