Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
dr. Erwin Dyah Anggraeni
Pendamping:
dr. Nanik Azizah
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan mini proyek yang berjudul “Perbedaan Tingkat
Pengetahuan Imunisasi Dasar Bagi Ibu Bayi Sebelum dan Setelah Penyuluhan Di Kelurahan
Dalam penyusunan mini proyek ini, penulis tidak dapat menyelesaikannya tanpa
bantuan pihak lain. Penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak untuk
dapat menyelesaikan mini proyek ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin
1. dr Nanik Azizah, yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada kami sehingga
3. Ibu Dian dan Ibu Diah selaku Bidan dan Perawat Polindes Mojosari yang telah ikut
4. Semua pihak yang terkait yang telah memberikan bantuan serta dukungan.
Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa mini proyek ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan masukan dan saran yang membangun. Mudah-mudahan mini proyek ini
bermanfaat. Amin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 4
A. Tinjauan Imunisasi ........................................................................ 4
1. Definisi ......................................................................................... 4
2. Imunisasi Tertunda ....................................................................... 8
3. Bahaya Tidak Imunisasi ............................................................... 10
4. Peran Orang Tua Dalam Imunisasi .............................................. 10
5. Faktor Yang Mempengaruhi Anak .............................................. 11
B. Kerangka Konsep ........................................................................... 14
C. Hipotesis .......................................................................................... 14
BAB 3. METODE PENELITIAN ................................................................... 15
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................... 15
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 15
C. Subyek Penelitian ........................................................................... 15
D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ...................................................... 15
E. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 16
F. Definisi Operasional....................................................................... 16
G. Aspek Pengukuran ......................................................................... 16
H. Instrumen Penelitian...................................................................... 17
BAB 4. HASIL ................................................................................................... 18
A. Profil Komunitas Umum (Polindes Mojosari) ........................... 18
B. Data Geografis ................................................................................ 18
C. Data Demografis ............................................................................. 19
iii
D. Sumber Daya Kesehatan ............................................................... 19
E. Sarana Kesehatan yang Ada ....................................................... 20
F. Data Kesehatan Primer ................................................................. 20
G. Data Hasil Intervensi ..................................................................... 20
BAB 5. PEMBAHASAN DAN DISKUSI ........................................................ 24
A. Pengetahuan Ibu Sebelum Diberikan Penyuluhan ................... 24
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 27
A. Kesimpulan ..................................................................................... 27
B. Saran ............................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 28
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam melaksanakan Sistem Kesehatan Nasional (SKN), imunisasi adalah salah
satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka
kematian bayi dan balita sehingga pelaksanaannya tidak dapat ditunda. Hal ini berkaitan
erat dengan usaha peningkatan mutu sumber daya manusia pada masa yang akan datang.
Generasi muda membutuhkan asuhan dan perlindungan terhadap penyakit yang mungkin
dapat menghambat tumbuh kembangnya menuju dewasa yang berkualitas tinggi guna
meneruskan pembangunan nasional dengan masyarakat yang sehat, sejahtera, dan
bahagia.
Sekitar 1,7 juta kematian yang terjadi pada anak atau 5% pada balita di Indonesia
disebabkan oleh Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) seperti TBC,
difteri, pertusis, campak, tetanus, polio dan hepatitis B. PD3I merupakan salah satu
penyebab kematian anak di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, oleh karena
itu cakupan imunisasi harus dipertahankan lebih tinggi dan merata sampai mencapai
tingkat PopulationImmunity (kekebalan masyarakat), sementara kegagalan untuk menjaga
tingkat cakupan imunisasi yang tinggi dan merata akan dapat menimbulkan Kejadian
Luar Biasa PD3I seperti kejadian Polio (Depkes, 2007).
Menurut para pakar imunisasi dunia, sedikitnya sebanyak 10 juta jiwa dapat
diselamatkan pada tahun 2006 melalui kegiatan imunisasi (Depkes, 2006). Untuk
mencapai perlindungan yang optimal terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi, seorang anak harus menerima semua imunisasi sesuai dengan waktu yang
sudah ditentukan (Sadoh, A.E., and Eregie, C.O., 2009). Jika imunisasi dilaksanakan
dengan baik dan teratur dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian 80-90%.
Kepercayaan masyarakat terhadap program imunisasi harus tetap terjaga, sebab bila
tidak dapat mengakibatkan turunnya angka cakupan imunisasi. Perlu ditekankan bahwa
pemberian imunisasi pada bayi dan anak tidak hanya memberikan pencegahan terhadap
anak tersebut tetapi akan memberikan dampak yang jauh lebih luas karena akan
mencegah terjadinya penularan yang luas dengan adanya peningkatan tingkat imunitas
secara umum di masyarakat.
Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting. Beberapa studi
menemukan bahwa usia ibu, ras, pendidikan, dan statussosial ekonomi berhubungan
1
dengan cakupan imunisasi, dan opini orang tua tentang vaksin berhubungan dengan status
imunisasi anak mereka.
