Professional Documents
Culture Documents
Epilepsi ( juga disebut ‘kejang ayan’ ) ditandai dengan aktivitas berlebihan yang tidak
terkendali dari sebagian atau seluruh system saraf pusat. Orang dari sebagian atau seluruh system
saraf pusat. Orang yang mempunyai factor predisposisi timbulnya epilepsy akan mendapat
serangan bila nilai basal dari eksitabilitas system saraf (atau bagian yang peka terhadap keadaan
epileptic ) meningkat diatas nilai ambang kritisnya. Selama besarnya eksitabilitas tetap dijaga
dibawah nilai ambang ini, maka serangan epilepsi tidak akan terjadi. (1)
Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologis yang utama. Epilepsi sering dihubungkan
dengan disabilitas fisik, disabilitas mental, dan konsekuensi psikososial yang berat bagi
penyandangnya (pendidikan yang rendah, pengangguran yang tinggi, stigma sosial, rasa rendah
diri, kecenderungan tidak menikah bagi penyandangnya). Sebagian besar kasus epilepsi dimulai
pada masa anak-anak.(2)
Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat (SSP) yang dicirikan oleh terjadinya
bangkitan (seizure, fit, attact, spell) yang bersifat spontan (unprovoked) dan berkala. Bangkitan
dapat diartikan sebagai modifikasi fungsi otak yang bersifat mendadak dan sepintas, yang berasal
dari sekolompok besar sel-sel otak, bersifat singkron dan berirama. Bangkitnya epilepsi terjadi
apabila proses eksitasi didalam otak lebih dominan dari pada proses inhibisi. Perubahan-
perubahan di dalam eksitasi aferen, disinhibisi, pergeseran konsentrasi ion ekstraselular, voltage-
gated ion-channel opening, dan menguatkan sinkroni neuron sangat penting artinya dalam hal
inisiasi dan perambatan aktivitas bangkitan epileptik. Aktivitas neuron diatur oleh konsentrasi
ion didalam ruang ekstraselular dan intraselular, dan oleh gerakan keluar masuk ion-ion
menerobos membran neuron. (3)
Epilepsi yang sukar untuk mengendalikan secara medis atau pharmacoresistant , sebab
mayoritas pasien dengan epilepsi adalah bersifat menentang, kebanyakan yang sering terserang
terlebih dahulu yaitu bagian kepala. Obat yang bias menenangkan antiepileptik yang standar.
Berkaitan dengan biomolekular basis kompleksnya. Sakit kepala yang menyerang sukar sekali
untuk diperlakukan secara pharmakologis, walaupun obat antiepileptic sudah secara optimal
diberikan,sekitar 30-40% tentang penderita epilepsi yang terjangkit, biasanya pasien melakukan
operasi pembedahan untuk menghilangkan rasa sakit sementara. Akan tetapi gejala epilepsi akan
timbul sesekali, karena epilepsi sukar untuk dihilangkan rasa sakit kepala yang menyerang. (3)
Setiap orang punya resiko satu di dalam 50 untuk mendapat epilepsi. Pengguna narkotik
dan peminum alkohol punya resiko lebih tinggi. Pengguna narkotik mungkin
mendapat seizure pertama karena menggunakan narkotik, tapi selanjutnya mungkin akan terus
mendapat seizure walaupun sudah lepas dari narkotik.Di Inggris, satu orang diantara 131 orang
menyindap epilepsi. Jadi setidaknya 456000 penyindap epilepsi di Inggris. (3)
Epilepsi dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, para orang tua bahkan bayi yang baru lahir.
