Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anemia merupakan kelainan system hematologi yang sering terjadi. Timbulnya
anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara
berlebihan atau keduanya. Anemia paling umum ditemui pada masa kehamilan.
Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen. Jantung
berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung. Upaya ini
meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan fungsi ventricular. Dengan demikian,
anemia yang menyertai komplikasi lain (misalnya, preeklampsia) dapat mengakibatkan
jantung kongestif.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana anatomi dan fisiologi system hematologi?
b. Bagaimana landasan teoritis anemia?
c. Bagaimana landasan teoritis asuhan keperawatan pada klien anemia?
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk menggambarkan kelainan system hematologi yaitu
anemia, menjelaskan konsep dan teori serta memaparkan landasan teori asuhan keperawatan
yang akan dilaksanakan pada klien anemia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi Organ
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk smsum
tulang dan nodus limfa. Darah berbentuk cairan sehingga membedakannya dengan organ lain.
Cairan darah tersusun atas komponen sel yang tersusun dalam plasma darah.
Sel darah dibagi menjadi eitrosit (sel darah merah) dan leukosit (sel darah putih). Lekosit
dapat berada dalam beberapa bentuk, antara lain : eosinofil, basofil, monosit, netrofil, dan
limfosit.
Dalam suspense plasma juga terdapat fragmen-fragmen sel tak berinti yang disebut
trombosit (normalnya 150000 sampai 450000/mm3 darah).secara normal komponen seluler
darah ini 40-45% volume darah.
Fraksi darah yang ditempati eirtrosit disebut hematokrit. Darah terlihat sebagai cairan
berwarna merah, kental. Warnanya ditentukan oleh kadar Hb yang terkandung dalam
eritrosit. Volume darah manusia sekitar 7-10% dari berat badan normal dengan jumlah sekitar
5 liter.
Darah bersirkulasi di dalam system vaskuler dan merupakan penghubungn antar organ
tubuh, membawa oksigen yang diabsorbsi oleh paru dan nutrisi yang diabsorbsi oleh traktus
gastrointestinal ke sel untuk metabolism sel. Darah juga mengangkut produk sampah yang
dihasilkan oleh metabolism sel ke paru, kulit, dan ginjal yang akan ditransformasi dan
dibuang keluar dari tubuh. Selain itu darah juga membawa hormone dan antibody ke tempat
sasaran atau tujuan.
a. Sumsum Tulang
Sumsum tulang menempati bagian dalam dari tulang spons dan bagian tengahrongga
tulang panjang. Sumsum merupakan yang paling besar dalam tubuh, 4-5% dari berat badan
total.
Sumsum bisa berwarna merah atau kuning. Sumsum merah merupakan tempat
produksi eritrosit aktif dan merupakan organ hematopoetik (penghasil darah) utama.
Sedangkan sumsum kuning tidak aktif dalam produksi elemen darah, sumsum ini tersusn oleh
lemak.
Sesuai dengan pertambahan usia, sebagian besar sumsum pada tulang panjang
mengalami perobahan menjadi sumsum kuning, tetapi jika diperlukan bisa kembali menjadi
hematopoetik. Pada orang dewasa, sumsum merah terbatas terutama pada rusuk, kolumna
vertebralis, dan tulang pipih lainnya. Sumsum sangat banyak mengandung pembuluh darah
dan tersusun oleh jaringan ikat yang mengandung sel bebas.
b. Eritrosit
Normalnya eritrosit berbentuk cakram bikonkaf, diameternya 8μm, mempunyai
membran yang sangat tipis sehingga gas seperti oksigen dan karbondioksida mudah berdifusi.
Sel darah merah dewasa terutama tersusun oleh hemoglobin, sampai 95% massa sel. . Sel ini
tidak mempunyai inti dan hanya sedikit memiliki enzim metabolisme dibanding sel lainnya.
Fungsi utamanya adalah sebagai transfor oksigen dari paru ke jaringan
Ketika hemoglobin berikatan dengan oksigen (oksihemoglobin), warnanya merah
lebih terang dibanding hemogloblin yang tidak mengandung oksigen. Darah keseluruhannya
mengandung 15 g hemoglobin per 100 ml darah, atau 30 μm hemoglobin per 1000 eritrosit.
Eritrosit dibentuk di sumsum tulang. Untuk produksi eritrosit normal, sumsum tulang
memerlukan besi. Vitamin B12, asam folat, piridoksin (vitamin B6) dan factor lainnya.
