Professional Documents
Culture Documents
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY. “S” P20002 DENGAN INFEKSI BEKAS LUKA OPERASI
DI RUANG PERAWATAN LANTAI 3
RS BHAKTI RAHAYU SURABAYA
TANGGAL 12 DESEMBER 2009
DISUSUN OLEH :
DIANA NI’MATUL JANNAH
NIM P 27824307047
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN NIFAS
Nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan
yang lamanya 6 minggu.
Nifas adalah masa mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira – kira 6 minggu.
Nifas adalah masa pulih setelah partus selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti
sebelum hamil lamanya 6-8 minggu.
Nifas adalah dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil.
B. PERIODE NIFAS
1. Puerperium Dini
Yaitu kepulihan dimana ibu telah di perbolehkan berdiri dan berjalan – jalan dan boleh bekerja
40 hari.
2. Puerperium Intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote Puerperium
Yaitu waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila ibu selama hamil /
waktu persalinan mempunyai komplikasi.Waktu sehat sempurna bila berminggu –
minggu,bulanan atau tahunan.
C. PERUBAHAN – PERUBAHAN DARI ALAT – ALAT BADAN
a. Involusio uterus secara berangsur – angsur menjadi kecil sampai kembali seperti sebelum hamil
e. Perawatan Payudara
1. Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu.
2. Menggunakan BH yang menyokong.
3. Bila puting susu lecet oleskan colostrum / ASI yang keluar pada sekitar puting susu tiap kali
selesai menyusui.
4. Bila sangat lecet dapat di istirahatkan selama 24 jam, ASI dikeluarkan dan di minumkan dengan
menggunakan sendok.
5. Untuk menghilangkan nyeri,ibu dapat minum parasetamol1 tablet selama 4 – 6 jam.
6. Bila payudara bengkak akibat pembendungan ASI lakukan :
- Pengompresan payudara.
- Urut payudara dari pangkal menuju puting susu / gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan
arah Z menuju puting.
- Keluarkan ASI sebagian dari depan payudara sehingga puting susu menjadi lebih lunak.
- Susukan bayi setiap 2 – 3 jam,apabila tidak dapat menghisapseluruh ASI maka dileluarkan
dengan tangan.
- Letakkan kain dingin pada payudara selama menyusui
f. Perawatan Luka
1. Kasa perut harus dilihat 1 hari pasca bedah, bila basah dan berdarah harus dibuka dan diganti.
Lakukan perawatan luka ini setiap hari
2. jahitan yang perlu dibuka dapat dilakukan pada 5 haru pasca bedah.
g. Mobilisasi atau Latihan
- Sarankan ibu untuk memulai kegiatan – kegiatan rumah tangga secara perlahan – lahan.
- Jelaskan pentingnya alat perut dan panggul kembali normal,Ibu akan merasa lebih kuat dan ini
menyebabkan alat perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
h. Kebersihan Diri
- Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
- Menganjurkan ibu untuk membersihkan vulva tiap selesai BAB dan BAK.
- Mengajarkan pada ibu bagaimana cara membersihkan alat kelamin dengan sabun dan air.
- Berilah saran pada ibu untuk mengganti pembalut minimal 2 kali sehari.
- Jika ibu mempunyai luka episiotomi / laserasi, sarankan untuk menghindari menyentuh daerah
luka.
i. KB
- Idealnya ibu yang telah mengalami operasi SC harus menunggu sekurang – kurangnya 2 tahun.
- Biasanya wanita tidak menghasilkan telur (ovulasi sebelum ia mendapatkan lagi haidnya)
sebelum meneteki sehingga metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali
untuk mencegah kehamilan.
- Jenis – jenis kontrasepsi yang bisa digunakan untuk ibu nifas yaitu :
1) Tanpa alat
- Senggama terputus (coitus interuptus).
- Metode laktasi.
- Pantang berkala.
2) Dengan alat atau obat.
- Kondom.
- Cream, jelly atau tablet.
- Intra vagina (tisu KB).
3) Metode efektif
- Pil KB.
- AKDR.
- Suntikan KB
- Susuk KB
4) Metode mantap
- MOW (tubektomi).
