You are on page 1of 17

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GONORRHEA

A. DEFINISI

Gonore (GO) adalah penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan oleh kuman
yang bernama Neisseria Gonorrhoaea yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim,
rektum (usus bagian bawah), tenggorokan maupun bagian putih mata (Gonorhoaea
Conjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah kebagian tubuh lainya terutama kulit
dan persendian. Pada wanita, gonore bisa naik ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput
didalam panggul sehingga menimbulkan nyeri panggul dan gangguan reproduksi.

Selama beberapa abad bermacam nama telah digunakan untuk mendeskripsikan infeksi
yang disebabkan oleh N. gonorrhoeae ini diantaranya; ‘strangury’ yang digunakan oleh
Hipocrates. Penamaan gonore sendiri diberikan oleh Galen (130 SM) untuk menggambarkan
eksudat uretra yang sifatnya seperti aliran air mata (flow of seed) dan M. Neisser dikenalkan
oleh Albert Neisser yang menemukan mikroorganisme tersebut pada tahun 1879 dari
pewarnaan apusan yang diambil dari vagina, uretra dan eksudat konjungtiva.

Gonorhea adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhea
yang penularannya melalui hubungan kelamin baik melalui genito-genital, oro-genital, ano-
genital. Penyakit ini menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan
konjungtiva.

Kencing nanah atau gonore (bahasa Inggris: gonorrhea atau gonorrhoea)


adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang
menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata
(konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama
kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi
selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri pinggul dan gangguan reproduksi (Wikipedia).

Gonorhea adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria Gonorhea yang pada
umumnya ditularkan melalui hubungan kelamin, tetapi dapat juga secara langsung dengan
eksudat yang infektif. (Dr.Soedarto, Penyakit-penyakit Infeksi di Indonesia,1990,Hal.74)

B. PENYEBARAN
1
Gonore dapat menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lain terutama kulit dan
persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di
dalam panggul sehingga menyebabkan nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.

C. ETIOLOGI
Gonorrhoeae adalah bakteri yang tidak dapat bergerak, tidak memiliki spora, jenis
diplokokkus gram negatif dengan ukuran 0,8 – 1,6 mikro. Bakteri gonokokkus tidak tahan
terhadap kelembaban, yang cenderung mempengaruhi transmisi seksual. Bakteri ini bersifat
tahan terhadap oksigen tetapi biasanya memerlukan 2-10% CO 2 dalam pertumbuhannya di
atmosfer. Bakteri ini membutuhkan zat besi untuk tumbuh dan mendapatkannya melalui
transferin, laktoferin dan hemoglobin. Organisme ini tidak dapat hidup pada daerah kering dan
suhu rendah, tumbuh optimal pada suhu 35-37°C dan pH 7,2-7,6 untuk pertumbuhan yang
optimal. Gonokokkus terdiri dari 4 morfologi, type 1 dan 2 bersifat patogenik dan type 3 dan 4
tidak bersifat patogenik. Tipe 1 dan 2 memiliki pili yang bersifat virulen dan terdapat pada
permukaannya, sedang tipe 3 dan 4 tidak memiliki pili dan bersifat non-virulen. Pili akan
melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang.

Penyebab pasti penyakit gonore adalah bakteri Neisseria gonorrhea yang bersifat
patogen. Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau
lapis gepeng yang belum berkembang pada wanita yang belum pubertas.

D. MANIFESTASI KLINIS
Pada pria, gejala awal biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi.
Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra, yang beberapa jam kemudian diikuti
oleh nyeri ketika berkemih dan keluarnya nanah dari penis. Penderita sering berkemih dan
merasakan desakan untuk berkemih, yang semakin memburuk ketika penyakit ini menyebar
keuretra bagian atas. Lubang penis tampak merah dan membengkak.

Pada wanita, gejala awal bisa timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi. Penderita
wanita seringkali tidak menunjukkan gejala selama beberapa minggu atau bulan, dan diketahui
menderita penyakit ini hanya setelah mitra seksualnya tertular. Jika timbul gejala, biasanya
bersifat ringan. Tetapi beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan
untuk berkemih, nyeri ketika berkemih, keluarnya cairan dari vagina dan demam. Infeksi bisa
menyerang leher rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra dan rektum; menyebabkan

2
nyeri pinggul yang dalam atau nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Nanah yang keluar
bisa berasal dari leher rahim, uretra atau kelenjar di sekitar lubang vagina.

Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seksual melalui anus (lubang
dubur) bisa menderita gonore pada rektumnya. Penderita merasakan tidak nyaman di sekitar
anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah di sekitar anus tampak merah dan kasar,
tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah. Pada pemeriksaan dengan anaskop akan tampak
lendir dan cairan di dinding rektum penderita. Melakukan hubungan seksual melalui mulut
(oral sex) dengan seorang penderita gonore bisa menyebabkan gonore pada tenggorokan
(faringitis gonokokal). Biasanya infeksi ini tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang
menyebabkan nyeri tenggorokan dan gangguan menelan. Jika cairan yang terinfeksi mengenai
mata maka bisa terjadi infeksi mata luar (konjungtivitis gonore).

Bayi baru lahir bisa terinfeksi oleh gonore dari ibunya selama proses persalinan,
sehingga terjadi pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan dari matanya keluar nanah.
Pada dewasa, bisa terjadi gejala yang sama, tetapi seringkali hanya 1 mata yang terkena.Jika
infeksi ini tidak diobati bisa terjadi kebutaan. Penderita pria biasanya mengeluhkan sakit pada
waktu kencing. Dari mulut saluran kencing keluar nanah kental berwarna kuning hijau. Setelah
beberapa hari keluarnya nanah hanya pada pagi hari, sedikit dan encer serta rasa nyeri
berkurang. Bila penyakit ini tidak diobati dapat timbul komplikasi berupa peradangan pada alat
kelamin. Pada wanita, penyakit ini tidak menunjukkan gejala yang jelas atau bahkan tidak
menimbulkan keluhan sama sekali, sehingga wanita mudah menjadi sumber penularan GO.
Kadang penderita mengeluh keputihan dan nyeri waktu kencing.

E. KOMPLIKASI
Dapat timbul komplikasi berupa bartolitis, yaitu membengkaknya kelenjar Bartholin
sehingga penderita sukar jalan karena nyeri. Komplikasi dapat ke atas menyebabkan
kemandulan, bila ke rongga perut menyebabkan radang di perut dan usus. Selain itu baik pada
wanita atau pria dapat terjadi infeksi sistemik (seluruh tubuh) ke sendi, jantung, selaput otak
dan lain-lain. Pada ibu hamil, bila tidak diobati, saat melahirkan mata bayi dapat terinfeksi, bila
tidak cepat ditangani dapat menyebabkan kebutaan. Infeksi kadang menyebar melalui aliran
darah atau beberapa sendi, dimana sendi menjadi bengkak dan sangat nyeri, sehingga
pergerakannya menjadi terbatas. Infeksi melalui aliran darah juga bisa menyebabkan timbulnya
bintik-bintik merah berisi nanah di kulit, demam, rasa tidak enak badan atau nyeri di beberapa
sendi yang berpindah dari satu sendi kesendi lainnya (sindroma artritis-dermatitis). Bisa terjadi
3
infeksi jantung (endokarditis). Infeksi pembungkus hati (perihepatitis) bisa menyebabkan nyeri
yang menyerupai kelainan kandung empedu.

F. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan
pembantu yang terdiri atas 15 tahap, yaitu:
1. Sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram negatif,
intraseluler dan ekstraseluler, leukosit polimorfonuklear.
2. Kultur untuk identifikasi perlu atau tidaknya dilakukan pembiakan kultur.
Menggunakan media transport dan media pertumbuhan.
3. Tes definitif, tes oksidasi (semua golongan Neisseria akan bereaksi positif), tes
fermentasi (kuman gonokokus hanya meragikan glukosa)
4. Tes beta laktamase, hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna kuning
menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase
5. Tes Thomson dengan menampung urin pagi dalam dua gelas. Tes ini digunakan untuk
mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.

