You are on page 1of 40

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

T DENGAN NYERI AKUT


BERHUBUNGAN DENGAN
AGEN CIDERA FISIK POST PEMASANGAN ORIF
PADA KONDISI FRAKTUR INCOMPLETE OS HUMERUS DEXTRA
DI RUANG RAJAWALI 3B RSUP Dr KARIADI SEMARANG
Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah
Koordinator: Ns. Suzana Widyaningsih, S.Kep., MNS
Pembimbing Akademik: Ns. Henni Kusuma, M.Kep., Sp. Kep.M.B
Pembimbing Klinik: Ns. Ayu Suryaningtyas, S.Kep

Disusun oleh :
Budi Utomo 22020117210041
Fachrudin AR 22020117210046
Eliana Sari 22020117210035
Rutlita Yessi Malau 22020117210034
Wiwik Sumbogo 22020117210040

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XXX


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
Tanggal masuk RS : 06 Desember 2017
Tanggal masuk bangsal : 08 Desember 2017
Tanggal Pengkajian : 12 Desember 2017
A. DATA DEMOGRAFI
1. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. T
b. No. CM : C667966
c. Usia : 41 tahun
d. Jenis Kelamin : Laki-laki
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SMA
g. Diagnosa Medis : Fraktur Incomplete Os Humerus Dextra
h. Bahasa : Indonesia
i. Pekerjaan : Wiraswasta
j. Alamat Rumah : Semarang
2. Penanggung Jawab
a. Nama : Ny.K
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Hubungan dengan pasien : Ibu kandung
d. Pendidikan : SMA
e. Alamat : Semarang
3. Penanggung jawab (caregiver)
a. DPJP : Yovita Adhitara, Sp. S
b. PPJP : Ns.Ayu Suryaningtyas,S.Kep

B. KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluhkan nyeri pada bagian tangan kanan seperti tertusuk
benda tajam. Pasien mengatakan tidak ingin menggerakkan tangan
kanan karena nyeri menjadi bertambah. Pasien mengatakan skala nyeri
5 dari rentang 1-10. Pasien mengatakan nyeri hilang timbul dan
bertambah berat bila tangan digerakkan.

C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Orang tua pasien mengatakan, 2 minggu sebelum masuk rumah
sakit pasien jatuh dari lantai 2 namun tersangkut diplafon, tidak
langsung jatuh ke lantai dasar. Pasien dibawa oleh tetangga pasien
ke RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang dan dirawat di ruang
ICU karena pasien mengalami penurunan kesadaran. Pasien
dirawat selama 8 hari di ICU, dan 2 hari dipindah ke bangsal.
Selama opname di RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang,
keluarga mengatakan kurang memahami tindakan apa saja yang
dilakukan di RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang kepada
pasien. Setahu keluarga pasien diperiksa cek jantung (EKG) sama
rontgen. Setelah pulang ke rumah 3 hari pasien mulai menunjukkan
perilaku yang berubah (sulit diajak komunikasi dan mudah
mengalami lupa ingatan) dan seluruh ADL dibantu oleh keluarga.
Keluarga mengatakan kondisi pasien lemah, tangan kanan tidak
bisa digerakkan, klien sulit berpindah baik dari posisi tidur ke
duduk ataupun sebaliknya sehingga keluarga takut kalau terjadi apa
–apa dan memutuskan untuk membawa Tn. T periksa ke RSUP Dr
Kariadi.
Pasien mendapatkan pemeriksaan rekam jantung, pemeriksan
laboratorium klinik, X-Foto Humerus Kanan, MSCT kepala tanpa
kontras dan pemeriksaan Digital Substraction Angiography.
Pemeriksaan tanda-tanda vital Tn. T didapatkan TD 120/80 mmHg,
nadi 90 x/menit, suhu 36.50C, RR 20 x/menit, SpO2 100%, CRT<
2 detik, GCS 15 (E4M6V5).
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga pasien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di RSUD
K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang Kota Semarang dengan
keluhan hipertensi pada tahun 2014.
3. Riwayat Penyakit Keluarga

Tn. G
70 th Ny. K
65 th

Tn.D Tn.T Ny.S Tn.J


43 th 41 th 32 th 30 th
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: pasien
: garis pernikahan
: garis keturunan
: tinggal serumah

Keluarga pasien mengatakan dikeluarga besarnya tidak ada yang


menderita penyakit yang sama dengan pasien. Pasien juga
mengatakan dalam keluarga besar tidak ada yang menderita
penyakit jantung, diabetes, dan penyakit menurun lainnya.

D. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Klien tampak lemah, tangan kanan susah digerakkan
Kesadaran : komposmentis, GCS : 15 (E4M6V5).
a. Tanda-Tanda Vital

Pemeriksaan 12/12/17 13/12/17 14/12/17 15/12/17 16/12/17


TD (mmHg) 120/80 140/80 120/90 130/70 120/60
Nadi (x/mnt) 90 88 88 86 82
Suhu (0C) 36.5 36.5 36.0 36.7 36.5
RR (x/mnt) 20 20 20 22 20

b. Kepala
1. Kepala
Inspeksi :
Bentuk kepala mesochepal, tidak ada jejas atau lesi, warna
rambut hitam, pesebaran rambut rata, kulit kepala bersih.
Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan.
2. Mata
Inspeksi :
Respon pupil (+), isokor (+), konjungtiva anemis (+), ikterik (-),
letak simetris, juling (-), gangguan penglihatan (-).
Palpasi : Tidak terdapat benjolan dan tidak ada nyeri tekan.
3. Hidung
Inspeksi :
Menggunakan alat bantu napas (-) menggunakan NGT(-), polip
(-) sekret (-) perdarahan (-) cuping hidung (-)
Palpasi : Tidak terdapat benjolan, tidak ada nyeri tekan.
4. Mulut
Inspeksi :
Bibir pucat (-) membran mukosa kering (-) bau mulut (-).
Palpasi : Tidak terdapat benjolan dan tidak ada nyeri
tekan.
5. Telinga
Inspeksi :
Telinga simetris antara sinistra dan dekstra, pendengaran (+/+)
Palpasi : Tidak terdapat benjolan dan tidak ada nyeri tekan.
6. Leher
Inspeksi : Tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut.
Palpasi :
Tidak ada benjolan, nadi karotis teraba, luka nyeri tekan (-),
pembesaran vena jugularis (-), pembesaran tiroid (-)
7. Paru
Inspeksi :
Simetris pergerakan dada kanan dan kiri, Retraksi dada (-) jejas
(-)
Palpasi :
Pergerakan dada kanan dan kiri sama saat inspirasi dan
ekspirasi, taktil fremitus adekuat, seimbang antara dekstra dan
sinistra area anterior-posterior, tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : bunyi sonor
Auskultasi :
Suara napas vesikuler (+), bronkial (-), Ronkhi (-), Wheezing
(-), mengi (-).
8. Jantung
Inspeksi : Ictus kordis tidak nampak
Palpasi :
Tidak terdapat benjolan dan luka nyeri tekan (-) ictus kordis
teraba pada IC 5 mid klavikula sinistra
Perkusi :
Tidak ada pembesaran jantung,batas kanan atas SIC II Linea
Para Sternalis Dextra, Kanan bawah: SIC IV Linea Para
Sternalis Dextra, Kiri atas: SIC II Linea Para Sternalis Sinistra,
dan Kiri bawah: SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
Auskultasi :
Terdengar bunyi jantung “Lup” “Dup” (S1 dan S2) tidak
terdapat bunyi jantung tambahan
9. Abdomen
Inspeksi :
Tidak terdapat jejas, distensi abdomen (-), jaringan parut (-),
pengeluaran cairan umbilicus (-).
Auskultasi : Bising usus 6 x/menit
Palpasi : Tidak terdapat benjolan dan tidak nyeri tekan
Perkusi : Terdengar bunyi timpani
10. Punggung
Inspeksi : Tidak ada lesi, tidak aja jejas.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
11. Anus & Genital
Inspeksi : Tidak ada lesi, terpasang DC (-
12. Ekstremitas atas
Kanan:
Turgor kulit elastis, kulit kering, CRT< 2 detik, sianosis (-) akral
dingin (-) terpasang infuse sejak tanggal 11 desember 2017 RL
20 tpm, flebitis (-), edema (-), kekuatan otot 1-1-1-1-1, tidak
mampu menggerakkan tangan. Tampak terpasang elastic
bandage pada humerus dextra, kurang lebih sepanjang 40 cm.
Pengkajian nyeri:
P: Nyeri Post ORIF
Q: Nyeri seperti tertusuk benda tajam
R: Nyeri pada humerus dextra
S: Skala 5 menggunakan Numerical Rating Scale (NRS)
T: Hilang timbul, bertambah bila digerakkan
Kiri:
Turgor kulit elastis, kulit kering, CR< 3 detik, sianosis (-), akral
dingin (-), flebitis (-), edema (-), kekuatan otot humerus – radius
ulna/antebrakhi-pergelangan tangan dan jari-jari 3, tidak ada
keterbatasan rentang gerak.
13. Ekstremitas bawah
Kanan:
Turgor kulit elastis, kulit kering, CR < 2 detik, sianosis (-) akral
dingin (-), flebitis (-), edema (-), kekuatan femur-kruris-pedis
dan jari-jari 3-3-3-3-3, tidak ada keterbatasan rentang gerak pada
ekstremitas kanan.
Kiri:
Turgor kulit elastis, kulit kering, CR < 2 detik, sianosis (-) akral
dingin (-), flebitis (-), edema (-), kekuatan femur-kruris-pedis
dan jari-jari 3-3-3-3-3, tidak ada keterbatasan rentang gerak pada
ekstremitas kiri.
E. PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
1. Persepsi Kesehatan/Managemen Kesehatan
Pasien mengatakan merasa nyeri pada belikat tangan kanan, pasien
mengatakan tidak dapat menggerakkan tangan kannnya karena
sakit.
2. Nutrisi – Metabolik
Nutrisi