- MOP (vasektomi).
G. PSIKOLOGI MASA NIFAS
a. Fase Dependen (Taking in).
- 1 sampai dengan 2 hari.
- Ibu lebih fokus pada dirinya sendiri.
- Ibu masih tergantung pada orang lain.
- Ibu menceritakan pengalamannya.
b. Fase Independen (Taking hold).
- Terjadi perluasan fokus perhatian pada ibu.
- Tertarik melakukan perawatan bayi.
- Mudah diberi motivasi tentang perawatan bayi dan dirinya.
c. Fase Interdependen (Letting go).
- Kemandirian meningkat.
- Mengenal bayi secara terpisah.
- Penyesuaian hubungan keluarga.
SECTIO CESAREA
I. PENGERTIAN
Sectio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding uterus.
( Phantom, Fakultas Kedokteran Surabaya )
Sectio sesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500gr, melalui
sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (intact).
(Pelayanan Kesehaan Maternal dan Neonatal, 2001:536)
II. PEMBAGIAN SECTIO SESAREA
1. section caesaria klasik atau korporal
Insisi memanjang pada segmen atas uterus
2. Sectio caesaria transperitoneus profunda
Insisi pada segmen bawah rahim, teknik ini paling sering dilakukan. Ada 2 macam :
a. Melintang (secara kerr)
b. Memanjang (secara kronig)
3. Sectio sesarea extra peritnealis
Rongga peritoneum tidak dibuka, dulu dilakukan pada penderita infeksi intra uterin yang berat,
tetapi sekarang jarang dilakukan.
4. Caesaria section hysterectomy
Setelah SC dikerjakan hysterectomy dengan indikasi :
atonia uteri
placenta acreta
myoma uteri
infeksi intra uterin yang berat
III. INDIKASI
1. Placenta previa terutama placenta previa totalis dan subtotalis
2. Panggul sempit
pada anak hidup dilakukan SC kalau conjunggata vera kurang dari 8,5 cm
pada anak mati dipaksa dilakukan SC kalau conjugata vera kurang dari 6 cm
Kalau CV antara 8,5 dan 10 cm dilakukan persalinan percobaan dan kalau persalinan percobaan
(SC sekunder).
Indikasi lainnya :
SC III
Letak sungsang
Tumor yang menghalangi jalan lahir
Pada kehamilan setelah operasi vaginal, misalnya fistel vesiko vaginalis atau man chester
operation.
Disfungsi uterus
Distosia jaringan lunak
Janin besar
Gawat janin
Keadaan-keadaan dimana usaha untuk melahirkan anak pervaginam gagal
IV. KONTRA INDIKASI SECTIO SESAREA
Infeksi dari isi rahim (tidak absolute) untuk premedikasi pada SC biasanya penderita diberi
morphin karena morphin ini menyebabkan asfiksia pada anak. Cukup diberi sulfas atrophi
V. KOMPLIKASI-KOMPLIKASI YANG BISA TIMBUL
1. Infeksi puerperal
Komplikasi ini bias bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa
nifas. Atau bersifat berat, seperti peritonitis, sepsis, dsb. Infeksi postoperative terjadi apabila
sebelum pembedahan sudah ada gejala infeksi intrapartum. Atau ada factor-faktor yang
merupakan factor predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban
pecah, tindakan vaginal sebelumnya)
Bahaya Infeksi sangat diperkecil dengan pemberian antibiotika, akan tetapi tidak dapat
dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih berbahaya dari pada SC
transperitonalis profunda.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bias timbul dalam pembedahan jika cabang-cabang uteri ikut terbuka, atau
karena atonia uteri.
3. Komplikasi-komplikasi lain, seperti luka kandung kencing, emboli paru-paru, dan sebagainya
sangat jarang terjadi.
4. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada dinding perut,
sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi rupture uteri. Kemungkinan peristiwa ini lebih
banyak ditemukan sesudah SC klasik.
5. Ruptura uteri pada kehamilan yang berikutnya, supaya luka dinding rahim ada kesempatan
menjadi lebih kuat kembali, dinasehatkan supaya penderita jangan hamil lagi selama 3 tahun.