G. PENGOBATAN
a. Medikamentosa
Gonore biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui
otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama 1 minggu (biasanya
diberikan doksisiklin). Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita
dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah, infus).
Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangansensitif terhadap penicilin, banyak ‘strain’
yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap
merupakan pengobatan pilihan.
Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr
probonesid per- oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan yang memadai.
Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita yang peka
terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita. Pengobatan jangka
panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis gonokokus.
b. Non-medikamentosa
Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang :
1. Bahaya penyakit menular seksual
4
2. Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
3. Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
4. Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat
dihindari.
5. Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang.

H. PATOGENESIS
Meskipun telah banyak peningkatan dalam pengetahuan tentang patogenesis dari
mikroorganisme, mekanisme molekular yang tepat tentang invasi gonokokkus ke dalam sel
host tetap belum diketahui. Ada beberapa faktor virulen yang terlibat dalam mekanisme
perlekatan, inflamasi dan invasi mukosa. Pili memainkan peranan penting dalam patogenesis
gonore. Pili meningkatkan adhesi ke sel host, yang mungkin merupakan alasan mengapa
gonokokkus yang tidak memiliki pili kurang mampu menginfeksi manusia. Antibodi antipili
memblok adhesi epithelial dan meningkatkan kemampuan dari sel fagosit.
Juga diketahui bahwa ekspresi reseptor transferin mempunyai peranan penting dan
ekspresi full-length lipo-oligosaccharide (LOS) tampaknya perlu untuk infeksi
maksimal.2,3,8,9. Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah epitel kolumnar dari uretra
dan endoserviks, kelenjar dan duktus parauretra pada pria dan wanita, kelenjar Bartolini,
konjungtiva mata dan rectum. Infeksi primer yang terjadi pada wanita yang belum pubertas
terjadi di daerah epitel skuamosa dari vagina.

I. MEDIKAMENTOSA
Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangansensitif terhadap penicilin, banyak
‘strain’ yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap
merupakan pengobatan pilihan.
Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr
probonesid per- oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan yang memadai.
Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita yang peka
terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita. Pengobatan jangka
panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis gonokokus.

J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Diagnosa dan Intervensi
DIAGNOSA KRITERIA HASIL NOC INTERVENSI KEPERAWATAN (NIC)
NANDA

5
Nyeri b.d reaksi 1. Kontrol Nyeri Manajemen nyeri
Infeksi Defenisi : Seseorang dapatDefenisi : Pengurangan rasa nyeri serta
mengontrol nyeri penungkatan kenyamanan yang bisa diterima
Indikator : oleh pasien
 Mengenali factor kausal Aktivitas :
 Mengenali gejala sakit  Lakukan penilaian nyeri secara
 Pengendalian Nyeri komprehensif dimulai dari lokasi,

 Menggunakan buku karakteristik, durasi, frekwensi, kualitas,

harian rasa sakit intensitas dan penyebab.

2. Level Nyeri  Pastikan pasien mendapat perawatan


Indikator : dengan analgestik.

 Melaporkan Nyeri  Gunakan komunikasi terapeutik agar

 Persen tubuh yang pasien dapat menyatakan pengalaman

terkena nyeri nya serta dukungan dalam merespon

 Frekwensi nyeri nyeri.

 Kehilangan nafsu makan  Tentukan dampak nyeri terhadap


kehidupan sehari-hari (tidur, nafsu
 Perubahan Pola
makan, aktifitas, kesadaran, mood,
pernapasan
hubungan social, performance kerja dan
 Perubahan pompa jantung
melakukan tanggung jawab sehari-hari.
 Membantu pasien dan keluarga untuk
memberi dukungan.
 Gunakan langkah-langkah pengendalian
nyeri sebelum nyerio menjadi parah.
 Pastikan bahwa pasien mendapat
perawatan analgestik yang tepat

PCA yang dikendalikan


Defenisi: Fasilitas pengawasan administrasi
analgestik dan regulasi pasien
Aktivitas:
 Kolaborasi dengan dokter, pasien,
anggota keluarga, dalam pemilihan jenis

