You are on page 1of 24

Laporan Skill Lab Family Folder Puskesmas Tanjung Duren Selatan

Tria Puspa Ningrum


102012110
triapusspa@Gmail.Com
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacanajalan Arjuna Utara 6, Jakarta Barat

Pendahuluan
Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang dalam prakteknya melayani pasien
menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga. Kompetensi dokter keluarga tercermin dalam
profile the five stars doctor. Pelayanan kedokteran yang menerapkan prinsip-prinsip kedokteran
keluarga meliputi: komprehensif (pelayanan kedokteran yang menyeluruh/integral yaitu meliputi
usaha promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dengan mengutamakan pencegahan, kontinyu
(dalam proses dan waktu), kolaboratif dan koordinatif dengan pasien dalam menentukan
keputusan untuk kepentingan pasien, berdasarkan evidence based medicine misalnya dengan
cara mengikuti seminar/pendidikan kedokteran berkelanjutan. Pasien yang dilayani adalah
peribadi/perorangan seutuhnya (bio-psiko-sosial) yang unik (berbeda satu dengan lainnya) serta
harus dipandang sebagai satu kesatuan dengan keluarganya dalam segala aspek (keturunan,
ideology, politik, ekonomi, social, budaya, agama, keamanan dan lingkungannya). Pelayanan
dokter keluarga menunjang setiap orang sadar, mau dan mampu hidup sehat dalam arti sejahtera
jasmani, rohani dan sosial yang memungkinkan setiap orang bekerja produktif secara sosial dan
ekonomi (uu no. 23/92 tentang kesehatan).1

Seorang dokter berkompetensi dengan profil yang direkomendasikan who yaitu ‘five stars
doctor’ yang dijabarkan sebagai berikut:
 Health provider: memberikan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan pasien sebagai
manusia yang utuh (holistic) baik individu, maupun sebagai bagian integral keluarga dan
masyarakat, layanan berkualitas, menyeluruh, berkesinambungan dan layanan secara
perseorangan jangka panjang dan hubungan saling percaya.

1
 Decision maker: mampu membuat keputusan secara ilmiah berkaitan dengan pemeriksaan,
pengobatan, dan penggunaan teknologi tepat guna sesuai dengan harapan pasien, etis,
pertimbangan cost effective dan adanya kemungkinan layanan yang terbaik.
 Communicator: mampu menjelaskan dan memberikan nasehat untuk berperilaku sehat
dengan cara yang efektif sehingga kelompok atau individu dapat meningkatkan dan
melindungi kesehatan mereka.
 Community leader: sebagai orang yang dipercaya oleh masyarakat ditempat bekerjanya, dan
dapat mempersatukan kebutuhan-kebutuhan akan kesehatan baik pada perseorangan maupun
kelompok, melakukan sesuatu dengan mengatasnamakan masyarakat.
 Manager: dapat bekerja sacara harmonis dengan individu dan organisasi baik di dalam
maupun diluar system kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan pasien secara individu
dan masyarakat, menggunakan data-data kesehatan secara tepat.
Prinsip pokok dari dokter keluarga adalah untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kedokteran
menyeluruh. Oleh karena itu perlu diketahui berbagai latar belakang pasien yang menjadi
tanggungannya. Untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan seperti itu diperlukan adanya
kunjungan rumah (home visit). Manfaat yang didapatkan dari kunjungan ke rumah pasien antara
lain:
1. Meningkatkan pemahaman dokter tentang pasien
2. Meningkatkan hubungan dokter pasien
3. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien
Manfaat kunjungan ke puskesmas dan bertemu sendiri dengan pasien adalah agar mahasiswa
dapat menerapkan atau mengaplikasikan sendiri praktek pendekatan kedokteran keluarga.

2
Laporan kasus

Puskesmas kelurahan : tanjung duren selatan.


Nomor register :-
Tanggal kunjungan : 26 juli 2016

Nama pasien; dahliyah


umur ; 3 tahun
jenis kelamin; perempuan
alamat; jl. Sekertaris rt 15 / rw 07
no telepon; 089519213567
pekerjaan; -
pendidikan terakhir; -

Nama keluarga dan anggota serumah yang bukan keluarga

No Nama Hk U Jk S P P Status Sid Ttv Ab/pr


gizi(tb, otesa
bb, bmi)

1 Tn. Suami 44 L Betawi Smp Mekani 165, 60, Lengkap - -


Ridwan thn k 22
2 Ny. Istri 39 P Jawa Smp Irt 149, 56, Lengkap 140/1 -
Dariem thn 25 00
3 Rizki r Anak 21 L Jawa Smk Pelajar 160,50, Lengkap - -
thn 19,5
4 Priska Anak 15 P Jawa Smp Pelajar 150,45,21 Lengkap - -
thn

5 Dahli Anak 3 P Jawa - - 89,12,1 Lengk - -


yah thn 5 ap

Tingkat ekonomi; rendah

3
Penampilan umum pasien ; baik

Penampilan umum keluarga; baik

Status status kesehatan pasien; ispa

Status kesehatan keluarga pasien; baik

Riwayat penyakit/alergi; pada ibu pasien menderita hipertensi

Jaminan pemeliharaan kesehatan: keluarga bapak ridwan ini memiliki jaminan kesehatan berupa
bpjs.

Anamnesis

 Keluhan utama pasien; pasien datang ke puskesmas sakit pada tenggorokan.