VI.TEKNIK SECSIO SESARIA TRANSPERITONEALIS PROFUNDA
1.Ibu berbaring dengan letak trendelenburg ringan dan dipasang dower cateter.
2.Desinfeksi lapangan operasi dengan yodium alcohol.
3.Lapangan operasi dipersempit dengan duk steril.
4.Dilakukan insisi pada dinding perut pada garis tengah dari sympisis sampai beberapa centimeter
dibawah pusat.
5.Setelah peritoneum dibuka, dipasang speculum perut, dan lapangan operasi dipisahkan dari rongga
perut dan satu kain kasa panjang atau lebih.
6.Peritoneum pada dinding uterus depan dan bawah dipegang dengan pincet, plisa vesico uteria
dibuka dan insisi ini diteruskan melintang jauh ke lateral, kemudian kandung kemih dengan
peritoneum didepan uterus didorong kebawah dengan jari.
7.Pada segmen bawah uterus, yang sudah tidak ditutup lagi oleh peritoneum serta kandung kencing
dan yang biasanya sudah menipis, diadakan insisi melebar 10 cm dengan ujung kanan dan kiri
agak melengkung ke atas untuk menghindari cabang-cabang arteri uterine.
8.Sebelum dibuat insisi, posisi uterus diperiksa dulu untuk memperhatikan ligament rotunda kanan-
kiri (karena uterus dalam kehamilan tidak jarang memutar kekanan.
9.Ditengah-tengah, insisi diteruskan sampai dinding uterus terbuka dan tampak ketuban.
10. Luka yang terakhir ini dilebarkan dan dengan gunting berujung tumpul mengikuti sayatan yang
sudah dibuat lebih dahulu.
11. Ketuban dipecahkan dan air ketuban yang keluar dihisap.
12. Spekulum perut diangkat dan tangan dimasukkan kedalam uterus dibelakang kepala janin dan
memegang kepala dari belakang dengan jari tangan penolong, diusahakan lahirnya kepala
melalui lubang insisi.
13. Jika dialami kesulitan untuk melahirkan kepala janin dengan tangan dapat dipasang coenam
boerma.
14. Sesudah kepala janin lahir, badan terus dilahirkan, muka dan mulut dibersihkan tali pusat
dipotong, dan bayi diserahkan kepada orang lain untuk dirawat.
15. Pada letak sungsang atau lintang kaki janin dicari dan bayi dilahirkan dengan tarikan pada kaki.
16. Berikan suntikan oksitosin 10 unit intramural (bila perlu ditambah methergin intravena).
17. Placenta serta selaput ketuba dikeluarkan secara manual.
18. Segmen bawah rahim dijahit dalam 2 lapisan dengan catgut (bila perlu untuk sementara dapat
dimasukkan tampon kedalam rongga uterus guna mempermudah jahitan luka pada dinding
uterus, tampon ini diangkat sebelum luka pada uterus ditutup sama sekali).
19. Dilakukan peritonealisasi dari luka uterus dengan peritoneumuicerela kandung kemih dengan
catgut jelujur.
20. Perdarahan diperiksa dan dirawat, perhatikan kontraksi uterus
21. Dinding perut ditutup lapis demi lapis.
VII. TEKNIK SC KORPORAL
a. Setelah dinding perut dan peritoneum parietale terbuka pada garis tengah dipasang beberapa
kain kasa panjang antara dinding perut dan dinding uterus untuk mencegah masuknya air
ketuban dan darah ke rongga perut.
b. Diadakan insisi pada bagian tengah corpus uteri sepanjang 10-12 cm dengan ujung bawah diatas
batas plika vesiko uterina.
c. Diadakan lubang kecil pada kantong ketuban untuk menghisap air ketuban sebanyak mungkin,
lubang ini kemudian dilebarkan dan janin dilahirkan dengan tarikan pada kakinya.
d. Setelah anak lahir , corpus uteri dapat dikeluarkan dari rongga perut untuk memudahkan
tindakan-tindakan selanjutnya.
e. Berikan suntikan oksitosin 10 unit dalam dinding uterus atau intravena, dan placenta serta
selaput ketuban keluar secara manual.
f. Dinding uterus ditutup dengan jahitan catgutyang kuat dalam 2 lapisan. lapisan pertama terdiri
atas jahitan simpul dan lapisan kedua jahitan menerus.
g. Selanjutnya diadakan jahitan menerus dengan catgut yang lebih tipis, yang mengikutsertakan
peritoneum serta bagian luar miometrium dan yang menutup jahitan yang terlebih dahulu dengan
rapi, akhirnya dinding perut ditutup secara rapi.