Dalam proses pematangan di sumsum tulang eritroblas menimbun hemoglobin dan secara
bertahap akan kehilangan intinya (retikulosit). Selanjutnya terjadi pematangan menjadi
eritrosit dengan menghilangnya material berwarna gelap dan sedikit penyusutan ukuran.
Setelah matang, eritrosit kemudian dilepaskan dalam sirkulasi.
Eritrosit yang bersirkulasi rata-rata memiliki rentang hidup 120 hari. Sel darah merah
yang sudah tua dibuang dari darah oleh sistem retikuloendotelial, khususnya dalam hati dan
limpa.
c. Lekosit
Lekosit terdiri dari dua kategori, yaitu granulosit dan agranulosit. Normalnya dalam
darah berjumlah 5000 sampai 10000 per mm3. 60% terdiri dari granulosit dan 40%
agranulosit. Lekosit merupakan sel yang mempunyai inti dan ukuran yang besar dan
perbedaan kemampuan mengikat warna. Granulosit dibagi dalam tiga bagian, yaitu eosinofil
dengan granula berwarna merah terang, basofil berwarna biru dan netrofil berwarna ungu
pucat.
Sedangkan lekosit mononuklear (agranulosit) terdiri dari limfosit dan monosit. Dalam
darah orang dewasa limfosit berjumlah sekitar 30% dan monosit sekitar 5% dalam total
lekosit.
Fungsi lekosit adalah melindungi tubuh terhadap invasi bakteri atau benda asing
lainnya. Fungsi utama netrofilik PMN adalah fagositosis. Kehadiran monosit lebih lambat,
namun terus melakukan aktivitas fagositik dala waktu yang lama. Limfosit fungsinya
menghasilkan substansi yang membantu penyerangan benda asing. Sedangkan eosinofil dan
basofil berfungsi sebagai tempat penyimpanan berbagai material biologis kuat, seperti
histamin, serotonin dan heparin.
d. Trombosit
Trombosit merupakan partikel kecil, dengan diameter 2-4 μm yang terdapat dalam
sirkulasi plasma darah. Jumlahnya selalu berubah antara 150000-450000 per mm3 darah,
tergantung pada jumlah yang dihasilkan, penggunaan, dan kecepatan kerusakan. Trombosit
dibentuk oleh fragmentasi sel raksasa sumsum tulang (megakariosit).
Trombosit berperan penting dalam mengontrol perdarahan. Jika terjadi cedera
vaskuler, trombosit akan mengumpul pada tempat cedera tersebut. Terjadi pelepasan
substansi dari granula trombosit dan sel darah lain, sehingga trombosit saling menempel
membentuk tambalan atau sumbatan untuk menghentikan pendarahan. Kemudian dilepaskan
substansi lain untuk mengaktivasi faktor pembekuan dalam plasma darah.
1. Definisi
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia merupakan pencerminan suatu
penyakit, atau gangguan fungsi tubuh. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan
keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh akibatnya jumlah O2 yang diangkut ke
jaringan tubuh berkurang. (KMB Bunner & Sudarth, vol.2).
Anemia didefenisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai
dibawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Behrman E Richard, IKA
Nelson;1680).
Secara fisiologis, anemia terjadi jika terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut oksigen ke jaringan.
Kriteria anemia menurut WHO :
Laki laki dewasa : Hb < 13 g/dl
Wanita dewasa : Hb < 12 g/dl
Wanita hamil : Hb < 11 g/dl
Derajat anemia :
Ringan sekali : Hb 10 g /dl
Ringan : Hb 8 – 9,9 g/dl
Sedang : Hb 6 – 7,9 g/dl
Berat : < 6 g/dl
2. Etiologi
Anemia dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
a. Penurunan produksi eritrosit
Hal ini bisa terjadi karena terjadi ganggguan produksi eritrosit di sumsum tulang akibat
kerusakan sumsum tulang dan berkurangnya bahan pembentuk eritrosit.
b. Kehilangan eritrosit secara berlebihan
Hal ini terjadi karena terjadi penghancuran eritrosit yang cepat dan berlebihan.
c. Kehilangan darah (perdarahan)
Seperti terjadinya trauma, ulser kronik.
