You are on page 1of 21

KEPERAWATAN DEWASA VIII SISTEM PERKEMIHAN

ASUHAN KEPERAWATAN CA. VESIKA URINARIA


Dosen Pembimbing : Erik Ilham S.Kep.Ns

Di susun oleh:

1. Muhamad ridlo (13620863)


2. Maria avelina ina weruin (13620860)
3. Yulia Primaditha (13620895)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah kandung kemih.
Kanker kandung kemih terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan pada
wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien mempunyai
lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa. Pada tiga dasawarsa terakhir, kasus
kandung kemih pada pria meningkat lebih dari 20 % sedangkan kasus pada wanita
berkurang 25%. Faktor predisposisi yang diketahui dari kanker kandung kemih adalah
karena bahan kimia betanaphytilamine dan xenylamine, infeksi schistosoma
haematobium dan merokok.
Tumor ganas kandung kemih sekitar 90% adalah karsinoma sel transisional dan 10%
adalah ca skuamosa dan jarang sekali adenokarsinoma yang berasal dari jaringan urakus.
Didaerah sistoma dapat menyebabkan kanker skuamosa. Kanker kandung kemih dapat
kapiler, noduler, ulseratif atau infiltratif. Derajat keganasan ditentukan oleh tingkat
deferensiasi dan penetrasi ke dalam dinding atau jaringan sekitar kandung kemih. Epitel
transisional terdiri dari 4-7 lapisan sel epitel ketebalan lapisan tergantung dari tingkat
distensi kandung kemih. Adapun yang berperan dalam masalah ini adalah sel basal, sel
intermediate, sel superficial, inilah yang akan menutupi sel intermediate, bergantung
pada apakah kandung kemih dalam keadaan distensi atau tidak. Dalam makalah ini
penulis mengangkat tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Ca Kandung Kemih.
1.2 Tujuan
Diharapkan mahasiswa mengerti dan mampu membuat Asuhan Keperawatan pada
klien dengan Ca Kandung Kemih.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Kanker (karsinoma) kandung kemih (buli-buli / vesika urinaria) adalah suatu kondisi
medis yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal sel kanker atau tumor pada kandung
kemih (nurse87, 2009).
Kanker buli-buli adalah kanker yang mengenai organ buli-buli (kandung kemih).
Buli-buli adalah organ yang berfungsi untuk menampung air kemih yang berasal dari
ginjal. Jika buli-buli telah penuh maka air kemih akan dikeluarkan.
Carcinoma buli adalah tumor yang didapatkan pada buli-buli atau kandung kemih
yang akan terjadi gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing warna merah
terus.
Klasifikasi Kanker :
1. Tahap 0 : sel-sel kanker ditemukan hanya di atas lapisan dari kandung kemih.
2. Tahap I : sel-sel kanker telah pengkembang untuk lapisan luar lapisan kandung kemih
tetapi tidak untuk otot-otot kandung kemih.
3. Tahap II : sel-sel kanker telah pengkembang untuk otot-otot di dinding kandung
kemih tetapi tidak untuk jaringan lemak yang mengelilingi kandung kemih.
4. Tahap III : sel-sel kanker telah pengkembang untuk jaringan lemak sekitar kandung
kemih dan kelenjar prostat, vagina atau rahim, tetapi tidak untuk kelenjar getah
bening atau organ lainnya.
5. Tahap IV : sel-sel kanker telah pengkembang pada nodus limfa, dinding panggul atau
perut, dan organ lainnya.
6. Berulang : kanker telah terulang di kandung kemih atau di dekat organ lain setelah
yang telah diobati.
2.2 Etiologi
Penyebab yang pasti dari kanker vesika urinaria tidak diketahui. Tetapi penelitian
telah menunjukkan bahwa kanker ini memiliki beberapa faktor resiko:
1. Usia, resiko terjadinya kanker kandung kemih meningkat sejalan dengan pertambahan
usia.
2. Merokok,merupakan faktor resiko utama.
3. Lingkungan kerja. Beberapa pekerja memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
menderita kanker ini karena di tempatnya bekerja ditemukan bahan-
bahan karsinogenik(penyebab kanker). Misalnya pekerja industri karet, kimia, kulit.
4. Infeksi, terutama infeksi saluran kemih.
5. Ras, orang kulit putih memiliki resiko 2 kali lebih besar, resiko terkecil terdapat pada
orang Asia.Pria, memiliki resiko 2-3 kali lebih besar.
6. Riwayat keluarga. Orang-orang yang keluarganya ada yang menderita kanker