Angka kejadian epilepsi pada pria lebih tinggi dibandingkan pada wanita, yaitu 1-3% penduduk
akan menderita epilepsi seumur hidup. Di Amerika Serikat, satu di antara 100 populasi (1%)
penduduk terserang epilepsi, dan kurang lebih 2,5 juta di antaranya telah menjalani pengobatan
pada lima tahun terakhir. Menurut World Health Organization (WHO) sekira 50 juta penduduk
di seluruh dunia mengidap epilepsy. (3)
DEFENISI
Epilepsi adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kecenderungan untuk mengalami kejang
berulang. (4)
EPIDEMIOLOGI
Pada dasarnya setiap orang dapat mengalami epilepsi. Setiap orang memiliki otak dengan
ambang bangkitan masing-masing apakah lebih tahan atau kurang tahan terhadap munculnya
bangkitan. Selain itu penyebab epilepsi cukup beragam: cedera otak, keracunan, stroke, infeksi,
infestasi parasit, tumor otak. Epilepsi dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan, umur
berapa saja, dan ras apa saja. Jumlah penderita epilepsi meliputi 1-2% dari populasi. Secara
umum diperoleh gambaran bahwa insidensi epilepsi menunjukan pola bimodal: puncak insidensi
terdapat pada golongan anak dan usia lanjut. (3)
ETIOLOGI
Epilepsi simtomatik yang didasari oleh kerusakan jaringan otak yang tampak jelas pada
CT scan ataumagnetic resonance imaging (MRI) maupun kerusakan otak yang tak jelas tetapi
dilatarbelakangi oleh masalah antenatal atau perinatal dengan defisit neurologik yang jelas.
Sementara itu, dipandang dari kemungkinan terjadinya bangkitan ulang pasca-awitan, definisi
neurologik dalam kaitannya dengan umur saat awitan mempunyai nilai prediksi sebagai berikut:
1. Apabila pada saat lahir telah terjadi defisit neurologik maka dalam waktu 12 bulan pertama
seluruh kasus akan mengalami bangkitan ulang
2. Apabila defisit neurologik terjadi pada saat pascalahir maka resiko terjadinya bangkitan ulang
adalah 75% pada 12 bulan pertama dan 85% dalam 36 bulan pertama. Kecuali itu, bangkitan
pertama yang terjadi pada saat terkena gangguan otak akut akan mempunyai resiko 40% dalam
12 bulan pertama dan 36 bulan pertama untuk terjadinya bangkitan ulang. Secara keseluruhan
resiko untuk terjadinya bangkitan ulang tidak konstan. Sebagian besar kasus menunjukan
bangkitan ulang dalam waktu 6 bulan pertama. (3
Epilepsi grand mal ditandai dengan timbulnya lepas muatan listrik yang berlebihan dari neuron
diseluruh area otak-di korteks, di bagian dalam serebrum, dan bahkan di batang otak dan
talamus. Kejang grand mal berlangsung selama 3 atau 4 menit.
Epilepsi ini biasanya ditandai dengan timbulnya keadaan tidak sadar atau penurunan kesadaran
selama 3 sampai 30 detik, di mana selama waktu serangan ini penderita merasakan beberapa
kontraksi otot seperti sentakan (twitch- like),biasanya di daerah kepala, terutama pengedipan
mata.
3. Epilepsi Fokal
Epilepsi fokal dapat melibatkan hampir setiap bagian otak, baik regoi setempat pada korteks
serebri atau struktur-struktur yang lebih dalam pada serebrum dan batang otak. Epilepsi fokal
disebabkan oleh resi organik setempat atau adanya kelainan fungsional. (1,2,3,5)
PATOLOGI
Tekanan
Kurang tidur atau rehat
Sensitif pada cahaya yang terang (photo sensitive),dan
MANIFESTASI KLINIK
Kejang parsial simplek dimulai dengan muatan listrik di bagian otak tertentu dan muatan ini
tetap terbatas di daerah tersebut. Penderita mengalami sensasi, gerakan atau kelainan psikis yang
abnormal, tergantung kepada daerah otak yang terkena. Jika terjadi di bagian otak yang
mengendalikan gerakan otot lengan kanan, maka lengan kanan akan bergoyang dan mengalami
sentakan; jika terjadi pada lobus temporalis anterior sebelah dalam, maka penderita akan
mencium bau yang sangat menyenangkan atau sangat tidak menyenangkan. Pada penderita yang
mengalami kelainan psikis bisa mengalami déjà vu (merasa pernah mengalami keadaan sekarang
di masa yang lalu). (4)
Kejang Jacksonian gejalanya dimulai pada satu bagian tubuh tertentu (misalnya tangan atau kaki)
dan kemudian menjalar ke anggota gerak, sejalan dengan penyebaran aktivitas listrik di otak. (4)
Kejang parsial (psikomotor) kompleks dimulai dengan hilangnya kontak penderita dengan
lingkungan sekitarnya selama 1-2 menit.