6
narkotika untuk digunakan.
 Hindari penggunaan Demerol.
 Pastikan bahwa pasien tidak alergi
terhadap analgestik yang sudah diatur.
 Ajar pasien dan keluarga untuk memantau
intensitas nyeri, kualitas, dan durasi.
 Ajari pasien dan keluarga untuk
memantau rata-rata respirasi dan tekanan
darah.
 Ajari pasien dan keluarga efek samping
dari pengurangan nyeri.
 Dokumentasikan nyeri pasien, jumlah dan
frekwensi dari dosis obat dan respon
terhadap pengobatan nyeri.
Perubahan pola Pembatasan urin Pengaturan eliminasi urin
eliminasi urin Definisi : Kontrol eliminasiAktivitas :
urine  Monitor eliminasi urin, termasuk
Indikator : frequensi, konsistensi, bau, volume, dan
 Mengenali tanda untuk warna jika diperlukan.
eliminasi.  Monitor tanda dan symptom retensi urin.
 Meramalkan pola jalan Catat waktu terakhir BAK.
urin.  Instruksikan pasien/ keluarga untuk
 Pengosongan kandung mencatat pengeluaran urin.
kemih dengan komplet.  Batasi cairan jika diperlukan.
 Mampu untuk mulai dan Bantu pasien untuk ke toilet dengan
berhenti buang air kecil. teratur.
Eliminasi urin  Catat waktu pengosongan setelah
Indikator : prosedur
 Pola eliminasi dalam batasPerawatan retensi urin
yang diharapkan Aktivitas :
 Jumlah urine  Sediakan privasi untuk eliminasi
 Urin bebas dari partikel  Gunakan kekuatan sugesti untuk
 Urin keluar tanpa sakit mengeluarkan air

7
 Urin keluar tanpa ragu  Stimulasi reflek kandung kemih dengan
mendinginkan perut.
 Sediakan cukup waktu untuk
pengosongan kandung kemih
 Masukan kateter jika diperlukan
 Instruksikan pasien untuk mencatat
output urin
 Monitor intake dan output
 Monitor tingkat distensi kandung kemih
dengan palpasi dan perkusi
 Bantu pasien untuk ke toilet dengan
teratur

Cemas Control cemas Penurunan kecemasan


Indicator : Aktivitas :
Definisi : Perasaan
 Monitor intensitas  Tenangkan klien
ketidaknyamanan
kecemasann  Jelaskan prosedur tindakan kepada klien
atau ketakutan
 Menyingkiran tanda dan perasaan yang mungkin muncul pada
disertai oleh respon
kecemasan saat melakukan tindakan
otonom (sumber
 Menggunakan teknik  Berusaha memahami keadaan klien
seringkali spesifik
relaksasi untuk  Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik
atau tidak diketahui
mehilangkan kecemasan  Sediakan aktivitas untuk menurunkan
individu), sebuah
 Melaporkan tidak adanya ketegangan
perasaan ketakutan
gangguan persepsi sensori  Bantu pasien untuk mengidentifikasi
yang disebabkan
Koping situasi yg menciptakan cemas.
oleh antisipasi
Indikator :  Instruksikan pasien untuk menggunakan
bahaya. Ini adalah
 Melibatkan anggota teknik relaksasi
sinyal peringatan
keluarga dalam pembuatan
yang
keputusan Peningkatan koping:
memperingatkan
 Menunjukkan strategiAktivitas :
bahaya yang akan
penurunan stress  Hargai pemahaman pasien tentang proses
datang dari yang
 Menggunakan dukungan penyakit.
memungkinkan
social  Gunakan pendekatan yang tenang dan
individu untuk
8
mengambil tindakan memberikan jaminan
untuk mengatasi  Sediakan informasi actual tentang
ancaman diagnose, penanganan, dan prognosis
 Sediakan pilihan yang realistis tentang
Batasan aspek perawatan saat ini
karakteristik :  Tentukan kemampuan klien untuk
Perilaku : mengambil keputusan
 Gelisah  Instruksikan pasien untuk menggunakan
 Resah teknik relaksasi
 Produktivitas  Bantu pasien untuk mengidentifikasi
berkurang strategi positif untuk mengatasi
 Scanning dan keterbatasan dan mengelola gaya
kewaspadaan hidup/perubahan peran
 Berhubungan
dengan
keturunan /
hereditas

Kasus
Seorang pasien Tn. N datang dengan ke puskemas tanggal 05/10/2017 jam 10.00 WIB
dengan keluhan nyeri saat BAK dan disertai keluar nanah pada alat kelaminnya. Pasien
mengatakan telah mengalami penyakit ini dari 5 hari yang lalu. TD : 110/80 mmHg, nadi 83
x/menit, temp : 37° C.