kandung kemih memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker ini.
2.3 Patofisiologi dan Pathway
Kanker kandung kemih lebih sering terjadi pada usia di atas 50 tahun dan angka
kejadian laki-laki lebih besar daripada perempuan. Karena usia yang semakin tua, maka
akan terjadi penurunan imunitas serta rentan terpapar radikal bebas menyebabkan bahan
karsinogen bersirkulasi dalam darah. Selanjutnya masuk ke ginjal dan terfiltrasi di
glomerulus. Radikal bebas bergabung dg urin terus menerus, masuk ke kandung kemih.
Radikal bebas mengikat elektron DNA & RNA sel transisional sehingga terjadi
kerusakan DNA. Mutasi pada genom sel somatik menyebabkan pengaktifan oonkogen
pendorong pertumbuhan, perubahan gen yang mengendalikan pertumbuhan, dan
penonaktifan gen supresor kanker. Sehingga produksi gen regulatorik hilang dan
replikasi DNA berlebih. Akhirnya terjadi kanker pada kandung kemih.
2.4 Manifestasi Klinik
Gejalanya Bisa Berupa:
a. Hematuria (adanya darah dalam kencing).
b. Rasa terbakar atau nyeri ketika berkemin.
c. Desakan untuk berkemih.
d. Sering berkemih terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing.
e. Badan terasa panas dan lemah.
f. Nyeri pinggang karena tekanan saraf.
g. Nyeri pada satu sisi karena hydronefrosis.
Gejala dari kanker vesika uranaria menyerupai gejala infeksi kandung kemih (sititis)
dan kedua penyakit ini bisa terjadi secara bersamaan. Patut dicurigai suatu kanker jika
dengan pengobatan standar untuk infeksi, gejalanya tidak menghilang.
2.5 Komplikasi
Komplikasi pembedahan meliputi perdarahan dan infeksi, efek samping dari radiasi
dapat menimbulkan striktur pada ureter, uretra, atau kolon. Komplikasi lain dikaitkan
dengan daerah metastase penyakit.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Tidak ada tes screening dini yang akurat untuk menemukan penyakit ini, namun dapat
dilakukan sitologi urine untuk melihat adanya sel kanker. Lavase kandung kemih
dengan salin mungkin akurat. Aliran sitometri dari urine untuk memeriksa ploidi
DNA. Pielogram IV untuk mengevaluasi traktus urinarius bagian atas dan pengisian
kandung kemih. Biopsy pada daerah yang dicurigai.
2. Pemeriksaan air kemih menunjukkan adanya darah dan sel-sel kanker.
3. Sistografi atau urografi intravena bisa menunjukkan adanya ketidakteraturan pada
garis luar dinding kandung kemih.
4. USG, CT scan atau MRI bisa menunjukkan adanya kelainan dalam kandung kemih.
5. Sistoskopi dilakukan untuk melihat kandung kemih secara langsung dan mengambil
contoh jaringan untuk pemeriksaan mikroskopik.
6. Kadang sistoskopi digunakan untuk mengangkat kanker
2.7 Penatalaksanaan
Penanganan kanker kandung kemih tergantung pada derajat tumornya (yang
didasarkan pada derajat deferiensi sel), stadium pertumbuhan tumor (derajat invasi local
serta ada tidaknya metastase) dan multisentrisitas tumor tersebut (apakah tumor tersebut
memiliki banyak pusat).Usia pasiaen dan status fisik, mental serta emosional harus
dipertimbangkan dalam menentukan bentuk terapinya.
Reseksi transuretra atau vulgurasi (kauterisasi) dapat dilakukan pada papiloma yang
tunggal (tumor epitel benigna) prosedur ini akan melenyapkan tumor lewat insisi bedah
atau arus listrik dengan menggunakan instrument yang dimasukkan melalui uretra.
Penatalaksanaan kanker kandung kemih superficial merupakan suatu pantangan
karena biasanya mudah terjadi abnormalitas yang meluas pada mukosa kandung
kemih.Keseluruhan lapisan dinding saluran kemih atau urotelium menghadapi resiko
mengingat perubahan karsinoma mukosa bukan hanya ditemukan dalam mukos kandung
kemih tetapi juga dalam mukosa pelvis renal, ureter dan uretra. Kekambuhan merupakan
masalah yang serius, kurang lebih 25 persen hingga 40 persen tumor superficial akan
kambuh kembali sesudah dilakukan vulgerasi atau reseksi transuretra. Penderita piloma
benigna harus menjalani tindak lanjut dengan pemeriksaan sitologi dan sistoskopi secara
berkala sepanjang hidupnya karena kelainan malignansi yang agresif dapat timbul dari
tumor ini.
Kemoterapi dengan menggunakan kombinasi metotreksat, vinblastin, doxorubisin
(adreamisin) dan cisplatin (M-VAC) terbukti efektif untuk menghasilkan remisi parsial