INFEKSI
1. Definisi
Infeksi adalah masuknya mikroorganisme patogen atau kuman ke dalam tubuh dan
jaringan yang terjadi pada individu. Infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam setelah
operasi. Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilokokus aureus,
organisme ;gram positif. Stapilokokus mengakibatkan pernanahan. Untuk menghindari
infeksi luka yang pali penting adalah perawatan luka dengan mempertahankan aseptik
dan antiseptik.
2. Penyebab Infeksi
a. Adanya benda asing atau jaringan yang sudah mati didalam luka
b. Luka terbuka dan kotor
c. Gizi Buruk
d. Daya tahan tubuh yang lemah
e. Mobilisasi terbatas atau kurang gerak
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala infeksi meliputi:
a.Merasa panas pada daerah luka atau suhu badan panas
b.Merasa sakit atau nyeri pada daerah luka
c.Ada kemerahan pada kulit daerah luka
d.Terjadinya bengkak pada area luka
e.Gangguan fungsi gerak pada daerah luka
f.Luka berbau tidak sedap
g. Terdapat cairan berupa nanah pada luka
AJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
Keadaan sosial ekonomi rendah menimbulkan kurangnya pemenuhan gizi ibu nifas sehingga
kurang mengkonsumsi makanan yang tinggi protein sebagai pemulihan luka operasi
2. Keluhan utama
- Ibu merasakan gejala seperti :
a.Merasa panas pada daerah luka atau suhu badan panas
b.Merasa sakit atau nyeri pada daerah luka
c.Ada kemerahan pada kulit daerah luka
d.Terjadinya bengkak pada area luka
e.Gangguan fungsi gerak pada daerah luka
f.Luka berbau tidak sedap
g. Terdapat cairan berupa nanah pada luka
3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Ditanyakan untuk mengetahui apakah persalinan yang lalu dilakukan secara normal atau
SC dengan penyulit apa yang berkaitan dengan keadaan ibu sekarang.
4. Riwayat persalinan sekarang
1. Ketuban pecah / Tidak
Pengeluaran dari vulva sebagai tanda persalinan telah mulai sudah ada sejak permulaan
kadang – kadang di keluarkan bila persalinan sudah lebih jelas.
2. Penyulit pada ibu / bayi
Untuk mengetahui hal – hal yang membuat tidak nyaman dan di lakukan tindakan segera
bila hasil pengawasan itu ternyata ada kelainan.
( Ibrahim,Christina 1987 : 88 )
1. Jenis persalinan : Spontan / buatan / anjuran
2. Penolong : Bidan / dokter
3. Riwayat kelahiran anak
Riwayat anak yang dilahirkan mencakup :
o Berat bayi sewaktu lahir
o Kelainan bawaan bayi
o Jenis kelamin bayi
o Status bayi yang dilahirkan ( hidup / mati ) bila bayi masih hidup bagaimana keadaan sekarang
dan bila meninggal apa penyebab kematiannya.
Untuk mengetahui apakah placenta lengkap ( Tidak ada kelainan – kelainan bentuk,ukuran –
ukuran,warna )
a. TFU
Masa nifas ibu dengan SC biasanya fundus uteri terletak setinggi pusat
5. Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui apakah dari keluarga ibu / orang yang tinggal bersama ibu mempunyai
penyakit menular seperti AIDS,Penyakit kronis,keturunan dan adanya kehamilan kembar.
6. Riwayat penyakit lalu
Untuk mengetahui penyakit yang pernah dialami ibu karena penyakit yang pernah
dialami ibu bisa timbul kembali karena keadaan ibu pada waktu kehamilan dan setelah
melahirkan.