d. Kekurangan nutrisi
e. Faktor keturunan
f. Penyakit kronik
Berdasarkan penyebab-penyebabnya, anemia dibedakan atas :
a. Anemia pasca perdarahan, merupakan akibat dari perdarahan massif seperti kecelakaan,
operasi dan persalinan dengan perdarahan atau perdarahan menahun seperti cacingan. Gejala
yang timbul tergantung dari cepat dan banyaknya darah yang hilang dan apakah tubuh masih
dapat mengadakan kompensasi.
b. Anemia defisiensi, disebabkan oleh kekurangan bahan pembentuk eritrosit. Ini bisa terjadi
jika kekurangan nutrisi, absorbs yang kurang, sisntesis kurang, atau kebutuhan bertambah.
c. Anemia hemolitik, yaitu terjadinya penghancuran eritrosit secara berlebihan. Bisa
disebabkan oleh faktor intrasel seperti talasemia, hemoglobinopatie, dll dan factor ekstra sel
seperti intoksikasi, infeksi malaria, reaksi hemolitik transfuse darah.
d. Anemia aplastik, disebabkan oleh terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang
karena terjadi kerusakan sumsum tulang.
Klasifikasi anemia berdasarkan etiopatogenesis :
1. Gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang.
a. Kekurangan bahan pembentukan eritrosit :
• Defisiensi Fe
• Defisiensi asam folat
• Defisiensi vitamin B12
b. Gangguan penggunaan besi :
• Akibat penyakit kronik
• Anemia sideroblastik
c. Kerusakan sumsum tulang :
• Anemia aplastik
• Keganasan hematologi
• Diseritropoetik
• Sindrom mielodiplastik
2. Anemia akibat perdarahan :
a. Perdarahan akut
b. Perdarahan kronik
3. Anemia hemolitik
a. Hemolitik intrakorpuskular :
• Ggn membran eritrosit
• Ggn enzim eritrosit : defisiensi g6pd
• Ggn hemoglobin : thalasemia, hemoglobinopati
b. Hemolitik ekstrakorpuskuler :
• Hemolitik autoimun
• Hemolitik mikroangiopatik
4. Anemia idiopatik ( penyebab tidak diketahui / komplek )
3. Manifestasi klinis
Tanda-tanda dan gejala yang ditimbulkan anemia yaitu :
a. Lemah, letih, lesu dan lelah
b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
c. Pucat, sianosis
d. Takikardi
e. Palpitasi
f. Kardiomegali
g. Hepatomegali
h. Dyspepsia
i. Konstipasi atau diare
Beratnya tanda dan gejala anemia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Kecepatan kejadian anemia
Semakin cepat perkembangan anemia semakin berat gejala yang muncul. Kehilangan
hemoglobin, eritrosit dan hematokrit dengan cepat 30% dapat menyebabkan kolaps vaskuler.
b. Durasi
Individu dengan anemia yang telah cukup lama dengan hemoglobin antara 9 dan 11 mg/dl,
hanya mengalami sedikit gejala atau tidak ada gejala sama sekali selain takikardi ringan saat
latihan. Dispnu latihan biasanya terjadi jikan Hb dibawah 7,5 g/dl, kelemahan terjadi dibawah
6 g/dl, dispnu istirahat di bawah 3 g/dl, dan gagal jantung pada kadar yang sangat rendah 2-
2,5 g/dl.
c. Kebutuhan metabolisme
Gejala pada orang yang biasanya aktif akan lebih berat daripada orang yang tenang.
d. Kelainan lain atau kecacatan
Orang yang hipotiroidisme dengan kebutuhan oksigen yang rendah bisa tanpa gejala, tanpa
takikardi, atau peningkatan curah jantung pada kadar Hb di bawah 10 g/dl.
e. Komplikasi
Anemia akan beromplikasi dengan abnormalitas lain yang menyertai penyakit ini.
Abnormalitas tersebut dapat menimbulkan gejala yang menutupi gejala anemia, seperti
anemia sel sabit yang mengalami krisis nyeri.
1. Pengkajian
Riwayat kesehatan :
Klien dengan anemia datang ke rumah sakit, biasanya dengan keluhan berupa: adanya
keletihan, kelemahan, malaise umum, membutuhkan waktu tidur dan istirahat yang banyak,
sakit kepala, nyeri mulut dan lidah, anoreksia, BB menurun, serta sulit untuk berkonsentrasi.