 Riwayat penyakit sekarang; sakit pada tenggorokannya ini sudah dialami sejak 7 hari
yang lalu. Selain keluhan tersebut pasien juga disertai demam dan lemas. Keluhan ini
bukan baru pertama kalinya dialami oleh pasien karena pasien sering jajan sembarangan.
Sebelumnya tidak diobati oleh pasien namun langsung dibawa ke puskesmas tanjung
duren selatan.
 Riwayat penyakit; sebelumnya pasien tidak mempunyai riwayat penyakit yang
berhubungan.
 Perilaku pasien yang berhubungan dengan penyakitnya sekarang; perilaku pasien
umumnya biasa saja seperti anak-anak pada umumnya, kemungkinan keadaan pasien ini
dipengaruhi oleh jajanan, lingkungan dan keadaan rumah.
 Perilaku keluarga yang berhubungan dengan penyakit pasien sekarang; kaka pasien yang
bernama rizky sering kali meroko di dalam rumah baik itu di dalam rumah maupun di
luar lingkungan rumah. Asap rokok yang di hirup oleh anggota keluarga ini dapat
membawa dampak yang buruk untuk kesehatan merkea ke depannya.
 Riwayat penyakit dahulu yang tidak berhubungan dengan penyakit sekarang; pasien
pernah menderita penyakit cacar.
 Riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit pasien sekarang;tidak ada
 riwayat penyakit keluarga yang tidak berhubungan dengan penyakit sekarang; hipertensi

4
Perilaku kebiasaan sosial pasien dan keluarga ( olah raga, pola jajan,, pola makan, pola rekreasi,
merokok, alkohol, dll)

 Merokok: ayahnya (tn. Ridwan), perokok berat namun telah berhenti setahun yang lalu.,
kaka yang pertama yang bernama rizky meroko hingga sekarang.
 Minum yang mengandung alcohol: -
 Pola jajan ( yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga); pasien dan keluarga sering
makan jajan di pinggir jalan dikarenakan karena merasa murah, banyak dan enak
sehingga kebiasaan itu selalu terulang.
 Pola makan (yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga); tidak ada, sejauh yang
dijelaskan oleh ny. Dariem makan dalam keluarga ini baik.
 Pola penyimpanan atau memasak makanan; ny. Dariem menyimpan makanan di meja
makan yang bersebelahan dengan kamar mandi dan barang barang tidak terpakai lainya.
Untuk memasak makanan disini ny. Dariem menggunakan kompor gas.
 Pola minuman sehari hari; pola minum sehari-hari baik. Minum bersumber dari air pam
yang dimasak
 Olahraga (yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga); kegiatan olaraga di keluarga ini
sangat jarang kecuali ayah dan kaka pertama yang gemar bersepeda
 Rekreasi: tergolong tidak kurang rekreasi. Terakhir keluarga berenang dan mengunjungi
monas.
 Pola membersihkan rumah/ lingkungan; untuk kegiatan membersihkan rumah disini
semua di kerjakan oleh ny. Dariem.
 Pola hubungan social; untuk hubungan sosial cukup baik, karena keluarga ini cukup
bergaul dan dikenal oleh masyarakat sekitar.ny. Dariem juga teratur berkunjung ke
posyandu setiap ada kegiatan.
 Kegiatan kerohanian : keluarga tn. Ridwan ejalankan shoat 5 waktu teratur.

5
Keluarga

I. Riwayat biologis keluarga:


 Kakek dan nenek dari ibu sudah meninggal tanpa diketahui penyebabnya
 Kakek dari ayah meninggal tanpa diketahui penyebabnya
 Nenek dari ayah meninggal karena terserang diare
 Keadaan kesehatan sekarang : pada keluarga tn. Ridwan tergolong baik hanya dahliyah
yang sedang mengidap ispa.
 Kebersihan hygiene: untuk masalah hygiene ini keluarga ini cukup baik. Setiap keluarga
mandi menggunakan sabun dua kali sehari dan bergati baju 2 kali sehari. Air yang
digunakan untuk berbagai aktifitas mulai dari mandi makan cuci tangan dan sebagainya
berasal dari air pam. Kebersihan diri pun cukup baik
 Penyakit yang sedang diderita oleh anggota keluarga; ny. Dariem menderita hipertensi
dan dahliyah anak terakhir menderita ispa (faringitis)
 Penyakit keturunan ; terdapat penyakit keturunan dari ibu dariem yaitu hipertensi
 Penyakit kronis/menular; -
 Kecacatan anggota keluarga: -
 Pola makan : keluarga tn.ridwan memiliki pola makan yang teratur yaitu 3 kali sehari
namun masih sering jajan sembarangan dan anak kedua priska hampir setiap hari
memakan bakso.
 Pola istirahat; pola istirahat keluarga tn. Ridwan cukup baik kecuali anak pertama rizky
dan anak terakhir dahliyah sering kali bergadang.
 Jumlah anggota keluarga; terdiri dari 1 ayah, 1 ibu dan 3 anak.

II. Psikologis keluarga


 Kebiasaan buruk; anggota keluarga tn. Ridwan sering kali membeli jajan sembarangan
yang tidak diketahui kebersihannya, juga pada anak pertama memiliki kebiasaan meroko,
anak kedua hampir setiap hari membeli bakso, dan anak pertama dan ketiga sering kali
begadang.