karsinoma sel transisional kandung kemih pada sebagian pasien. Kemoterapi intra vena
dapat dapat dilakukan bersama dengan terapi radiasi.
Kemoterapi topical (kemoterapi intravesikal atau terapi dengan memasukkan larutan
obat anti neoplastik kedalam kandung kemih yang membuat obat tersebut mengenai
dinding kandung kemih) dapat dipertimbangkan jika terdapat resiko kekambuhan yang
tinggi, jika terdapat kanker in situ atau jika resksi tumor tidak tuntas.Kemoterapi topical
adalah pemberian medikasi dengan konsentrasi yang tinggi (thiotepa, doxorubisin,
mitomisin, ethoglusid dan Bacilus Calmette – Guerin atau BCG) untuk meningkatkan
penghancuran jaringan tumor. BCG kini dianggap sebagai preparat intravesikal yang
paling efektif untuk kanker kandung kemih yang kambuhan karena preparat ini akan
menggalakkan respon imun tubuh terhadap kanker. Pasien dibolehkan makan dan minum
sebelum prosedur pemasukan (instilasi) obat dilaksanakan, tetapi kandung kemih terisi
penuh, pasien harus menahan larutan preparat intravesikal tersebut selama 2 jam sebelum
mengalirkannya keluar dengan berkemih. Pada akhir prosedur, pasien dianjurkan untuk
buang air kecil dan meminum cairan sekehendak hati untuk membilas preparat tersebut
dari kandung kemih.
Radiasi tumor dapat dilakukan sebelum pembedahan untuk mengurangi
mikroekstensi neoplasma dan viabilitas sel-sel tumor sehingga kemungkinan timbulnya
kanker tersebut didaerah sekitarnya atau kemungkinan penyebaran sel-sel kanker lewat
sirkulasi darah atau system infatik dapat dikurangi.Terapi radiasi juga dilakukan bersama
pembedahan atau dilakukan untuk mengendalikan penyakit pada pasien dengan tumor
yang tidak dapat dioperasi.
Sistektomi sederhana (pengangakatan kandung kemih) atau sistektomi radikal
dilakukan pada kanker kandung kemih yang invasive atau multifocal.Sistektomi radikal
pada pria meliputi pengangkatan kandung kemih, prostat serta vesikulus seminalis dan
jaringan vesikal disekitarnya.Pada wanita, sistektomi radikal meliputi pengangkatan
kandung kemih, ureter bagian bawah, uterus, tuba fallopi, ovarium, vagina anterior dan
uretra.Operasi ini dapat mencakup pula limfadenektomis (pengangkatan nodus
limfatikus).Pengangkatan kandung kemih memerlukan prosedur difersi urin
(mengalihkan aliran urin dari kandung kemih ketempat keluar yang baru, yang biasanya
melalui lubang yang dibuat lewata pembedahan pada kulit (stoma).
Kanker kandung kemih varietas sel transitional memiliki respon yang buruk
terhadap kemoterapi.Cisplatin, doxorubisin dan siklofosfamid sudah digunakan dengan
berbagai takaran serta jadwal pemberian dan tampaknya merupakan kombinasi yang
paling efektif.
Kanker kandung kemih juga dapat diobati dengan infuse langsung preparat
sitotoksik melalui suplai darah arterial organ yang terkena sehingga bisa tercapai
konsentrasi preparat kemoterapeutik yang lebih tinggi dengan efek toksik sistemik yang
lebih kecil. Untuk kanker kandung kemih yang lebih lanjut atau untuk pasien hematuria
yang membandel (setelah terapi radiasi), sebuah balon besar berisi air yang ditempatkan
dalam kandung kemih akan membuat nekrosis tumor dengan mengurangi suplai darah
kedinding kandung kemih (terapi hidrostatik). Terapi instilasi dengan cara memasukkan
larutan formali, fenol atau perak nitrat dapat meredahkan gejala hematuria dan stranguria
(pengeluaran urin yang lambat dan nyeri) pada sebagian pasien.
Perawatan Untuk Ca Kandung Kemih
a. Perawatan makanan :
a) Pasien kanker kandung kemih dianjurkan untuk memakan buah dan sayuran segar.
b) Harus diberikan diet tinggi protein seperti telur, susu dan ikan.
c) Berikan makanan kesukaan pasien kanker kandung kemih yang telah dimodifikasi,
tetapi hindari makanan pedas, keras dan yang sulit dicerna oleh tubuh.
b. Perawatan setelah Operasi
a) Kondisi ruangan harus tetap bersih, dengan udara yang bersih juga
b) Pasien kanker kandung kemih harus hindari infeksi, harus meningkatkan daya
tahan tubuh
c) Keluarga harus terus memberikan semangat dan membantu pasien menghilangkan
sikap dan pikiran negative.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Data Demografi