Berdasarkan data Imunisasi Dasar Lengkap Puskesmas Kauman Kabupaten
Tulungagung, angka cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
didapatkan bahwa dari 4 posyandu yang berada dalam wilayah Polindes Mojosari, pada
periode tahun 2016 sudah memenuhi target UCI yang sudah ditargetkan oleh pihak
Puskesmas Kauman.
Pada program imunisasi anak, ibu sebagai sasaran primer merupakan pihak yang
paling menentukan karena mereka yang berhubungan langsung dengan kesejahteraan
anak balita. Ibu adalah orang yang mengambil keputusan dalam pengasuhan anak selama
24 jam termasuk dalam menentukan anaknya akan mendapat imunisasi atau tidak.
Penghalang utama untuk keberhasilan imunisasi bayi dan anak dalam perawatan
kesehatan yaitu rendahnya kesadaran dan kebutuhan masyarakat akan imunisasi,
mengabaikan peluang untuk pemberian vaksin yang adekuat untuk kesehatan masyarakat
dan program pencegahan (Adhistiani, 2006).
Program Imunisasi di Polindes Mojosari sudah berjalan lancar. Namun apakah hal itu
mencerminkan pengetahuan ibu yang baik akan program imunisasi atau ibu hanya
menjalankan apa yang telah di himbaukan oleh pihak polindes dan kader-kader posyandu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka disusun rumusan masalah sebagai berikut:
Perlunya intervensi berupa penyuluhan secara lisan maupun tulisan untuk meningkatkan
dan mengetahui tingkat pengetahuan ibu mengenai Imunisasi Dasar.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
-Berkurangnya angka kejadian Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I)
2. Tujuan khusus
- Meningkatnya pengetahuan ibu tentang imunisasi
-Adanya perubahan perilaku ibu sehingga imunisasi anak dapat berjalan lebih lancar
2
D. Manfaat
1. Sebagai salah satu sumber informasi untuk mengetahui tingkat pengetahuan Ibu
terhadap Imunisasi Dasar di wilayah kerja Polindes Mojosari.
2. Sebagai bahan masukan ataupun bahan pertimbangan bagi polindes dalam
pelaksanaan program yang terkait dengan Imunisasi Dasar.
3. Mempromosikan tentang pentingnya pemberian Imunisasi Dasar, dan saran yang
membangun untuk penelitian selanjutnya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN IMUNISASI
1. Definisi:
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak terpajan pada antigen yang serupa tidak
terjadi penyakit (Behrman, et al., 2000). Menurut Muammalah (2006), kekebalan aktif
yaitu kekebalan yang diperoleh, dimana tubuh orang tersebut aktif membuat zat anti
sendiri. Kekebalan aktif dibagi dua yaitu kekebalan aktif alami (naturally acquired
immuninity) dan kekebalan aktif disengaja (artifially induced active immunity).
Kekebalan aktif alami (naturally acquired immuninity) yaituorang ini menjadi kebal
setelah menderita penyakit sedangkan kekebalan aktif disengaja (artifially induced active
immunity) yaitu kekebalan yang diperoleh setelah orang mendapatkan vaksinasi.
Imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah kepada semua bayi (usia 0-11 bulan)
adalah BCG untuk mencegah penyakit tuberculosis, DPT untuk mencegah penyakit
diphteri, pertusis dan tetanus, imunisasi campak untuk mencegah penyakit campak,
imunisasi polio untuk mencegah penyakit polio, ditambah Hepatitis B untuk mencegah
penyakit Hepatitis B (penyakit hati). Hasil penelitian dari sisi epidemiologis
membuktikan manfaat perlunya imunisasi dasar untuk bayi. Hal ini telah tertuang dalam
Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang program imunisasi tersebut.Menurut badan
kesehatan dunia (WHO), kelima jenis vaksin tersebut diwajibkan karena dampak dari
penyakit tersebut bisa menimbulkan kematian dan kecacatan. (Depkes RI,2009) .
Lima Imunisasi Dasar Lengkap (LIL) adalah apabila seorang anak telah
mendapatkan lima imunisasi dasar yaitu BCG , DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis B
sebelum berusia 1 tahun. Berikut adalah penjelasan mengenai lima imunisasi dasar :
a. Imunisasi BCG
Imunisasi BCG termasuk salah satu dari 5 imunisasi yang diwajibkan. Ketahanan
terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan bakteri Tubercel
bacilli yang hidup di dalam darah. Itulah mengapa agar memiliki kekebalan aktif
4
dimasukkanlah jenis basil tidak berbahaya ke dalam tubuh, atau vaksinasi BCG (Bacillus
Callmete Guerin).
Imunisasi BCG wajib diberikan seperti diketahui di Indonesia termasuk negara
endemis TB dan salah satu negara dengan penderita TB tertinggi di dunia. TB disebabkan
kuman Mycrobacterium tuberculosis, dan mudah sekali menular melalui droplet, yaitu
butiran air di udara yang terbawa keluar saat penderita batuk, bernapas ataupun bersin.