6
 Pengambilan keputusan; setiap keputusan diambil dari hasil perundingan atau diskusi
antara ayah dan ibu.
 Ketergantungan obat; ny. Dariem menderita ketergantungan obat nipedipin yaitu obat
untuk mengurangi tekanan darah tinggi dan harus meminumnya stiap hari.
 Tempat mencari pelayan kesehatan; untuk pengobatan keluarga ini lebih memilih
memanfaatkan puskesmas yang memang lokasinya lumayan dekat dari rumah nya.

III. Indentifikasi keadaan rumah/lingkungan


 Adat istiadat/ social budaya yang mempengaruhi; keluarga tn. Ridwan mengikuti adat
jawa dan betawi, namun tidak ada kepercayaan atu adat tertentu yang mempengaruhi
keluarga ini dalam hubnungannya dengan kesehatan

Keadaan rumah yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga atau dapat menimbulkan
penyakit di kemudian hari

 Luas rumah/bangunan. Tidak diketahui namun rumah tn. Ridwan 2 lantai


 Luas tanah p ;8 m2 x 2 m2
 Jumlah orang yang tinggal dalam rumah; ada 5 orang yang terdiri dari ayah ibu dan 3
orang anak
 Jumlah orang yang tinggal sekamar dengan yang sakit; pasien tidur dengan seluruh
keluarga dalam satu ruangan kecuali ayahnya yang tidur di lantai bawah karena alasan
hawa panas.
 Jenis lantai; keramik
 Jenis tembok; permanen
 Jenis atap; asbes
 Kebersihan rumah: secara keseluruhan tidak cukup bersih karena banyak debu yang
menempel pada setiap barang terutama barang yang tidak terpakai. Dan juga rumah
terasa lembab, dan rawan untuk menyebarnya penyakit karna terdapat vector penyakit
seperti nyamuk, unggas, musang, tikus dan serangga. Keadaan udara ataupun polusi
dalam rumah disebabkan oleh debu yang melapisi barang barang dirumah tn. Ridwan
 Perbandingan ventilasi rumah dan kamar; ventilasi rumah keluarga ini cukup kurang.
Untuk cahaya mataharinya hanya dapat dari ruang depan itupun kalau pintu depannya

7
dibuka. Sementara jumlah jendelanya hanya satu saja dan ditutup menggunakan papan
triplek . Dilantai 2 tidak terdapat jendela hanya ada pintu yang mengarah ke tempat
jemuran.keadaan dapur dan kebersihan; dapurnya sangat sempit dan berbatasan langsung
dengan kamar mandinya. Kebersihan nya kurang karena banyak sekali barang yang tidak
terpakai dan cucian piring yang menumpuk.
 Dapurempat penyimpanan makanan; tempatnya tepat diatas meja yang sejajar langung
dengan kompor dan tempat cuci piring.
 Keadaan kamar mandi; kebersihannya cukup kurang, terdapat ember cat tembok untuk
penampungan air namur kamar mandi tidak disertai kakus atau kloset.
 Tipe kakus dan system pembuangan; kakus keluarga tn. Ridwan menggunakan kakus
umum dimana harus mengeluarkan rp.1000 untuk sekali masuk dan pembuangan dari
kakus umum adalah kearah kali sekertaris yang persis di sebrangnya.
 Keadaan kakus umum ; keadaan kakus umum sangat tidak membuat nyaman karena
penerangan kurang dan banyak sampah di kakus paling sudut dan air yang digunakan
adalah air tanah
 Sumber air sehari hari keluarga ; berasal dari air pam
 Tempat penyimpanan air; di gentong air
 Sumber air minum; sumber air berasal dari air pam yang kemudian dimasak lagi
 Tidak terlihat tempat sampah di dalam rumah, tempat sampah di luar rumah berupa
plastik-plastik yang nantinya digabung skalian untuk diangkut dengan petugas
pengangkut sampah. Namun di sekitar masih tersebar sampah yang tidak begitu banyak.
 Sumber pencahayaan dalam rumah; utnuk bagian ruang bawah jenis pencahayaan
langsung yaitu lampu yang minim pencahayaannya, sedangkan untuk kamar tidur, kamar
mandi dan juga dapur pencahayaan menggunakan lampu yang juga minim
pencahayaanya.
 System pembuangan air limbah; di buang di anak kali sekertaris
 Keadaan udara/ polusi luar rumah; banyak debu tetapi tanah dan tembok terasa lembab
dan tidak ada pohon disekitar rumah.
 Keadaan pekarangan; keluarga ini tidak mempunyai halamn yang cukup besar untuk
membuat sebuah pekarangan.

8
 Kebersihan sekitar rumah; kurang bersih karena terdapat banyak sekali kandang binatang
seperti musang yang persis didepan rumah, kandang burung yang berada persis di atas
pintu rumah, dan kandang ayam yang langsung diepan warung sembako dan jajanan.
Keadaan sekitar rumah sangat lembab.

IV. Spiritual keluarga


 Ketaantan beribadah; setiap anggota keluarag tn. Ridwan menjali kewajiban shalat 5
waktu secara teratur meskipun tidak dapat berjamaah karena tidak ada ruang yang cukup.
 Keyakinan tentang kesehatan; keluarga tn. Ridwan sangat mengerti kemana harusnya
orang sakit di bawa yaitu ke pelayanan kesehatan terutama puskesmas, keluarga mereka
tidak mempercayai dukun beranak dan dukun untuk masalah kesehatan.