7. Riwayat KB
Jenis dan lama pengguna KB ibu hamil untuk mengetahui jarak kehamilan
8. Riwayat perkawinan
Ditanyakan kepada ibu berapa lama dan berapa kali kawin untuk membantumenentukan
bagaimana keadaan alat kelamin dalam ibu.
9. Riwayat psikososial
o Ibu senang dengan kelahiran bayinya
o Keluarga sangat mendukung dan menyambut kelahiran bayinya
- Istirahat : istirahat ibu nifas dengan SC biasanya kurang dari ibu nifas dengan
spontan karena rasa nyeri yang ada
- Aktifitas : ibu nifas dengan SC biasanya kurang gerak dan lebih lambat untuk
memulai mobilisasi dini karena masih harus beradaptasi dengan keadaan dirinya
- Personal Higine : Untuk mengetahui kebersihan alat reproduksi ibu dan apakah ibu sudah benar
dalam merawat alat reproduksinya terutama luka bekas operasi
- Nutrisi : Untuk mengetahui asupan gizi nifas ,supaya ibu siap dalam menyusui
dan untuk perbaiakn kondisi ibu
- Eliminasi : Untuk mengetahui pola BAK dan BAB ibu,jika ibu jarang
BAK akan mempengaruhi kondisi ibu.
B. DATA OBYEKTIF
Umum:pada ibu nifas dengan infeksi keadaan umum lemah
Kesadaran : Composmentis
3. TTV
Tekanan darah : Tekanan darah normal
Denyut Nadi : Denyut nadi meningkat
Temperatur : Suhu tubuh meningkat karena adanya infeksi
4.Pemeriksaan fisik
A. Inspeksi
Muka : muka ibu terlihat lemas dan meringis menahan nyeri luka
. Mata : ibu tidak anemis, sklera tidak ikterus
. Mamae : Keadaan buah dada diawasi setiap ibu akan menyusui anak dan pada waktu mengadakan
perawatan buah dada secara khusus dalam perawatan buah dada di temukan yang perlu
diperhatikan keadaan puting susu, pembengkakan buah dada dan pengeluaran ASI.
Abdomen : bagaimana keadaan luka bekas operasi apakah masih bagus atau mengeluarkan pus
B. Palpasi
- Perut
TFU : pada hari ke-14 biasanya TFU sudah tidak teraba
UC : Dalam pengawasan ini hendaknya diperhatikan apakah uterus bundar dan keras, maka
menandakan kontraksi uterus baik
VU : Kandung kemih yang penuh terjadi pengawasan proses persalinan kurang baik. Pada kandung
yang penuh akan mendesak fundus uteri. Lebih ke atas dan mempengaruhi kontraksi uterus
kurang baik dan mengakibatkan nadanya perdarahan.
Mamae : tidak terdapat massa abnormal, payudara teraba keras karena tidak menyusui bayinya
Auskultasi : Bising parut : Normal / Tidak
Bising jantung : Normal / Tidak
Perkusi : Metorismos atau tidak
Pemeriksaan Laboratorium :
leukosit meningkat, trombosit normal, hematokrit normal
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Diagnosa : Nifas dengan infeksi luka operasi
DS : Ibu mengatakan : merasa panas dan nyeri pada daerah luka, kemerahan pada kulit,
bengkak pada daerah luka, luka berbau tidak sedap
DO : k/u lemah
TTV : TD : normal
N : 100 – 120 x/menit
Rr : 16 – 20 x/menit
S : lebih dari 37,5 C
TFU : pada hari ke-14 TFU tidak teraba
UC : Baik / tidak
VU : Penuh / Kosong
Mamae : Bendungan ASI / Tidak
Lochea : Rubra / sangoilenta / Serosa / Alba / Purulenta / Lachioatosis
Masalah :
Kecemasan : Ibu mengatakan cemas dengan keadaanya, seperti nyeri luka dan keadaan
lukanya
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL
Nekrosis jaringan
Ditandai : pada tempat luka yang mengalami infeksi keluar pus terus menerus dan keadaan luka
terbuka
Antisipasi : perawatan luka yang steril 2 kali sehari
Bendungan payudara
Ditandai : Payudara mengeras dan membesar dikeduanya, bengkak dan terasa berat
Antisipasi : Kompres hangat pada payudara, susui bayi untuk mengosongkan payudara, jika
masih belum penuh, perah dengan tangan ( manual ) pijat payudara mulai dari luar kearah puting
susu “ Z “ pada daerah yang mengeras. Gunakan BH, lalu kompres dingin, Bila nyeri minum
parasetamil 1 tablet setiap 4 – 6 jam.