Penderita menjadi goyah, menggerakkan lengan dan tungkainya dengan cara yang aneh dan
tanpa tujuan, mengeluarkan suara-suara yang tak berarti, tidak mampu memahami apa yang
orang lain katakan dan menolak bantuan. Kebingungan berlangsung selama beberapa menit, dan
diikuti dengan penyembuhan total. (4)
Kejang konvulsif (kejang tonik-klonik, grand mal) biasanya dimulai dengan kelainan muatan
listrik pada daerah otak yang terbatas. Muatan listrik ini segera menyebar ke daerah otak lainnya
dan menyebabkan seluruh daerah mengalami kelainan fungsi. (4)
Epilepsi primer generalisata ditandai dengan muatan listrik abnormal di daerah otak yang luas,
yang sejak awal menyebabkan penyebaran kelainan fungsi. Pada kedua jenis epilepsi ini terjadi
kejang sebagai reaksi tubuh terhadap muatan yang abnormal. Pada kejang konvulsif, terjadi
penurunan kesadaran sementara, kejang otot yang hebat dan sentakan-sentakan di seluruh tubuh,
kepala berpaling ke satu sisi, gigi dikatupkan kuat-kuat dan hilangnya pengendalian kandung
kemih. Sesudahnya penderita bisa mengalami sakit kepala, linglung sementara dan merasa
sangat lelah. Biasanya penderita tidak dapat mengingat apa yang terjadi selama kejang. (4)
Kejang petit mal dimulai pada masa kanak-kanak, biasanya sebelum usia 5 tahun. Tidak terjadi
kejang dan gejala dramatis lainnya dari grand mal. Penderita hanya menatap, kelopak matanya
bergetar atau otot wajahnya berkedut-kedut selama 10-30 detik. Penderita tidak memberikan
respon terhadap sekitarnya tetapi tidak terjatuh, pingsan maupun menyentak-nyentak. (4)
Status epileptikus merupakan kejang yang paling serius, dimana kejang terjadi terus menerus,
tidak berhenti. Kontraksi otot sangat kuat, tidak mampu bernafas sebagaimana mestinya dan
muatan listrik di dalam otaknya menyebar luas.
Jika tidak segera ditangani, bisa terjadi kerusakan jantung dan otak yang menetap dan penderita
bisa meninggal. (4)
Gejala kejang berdasarkan sisi otak yang terkena (4)
Lobus temporalis anterior sebelah Halusinasi bau, baik yg menyenangkan maupun yg tidak
dalam menyenangkan
DIAGNOSIS EPILEPSI
Evaluasi penderita dengan gejala yang bersifat paroksismal, terutama dengan faktor penyebab
yang tidak diketahui, memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus untuk dapat menggali
dan menemukan data yang relevan. Diagnosis epilepsi didasarkan atas anamnesis dan
pemeriksaan klinik dikombinasikan dengan hasil pemeriksaan EEG dan radiologis.penderita atau
orang tuanya perlu diminta keterangannya tentang riwayat adanya epilepsi dikeluarganya.
Mengenai bangkitan kejang yang timbul perlu diketahui mengenai pola serangan, keadaan
sebelum, selama dan sesudah serangan, lama serangan, frekuensi serangan, waktu serangan
terjadi dan faktor-faktor atau keadaan yang dapat memprovokasoi atau menimbulkan serangan.