V. Keadaan sosial keluarga


 Tingkat pendidikan; tn. Ridwan dan ibu dariem adalah lulusan smp tetapi anak pertama
lulusan smk dan anak kedua sedang duduk dinagku smk dan anak ketiga belum masuk
sekolah.
 Hubungan antar keluarga; hubungan antar anggota keluarga ini sangat harmonis saling
membantu
 Hubunga antar orrang lain; hubungan antar orang lain bisa dibilang baik karena ibu
dariem mengikuti program kesehata posyandu bersama warga yang lain dan mengikuti
kegiatan pengajian, tn. Ridwan juga selalu datang ketika diundang urusan
kemasyarakatan.
 Kegiatan organisasi sosial; ny. Dariem selalu mengikuti kegiatan pengajian yang dekat
dengan rumahnya, namun setelah melahirkan dahliyah sudah tidak pernah lagi mengikuti
kegiatan apapun kecuali program kesehatan. Tn. Ridwan selalu mengikuti kegiatan
kegiatan yang berhubungan dengan bidang kemasyarakatan
 Keadaan ekonomi;tergolong baik karena memiliki fasilitas seperti sepeda motor, hp
android, tv, oven, sepeda fixie dan mesin cuci. Dan juga ny. Dariem memasak
menggunakan kompor gas.

VI. Kultural keluarga

9
 Adat yang berpengaruh ; adat yang berpengaruh adalh campuran dai adat jawa (ny.
Dariem) dan adat betawi (tn. Ridwan). Namun keluarga memakai bahasa indonesia.

Pemeriksaan fisik

 Keadaan umum; tampak sakit ringan


 Kesadaran ; compos mentis
 Tanda vital
o Suhu; 37,50c
o Pernapasan; 23 x/menit
o Nadi; 102x/menit
o Tekanan darah -
o Status gizi;

Imt = bb (kg) / tb2 (m2)


= 12/(0,89)2 = 15kg/m2
Imt Kategori
<18,5 Berat badan kurang
18,5-22,9 Berat badan normal
>23,0 Kelebihan berat badan
23,0-24,9 Beresiko menjadi obese
25,0-29,9 Obese i
>30,0 Obese ii

Status gizi = kurang, berat badan kurang

 Pemeriksaan fisik
o Thorax; dalam kedaan normal
o Abdomen; dalam keadaan normal
o Ektremitas superior; dalam batas normal
o Ekstremitas inferior; dalam batas norma

10
 Pemeriksaan hygiene; baik, pasien cukup bersih

Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan

Diagnosis

 Biologi ; radang tenggorokan (faringitis)


 Diagnosis banding; laringitis, laringofaringitis.
 Psikologi; baik
 Sosial ; baik
 Hasil pemeriksaan penunjang yang sudah dilakukan; pasien belum pernha melkukan
pemeriksaan penunjang lainnya, hanya minum obat sesuai resep dokter puskesmas saja.

Usulan pemeriksaan penunjang untuk pasien dan keluarga mulai tingkat pelayanan
primer (pemeriksaan di puskesmas) hingga rujuk.

Untuk dahiyah disarankan untuk melakukan pemeriksaan penunjang diantaranya pemeriksaan


darah rutin, pemeriksaan foto thorax dan juga pemeriksaan swab tenggorok.

Resume masalah kesehatan keluarga dan factor risikonya

Masalah kesehatan yang ada dalam keluarga ini seputar adalah sering batuk pilek dan infeksi
saluran napas akut karena keluarga sering sekali beli jajan sebarangan dan di pingir jalan.
Ditambah kondisi rumah yang memang cukup sempit dan lembab serta berdebu karena
banyaknya barang bekas menumpuk.

Prognosis penyakit

Untuk prognosis dari infeksi saluran pernapasan akut ini sebenarnya baik jika diobati secara
teratur dan ditangani sejak awal.

Perkiraan akan timbulnya keadaan penyakit ditinjau dari perilaku dan lingkungan

11
Kemungkinan semua anggota keluarga ini bisa terkena penyakit yang sma yaitu infeksi saluran
pernapasan dikarenakan keadaan rumah yang sempit dan kurangnya ventilasi yang membantu
sirkulasi udara. Ditambah kebiasaan jajan sembarangan.

Saran upaya pencegahan penyakit pasien dan keluarga

Nama Promotif Preventif Kuratif Rehabilitatif


Tn. Ridwan Jelaskan pola makan Hindari faktor dan Memberikan
yang baik , dan pola resikonya pengobatan
tidur yang sesuai
dengan aktifitas
Ny.dariem Jelaskan bagaiman Hindari faktor resiko Memberikan Dlikakukan terapi
penyakit hipertensi dan nya pengobatan untuk menekan
faktor resikonya tekanan darah yang
tinggi
Anak-anak Jelaskan apa saja Menggunakan masker Memberikan
penyakit menular dan sebagai pelindung dan pengobatan
bagaimana cara jangn membuang ludah
mencegahnya sembarangan, kalau
batuk harus menutup
mulut

Tinjauan pustaka
Infeksi saluran pernapasan akut.

