Professional Documents
Culture Documents
HERPES ZOSTER
Diajukan Kepada:
dr. H. Aris Budiarso, Sp.KK
Disusun Oleh:
Radhiatun Nisa
20120310183
HERPES ZOSTER
Disusun oleh:
Radhiatun Nisa
20120310183
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat, petunjuk dan
kemudahan yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan presentasi
kasus yang berjudul:
“HERPES ZOSTER”.
Penulisan presentasi kasus ini dapat terwujud atas bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Radhiatun Nisa
DAFTAR ISI
PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II KASUS 3
BAB IV KESIMPULAN 11
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I
PENDAHULUAN
Herpes zoster atau shingles, dampa atau cacar ular disebabkan oleh
infeksi virus yang sama dengan varisela, yaitu virus varisela zoster (VZV). Infeksi
ini merupakan reaktivasi virus varisela zoster dari infeksi endogen yang telah
menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh virus. Herpes zoster
ditandai dengan adanya nyeri unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang
terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion
perbedaan angka kesakitan antara pria dan wanita. Angka kesakitan meningkat
dengan peningkatan usia. Diperkirakan terdapat antara 2-5 per 1000 orang per
tahun. Lebih dari 2/3 kasus berusia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% kasus
varisela, virus varisela zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan
serabut saraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada ganglion terjadi infeksi laten,
virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi tetap
umumnya terjadi pada dermatom sesuai dengan lokasi ruam varisela yang
terpadat. Aktivasi virus varisela zoster laten diduga karena keadaan tertentu yang
1
berhubungan dengan imunosupresi, serta stress fisik maupun emosional dan
infeksi endogen.
maupun gejala prodormal lokal. Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu
singkat (kira2 12 sampai 24 jam) menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar
2
BAB II
KASUS
Poliklinik kulit dan kelamin RSUD KRT Setjonegoro dengan keluhan utama nyeri
dan pegal serta rasa terbakar pada ekstremitas atas sebelah kiri. Keluhan dirasakan
sejak 3 hari yang lalu, kemudian sejak tadi malam muncul plenting-plenting pada
lengan atas sebelah kiri. Plenting tidak gatal dan tidak ada yang pecah. Pasien juga
mengeluh merasa lemas dan sakit kepala. Pasien belum mencoba berobat
sebelumnya.
keluhan serupa sebelumnya. Pasien tidak mengetahui apakah pernah terkena cacar
yang sama seperti pasien serta riwayat alergi pada keluarga juga disangkal. Pasien
adalah seorang pedagang yang tinggal bersama suami, anak dan mertuanya.
pemeriksaan ujud kelainan kulit (UKK) pada lengan atas sebelah kiri tampak
kulit yang eritem, bentuk monomorf dengan kelompoknya dan polimorf dengan
kelompok lain, unilateral dan distribusinya pada dermatom c6. Tidak tampak
adanya krusta.
3
Gambar 1. Lesi pada lengan atas kiri pasien
4
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik maka pasien didiagnosis
herpes zoster dengan diagnosis banding varisela, herpes simpleks dan impetigo
perhari selama 7 hari, analgetik untuk mengurangi nyeri dengan asam mefenamat
dengan dosis asam mefenamat 1500 mg/hari diberikan sebanyak 3 kali, atau dapat
juga dipakai seperlunya ketika nyeri muncul, serta diberikan obat topikal sesuai
lesi kulit pasien yaitu berupa bedak untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak
5
BAB III
PEMBAHASAN
zoster yang menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus
varisela zoster dari infeksi endogen yang telah menetap dalam bentuk laten setelah
Frekuensi penyakit pada pria dan wanita sama, lebih sering mengenai usia
dewasa.
Gejala prodromal herpes zoster biasanya berupa rasa sakit pada dermatom
yang terkena. Gejala ini terjadi beberapa hari menjelang timbulnya erupsi. Gejala
konstitusi, seperti sakit kepala, malaise, dan demam, terjadi pada 5% penderita
(terutama pada anak-anak) dan timbul 1-2 hari sebelum terjadi erupsi.
Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan
unilateral.. Umumnya lesi terbatas pada daerah kulit yang dipersarafi oleh salah
anamnesis didapatkan adanya gejala sistemik seperti lemas dan sakit kepala, serta
gejala prodormal lokal seperti nyeri, pegal dan rasa seperti terbakar pada
ekstremitas atas sebelah kiri, meskipun pasien tidak mengetahui apakah pernah
terkena cacar air atau tidak sebelumnya yang mungkin dikarenakan adanya infeksi
primer yang subklinis dan dari pemeriksaan fisik didapatkan vesikel-vesikel berisi
cairan jernih dengan umbilikasi berkelompok dengan dasar kulit yang eritem
6
bentuk monomorf dengan kelompoknya dan polimorf dengan kelompok lain,
zoster yaitu pemeriksaan sediaan apus Tzanck dengan menemukan sel datia
berinti banyak. Dapat pula dilakukan pemeriksaan cairan vesikula atau material
histopatologi ditemukan sebukan sel limfosit yang mencolok, nekrosis sel dan
serabut saraf, proliferasi endotel pembuluh darah kecil, hemoragi fokal dan
elektron dan antigen virus herpes zoster dapat dilihat secara imunofluoresensi.
sebagai herpes zoster. Dengan diagnosis banding varisela, herpes simpleks dan
impetigo vesikulobulosa.
ditandai dengan erupsi berupa vesikel yang bergerombol, di atas dasar kulit yang
kemerahan. Ujud kelainan kulitnya mirip dengan yang ada pada pasien ini.