Kemudian dilanjutkan dengan beberapa pemeriksaan antara lain:
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan ini menapis sebab-sebab terjadinya bangkitan dengan menggunakan umur dan
riwayat penyakit sebagai pegangan. Pada usia lanjut auskultasi didaerah leher penting untuk
mendeteksi penyakit vaskular. Pada anak-anak, dilihat dari pertumbuhan yang lambat, adenoma
sebasea (tuberous sclerosis), dan organomegali(srorage disease).
Elektro-ensefalograf
Pada epilepsi pola EEG dapat membantu untuk menentukan jenis dan lokasi bangkitan.
Gelombang epileptiform berasal dari cetusan paroksismal yang bersumber pada sekelompok
neuron yang mengalami depolarisasi secara sinkron. Gambaran epileptiform anatarcetusan yang
terekam EEG muncul dan berhenti secara mendadak, sering kali dengan morfologi yang khas.
MRI bertujuan untuk melihat struktur otak dan melengkapi data EEG. Yang bermanfaat untuk
membandingkan hipokampus kanan dan kiri. Disamping itu juga dapat mengidentifikasi kelainan
pertumbuhan otak, tumor yang berukuran kecil, malformasi vaskular tertentu, dan penyakit
demielinisasi. (3,6)
DIAGNOSIS BANDING
Kejadian paroksismal
Diagnosis banding untuk kejadian yang bersifat paroksismal meliputi sinkrop, migren,
TIA(TransientIschaemic Attack),paralisis periodik,gangguan gastrointestinal, gangguan gerak
dan breath holding spells. Diagnosis ini bersifat mendasar.
Diagnosis ini meliputi TIA, migren, hiperventilasi, tics, mioklonus, dan spasmus hemifasialis.
TIA dapat muncul dengan gejala sensorik yang dibedakan dengan epilepsi parsial sederhana.
Keduanya paroksimal, bangkitan dapat berupa kehilangan pandangan sejenak, dan mengalami
penderita lanjut usia.
Diagnosis banding ini berkaitan dengan tingkat kehilangan kesadaran, mulai dari drop
attacks sampai dengan pola prilaku yang rumit.secara umum diagnosis ini meliputi sinkrop,
migren, gangguan tidur, bangkitan non epileptik, narkolepsi, gangguan metabolik dan transient
global amnesia.
MANAJEMEN
Efek antikonvulsan dapat dinilai pada ‘follow up’. Penderita dengan frekuensi serangan
umum 3 kali seminggu jauh lebih mudah diobati dibanding dengan penderita yang mempunyai
frekuensi 3 kali setahun. Pada kunjungan‘follow up’ dapat dilaporkan hasil yang baik, yang
buruk atau yang tidak dapat dinilai baik atau buruk oleh karena frekuensi serangan sebelum dan
sewaktu menjalani terapi baru masih kira-kira sama. Bila frekuensinya berkurang secara
banding, dosis yang sedang dipergunakan perlu dinaikan sedikit. Bila frekuensinay tetap, tetapi
serangan epileptik dinilai oleh orangtua penderita atau penderita epileptik Jackson
motorik/sensorik/’march’ sebagai ‘enteng’ atau ‘jauh lebih ringan’, maka dosis yang digunakan
dapat dilanjutkan atau ditambah sedikit. Jika hasilnya buruk, dosis harus dinaikan atau ditambah
dengan antikonvulsan lain. (3)
Obat-obat ini akan memberi efek samping seperti gusi bengkak, pusing, jerawat dan badan
berbulu (Hirsutisma), bengkak biji kelenjardan osteomalakia.
Obat kedua yang lazim digunakan:
Jika tidak terdapat perubahan kepala penderita setelah mengunakan obat pertama, obatnya akan
di tambah dengan dengan obatan kedua.
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton AC., Hall JE., Sistem saraf. In : Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Textbook of
Medical Physiology) Edisi 9.Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta. 1996
2. Pinzon R., Dampak Epilepsi Pada Aspek Kehidupan Penyandangnya. SMF Saraf RSUD Dr.
M. Haulussy, Ambon, Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran No. 157, 2007.<!--[endif]-->