Pendahuluan
Infeksi saluran pernapasan akut (ispa) merupakan penyakit yang sering terjadi pada
anak.insidens menurut kelompok umur balita diperkirakan 0,29 episode per anak/tahun di
negaraberkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju. Ini menunjukkan bahwa
terdapat156 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151 juta episode (96,7%) terjadi di
negaraberkembang. Kasus terbanyak terjadi di india (43 juta), china (21 juta) dan pakistan
(10juta)dan bangladesh, indonesia, nigeria masing-masing 6 juta episode. Dari semua kasus
yangterjadi di masyarakat, 7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. Episode
batuk-pilek pada balita di indonesia diperkirakan 2-3 kali per tahun (rudan et al bulletin who

12
2008). Ispa merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di puskesmas (40%-60%)
dan rumah sakit (15%-30%).2
Faringitis adalah inflamasi atau infeksi dari membran mukosa faring atau dapat juga
tonsilopalatina. Faringitis akut biasanya merupakan bagian dari infeksi akut orofaring yaitu
tonsilofaringitis akut atau bagian dari influenza (rinofaringitis) (departemen kesehatan, 2007).
Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau bakteri, yang ditandai
oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran kelenjar
getah bening leher dan malaise. berdasarkan bukti bahwa faktor risiko pneumonia adalah
kurangnya pemberian asi eksklusif,gizi buruk, polusi udara dalam ruangan (indoor air pollution),
bblr, kepadatan pendudukdan kurangnya imunisasi campak.

Etiologi
faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (40−60%),
bakteri (5−40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain (kementerian kesehatan republik indonesia,
2013). Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri.
 Virus yaitu rhinovirus, adenovirus, parainfluenza, coxsackievirus, epstein –barr virus, herpes
virus.
 Bakteri yaitu, streptococcus ß hemolyticus group a, chlamydia, corynebacterium diphtheriae,
hemophilus influenzae, neisseria gonorrhoeae.
 Jamur yaitu candida jarang terjadi kecuali pada penderita imunokompromis yaitu mereka
dengan hiv dan aids, iritasi makanan yang merangsang sering merupakan faktor pencetus
atau yang memperberat.

Faktor resiko
 Faktor risiko lain penyebab faringitis akut yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan
tubuh yang disebabkan infeksi virus influenza, konsumsi makanan yang kurang gizi,
konsumsi alkohol yang berlebihan, merokok dan seseorang yang tinggal di lingkungan
kita yang menderita sakit tenggorokan atau demam .

Klasifikasi faringitis

13
Faringitis akut
 Faringitis viral
Dapat disebabkan oleh rinovirus, adenovirus, epstein barr virus (ebv), virus influenza,
coxsachievirus, cytomegalovirus dan lain-lain. Gejala dan tanda biasanya terdapat
demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok, sulit menelan. Pada pemeriksaan tampak
faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza, coxsachievirus dan cytomegalovirus tidak
menghasilkan eksudat. Coxsachievirus dapat menimbulkan lesi vesikular di orofaring dan
lesi kulit berupa maculopapular rash. Pada adenovirus juga menimbulkan gejala
konjungtivitis terutama pada anak. Epstein bar virus menyebabkan faringitis yang disertai
produksi eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di
seluruh tubuh terutama retroservikal dan hepatosplenomegali. Faringitis yang disebabkan
hiv-1 menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan, mual dan demam. Pada
pemeriksaan tampak faring hiperemis, terdapat eksudat, limfadenopati akut di leher dan
pasien tampak lemah.
 Faringitis bacterial
Infeksi streptococcus ß hemolyticus group a merupakan penyebab faringitis akut pada
orang dewasa (15%) dan pada anak (30%). Gejala dan tanda biasanya penderita
mengeluhkan nyeri kepala yang hebat, muntah, kadangkadang disertai demam dengan
suhu yang tinggi, jarang disertai batuk. Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring
dan tonsil hiperemis dan terdapat eksudat dipermukaannya. Beberapa hari kemudian
timbul bercak petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior
membesar, kenyal dan nyeri apabila ada penekanan. Faringitis akibat infeksi bakteri
streptococcus ß hemolyticus group a dapat diperkirakan dengan menggunakan centor
criteria, yaitu :
 Demam
 Anterior cervical lymphadenopathy
 Eksudat tonsil
- tidak adanya batuk
Tiap kriteria ini bila dijumpai di beri skor satu. Bila skor 0−1 maka pasien tidak
mengalami faringitis akibat infeksi streptococcus ß hemolyticus group a, bila skor 1−3
maka pasien memiliki kemungkian 40% terinfeksi streptococcus ß hemolyticus group a

14
dan bila skor empat pasien memiliki kemungkinan 50% terinfeksi streptococcus ß
hemolyticus group a.
 Faringitis fungal
Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring. Gejala dan tanda biasanya
terdapat keluhan nyeri tenggorok dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak
putih di orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis. Pembiakan jamur ini dilakukan
dalam agar sabouroud dextrosa.
 Faringitis gonorea
Hanya terdapat pada pasien yang melakukan kontak orogenital.

Faringitis kronik
 Faringitis kronik hiperplastik
Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring.
Tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan lateral hiperplasi. Pada pemeriksaan
tampak mukosa dinding posterior tidak rata, bergranular. Gejala dan tanda biasanya
pasien mengeluh mula-mula tenggorok kering dan gatal dan akhirnya batuk yang bereak.
 Faringitis kronik atrofi
Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis
atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembapannya sehingga menimbulkan
rangsangan serta infeksi pada faring. Gejala dan tanda biasanya pasien mengeluhkan
tenggorokan kering dan tebal serta mulut berbau. Pada pemeriksaan tampak mukosa
faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering.