Klien memiliki riwayat konsumsi obat-obatan yang mempengaruhi sumsum tulang dan
metabolisme asam folat, adanya riwayat hehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI
kronis, menstruasi berat,angina, CHF. Selain itu terdapat juga riwayat penyakit antara lain
endokarditis, pielonefritis, gagal ginjal,riwayat TB, abses paru, kanker. Riwayat penyakit
hati, masalah hematoligi, pembedahan dan penggunaan anti konvulsan masa lalu atau
Klien biasanya tidak mengetahui penyakitnya. Klien hanya beranggapan bahwa gejala yang
dideritanya merupakan gejala biasa saja dan hanya kelelahan biasa. Klien mulanya hanya
beristirahat, mengurangi aktivitas dan mengkonsumsi obat bebas yang ada di warung.
2. Pola nutrisi metabolik
Terjadinya penurunan intake nutrisi beruhubungan dengan penurunan nafsu makan, terdapat
nyeri mulut dan lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Selain itu, biasanya juga timbul
gejala mual, muntah, dispnea, anoreksia, penurunan berat badan.
2. Pola eliminasi
Pada pola ini, biasanya bisa terjadi diare atau konstipasi, serta bisa terjadi penurunan haluaran
urine.
Pemeriksaan Penunjang
Hb dan Ht menurun
Jumlah eritrosit menurun
Jumlah trombosit menurun
Aspirasi sumsum tulang atau pemeriksaan byopsi : sel tampak berubah, baik jumlah,
bentuk, ukuran yang membedakan tipe anemia.
Pemerikasaan endoskopi dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan, perdarahan GI.
Terapi nutrisi
Aktivitas :
Mengontrol penyerapan
makanan/cairan dan menghitung
intake kalori harian, jika
diperlukan
Memantau ketepatan urutan
makanan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi harian
Menentukan jimlah kalori dan
jenis zat makanan yang
diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi, ketika
berkolaborasi dengan ahli
makanan
Monitor turgor kulit
Atur posisi klien selama
makan
Beri makanan tinggi protein,
kalori dan bernutrisi siap
konsumsi.
Pastikan bahwa makanan
berupa makanan yang tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
3. Evaluasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada klien anemia terdapat jumlah eritrosit dan kadar Hb yang rendah, sehingga
kemampuan mengikat oksigen dan mengangkut oksigen ke jaringan menjadi berkurang.
Salah satu dampaknya, klien merasa lemah, letih, lesu, dll. Untuk mengatasi hal ini, sekarang
sudah bisa dilakukan beberapa cara seperti transfusi darah, transplantasi sumsum tulang,
pemberian terapi ATG.
Asuhan keperawatan pada anemia merupakan standar yang akan menuntun perawat
dalam melakukan asuhan sesuai dengan intervensi yang telah dirumuskan untuk mencapai
criteria hasil.
B. Saran
Penulis menyarakan kepada pembaca, khususnya mahasiswa keperawatan sebagai
calon perawat agar memahami dengan baik konsep dasar dari anemia serta asuhan
keperawatan yang dapat dilaksanakan, sehingga semua tindakan yang dilakukan sesuai
dengan standar praktek. Selain itu penulis juga berharap agar perawat selalu memperbaharui
penelitian yang akan menambah pengetahuan dan kualitas pelayanan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher, Joanne McCloskey Dochterman. 2008. Nursing
Interventions Classification (NIC) : Fifth Edition. Missouri : Mosby Elsevier.
Manuaba, Ida Bagus Gde.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB.Jakarta:EGC
Moorhead, Sue., Marion Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson. 2008. Nursing Outcomes
Classification (NOC) : Fourth Edition. Missouri : Mosby Elsevier
Smeltzer, Suzanne C. dan Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC.
Wiley, John dan Sons Ltd. 2009. NANDA International : 2009-2011. United Kingdom : Markono
Print Media.
Jurnal, artikel
Nordqvist, Christian. 2009. Article “what is anemia?”. Medical News Today.
Penninx, Brenda W. J. H. 2006. Anemia in Old Age Assosiated with Increased Mortality and
Hospitalization.
http://www.medicalnewstoday.com/articles/158800.php diakses tanggal 20 Januari 2013
http://www.webmd.com/a-to-z-guides/understanding-anemia-basics?page=2 diakses tanggal 20
Januari 2013