Gejalanya antara lain berat badan anak susah bertambah, sulit makan, mudah sakit, batuk
berulang, demam, berkeringat di malam hari, juga diare persisten. Masa inkubasi TB rata-
rata berlangsung antara 8-12 minggu.
Jumlah pemberian vaksin BCG cukup 1 kali saja tak perlu diulang (booster). Sebab
vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang dihasilkannya tinggi terus.
Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, sehingga memerlukan pengulangan. Imunisasi
BCG diberikan dibawah usia 2 bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan
tes Mantoux (tuberkulin) dahulu untuk mengetahui apakah si bayi sudah kemasukan
kuman Mycrobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tesnya
negatif. Jika ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang ke rumah,
segera setelah lahir si kecil diimunisasikan BCG. Imunisaisi BCG biasa disuntikan di
lengan kanan atas, sesuai anjuran WHO. Meski ada juga petugas medis yang melakukan
penyuntikan di paha.
Biasanya apabila imunisasi BCG ini berhasil maka akan timbul bisul kecil dan
bernanah di daerah bekas suntikan setelah 4-6 minggu. Tidak menimbulkan nyeri dan
tidak diiringi panas. Bisul akan sembuh sendiri dan meninggalkan luka parut. Efek
samping umumnya tidak ada. Namun pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar
getah bening di ketiak atau leher bagian bawah (atau selangkangan bila penyuntikan
dilakukan di paha). Biasanya akan sembuh sendiri. Imunisasi BCG tak dapat diberikan
pada anak berpenyakit TB atau menunjukkan Mantoux positif.
b. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi ini merupakan langkah efektif untuk mencegah masuknya virus hepatitis
B (VHB), yaitu virus penyebab penyakit hepatitis B. Hepatitis B dapat menyebabkan
sirosis atau pengerutan hati, bahkan lebih buruk lagi mengakibatkan kanker hati.Imunisasi
Hepatitis B diberikan sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama
dan kedua (saat bayi berusia 1 bulan). HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah
lahir. Untuk mendapatkan respon imun yang optimal interval suntikan kedua dan ketiga
5
minimal 2 bulan , tebaik 5 bulan. Maka suntikan yang ketiga diberikan 2-5 bulan setelah
suntikan yang kedua yaitu pada umur 3-6 bulan.
Tingkat kekebalan imunisasi Hepatitis B cukup tinggi antara 94-96 %. Umumnya
setelah 3 kali suntikan, lebih 95 % bayi mengalami respon imun yang cukup. Kejadian
ikutan paska imunisasi hepatitis B jarang terjadi. Segera setelah imunisasi dapat timbul
demam yang tidak tinggi, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan, pembengkakan,
nyeri, rasa mual dan nyeri sendi. Imunisasi hepatitis B tidak dapat diberikan kepada anak
yang sedang sakit sedang atau berat, dengan ataupun tanpa demam.
c. Imunisasi Polio
Belum ada pengobatan efektif untuk membasmi polio. Penyakit yang dapat
menyebabkan kelumpuhan ini disebabkan virus poliomyelitis yang sangat menular.
Penularannya bisa lewat makanan/minuman yang tercemar virus polio. Bisa juga lewat
percikan ludah/air liur penderita polio yang masuk ke mulut orang sehat. Virus polio
berkembang biak dalam tenggorokan dan saluran pencernaan atau usus, lalu masuk ke
aliran darah dan akhirnya ke sumsum tulang belakang hingga bisa menyebabkan
kelumpuhan otot tangan dan kaki. Bila mengenai otot pernapasan, penderita akan
kesulitan bernapas dan bisa meninggal.
Masa inkubasi virus antara 6-10 hari. Setelah demam 2-5 hari, umumnya akan
mengalami kelumpuhan mendadak pada salah satu anggota gerak. Namun tak semua
orang yang terkena virus polio akan mengalami kelumpuhan, tergantung keganasan virus
polio yang menyerang dan daya tahan tubuh anak. Imunisasi polio akan memberikan
kekebalan terhadap serangan virus polio.
Vaksin polio dapat diberikan dengan 2 cara yaitu bisa lewat suntikan (Inactivated
Poliomyelitis Vaccine/IPV), atau lewat mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Di
Indonesia yang digunakan adalah OPV. Vaksin polio-0 diberikan saat bayi lahir, karena
Indonesia merupakan daerah endemik polio maka sesuai pedoman program imunisasi
nasional untuk mendapatkan program imunisasi yang lebih tinggi diperlukan tambahan
imunisasi polio yang diberikan setelah lahir. Mengingat OPV berisi virus polio hidup
maka dianjurkan diberikan saat bayi meninggalkan rumah sakit agar tidak mencemari
bayi lain karena virus polio vaksin dapat dieskskresi melalui tinja. Untuk keperluan ini
IPV dapat menjadi alternatif. Polio 1,2,3 pada usia usia 2, 4, 6 bulan. Dilanjutkan pada
usia 18 bulan dan 5 tahun.