Faringitis spesifik
 Faringitis tuberkulosis
Merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru. Pada infeksi kuman tahan asam jenis
bovinum dapat timbul tuberkulosis faring primer. Cara infeksi eksogen yaitu kontak
dengan sputum yang mengandung kuman atau inhalasi kuman melalui udara. Cara infeksi
endogen yaitu penyebaran melalui darah pada tuberkulosis miliaris. Bila infeksi timbul
secara hematogen maka tonsil dapat terkena pada kedua sisi dan lesi sering ditemukan
pada dinding posterior faring, arkus faring anterior, dinding lateral hipofaring, palatum

15
mole dan palatum durum. Kelenjar regional leher membengkak, saat ini penyebaraan
secara limfogen. Gejala dan tanda biasanya pasien dalam keadaan umum yang buruk
karena anoreksi dan odinofagia. Pasien mengeluh nyeri yang hebat di tenggorok, nyeri di
telinga atau otalgia serta pembesaran kelenjar limfa servikal.
 Faringitis leutika
Treponema pallidum (syphilis) dapat menimbulkan infeksi di daerah faring, seperti juga
penyakit lues di organ lain. Gambaran klinik tergantung stadium penyakitnya. Kelainan
stadium primer terdapat pada lidah, palatum mole, tonsil dan dinding posterior faring
berbentuk bercak keputihan. Apabila infeksi terus berlangsung akan timbul ulkus pada
daerah faring seperti ulkus pada genitalia yaitu tidak nyeri dan didapatkan pula
pembesaran kelenjar mandibula yang tidak nyeri tekan. Kelainan stadium sekunder
jarang ditemukan, namun dapat terjadi eritema pada dinding faring yang menjalar ke arah
laring. Kelainan stadium tersier terdapat pada tonsil dan palatum, jarang ditemukan pada
dinding posterior faring. Pada stadium tersier biasanya terdapat guma, guma pada dinding
posterior faring dapat meluas ke vertebra servikal dan apabila pecah akan menyebabkan
kematian. Guma yang terdapat di palatum mole, apabila sembuh akan membentuk
jaringan parut yang dapat menimbulkan gangguan fungsi palatum secara permanen.
Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan serologik, terapi penisilin dengan dosis tinggi
merupakan pilihan utama untuk menyembuhkan nya.3-6

Patofisiologi
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara langsung menginvasi
mukosa faring dan akan menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman akan menginfiltrasi
lapisan epitel, lalu akan mengikis epitel sehingga jaringan limfoid superfisial bereaksi dan akan
terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal
terdapat hiperemis, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Pada awalnya eksudat bersifat
serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada
dinding faring. Dengan keadaan hiperemis, pembuluh darah dinding faring akan melebar. Bentuk
sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu akan didapatkan di dalam folikel atau
jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior

16
atau yang terletak lebih ke lateral akan menjadi meradang dan membengkak. Virus-virus seperti
rhinovirus dan coronavirus dapat menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa faring akibat
sekresi nasal. Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan
pelepasan extracelullar toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang
hebat karena fragmen m protein dari streptococcus ß hemolyticus group a memiliki struktur yang
sama dengan sarkolema pada miokard dan dihubungkan dengan demam reumatik dan kerusakan
katub jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan glomerulonefritis akut karena fungsi
glomerulus terganggu akibat terbentuknya kompleks antigenantibodi.7

Gejala
Tanda dan gejala yang ditimbulkan faringitis tergantung pada mikroorganisme yang
menginfeksi. Secara garis besar faringitis menunjukkan tanda dan gejala umum seperti lemas,
anorexia, demam, suara serak, kaku dan sakit pada otot leher. Gejala khas berdasarkan jenisnya,
yaitu:
a. Faringitis viral (umumnya oleh rhinovirus): diawali dengan gejala rhinitis dan beberapa
hari kemudian timbul faringitis. Gejala lain demam disertai rinorea dan mual.
b. Faringitis bakterial: nyeri kepala hebat, muntah, kadang disertai demam dengan suhu
yang tinggi, jarang disertai batuk.
c. Faringitis fungal: terutama nyeri tenggorok dan nyeri menelan.
d. Faringitis kronik hiperplastik: mula-mula tenggorok kering, gatal dan akhirnya batuk
yang berdahak.
e. Faringitis atrofi: umumnya tenggorokan kering dan tebal serta mulut berbau.
f. Faringitis tuberkulosis: nyeri hebat pada faring dan tidak berespon dengan pengobatan
bakterial non spesifik.
g. Bila dicurigai faringitis gonorea atau faringitis luetika, ditanyakan riwayat hubungan
seksual.5

Pemeriksaan fisik
a. Faringitis viral, pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis, eksudat (virus
influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat). Pada