Identitas pasien meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, agama, dan ras.
3.2 Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama : Hematuria, Frekuensi berkemih, Disuria
2. Riwayat penyakit sebelumnya : Klien ada riwayat kencing batu 3 bulan yang lalu dan
2 bulan yang lalu ada kencing darah. ± 6 bulan yang lalu selama 1 minggu klien
merasa ada benjolan diperut bagian bawahnya
3. Riwayat penyakit sekarang : BAK tidak lancar, terasa nyeri dan panas, sifatnya terus
menerus sejak 2 minggu yang lalu. Klien juga merasa kesulitan dalam BAB,
konsistensi keras dan lama baru keluar.
4. Riwayat penyakit keluarga : Dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
seperti yang diderita oleh klien sekarang ini.
3.3 Pengkajian
1. Keluhan Utama dan TTV
a. Keadaan Umum : Klien tampak pucat, melakukan aktivitas seperlunya. Tidur
kurang, sering terbangun tengah malam.
b. Tanda-tanda Vital : Suhu 36 0C/axilla, nadi kuat dan teratur, 80x/menit, tensi
diukur dengan klien berbaring pada lengan kiri, hasilnya = 130/80 mmHg,
pernafasan normal, 18x/menit.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pernafasan (B1 Breathing ) : Hidung tidak ada kelainan, trachea letaknya normal,
bentuk dada simetris.
b. Cardiovaskuler (B2 Bleeding ) : Nyeri dada tidak ada, suara jantung normal, edema
pada ekstremitas bawah.
c. Persyarafan (B3 Brain ) : Kepala dan wajah tidak ada kelainan, pucat, mata: sklera
icterus, conjunctiva pucat, pupil isokor, leher tekanan vena jugularis normal, klien
mengalami cegukan. Persepsi sensori tidak ada kelainan.
d. Perkemihan ( B4 Bladder ) : Produksi urine dalam 24 jam 600 – 700 ml, keluar
sedikit-sedikit, menetes, sering dan terasa nyeri. Kadang ada retensi urine. Warna
merah, bau agak amis. Lainnya teraba massa supra sympisis, diameter 10 x 10 cm,
keras, fixed.
e. Pencernaan ( B5 Bowel ) : Mulut dan tenggorok kering, agak merah (iritasi).
Abdomen distensi. rectum tidak ada kelainan. BAB 1x/hari, kadang-kadang 2 – 3
hari baru BAB. Konsistensi keras.
f. Tulang – Otot – Integumen (B6 Bone ) : Kemampuan pergerakan sendi: bebas.
Tidak ada parese, paralise maupun hemiparese. Extremitas atas tidak ada,
extremitas bawah terdapat edema pada tungkai kiri, tulang belakang tidak ada
kelainan. Warna kulit pucat, akral dingin kering, turgor cukup.
3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi saluran kemih.
b. Gangguan pola eliminasi BAK berhubungan dengan obstruksi saluran kemih,
retensi urin.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan
nutrisi yang tidak adekuat, anoreksia.
d. Ansietas berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kemoterapi dan imunoterapi