1. DATA DEMOGRAFI
Biodata
Nama : Tn. N
Umur : 35 Tahun
Alamat : Plaju

9
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswata
Kebangsaan : Indonesia
Tanggal Masuk : 05/10/2017
Tanggal Pengkajian : 05/10/2017

2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluh nyeri saat BAK dan disertai keluar nanah pada alat kelaminnya

3. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


Pasien masuk dengan keluhan keluar nanah dari saluran kencing sejak 2 minggu yang
lalu. Nanah yang keluar tersebut berwarna kuning kental. Awalnya keluar cairan jernih
kemungkinan cairan tersebut berwarna kuning kental. Pasien juga merasa nyeri saat buang
air kecil ujung penis terasa panas dan gatal.
4. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU
Sebelumnya pasien tidak pernah masuk rumah sakit.

5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Dalam keluarga tidak ada yang memiliki penyakit keturunan atau menular.
Keterangan :
: Meninggal
: Perempuan
: Klien/pasien
: Orang yang tinggal serumah
: Laki – laki

10
6. POLA PERSEPSI DAN PENANGANAN KESEHATAN
Jika pasien merasa sakit, pasien akan datang kepalayanan kesehatan seperti puskemas dan
rumah sakit.

7. PENGGUNAAN
a. Tembakau : Ya (Perokok)
b. Jumlah penggunaan : ± 1 bungkus per hari
c. Akohol : Ya (Peminum)
d. Obat lain : Tidak ada
e. Alergi : Tidak ada

8. POLA NUTRISI / METABOLISME


KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
1. Selera Makan Normal Nafsu Makan Berkurang
2. Diet Khusus Tidak ada diet khusus Tidak ada diet khusus
3. Jenis Makanan dan Biasa Biasa
Minuman
4. Frekuensi Makan dan 3 x 1 hari (makan) & 8 gelas 3 x 1 hari (makan) & 8 gelas
Minum per hari per hari
5. Cara Pemenuhan Tidak ada Tidak ada

9. POLA ELIMINASI
a. BAK : ± 5 kali sehari dengan warna kuning pekat dan bau khas urin
b. BAB : ± 1 kali sehari dengan warna kuning dan bau khas konsistensi feses
lembek

10. POLA AKTIVITAS


a. Makan/minum : Mandiri
b. Mandi : Mandiri
c. Berpakaian : Mandiri
d. Toileting : Mandiri
e. Mobilisasi ditempat tidur : Mandiri
f. Berpindah : Mandiri
g. Berjalan : Mandiri

11
11. POLA ISTIRAHAT TIDUR
a. Tidur malam : 7 jam
b. Tidur siang : 2 jam

12. PERSONAL HYGIENE


a. Mandi : 2 kali perhari (pagi dan sore)
b. Gosok gigi : 2 kali perhari (pagi dan sore)
c. Cuci rambut : 2 kali perhari (pagi dan sore)
d. Kuku tangan dan kaki : dipotong seminggu sekali

13. PEMERIKSAAN FISIK


a. Keluhan utama : Pasien mengatakan nyeri saat kencing (BAK)
b. Tingkat kesadaran : Compos metis (15)
c. Tanda – tanda vital : TD : 110/80 mmHg, RR : 20 x/mnt, N : 83 x/mnt, S : 37 º C
d. Pemeriksaan kepala :
1. Rambut : Bersih, berwarna hitam tidak ada benjolan dikepala
2. Mata : Simetris, pupil hitam, konjungtiva normal
3. Hidung : Lubang hidung simetris, tidak ada polip
4. Mulut : Mukosa agak kering, lidah agak merah, tidak ada sumbing
keadaan mulut bersih.
5. Telinga : Simetris, Bersih
e. Pemeriksaan leher :
1. Inspeksi : Tidak ada trakeostomi, kulit tampak bersih
2. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
f. Pemeriksaan dada :
1. Irama jantung : Teratur
2. Palpasi jantung : Tidak ada nyeri tekan
3. Perkusi jantung : Redup
4. Bunyi jantung : Normal
g. Abdomen :
1. Inspeksi : Tidak ada luka/lesi, bentuk simetris, dan abdomen bersih
2. Aukultasi : Bising usus 25 x/mnt

