You are on page 1of 4

A.

ARTI PENDIDIKAN
Pendidikan pada umunya akan memperhatikan seluruh makhluk hidup : manusia,
binatang ataupun tumbuh – tumbuhan sehingga mencapai kehidupan yang utama. Sudah
barang tentu masing – masing makhluk mempunyai ciri khas tersendiri dalam
perkembangannya yang barangkali tidak atau belum dapat dijangkau oleh akal fikiran
manusia. Maka usaha – usaha untuk mendidik makhluk hidup tersebut masih terbatas pada
kemampuan yang ada pada manusia.
Kalau kita menginginkan hasil perkebunan kapas kita baik, maka kita harus mencari
bibit yang unggul. Agar bibit tersebut tumbuh dan berkembang dengan baik, maka kita harus
menyiapkan segala sesuatunya secara baik. Misalnya tanah yang subur, irigasi yang baik,
pupuk yang memadai dan lain sebagainya.
Petani yang trampil adalah yang mengerti benar – benar proses pertumbuhan dan
perkembangan tanamannya dan segala sesuatu yang dibutuhkan agar ia dapat tumbuh lebih
subur dan lestari. Lebih dari itu juga mengerti macam – macam hama/penyakit yang bisa
merusaknya dan membasminya serta sanggup memeliharanya selama masa pertumbuhan dan
perkembangannya. Sehingga dapat berkembang dengan baik dan menghasilkan banyak,
bermanfaat dan berkah.
Kiranya tidak jauh berbeda antara bibit tanaman dengan anak kecil, ia harus
dipersiapkan sebaik – baiknya agar menjadi orang yang kuat, mampu dan sukses dalam arti
yang luas. Alangkah miripnya antara kebun/sawah, irigasi dan pupuk dengan miliu yang
penuh dengan segala yang dibutuhkan anak selama pertumbuhan/perkembangannya;
makanan, perlindungan, pemeliharaan, pengalaman hidup, ketrampilan dalam kehidupan
sosial dan lain – lain.
Adalah serupa antara seorang petani yang trampil dengan seorang pendidik yang cakap
membimbing dan membina pertumbuhan/perkembangan anak. Sehingga ia memiliki
kepribadian yang kuat, bakat yang berkembang, dapat meraih sesuatu yang diinginkan berkat
pengalaman dan ketrampilannya serta dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik.
Seperti halnya petani yang trampil; ia membutuhkan tanah yang subur, irigasi yang
teratur dan pupuk yang memadai sebagai ganti daripada ia membiarkan tumbuh begitu saja.
Dengan demikian, ia dijamin memperoleh keuntungan yang besar, tanpa kerugian sedikit
pun. Demikian pula seorang pendidik, ia harus mempersiapkan bagi anak miliu yang baik,
penuh dengan pengaruh – pengaruh positif, banyak kegiatan yang bisa menunjang
pertumbuhan dan perkembangannya; di antaranya lembaga – lembaga pendidikan yang baik.
Kemudian mendidiknya dari segala aspek, akal, jasmani, akhlak, rohani dan lain – lain serta
mengarahkannya/membinanya kepada hal – hal yang baik bagi diri anak dan masyarakatnya.
Pengalaman – pengalaman yang diberikan oleh guru pada anak didik hendaklah benar –
benar dapat dimengerti sehingga peristiwa jelek yang menimpa orang – orang terdahulu tidak
akan menimpa (dialami) oleh anak didik (dapat dijadikan kaca perbandingan dan pelajaran
bagi mereka). Anak didik bersama – sama dengan guru hendaklah dapat mengorganisir
pengalaman – pengalaman edukatifnya dengan baik. Dan seorang pendidik (guru) hendaklah
dapat mengatur pengalaman – pengalaman tersebut dalam suatu rencana
pendidikan/pengajaran sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan kepribadian anak
sehingga ia dapat beramal baik dan memiliki masa depan yang lebih cerah. Ia terus maju dan
meningkat sehingga dapat hidup tenang, istiqamah dan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Guru hendaklah dapat membimbing anak didiknya agar dapat mengatur aktifitas –
aktifitasnya di dalam dan di luar kelas, yakni aktifitas – aktifitas yang dapat mengembangkat
bakatnya dan bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhannya. Guru hendaklah dapat
mengarahkan perkembangan anak didiknya sesuai dengan lingkungannya sehingga anak
didiknya sesuai dengan lingkungannya sehingga ia (masing – masing) bisa hidup seirama
dengan masyarakatnya. Karena setiap masyarakat mempunyai adat istiadat, peradaban, watak
dan tatanan sosial sendiri – sendiri. Agar anak dapat beradaptasi dan seiring dengan miliunya,
maka ia sendiri juga harus mau tahu dan berusaha tahu adat istiadat yang berlaku di situ.
Guru hendaklah memberikan bimbingan pada anak untuk dapat memperbaiki kesalahan
– kesalahan dan kekurangan – kekurangan yang ada dalam masyarakat, misalnya masalah
kesehatan, kebersihan, ekonomi dan lain – lain sehingga bisa memajukan/meningkatkan taraf
hidup mereka dan membantu memecahkan masalah – masalah yang mereka hadapi. Dengan
demikian anak didik mempunyai rasa tanggungjawab sosial yang besar sekaligus melatih
memecahkan/menyelesaikan masalah – masalah yang terjadi di masyarakat.
Inilah beberapa segi yang kirnya perlu di camkan, sehingga kita benar – benar mengerti
arti dan tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Pendidikan merupakan proses