2. Post Operasi
c. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf,
infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping
therapi.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan diversi urinarius.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan untuk eliminasi urine.
f. Resiko tinggi gangguan fungsi seksual berhubungan dengan defisit
pengetahuan/keterampilan tentang alternatif respon terhadap transisi kesehatan,
penurunan fungsi/struktur tubuh, dampak pengobatan.
g. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan
kemotherapi, defisit imunologik.
3.5 Intervensi
1. Pre Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi saluran kemih.
Tujuan : Nyeri dapat teratasi
Kriteria hasil :
a) Pasien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
b) Melaporkan nyeri yang dialaminya

Intervensi Rasional
1. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, 1. Memberikan informasi yang
durasi dan intensitas. diperlukan untuk merencanakn
asuhan.
2. Evaluasi terapi: Pembedahan, 2. Untuk mengetahui terapi yang
radiasi, kemoterapi, bioterapi, dilakukan sesuai atau tidak,
ajarkan klien dan keluarga tentang atau malah menyebabkan
cara menghadapinya. komplikasi.

3. Berikan pengalihan seperti


3. Untuk meningkatkan kenyamanan
reposisi dan aktifitas
dan mengalihkan perhatian klien
menyenangkan seperti
dari rasa nyeri.
mendengarkan music atau nonton
TV.
4. Menganjurkan tehnik pengangan 4. Meningkatkan kontol diri atas efek
stress (tehnik relaksasi, visualisai, samping dengan menurunkan
bimbingan), gembira dan berikan stress dan ansietas.
sentuhan terapeutik.
5. Evaluasi nyeri dan berikan 5. Untuk mengetahui efektifitas
pengobatan bila perlu penanganan nyeri, tingkat nyeri
dan sejauh mana klien mampu
menahannya serta untuk
mengetahui kebutuhan klien akan
obat-obatan anti nyeri.
b. Gangguan pola eliminasi BAK berhubungan dengan obstruksi saluran kemih,
retensi urin.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan pola eliminasi buang air kecil.
Kriteria Hasil :
a) Pasien tidak merasa nyeri pada saat buang air kecil.
b) Pengeluaran urine 1000-1500 cc/ hari.
c) Frekuensi miksi 4-5 kali/ hari.
d) Ekspresi wajah tenang

Intervensi Rasional
1. Catat intake dan out put cairan. 1. Untuk mengetahui fungsi ginjal.
2. Berikan rangsangan pada daerah 2. Rangsangan pada simphisis
atas symphisis dengan air dingin dengan air dingin dapat
meningkatkan tonus otot spincter
dan buli-buli.

c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan


nutrisi yang tidak adekuat, anoreksia.
Tujuan : Pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Kriteria Hasil :
a) Pasien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada
tanda malnutrisi.
b) Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat
c) Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan
penyakitnya

Intervensi Rasional
1. Monitor intake makanan setiap 1. Memberikan informasi tentang
hari, apakah klien makan sesuai status gizi klien.
dengan kebutuhannya.
2. Timbang dan ukur berat badan, 2. Memberikan informasi tentang
ukur trisep serta amati penambahan dan penurunan berat
penurunan berat badan. badan klien.
3. Kaji pucat, dan penyembuhan 3. Menunjukkan keadaan gizi klien
yang lambat dan pembesaran yang buruk.
kelenjar parotis.
4. Anjurkan klien untuk 4. Kalori merupakan sumber energy.
mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dengan intake cairan yang
adekuat. anjurkan pula makanan
kecil untuk klien.
5. Mencegah mual muntah, distensti
5. Kontrol faktor lingkungan
berlebihan, dyspepsia yang
seperti bau busuk atau bising.
menyebabkn penurunan nafsu
hindarkan makanan yang terlalu
makan seta mengurangi stimulus
manis, lemak dan pedas.
berhaya yang dapat meningkatkan
ansietas.

d. Cemas/ takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan.