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter OBGIN untuk tindakan lebih lanjut sesuai keadaan klien
RVENSI
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga
Rasional : agar memudahkan proses komunikasi tentang hasil pemeriksaan pada ibu
diperlukan agar ibu mengetahui keadaan / sesuatu yang terjadi padanya
2. Jelaskan pada ibu tentang penyebab nyeri luka
Rasional : Agar ibu tidak cemas lagi
3. Jelaskan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi protein
R : agar mempercepat kesembuhan luka operasi
4. Perbaiki posisi ibu dan ajari ibu teknik mobilisasi yang benar
Rasional : Agar luka cepat sembuh dan keadaan ibu kembali pulih
5. Kolaborasi dengan dokter SPOG
Rasional : Untuk mendapat advice selanjutnya.
6. Lakukan observasi TTV dan k/u pasien
Rasional : Dengan observasi keadaan ibu dapat di pantau, sehingga dapat mengetahui
perkembangan kemajuan kesehatan ibu
7. Lakukan rawat luka 2 kali sehari
Rasional : Merawat higiene luka dan meminimalkan resiko infeksi.
IV. IMPLEMENTASI
Sesuai dengan Intervensi dan kondisi ibu
V. EVALUASI
Sesuai dengan tujuan kriteria hasil, mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah di berikan.
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Tanggal : 8 Desember 2009
DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
Nama ibu : Ny “S” Nama Suami : Tn “A”
Umur : 33 Tahun Umur : 33 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Hayam wuruk baru II/49 Alamat : Hayam wuruk baru II/49
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan jahitan luka operasi terbuka sejak tanggal 3-12-2009
Ibu mengatakan keluar nanah dari luka operasi yang terbuka
Ibu mengatakan nyeri pada luka tersebut
3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
NO Suami Kehamilan Persalinan Nifas KET
Kehamilan UK Penolong jenis JK BB/TB Menyusui Cacat/Tidak
1 1 9 Dokter SC P 3000 7 th
2 bln dokter SC gr 2
9 mg
bln
DATA OBYEKTIF
1. k/u : lemah
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : TD : 120/80 mmhg Rr : 20 x/menit
N : 102 x/menit S : 37,9 °C
4. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Muka : muka ibu terlihat lemas dan meringis menahan nyeri luka
Mata : ibu tidak anemis, sklera tidak ikterus
Mamae : hiperpigmentasi areola, payudara membesar
Abdomen : keadaan luka bekas operasi terbuka, berbau tidak sedap dan mengeluarkan pus
C. Palpasi
- Perut
TFU : tidak teraba
VU : Kosong
Mamae : tidak terdapat massa abnormal, payudara teraba keras
Auskultasi : Bising parut : Normal
Bising jantung : Normal
Perkusi : Metorismus atau tidak
Pemeriksaan Laboratorium :
leukosit = 12.500/cmm3
trombosit = 315.000
hematokrit = 39,7%
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Diagnosa : P20002 dengan infeksi luka operasi
DS : Ibu mengatakan jahitan luka operasi terbuka sejak tanggal 3-12-2009
Ibu mengatakan merasa nyeri pada daerah luka
Ibu mengatakan keluar nanah dari luka bekas operasi
DO : k/u lemah
TTV : TD : 120/80 mmhg Rr : 20 x/menit
N : 102 x/menit S : 37,9 °C TD : normal
TFU : tidak teraba
VU : Penuh
Mamae : tidak terdapat massa abnormal,payudara teraba keras
Masalah :
Kecemasan : Ibu mengatakan cemas dengan keadaanya yaitu nyeri luka dan keadaan lukanya
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL
Nekrosis jaringan
Bendungan ASI