12
3. Perkusi : Timpani
4. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
h. Genetalia :
1. Inspeksi : Penis terdapat nanah
2. Palpasi : Ada nyeri tekan

Asuhan Keperawatan
1. Analisa Data
No Syntom Etiologi Problem
1 DS : Pasien mengatakan nyeri Agen cidera biologis Nyeri akut
ketika kencing (BAK) (Infeksi saluran kemih,
DO : Pasien tampak meringis Gonore)
TD : 110/80 mmHg
RR : 20 x/mnt
N : 83 x/mnt
T : 37 ºC
P : Gonore
Q : Panas terbakar
R : Penis
S:4
T : Sering

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidera biologis (Infeksi saluran kemih,
Gonore).

13
14
3. Intervensi Keperawatan
No Hari/tanggal NOC NIC
1 Kamis,05/10/2017 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 30  Observasi TTV
menit diharapkan nyeri akut dapat berkurang  Kaji tingkat skala nyeri
dengan kriteria hasil :  Bersihkan daerah genetalia
 TTV dalam batas normal  Ajarkan pasien untuk perawatan kebersihan genetalia
 Skala nyeri : 2  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
 Mampu mengontrol nyeri
 Pasien tidak pucat

4. Implementasi Keperawatan
No. Hari/tanggal Implementasi Respon Paraf
1 Kamis, 05/10/2017  Melakukan TTV DS : Pasien mengatakan tidak pusing
DO : TD : 110/80 mmHg, N : 83 x/mnt, S : 36.5 ºC, RR : 20
x/mnt

 Mengkaji tingkat skala nyeri DS : Pasien mengatakan nyeri pada saat kencing (BAK)
DO : Skala nyeri : 4, penis keluar nanah.

 Membersihkan daerah DS : Pasien mengatakan nyeri pada saat kencing (BAK)


genetalia DO : Daerah penis terlihat kotor

 Mengajarkan pasien untuk DS : Pasien mengatakan nyeri pada saat kencing (BAK)
DO : Daerah penis terlihat kotor
15
perawatan kebersihan
genetalia
DS : Pasien mengatakan nyeri mulai berkurang.
 Bekerja sama dengan dokter DO : Skala nyeri : 2 dengan terapi
dalam pemberian analgetik a. Kanamycin : 2 gram IM
b. Ciprofloxacin : 3 x 500 mg
c. Asam Fenamat : 3 x 500 mg

5. Evaluasi
No Hari/Tanggal Evaluasi Paraf
1 Kamis, 05/10/2017 S : Pasien mengatakan nyeri berkurang
O : Skala nyeri 2, TD : 110/80 mmHg, N : 83 x/mnt, S : 36.5 ºC, RR : 20 x/mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Terapi :
a. Kanamycin : 2 gram IM
b. Ciprofloxacin : 3 x 500 mg
c. Asam Fenamat : 3 x 500 mg

16
REFERENSI
Lachlan, MC. 1987. Buku Pedoman Diagnosis dan Penyakit Kelamin. Ilmiah Kedokteran:
Yogyakarta.
Natadidjaja, hendarto. 1990. Kapita Selekta Kedokteran. Bina Rupa Aksara: Jakarta.
Prof. DR. Djuanda, Adhi. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 3. Balai Penerbit FKUI:
Jakarta.
Wikinson, Judith M. 2006. Buku saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN. Penerbit buku
kedokteran EGC.
Carpenito, Lynda J. 2001. Buku saku DIAGNOSA KEPERAWATAN Edisi 8.Penerbit buku
kedokteran EGC.

17

You might also like