Tujuan :
a. Klien dapat mengurangi rasa cemas
b. Rileks dan dapat melihat dirinya secara objektif
c. Menunjukkan koping yang efektif sertamampu berpartisipasi dalam pengobatan
Kriteria Hasil : cemas klien berkurang
Intervensi Rasional
1. Tentukan pengalaman klien 1. Data-data mengenai pengalaman
sebelumnya terhadap penyakit klien sebelumnya akan
yang dideritanya. memberikan dasar untuk
penyuluhan dan menghindari
adanya duplikasi
2. Berikan informasi tentang 2. Pemberian informasi dapat
prognosis secara akurat. membantu klien dalam
memahami proses penyakitnya.
3. Berikan kesempatan pada klien 3. Dapat menurunkan kecemasan
untuk mengekspresikan rasa klien.
marah, takut, konfrontasi. Beri
informasi dengan emosi wajar dan
ekspresi yang sesuai
4. Jelaskan pengobatan, tujuan dan 4. Membantu klien dalam
efek samping, bantu klien memahami kebutuhan utuk
,mempersiapkan diri dalam pengobatan dan efek sampingnya
pengobatan
5. Catat koping yang tidak efektif 5. Mengetahui dan menggali pola
seperti kurang interaksi social, koping serta mengatasi atau
ketidakberdayaan dll. memberikan solusi dalam upaya
meningkatkan kekuatan dalam
mengatasi kecemasan.

e. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kemoterapi dan imunoterapi


Tujuan :
a. Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada
tingkatan siap.
b. Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alas an mengikuti
prosedur tersebut.
c. Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam
pengobatan.
d. Bekerja sama dalam pengobatan.
Kriteria Hasil : pengetahuan klien tentang penyakit bertambah.

Intervensi Rasional
1. Review pengertian klien dan 1. Menghindari adanya duplikasi dan
keluarga tentang pengobatan dan pengurangan terhadap pengetahuan
akibatnya klien
2. Tentukan persepsi klien tentang 2. Ceritakan kepada klien tentang
kanker dan pengobatannya pengalaman klien yang lain yang
mendertia kanker.
3. Membantu klien dalam memahami 3. Membantu klien dalam memahami
proses keperawatan proses penyakit
4. Berikan bimbingan kepada klien / 4. Jujur pada klien
sebelum mengikuti prosedur
pengobatan, terapi yang lama dan
pengobatan, komplkasi
5. Anjurkan klien memberikan 5. Mengetahui sampai sejauh mana
umpan balik verbal dan mengoreksi pemahaman klien dan keluarga
miskonsepsi tentang penyakitnya. mengenai penyakit klien.

2. Post Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf,
infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping
therapi.
Tujuan : Nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil :
1. Pasien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
2. Melaporkan nyeri yang dialaminya
3. Mengikuti program pengobatan
4. Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas
yang mungkin
INTERVENSI RASIONAL
Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi Memberikan informasi yang diperlukan
dan intensitas untuk merencanakan asuhan
Evaluasi therapi : pembedahan, Untuk mengetahui terapi yang dilakukan
radiasi, khemotherapi, biotherapi, sesuai atau tidak, atau malah menyebabkan
ajarkan pasien dan keluarga tentang komplikasi.
cara menghadapinya
Berikan pengalihan seperti reposisi Untuk meningkatkan kenyamanan dengan
dan aktivitas menyenangkan seperti mengalihkan perhatian klien dari rasa
mendengarkan musik atau nonton TV nyeri.
Menganjurkan teknik penanganan Meningkatkan kontrol diri atas efek
stress (tehnik relaksasi, visualisasi, samping dengan menurunkan stress dan
bimbingan), gembira, dan berikan ansietas.
sentuhan therapeutik.
Berikan analgetik sesuai indikasi Untuk mengatasi nyeri.
seperti morfin, methadone, narcotik dll

b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan diversi urinarius.