Sebelum timbul vesikel, biasanya didahului oleh rasa gatal atau seperti terbakar
yang terlokalisasi, dan kemerahan pada daerah kulit. Pada pasien ini tidak ada
keluhan gatal, namun ada keluhan rasa seperti terbakar. Herpes simpleks terdiri
atas 2, yaitu tipe 1 dan 2. Lesi yang disebabkan herpes simpleks tipe 1 biasanya
ditemukan pada bibir, rongga mulut, tenggorokan, dan jari tangan. Lokalisasi
penyakit yang disebabkan oleh herpes simpleks tipe 2 umumnya adalah di bawah
pusat, terutama di sekitar alat genitalia eksterna. Pada kasus ini penyebaran
7
lesinya mengikuti pola dermatomal. Diagnosis banding yang kedua yaitu varisela
gejala klinis berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah
menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini seperti tetesan embun (tear drops). Vesikel
akan berubah menjadi pustul dan kemudian menjadi krusta. Lesi menyebar secara
zoster yaitu pada bentuk vesikel nya yang polimorf dengan vesikel lainnya,
sedangkan pada herpes zoster bentuk vesikel nya monomorf dengan satu
Diagnosis banding ketiga yaitu impetigo vesikobulosa terdapat lesi berupa vesikel
dan bula yang mudah pecah dan menjadi krusta. Tempat predileksi di ketiak, dada,
punggung dan sering bersamaan dengan miliaria. Penyakit ini lebih sering
dijumpai pada anak-anak. Ujud kelainan kulitnya mirip dengan herpes zoster
mengatasi nyeri akut yang ditimbulkan oleh virus herpes zoster, dan mencegah
timbulnya neuralgia pasca herpetik. Selama fase akut, pasien dianjurkan tidak
keluar rumah, karena dapat menularkan kepada orang lain yang belum pernah
terinfeksi varisela. Usahakan agar vesikel tidak pecah, misalnya jangan digaruk
dan pakai baju yang longgar. Pengobatan yang pertama dengan obat antivirus obat
yang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya, misalnya valasiklovir dan
diberikan pada 3 hari pertama sejak lesi muncul. Dosis asiklovir peroral yang
8
dianjurkan adalah 5×800 mg/hari selama 7 hari, sedangkan melalui intravena
yang tidak bisa minum obat. Pada pasien di kasus ini diberikan asiklovir dengan
5x800 mg selama 7 hari. Obat kedua yang dapat diberikan yaitu obat analgetik,
herpes zoster. Obat yang biasa digunakan adalah asam mefenamat. Dosis asam
mefenamat adalah 1500 mg/hari diberikan sebanyak 3 kali, atau dapat juga
dipakai seperlunya ketika nyeri muncul. Pada pasien ini diberikan asam
mefenamat 1500 mg/hari diberikan sebanyak 3 kali. Pengobatan yang ketiga yaitu
paralisis. Yang biasa diberikan ialah prednison dengan dosis 3×20 mg/hari, setelah
seminggu dosis diturunkan secara bertahap. Selain itu dapat diberikan pengobatan
topikal bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel diberikan bedak
dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi
infeksi sekunder. Bila erosif diberikan kompres terbuka. Kalau terjadi ulserasi
Prognosis pada herpes zoster yaitu pada dewasa dan anak-anak umumnya baik,
tetapi usia tua risiko terjadinya komplikasi semakin tinggi, dan secara kosmetika
higiene & perawatan yang teliti akan memberikan prognosis yang baik & jaringan
9
BAB IV
KESIMPULAN
Telah dilaporkan kasus Herpes Zoster yang ditemukan pada wanita berusia
Dari anamnesis didapatkan adanya gejala prodormal sistemik seperti lemas dan
sakit kepala, serta gejala prodormal lokal seperti nyeri dan pegal serta rasa
terbakar pada ekstremitas atas sebelah kiri, meskipun pasien tidak mengetahui
apakah pernah terkena cacar air atau tidak sebelumnya dan dari pemeriksaan fisik
berkelompok dengan dasar kulit yang eritem dengan bentuk monomorf dengan
dermatomal yaitu pada c6. Gambaran ini sesuai dengan gambaran herpes zoster.
antivirus oral sistemik Asiklovir 5x800 mg perhari selama 7 hari, analgetik untuk
mengurangi nyeri dengan asam mefenamat dengan dosis asam mefenamat 1500
mg/hari diberikan sebanyak 3 kali, atau dapat juga dipakai seperlunya ketika nyeri
muncul, serta diberikan obat topikal sesuai lesi kulit pasien berupa bedak untuk
10
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, A. 2011. Herpes Zoster. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta:
FKUI. 110-112.
Ganiswara, Sulistya G. 2005. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FKUI.
Melton CD. Herpes Zoster. eMedicine World Medical Library:
http://www.emedicine.com/EMERG/topic823.htm [diakses pada tanggal
1 Agustus 2017].
Stawiski MA. Infeksi Kulit. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC, 1995; 1291.
Siregar RS. Penyakit Virus. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi Ke-2.
Jakarta: ECG, 2005 ; 84-7.
Hartadi, Sumaryo S. Infeksi Virus. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates,
2000; 92-4.
11