17
coxsachievirus dapat menimbulkan lesi vesikular di orofaring dan lesi kulit berupa
maculopapular rash.
b. Faringitis bakterial, pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil
hiperemis dan terdapat eksudat dipermukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak
petechiae pada palatum dan faring. Kadang ditemukan kelenjar limfa leher anterior
membesar, kenyal dan nyeri pada penekanan.
c. Faringitis fungal, pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan pangkal lidah,
sedangkan mukosa faring lainnya hiperemis.
d. Faringitis kronik hiperplastik, pada pemeriksaan tampak kelenjar limfa di bawah mukosa
faring dan lateral hiperplasi. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak
rata dan bergranular (cobble stone).
e. Faringitis kronik atrofi, pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir
yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering.
f. Faringitis tuberkulosis, pada pemeriksaan tampak granuloma perkijuan pada mukosa
faring dan laring.
g. Faringitis luetika tergantung stadium penyakit.
- Stadium primer pada lidah palatum mole, tonsil dan dinding posterior faring
berbentuk bercak keputihan. Bila infeksi berlanjut timbul ulkus pada daerah
faring seperti ulkus pada genitalia yaitu tidak nyeri. Juga didapatkan
pembesaran kelenjar mandibula.
- Stadium sekunder stadium ini jarang ditemukan. Pada dinding faring terdapat
eritema yang menjalar ke arah laring.
- Stadium tersier terdapat guma. Predileksi pada tonsil dan palatum.5
Pemeriksaan penunjang
Faringitis didiagnosis dengan cara pemeriksaan tenggorokan (kultur apus tenggorokan).
Pemeriksaan kultur memiliki sensitivitas 90−95% dari diagnosis, sehingga lebih diandalkan
sebagai penentu penyebab faringitis yang diandalkan. Kultur tenggorokan merupakan suatu
metode yang dilakukan untuk menegaskan suatu diagnosis dari faringitis yang disebabkan oleh
bakteri group a beta-hemolytic streptococcus (gabhs). Group a beta-hemolytic streptococcus
(gabhs) rapid antigen detection test merupakan suatu metode untuk mendiagnosa faringitis
karena infeksi gabhs. Tes ini akan menjadi indikasi jika pasien memiliki risiko sedang atau jika

18
seorang dokter memberikan terapi antibiotik dengan risiko tinggi untuk pasien. Jika hasil yang
diperoleh positif maka pengobatan diberikan antibiotik dengan tepat namun apabila hasilnya
negatif maka pengobatan antibiotik dihentikan kemudian dilakukan follow-up. Rapid antigen
detection test tidak sensitif terhadap streptococcus group c dan g atau jenis bakteri patogen
lainnya.
Untuk mencapai hasil yang akurat, pangambilan apus tenggorok dilakukan pada daerah tonsil
dan dinding faring posterior. Spesimen diinokulasi pada agar darah dan ditanami disk antibiotik.
Kriteria standar untuk penegakan diagnosis infeksi gabhs adalah persentase sensitifitas mencapai
90−99%. Kultur tenggorok sangat penting bagi penderita yang lebih dari sepuluh hari.5,8

Penatalaksanaan
Terapi pokok penatalaksanaan komprehensif penyakit faringitis akut, yaitu:
1. Istirahat cukup
2. Minum air putih yang cukup
3. Berkumur dengan air yang hangat
4. Pemberian farmakoterapi:
A. Topikal ;
- Obat kumur antiseptik
- Menjaga kebersihan mulut
- Pada faringitis fungal diberikan nystatin 100.000−400.000 2 kali/hari.
- Faringitis kronik hiperplastik terapi lokal dengan melakukan kaustik faring dengan
memakai zat kimia larutan nitras argentin 25%. B. Oral sistemik
- Anti virus metisoprinol (isoprenosine) diberikan pada infeksi virus dengan dosis 60−100
mg/kgbb dibagi dalam 4−6 kali pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak
kurang dari lima tahun diberikan 50 mg/kgbb dibagi dalam 4−6 kali pemberian/hari.
- Faringitis akibat bakteri terutama bila diduga penyebabnya streptococcus group a
diberikan antibiotik yaitu penicillin g benzatin 50.000 u/kgbb/im dosis tunggal atau
amoksisilin 50 mg/kgbb dosis dibagi 3 kali/hari selama sepuluh hari dan pada dewasa
3x500 mg selama 6−10 hari atau eritromisin 4x500 mg/hari.
- Selain antibiotik juga diberikan kortikosteroid karena steroid telah menunjukkan
perbaikan klinis karena dapat menekan reaksi inflamasi. Steroid yang dapat diberikan

19
berupa deksametason 3x0,5 mg pada dewasa selama tiga hari dan pada anak-anak 0,01
mg/kgbb/hari dibagi tiga kali pemberian selama tiga hari.
- Faringitis gonorea, sefalosporin generasi ke-tiga, ceftriakson 2 gr iv/im single dose.
- Pada faringitis kronik hiperplastik, jika diperlukan dapat diberikan obat batuk antitusif
atau ekspektoran. Penyakit hidung dan sinus paranasal harus diobati.
- Faringitis kronik atrofi pengobatan ditujukan pada rhinitis atrofi.
- Untuk kasus faringitis kronik hiperplastik dilakukan kaustik sekali sehari selama 3−5
hari. Konseling dan edukasi :
5. Memberitahu keluarga untuk menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan
bergizi dan olahraga teratur.
6. Memberitahu keluarga untuk berhenti merokok.
7. Memberitahu keluarga untuk menghindari makan-makanan yang dapat mengiritasi
tenggorok.
8. Memberitahu keluarga dan pasien untuk selalu menjaga kebersihan mulut.
9. Memberitahu keluarga untuk mencuci tangan secara teratur.5,8

Komplikasi
Komplikasi umum pada faringitis adalah sinusitis, otitis media, epiglottitis, mastoiditis, dan
pneumonia. Faringitis yang disebabkan oleh infeksi streptococcus jika tidak segera diobati dapat
menyebabkan peritonsillar abses, demam reumatik akut, toxic shock syndrome, peritonsillar
sellulitis, abses retrofaringeal dan obstruksi saluran pernasafan akibat dari pembengkakan laring.