6
Imunisasi polio hampir tidak ada efek samping hanya sebagian kecil saja yang
mengalami pusing, diare ringan, sakit otot dan kasusnya sangat jarang. Imunisasi ini tidak
dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam tinggi (diatas 38°C),
muntah atau diare, penyakit kanker atau keganasan, HIV/AIDS, sedang menjalani
pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum, serta anak dengan mekanisme
kekebalan terganggu.
d. Imunisasi DPT
Manfaat pemberian imunisasi DPT adalah untuk menimbulkan kekebalan positif
dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteria, pertusis, dan tetanus. Di
Indonesia vaksin terhadap 3 penyakit ini dipasarkan dalam 3 jenis kemasan, yaitu dalam
bentuk kemasan tunggal khusus bagi tetanus dalam bentuk kombinasi DT (difteri dan
tetanus) dan kombinasi DPT dikenal pula sebagai vaksin tripel. Cara imunisasi dasar DPT
yaitu diberikan tiga kali, sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang waktu antara dua
penyuntikan minimal 4 minggu. Untuk imunisasi massal tetap harus diberikan 3 kali
karena suntikan pertama tidak memberikan perlindungan apa-apa dan baru akan
memberikan perlindungan terhadap serangan apabila telah mendapat vaksin DPT
sebanyak 3 kali.
Daya proteksi atau daya lindung vaksin difteri cukup baik sebesar 80-90% dan daya
proteksi tetanus sangat baik yaitu 90-95% sedangkan daya proteksi vaksin pertusis masih
sangat rendah yaitu 50-60 %.Oleh karena itu tidak jarang anak yang telah mendapatkan
imunisasi pertusis masih terjangkit batuk rejan, tetapi dalam bentuk yang lebih ringan.
Reaksi imunisasi yang mungkin terjadi biasanya demam ringan, pembengkakan dan rasa
nyeri di tempat suntikan selama 1-2 hari.
e. Imunisasi campak
Imunisasi campak diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit campak
secara aktif. Vaksin campak mengandung virus campak hidup yang telah dilemahkan.
Vaksin campak yang beredar di Indonesia dapat diperoleh dalam bentuk kemasan kering
tunggal atau dalam kemasan kering dikombinasikan dengan vaksin gondong dan rubella.
Campak diberikan sebayak 2 kali yaitu 1 kali pada usia 9 bulan dan yang kedua pada usia
9 tahun. Dianjurkan pemberian campak yang pertama sesuai dengan jadwal. Karena pada
usia 9 bulan antibodi dari ibu sudah menurun dan penyakit campak biasanya menyerang
pada usia balita. Jika pada usia 12 bulan belum mendapat campak maka pada usia 12
7
bulan harus sudah imunisasi MMR (Measles Mump Rubella). Efek samping imunisasi
campak umunya tidak ada. Pada beberapa anak, bisa menyebabkan demam dan diare,
namun kasusnya sangat kecil. Biasanya demam berlangsung seminggu. Kadang juga
terdapat efek kemerahan mirip campak selama 3 hari.
2. Imunisasi Tertunda
Pada keadaan tertentu imunisasi tidak dapat dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah
disepakati. Keadaan ini tidak merupakan hambatan untuk melanjutkan imunisasi. Vaksin
yang sudah diterima oleh anak tidak akan jadi hilang manfaatnya tetapi tetap sudah
menghasilkan respon imunologis sebagaimana yang diharapkan tetapi belum mencapai
hasil yang optimal. Dengan perkataan lain anak belum mempunyai antibodi yang optimal
karena belum mendapat imunisasi yang lengkap, sehingga kadar antibodi yang dihasilkan
masih dibawah kadar ambang pelindung (protective level) atau belum mencapai kadar
antibodi yang bisa memberikan perlindungan untuk kurun waktu yang panjang (life long
8
immunity) sebagaimana bila imunisasinya lengkap. Dengan demikian kita harus
menyelesaikan jadwal imunisasi dengan melanjutkan imunisasi yang belum selesai
(Ranuh, dkk., 2005).
Polio Oral Bila terlambat jangan mengulang pemberian dari awal tetapi lanjutkan
dan lengkapi imunisasi seperti jadwal, tidak peduli berapapun jarak
waktu/interval keterlambatan dari pemberian sebelumnya.
Campak Umur antara 9-12 bulan,berikan kapan saja saat bertemu. Umur anak 1
tahun/lebih,berikan MMR
MMR Bila sampai dengan umur 12 bulan belum dapat vaksin campak, MMR
bisa diberikan kapan saja setelah berumur 1 tahun.
Hepatitis B Bila terlambat,jangan mengulang pemberian dari awal, tetapi lanjutkan
dan lengkapi imunisasi seperti jadwal, tidak peduli berapapun jarak
waktu/interval dari pemberian sebelumnya. Anak dan remaja belum
pernah imunisasi hepatitis B pada masa bayi, bisa mendapat serial
imunisasi hepatitis B kapan saja saat berkunjung.