Kriteria Hasil : citra diri meningkat, terpelihara dan terjaga

INTERVENSI RASIONAL
Anjurkan klien utnuk mengungkapkan Meningkatkan integrasi dari perubahan
perasaan mengenai ostomi dan kanker ke dalam gaya tubuh
kandung kemih dan dampak yang
diharapkan pada gaya hidup
Evaluasi perasaan klien mengenai diversi Sebagai data untuk merumuskan
urinarius dan efeknya, identitas seksual, rencana askep
hubungan dan citra diri
Bantu untuk memisahkan penampilan fisik Meningkatkan citra diri
dan perasaan kesehatan
Izinkan klien untuk ventilasi emosi seperti Meningkatkan koping
marah dan rasa bersalah
Pantau apakah klien dapat melihat Ketidakmampuan memandang
ostominya ostominya mengindikasikan kesulitan
koping.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan untuk eliminasi urine


Kriteria Hasil : tidak ada infeksi pada saluran kemih

INTERVENSI RASIONAL
Gunakan sabun antimicrobial untuk Mencegah transmisi organisme
cuci tangan
Pertahankan intake cairan adekuat Meningkatkan aliran urine
Ajarkan klien cuci tangan Memberikan informai tentang personal
hygiene
Ajarkan klien tentang gejala dan tanda Memberikan info untuk meningkatkan
infeksi serta anjurkan untuk kepatuhan
melaporkannya
Ajarkan klien dan keluarga untuk Dapat mencegah infeksi
sering mengalirkan kantong untuk
mencegah refluks

d. Resiko tinggi gangguan fungsi seksual berhubungan dengan defisit


pengetahuan/keterampilan tentang alternatif respon terhadap transisi kesehatan,
penurunan fungsi/struktur tubuh, dampak pengobatan.
Tujuan : Pasien dapat mengungkapkan pengertiannya terhadap efek kanker dan
therapi terhadap seksualitas
Kriteria Hasil : Mempertahankan aktivitas seksual dalam batas kemampuan

INTERVENSI RASIONAL
Diskusikan dengan pasien dan keluarga Meningkatkan ekspresi seksual dan
tentang proses seksualitas dan reaksi serta meningkatkan komunikasi terbuka
hubungannya dengan penyakitnya antara klien dengan pasangannya.
Berikan penjelasan tentang akibat Membantu klien dalam mengatasi
pengobatan terhadap seksualitas masalah seksual yang dihadapinya.
Berikan privacy kepada pasien dan Memberikan kesempatan bagi klien dan
pasangannya. Ketuk pintu sebelum pasangannya untuk mengekspresikan
masuk. perasaan dan keinginan secara wajar.

e. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan
kemotherapi, defisit imunologik.
Tujuan : Pasien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan
kondisi spesifik.
Kriteria Hasil : Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan
penyembuhan.

INTERVENSI RASIONAL
Kaji integritas kulit untuk melihat Memberikan informasi untuk perencanaan
adanya efek samping therapi kanker, asuhan dan mengembangkan identifikasi
amati penyembuhan luka. awal terhadap perubahan integritas kulit.
Anjurkan pasien untuk tidak Menghindari perlukaan yang dapat
menggaruk bagian yang gatal menimbulkan infeksi.
Ubah posisi pasien secara teratur Menghindari penekanan yang terus
menerus pada suatu daerah tertentu.
Berikan penjelasan pada pasien untuk Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan
menghindari pemakaian cream kulit, produk yang kontra indikatif.
minyak, bedak tanpa rekomendasi
dokter
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Jadi, kanker kandung kemih adalah jenis kanker yang berkembang di daerah
kandung kemih, organ berbetuk balon terletak di bagian panggul yang menyimpang
urin.Kebanyakan kanker ini diawali pada sel-sel yang melapisi bagian dalam kandung
kemih.
Tidak jelas apa yang menyebabkan kanker kandung kemih. Kanker kandung kemih
memiliki keterkaitan dengan merokok, infeksi parasit, radiasi dan terkena zat kimia.
Kanker kandung kemih terjadi karena mutasi sel. Mutasi ini menyebabkan sel tumbuh
dengan tidak terkendalikan dan kemudian hidup ketika sel lainnya mati.

4.2 Saran
Penulis berharap dengan makalah ini, semoga mahasiswa dapat mengerti bagaimana
asuhan keperawatan kanker kandung kemih, dan paham bagaimana patofiologi yang
terjadi klien kanker kandung kemih. sehingga bisa berpikir kritis dalam melakukan
tindakan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta

Corwin, Elizabeth J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta

Purnawan Junadi, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 2. Media Aeskulapius, FKUI


1982. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990.

Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta.

You might also like