perubahan/pengembangan diri anak dalam segala segi sehingga terbentuklah suatu
kepribadian yang utuh (insane kamil) baik sebagai makhluk sosial maupun sebagai makhluk
individu, dapat beradaptasi dan hidup dengan masyarat sekitar dan masyarakat luas dengan
baik. Tentunya ia juga mempunyai rasa tanggungjawab yang besar pada diri sendiri, orang
lain dan Tuhannya.
B. TUJUAN PENDIDIKAN
Dari pengertian pendidikan di atas, kita dapat menentukan tujuan yang harus dicapai
dan memberikan petunjuk kepada pendidik untuk melangkah kea rah yang harus dicapai.
Namun, sampai dewasa ini masalah tujuan pendidikan masih merupakan hal yang
belum jelas dan atau masih simpang siur di kalangan para ahli pendidikan itu sendiri. Ada di
antara mereka yang berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah untuk memberikan bekal
kepada generasi muda agar bisa mendapatkan/memperoleh pekerjaan. Sedang mereka yang
pemikirannya bertolak dari kebudayaan, maka tujuan pendidikan menurut mereka akan lebih
luas lagi, yaitu untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan. Dan bagi mereka yang bertitik
tolak dari pendapat bahwa “akal yang sehat berada pada jasmani yang sehat” dan apabila
menginginkan generasi yang baik, maka tujuan pendidikannya lebih diarahkan pada
pendidikan jasmani. Sebab, dengan pendidikan jasmani kesehatan akal akan dicapai dengan
kesehatan jasmani itu sendiri.
Ada pula yang berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mencetak manusia –
manusia yang berakhlaqul karimah (berbudi pekerti yang luhur).
Disamping pendapat – pendapat di atas masih banyak lagi pendapat – pendapat yang
lain. Masing – masing ada benarnya, hanya saja mereka cenderung
menekankan/mementingkan satu aspek tanpa melihat aspek – aspek dan kebutuhan –
kebutuhan yang lain. Yang tidak benar adalah kalau salah satu tujuan yang disebutkan di atas
merupakan satu – satunya tujuan pendidikan sehingga usaha kita hanya tertuju pada satu
tujuan/aspek dan mengabaikan aspek – aspek yang lain. Kalau kita membatasi tujuan
pendidikan itu sekedar untuk memberi bekal kehidupan di masa mendatang, berarti usaha kita
hanya terbatas pada masalah tersebut, tanpa mengindahkan bidang akhlak, sosial dan lain –
lain. Memang kita bisa mencetak teknisi – teknisi dan ekonom yang ulung, tetapi di sisi lain
kita gagal mencetak warga negara yang baik, yang tahu akan kepentingan negaranya, mampu
mengemban tugas – tugasnya dengan baik dan jujur, tidak menyesatkan orang lain dan tidak
menipu, tahu akan kewajiban – kewajibannya dan berdisiplin dalam melaksanakannya.
Apabila tujuan pendidikan hanya terbatas pada penguasaan ilmu, memang kita bisa
mencetak manusia yang serba mengerti dalam bidang ilmiah dan budaya dan kita sukses
dalam bidang tersebut, tetapi mereka tidak dapat mengetrapkan ilmunya demi kepentingan
sosial dan tidak/belum tentu mampu memberikan andil demi kemaslahatan ummat serta
memiliki budi pekerti yang luhur. Karena itu ilmu pengetahuan saja tidak bisa dijadikan satu
– satunya tujuan pendidikan.
Membatasi tujuan pendidikan pada latihan jasmani dan perkembangan organ tubuh
sudah tidak diragukan lagi bahwa hal itu akan meningkatkan kemampuan anggota badan dan
meningkatkan daya/tenaganya, hanya saja kesemuanya itu akan dikemanakan dan untuk apa ?
Apakah akan diarahkan untuk membina masyarakat, untuk menghancurkan dan
memusnahkan musuh atau untuk lainnya. Yang tepat adalah diarahkan untuk supaya
seseorang mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik, membina
kepribadiannya baik segi akhlak, mental, rasa sosial dan lain sebagainya.
Kalau hanya akhlak yang luhur sebagai tujuan pendidikan (dalam arti sempit, terbatas
pada pengetahuannya saja), memang tidak diragukan lagi bahwa pelajaran akhlak (budi
pekerti) dapat mendorong seseorang menjatuhkan diri dari perbuatan yang jelek dan
memberikan bekal padanya untuk berbuat baik, dipercaya ucapannya, rela beramal, berbuat
baik pada orang lain dan hidup bergotong – royong dengan masyarakat sekitarnya. Akan
tetapi kadang – kadang justru ia tidak mampu berbuat baik untuk dirinya sendiri atau
masyarakat, karena senang kebaikan bukan berarti jaminan untuk menjalankan kebajikan.
Padahal masyarakat membutuhkan manusia – manusia yang trampil bekerja sebagaimana
mereka membutuhkan manusia – manusia yang ikhlas beramal.
Dari sinilah kami berpendapat bahwa tujuan pendidikan hendaknya tidak hanya terbatas
pada satu segi saja, tetapi harus meliputi segala bidang/aspek kepribadian. Dengan demikian
kita dapat memenuhi segala kebutuhan dan tuntutan serta hal – hal yang berlaku dalam
masyarakat seperti keteladanan, hubungan sosial yang baik dan harmonis antar anggota
masyarakat. Karena itu sebagai puncak tujuan pendidikan ialah membentuk kepribadian anak
dan meningkatkannya dengan berbagai peningkatan untuk menjadi manusia yang sempurna
(insan kamil).

You might also like