9
Sumber:Buku Pedoman Imunisasi Di Indonesia (2005)
3. Bahaya Tidak Imunisasi
Kalau anak tidak diberikan imunisasi dasar lengkap, maka tubuhnya tidak
mempunyai kekebalan yang spesifik terhadap penyakit tersebut. Bila kuman berbahaya
yang masuk cukup banyak maka tubuhnya tidak mampu melawan kuman tersebut
sehingga bisa menyebabkan sakit berat, cacat atau meninggal (Soedjatmiko,
2008).Diperkirakan 1,7 juta kematian pada anak atau 5 % pada balita di Indonesia adalah
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), seperti TBC, dipteri, pertusis
(penyakit pernapasan), campak, tetanus, polio dan hepatitis B (Susanto, 2007). Balita
yang tidak diimunisasi lengkap mempunyai kemungkinan meninggal 14 kali
dibandingkan balita yang telah diimunisasi. Sedangkan bila anak sama sekali tidak
diimunisasi tentu tingkat kekebalannya lebih rendah lagi (Ibrahim, 1991).
Menurut penelitian yang dilakukan Kartono, et al., (2008) seorang anak dengan
status imunisasi DPT dan DT yang tidak lengkap mempunyai risiko menderita difteri
46,403 kali dibandingkan seorang anak dengan status imunisasi DPT dan DT lengkap.
2) Perilaku
Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir,
bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik
fisik maupun non fisik. Perilaku juga diartikan sebagai suatu reaksi psikis seseorang
terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni dalam
bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit), dan dalam bentuk aktif (dengan tindakan
konkrit), sedangkan dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau
12
tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup (Soekidjo Notoatmodjo, 1987:1). Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2005), ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku
seseorang dalam bidang kesehatan yaitu:
a) Latar Belakang
Latar belakang yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam bidang kesehatan
dibedakan atas: pendidikan, pekerjaan, penghasilan, norma-norma yang dimiliki dan
nilai-nilai yang ada pada dirinya, serta keadaan sosial budaya yang berlaku.
b) Kepercayaan dan Kesiapan Mental
Perilaku seseorang dalam bidang kesehatan dipengaruhi oleh kepercayaan orang tersebut
terhadap kesehatan serta kesiapan mental yang dipunyai. Kepercayaan tersebut setidak-
tidaknya menjadi manfaat yang akan diperoleh, kerugian yang didapat, hambatan yang
diterima serta kepercayaan bahwa dirinya dapat diserang penyakit.
c) Sarana
Tersedia atau tidaknya sarana yang dimanfaatkan adalah hal yang penting dalam
munculnya perilaku seseorang di bidang kesehatan, betapapun positifnya latar belakang,
kepercayaannya dan kesiapan mental yang dimiliki tetapi jika sarana kesehatan tidak
tersedia tentu perilaku kesehatan tidak akan muncul.
d) Faktor Pencetus
Dalam bidang kesehatan peranan faktor pencetus cukup besar untuk memunculkan
perilaku kesehatan yang diinginkan. Seringkali dijumpai seseorang baru berperilaku
kesehatan tertentu bila sudah ada masalah kesehatan sebagai pencetus, seperti penyakit
kulit.
e) Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku berarti individu mulai menerapkan sesuatu yang baru (inovasi), lain
daripada yang sebelumnya.
13
B. KERANGKA KONSEP
pre test
(mengisi quesioner)
SESUDAH
ceramah,
post test
menyebarkan
leaflet (mengisi
quesioner)
C. HIPOTESIS
Adanya peningkatan pengetahuan ibu bayi mengenai imunisasi dasar setelah
mendapatkan intervensi berupa penyuluhan di salah satu posyandu desa Mojosari.
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
C. SUBYEK PENELITIAN
1. Populasi Penelitian
Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran akhir penerapan hasil penelitian
(Sastroasmoro dan Ismael, 2002). Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-
ibu yang mempunyai bayi usia 0-12 bulan pada posyandu di Kelurahan Mojosari
2. Subyek Penelitian
Subjek penelitian adalah ibu yang mempunyaibayi usia dibawah 1 tahun. Menurut
patokan umum rule of thumb setiap penelitian yang datanya akan dianalisis secara
(Murti, 2006).
15
Kriteria Eksklusi subyek penelitian:
a. Ibu yang menderita gangguan kejiwaan
b. Ibu yang tidak mau mengisi kuesioner
c. Ibu yang tidak kooperatif dalam pengambilan data
F. DEFINISI OPERASIONAL
1. Penyuluhan Imunisasi Dasar adalah suatu usaha penyebarluasan informasi tentang
Imunisasi Dasar kepada ibu yang memiliki bayi berusia 0-12 bulan dengan
menggunakan metode ceramah, dan leaflet.
2. Pengetahuan ibu adalah segala sesuatu yang diketahui ibu tentang Imunisasi Dasar
sebelum dan sesudah penyuluhan menyangkut semua yang diketahui ibu tentang
Imunisasi Dasar.
G. ASPEK PENGUKURAN
1. Pengetahuan
Kuesioner pengetahuan ibu terdiri atas 20 pertanyaan. Pemberian skor dilakukan
berdasarkan ketentuan, jawaban benar diberi skor 1, dan jawaban salah diberi skor 0.