Standar pengobatan faringitis akut menurut pedoman pengobatan dasar di puskesmas


2007
- Perawatan dan pengobatan tidak berbeda dengan influenza.
- Untuk anak tidak ada anjuran obat khusus.
- Untuk demam dan nyeri:
 Dewasa parasetamol 250 atau 500 mg, 1 – 2 tablet per oral 4 x sehari jika
diperlukan, 28 atau ibuprofen, 200 mg 1 – 2 tablet 4 x sehari jika diperlukan.

20
 Anak parasetamol diberikan 3 kali sehari jika demam - di bawah 1 tahun : 60
mg/kali (1/8 tablet) - 1 - 3 tahun : 60 - 120 mg/kali (1/4 tablet) - 3 - 6 tahun :
120 - 170 mg/kali (1/3 tablet) - 6 - 12 tahun : 170 - 300 mg/kali (1/2 tablet)
Obati dengan antibiotik jika diduga ada infeksi :
 Dewasa -kotrimoksazol 2 tablet dewasa 2 x sehari selama 5 hari -amoksisilin
500 mg 3 x sehari selama 5 hari -eritromisin 500 mg 3 x sehari selama 5 hari
 Anak -kotrimoksazol 2 tablet anak 2 x sehari selama 5 hari -amoksisilin 30 -
50mg/kgbb perhari selama 5 hari -eritromisin 20 – 40 mg/kgbb perhari.8

Resume;
Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada tanggal 26 juli 2016 didapatkan hasil bahwa
pasien dahliyah 3 tahun menderita penyakit ispa. Pasien datang ke puskesas untuk berobat.
Setelah dilakukan kunjungan kerumahnya diketahui bahwa memang keadaan lingkungan yang
banyak kandang binatang, rumah yang sempit dan minim akan ventilasi merupakan salah satu
faktor timbulnya keadaan seperti ini, ditambahkan polusi yang ada didalam rumah yang berasal
dari debu. Saat dilakukan kunjungan ke ruamh pasien didapatkan bahwa Ny. Dariem menderita
hipertensi. Dengan demikian anggota keluarga ini tergolong kelompok resiko tinggi.
Dikarenakan penyakit ispa yang di derita dahliyah bisa saja menularkan ke anggota keluarga
yang lain, pencegahan dan penanggulangan nya pun harus sedini mungkin dilakukan. Untuk itu
seluruh anggota keluarga harus diberitahukan bagaimana proses penularan penyakit ini serta
tindakan pencegahan yang dapat dilakukan, mulai dari pola hidup bersih dan sehat serta
perbaikan keadaan ventilasi ruangan.

Saran
 Bagi orang tua:untuk mencegah terjadinya penyakit ispa pada anak, diharapkan orang tua
dapat menciptakan lingkungan yang aman bagi balita seperti kebiasaan membuka jendela
untuk mengurangi kelembaban udara, tidak merokok di dekat balita dan menjaga jarak
apabila menderita ispa, membersihkan rumah dari debu menggunkan karbol.
 Bagi masyarakat: sebagai tindakan pencegahan, diharapkan masyarakat bisa bekerja sama
menciptakan lingkungan dan perilaku hidup sehat (tidak merokok di dalam ruangan, tidak

21
memelihara binatang yangbisa menjadi penyebaran penyakit, pemberian asi eksklusif
pada balita, kebiasaan membuka jendela pada pagi dan siang hari, dan menjaga jarak
dengan balita apabila menderita ispa baik dalam keluarga maupun kehidupan
bermasyarakat).
 Bagi instansi terkait: diharapkan program kesehatan khususnya program pemberantasan
penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dapat lebih diperbaiki dan dilaksanakan
seperti kegiatan penyuluhan mengenai syarat rumah sehat sehingga angka kejadian
penyakit ispa mengalami penurunan.

Daftar pustaka

1. Amin z. Manifestasi klinik dan pendekatan pada pasien dengan kelainan sistem
pernapasan dalam: sudoyo aw, setiyohadi b, alwi i, simadibrata m, stiati s, ed. Ilmu
penyakit dalam. Edisi ke-5(iii). Jakarta: interna publishing;2009.h.2189-95.
2. Departemen Kesehatan RI. 1991. Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) untuk Kader. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman.
3. Aalbers, J., O’Brien., Chan., G. A. Falk., C. Telkeur., B. D. Dimitrov., T. Fahey. 2011. Predicting
Streptococcal Pharyngitis in Adults in Primary Care: A Systematic Review of The Diagnostic
Accuracy of Symptoms and Signs and Validation of the Centor Score. BioMed Central (BMC)
Medicine. (9)67. pp. 1-11.
4. Adam, G.L. Diseases of the nasopharynx and oropharynx. 2009. In: Boies fundamentals of
otolaryngology. A text book of ear, nose and throat diseases E . B aun ers Co. pp. 332-369.
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5. 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
6. Rusmarjono dan Bambang, H. 2007. Bab IX Nyeri Tenggorok. Dalam: Efiaty A.S., Nurbaiti I.,
Jenny B. dan Ratna D.R.. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &
Leher. Jakarta. Edisi ke-6. pp. 212- 215; 217-218.
7. Bailey, B.J., Johnson, J.T. 2006. American Academy of Otolaryngology – Head and Neck
Surgery. Lippincott Williams & Wilkins, Fourth Edition, Volume one, United States of America.
pp. 601-13.

22
8. Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Direktorat
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

23
24

You might also like