Sehingga skor total yang tertinggi adalah 20. Skor yang diperoleh masing-masing
responden dijumlahkan, dibandingkan dengan skor maksimal kemudian dikalikan 100.
Dengan memakai skala pengukuran menurut Hadi Pratomo dan Sudarti (1986), yaitu:
1. Baik, bila jawaban responden benar >75% dari total nilai angket pengetahuan.
2.Sedang, bila jawaban responden benar 40%-75% dari total nilai angket
pengetahuan.
16
3. Kurang, bila jawaban responden benar <40% dari total nilai angket pengetahuan.
Maka penilaian terhadap pengetahuan responden, yaitu:
1. Skor 15-20 = baik.
2. Skor 9-14 = sedang.
3. Skor <8 = kurang.
H. INSTRUMEN PENELITIAN.
Alat ukur penelitian menggunakan kuesioner. Tujuan pokok pembuatan kuesioner
adalah memperoleh hasil relevan dengan tujuan penelitian memperoleh informasi dengan
realita dan validitas setinggi mungkin.
17
BAB IV
HASIL
B. Data Geografis
a. Letak Desa
Desa Mojosari terletak di wilayah Kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung,
Jawa Timur. Yang terdiri dari dua dusun yaitu Dusun Bancaan dan Dusun Krajan.
b. Luas Wilayah
Luas wilayah Desa Mojosari berdasarkan data statistik tahun 2015 adalah 152.371
Ha.
c. Batas Wilayah
Wilayah Desa Panggungrejo dibatasi oleh :
18
a. Sebelah Utara : Desa Banaran
C. Data Demografis
a. Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk
No Desa Jumlah
Laki - Laki Perempuan
b. Mata Pencaharian
PNS,
No Jenis Kelamin Buruh
Petani Pedagang Wiraswasta POLRI
Tani
TNI
2. Perempuan 11 8 59 1201 23
19
b. Tenaga Peran Serta Masyarakat
No Jenis Tenaga Jumlah
1 Bagas 2
2 Kader Posyandu Balita 20
3 Kader Posyandu Lansia 6
4 Satgas GSI 2
5 Satgas Kesling 2
6 Satgas PSN 2
7 Satgas Wabah / Bencana 2
8 Satgas Gizi 2
9 Batra 26
10 Guru UKS 2
20
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan N %
SD, SMP 12 33,3%
SMA/ Sederajat 18 60 %
Perguruan Tinggi 0 6,7%
Total 30 100.0
Tabel 4.2
21
Tabel 4.3
Distribusi Umur Responden
Umur Ibu N %
≤ 20 tahun 3 6,7 %
20-35 tahun 24 80 %
≥ 35 tahun 3 13,3 %
Total 30 100.0
Tabel 4.3menunjukkan distribusi umur ibu yang digunakan sebagai responden, dimana
ibu yang berumur ≤ 20 tahun sebanyak 3 orang (6,7%), ibu yang berumur ≥ 35 tahun
sebanyak 3 orang (13,3%) dan yang paling dominan pada responden adalah ibu yang berumur
20-35 tahun sebanyak 24 orang (80%).
Tabel 4.4
Pengetahuan Responden Ibu Tentang Imnunisasi Dasar Sebelum (pre-test) dan
Sesudah (Post-test) diberikan penyuluhan
No. Skor Kriteria Pre-test Post-test Prosentase Prosentase
Pre-test (%) Post-test (%)
22
responden setelah diberikan penyuluhan adalah baik sebanyak 26 orang (86,7%), sedang
sebanyak 4 orang (13,3%) dan tidak ada yang kurang. Bisa dikatakan bahwa tingkat
pengetahuan responden mengalami peningkatan menjadi lebih baik setelah di berikan
penyuluhan.
23
BAB V
24
dilakukan selama penelitian adalah penyuluhan/ceramah kepada ibu-ibu yang mempunyai
bayi berusia 0-12 bulan dan menyebar leaflet.
Karakteristik ibu yang mencakup umur, pendidikan, pekerjaan bisa mempengaruhi
proses perubahan perilaku. Umur responden rata-rata masih dalam kategori usia produktif
memungkinkan mereka masih mampu untuk menangkap informasi yang diberikan dan bisa
mengingatnya kembali. Begitu juga dengan karakteristik pekerjaan. Responden yang
mayoritas sebagai ibu rumah tangga sangat mendukung dalam menyediakan waktu untuk
mendengarkan penyuluhan, membaca leaflet, dan mencoba melakukan tindakan penyuluhan
yang dianjurkan.
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tingkat pengetahuan dengan karakteristik
responden menunjukkan bahwa semua kelompok umur berkategori pengetahuan baik dan
sedang lebih banyak dibanding kategori kurang.
Untuk pendidikan responden, responden dengan pendidikan SMA/Sederajat secara
keseluruhan memiliki kategori pengetahuan sedang. Sedangkan untuk kategori pengetahuan
kurang paling banyak terdapat pada kelompok responden dengan pendidikan SD/SMP.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa pendidikan formal seseorang
akan mempengaruhi tingkat pengetahuan gizi nya. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan seseorang untuk menyerap pengetahuan
praktis baik dalam pendidikan formal dan non formal (Berg, 1987).
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan ibu bayi sebelum diberikan
penyuluhan Imunisasi dasar mayoritas sedang (63,3 %) dan dengan pengetahuan baik adalah
23,3% sedangkan sisanya yang berpengetahuan kurang sebesar (13,4%). Jika dilihat dari
tingginya persentase ibu-ibu bayi yang mempunyai tingkat pengetahuan tentang Imunisasi
Dasar cukup baik, hal ini mungkin disebabkan karena aktifnya responden dalam mengikuti
posyandu dan aktifnya kader dan tenaga kesehatan dalam promosi kesehatan.
Berdasarkan grafik 1 menjelaskan bahwa seluruh responden mengalami peningkatan
pengetahuan baik setelah diberikan penyuluhan. Peningkatan tersebut terutama dalam hal
informasi tentang masing-masing penyakit yang dapat dicegah dengan imuniasi dasar.
Sebelum diberikan penyuluhan, mayoritas responden yang menjawab pertanyaan tersebut
masih tidak tepat. Serta efek samping yang terjadi setelah imunisasi dilakukan, pada
umumnya ibu masih beranggapan bahwa hanya demam saja efek samping yang paling sering
terjadi setelah imunisasi.
Berbagai informasi mengenai imunisasi dasar, penjelasan setiap jenis penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi telah dijelaskan dalam penyuluhan, mulai dari informasi
25
definisi, tanda dan gejala, cara pemberian imunisasi dari ke-7 penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I) yakni Hepatitis B, Tuberculosis, Polio, Dipteri, Pertusis, Tetanus
dan Campak. Juga informasi mengenai efek samping dari pemberian imunisasi yang meliputi
ruam kemerahan, demam, muncul borok, hingga sampai alergi terhadap vaksin setelah
dilakukannya imunisasi.
26
BAB VI
A. KESIMPULAN
Dari mini proyek yang telah dilakukandi Kelurahan Mojosari didapatkan kesimpulan
antara lain :
1. Ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengatahuan ibu dalam pelaksanaan
Imunisasi dasar di Kelurahan Mojosari.
B. SARAN
Saran yang dapat diberikan dalam proses mini proyek ini adalah :
1. Bagi Peneliti
Diharapkan untuk memperluas wawasan tentang imunisasi dasar agar penelitian
selanjutnya dapat lebih baik dan lebih bermanfaat serta dilakukan follow up secara
berkesinambungan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dengan hasil penelitian ini, dapat memperkaya data mengenai program
imunisasi dasar untuk kemajuan program kesehatan selanjutnya.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan bagi petugas promosi kesehatan di Puskesmas agar memberikan penyuluhan
tentang Imunisasi dasar serta penyuluhan yang berkaitan lainnya kepada masyarakat
terutama dengan metode ceramah guna membantu meningkatkan pengetahuan
masyarakat serta membantu mewujudkan pencapaian desa UCI (Universal Child
Imunization).
4. Bagi Masyarakat
Diharapkan bagi masyarakat untuk lebih aktif berpartisipasi dalam program-program
kesehatan sehingga dapat meningkatkan taraf hidup keluarga dan masyarakat sekitarnya,
serta khususnya bagi ibu yang memiliki bayi usia 0-12 bulan untuk lebih memperhatikan
status imunisasi anaknya agar dapat lengkap dan benar sesuai jadwal.
27
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. (2000). Pedoman SurveilansEpidemiologi Penyakit Menular.
Jakarta: Direktorat Epidemiologi dan Imunisasi
Jakarta: Direktorat Jendral PP PL dan Pusdiklat SDM kesehatan Departemen Kesehatan RI
Lubis. (1998). Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Orangtua Tentang Imunisasi. Majalah
Kedokteran Nusantara, edisi kusus. Http://library.usu.ac.id/modules.php
Murti, B,. (2006). Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di
Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 136.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.
Notoatmodjo,S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Puskesmas Manguharjo. 2013 LB3 Gizi Manguharjo 2013. Madiun
Puskesmas Manguharjo. 2013. Profil Puskesmas Manguharjo. Madiun
Suharsono. (1996). Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu-ibu Keturunan Cina Yang
Mempunyai Bayi Baru Lahir Terhadap Imunisasi Bayi di Kecamatan Kelapa
Kampit, Kabupaten Belitung Propinsi sumatera Selatan.
Http://library.usu.ac.id/modules.php
Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Supartini,Y. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:EGC
Wahab, A.Samik dan Julia, M. (2002). Sistim Imun, Imunisasi dan Penyakit Imun. Jakarta:
Widya Medika.
WHO. 2001. The Optimal Duration of Exclusive Breastfeeding. Geneva: Department of
Nutrition for Health and Development (NHD)
Wiwan. (2007). Cakupan Imunisasi Bayi Dinas Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2007.
Dibuka pada website http://www.kompas.com//ver1/kes/0711.
28
LAMPIRAN
KUESIONER
Perbedaan Tingkat Pengetahuan Imunisasi Dasar bagi Ibu Bayi Sebelum Dan Setelah
Penyuluhan Di Kelurahan Mojosari, wilayah kerja Puskesmas Kauman,
Nama :
Nomor :
Petunjuk pengisian
Pilihlah salah satu jawaban yang tersedia dengan memberi tanda huruf pada kotak di sebelah
jawaban yang anda pilih.
I. Karakteristik responden
1) Usia
a. < 20 tahun
b. 20 – 35 tahun
c. > 35 tahun
2) Pendidikan
a. Dasar (SD, SMP)
b. Menengah (SMA atau sederajat)
c. Tinggi (Diploma dan Sarjana)
3) Pekerjaan
a. Tidak Bekerja atau IRT (Ibu Rumah Tangga)
b. Petani atau Buruh
c. Wiraswasta / swasta
d. PNS
4) Berapakan jumlah anak ibu?
29
II. Pertanyaan Variabel Pengetahuan
1) Suatu cara untuk meningkatkan kekebalan tubuh pada bayi agar terhindar dari
penyakit disebut…….
a. Screening
b. Imunisasi
c. Injeksi
d. Posyandu
2) Penyakit apa yang bisa dicegah dengan imunisasi…….
a. Pertusis
b. Diare
c. Demam Berdarah
d. Disentri
3) Penyakit apa yang dapat dicegah dengan imunisasi BCG…….
a. Campak
b. Tuberkulosis
c. Hepatitis B
d. Pertusis
4) Kapan imunisasi BCG diberikan…….
a. Saat bayi berumur 6 bulan
b. Saat bayi berumur pada bulan 2,3, dan 4
c. Saat bayi berumur dibawah 2 bulan
d. Saat bayi berumur 9 bulan
5) Berikut ini yang termasuk cara pemberian imunisasi adalah……
a. Diteteskan ke telinga
b. Disuntikkan ke paha
c. Diteteskan ke mata
d. Disuntikkan ke betis
30
6) Kapan seharusnya anak anda pertama kali diberikan imunisasi…….
a. Usia sekolah
b. Usia 1 Tahun
c. Sejak Lahir
d. Usia 2 Tahun
7) Kapan imunisasi pada anak anda harus ditunda…….
a. Anak sedang demam tinggi
b. Anak sedang rewel dan menangis
c. Anak masih mengkonsumsi ASI
d. Anak sedang batuk dan pilek
8) Bagaimana cara kerja imunisasi…….
a. Meningkatkan nafsu makan
b. Meningkatkan daya tahan tubuh
c. Menyembuhkan penyakit
d. Membunuh kuman penyakit
9) Apakah yang diberikan saat imunisasi…….
a. Vitamin daya tahan tubuh
b. Obat
c. Kuman yang dilemahkan
d. Antibiotik
10) Imunisasi apakah yang diberikan dengan cara diteteskan ke mulut…….
a. BCG
b. Polio
c. DPT
d. Hep. B
11). Berapa kali imunisasi Polio diberikan........
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. 4 kali
31
12). Kapan imunisasi Campak diberikan.......
a. Saat bayi berumur 2,3,dan 4 bulan
b. Saat bayi berumur 6 bulan
c. Saat bayi berumur 9 bulan
d. Saat bayi berumur 0,1,dan 2 bulan
13). Siapa saja yang mendapatkan imunisasi dasar........
a. Orang dewasa
b. Bayi umur 0 – 11 bulan
c. Anak umur lebih dari 1 tahun
d. Bayi yang lahir normal
14). Penyakit apa yang dapat dicegah dengan imunisasi DPT.......
a. Difteri, Batuk 100 hari (Batuk rejan), Tetanus
b. Hepatitis B
c. Campak
d. Polio
15). Berapa kali pemberian imunisai DPT........
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. 4 kali
16). Tujuan dari imunisasi adalah……….
a. Menambah vitamin tertentu pada seseorang
b. Memberikan penyakit tertentu pada seseorang
c. Mencegah penyakit tertentu pada seseorang
d. Menyembuhkan penyakit tertentu pada seseorang
17). Dimanakah ibu bisa mendapatkan imunisasi.......
a. Kantor Kelurahan
b. Posyandu
c. Dukun
d. UKS
18). Efek samping apa saja yang dapat timbul pada pemberian imunisasi.....
a. Ruam kemerahan
b. Borok
32
c. Demam
d. Semua benar
19).Untuk mengantisipasi agar bayi tidak demam setelah imunisasi sebaiknya
diberikan obat penurun panas setiba dirumah.......
a.Ya
b.Tidak
20). Apabila ada serial dari imunisasi yang terlambat apa yang harus dilakukan........
a. Tidak perlu dilakukan imunisasi lagi
b. Anak sudah memiliki daya tahan tubuh yang cukup
c. Tetap dilakukan imunisasi walaupun terlambat
d. Imunisasi diulang dari awal semula
33
34
35