Saat Pengkajian
A (Antropometri)
BB: 75 Kg, TB: 168 cm, IMT: 26.57 (obesitas ringan)

Perhitungan :
BB normal : TB – 110
: 168 – 110
: 58 kg
BB ideal(Rumus Brocha) : ( TB – 100 ) -10 % (TB – 100 )
: ( 168 – 100 ) – 10 % ( 168 – 100 )
: 68-6.8 kg
: 61.2 kg
Indeks Mass Tubuh ( IMT )
IMT saat sakit : BB / TB (m2)
: 75 / ( 1,68) 2 = 26.57 (obesitas ringan)
B (Biokimia) - Hb : 13.9 g/dL
- GDS: 94 g/dL
C (Clinic) Nyeri, elastisitas kulit kaki kering
D (Diet) Diit makan normal biasa (nasi)

Cairan

Input Output
Infus : 500 cc BAK : 800 cc
Minum : 1000 cc BAB : 200 cc
Jumlah : 1500 cc IWL : 375 cc (15 x BB/24) x 8
jam
*BC/8 jam : Output – Input Jumlah: 1375 cc
: 1500-1375= +125 cc

Keterangan:
Saat sebelum sakit pasien mengatakan tidak memiliki masalah
dengan kebutuhan nutrisi dan cairan, tapi ketika sakit nafsu makan
pasien turun dan merasa cepat kenyang.
3. Eliminasi
BAK
Sebelum masuk RS Keterangan Saat Pengkajian
4-5 kali/hari Frekuensi 4-5 kali/hari
Kuning jernih Warna Kuning jernih
Khas urin Bau Khas urin
Cair Konsistensi Cair
- Darah -
±1500 cc/ 24 jam Jumlah ±1200cc/24 jam

BAB
Sebelum masuk RS Keterangan Saat Pengkajian
1 kali/ hari Frekuensi Sudah BAB di pagi hari
Kuning kecoklatan Warna Kuning
Khas feses Bau Khas feses
Lembek Konsistensi lembek
- Darah -
±250 cc Jumlah ±250 cc
Keterangan:
Sebelum dan saat sakit pasien mengatakan tidak mengalami
gangguan BAB dan BAK

4. Aktivitas – Latihan
Saat pengkajian:

Index 0 1 2 3 Keterangan
Makan, Minum √ 0 : Tidak mampu
1 : Dibantu
2 : Mandiri
Mandi √ 0 : Tergantung orang lain
1 : Mandiri
Perawatan diri √ 0 : Tergantung orang lain
(grooming) 1 : Mandiri
Berpakaian (dressing) √ 0 : Tidak mampu
1 : Dibantu
2 : Mandiri
BAB (bladder) √ 0 : Inkontinensia
(tidak teratur/ perlu enema)
1 : Kadang inkontinensia
(sekali seminggu)
2 : Kontinensia (teratur)
BAK (bowel) √ 0 : Inkontinensia
(pakai kateter/terkontrol)
1 : Kadang inkontinensia
(maks 1 x 24 jam)
2 : Kontinensia (teratur)
Transfer √ 0 : Tidak mampu
1 : Butuh bantuan alat dan 2
orang
2 : Butuh bantuan kecil
3 : Mandiri
Mobilitas √ 0 : Imobile
1 : Menggunakan kursi roda
2 : Berjalan dengan bantuan 1
orang
3 : Mandiri
Penggunaan toilet √ 0 : Tergantung bantuan orang
lain
1 : Membutuhkan bantuan tapi
beberapa hal dilakukan sendiri
2 : Mandiri
Naik turun tangga √ 0 : Tidak mampu
1 : Membutuhkan bantuan
2 : Mandiri
Total Score 0 2 4 0 6 (Ketergantungan berat)
Sumber: Dewi, Sofia Rosma. 2014. Buku Ajar Keperawatan Geriatrik. Yogyakarta:
Deepublish.
Interpretasi hasil Barthel Index :
20 : Mandiri
12–19 : Ketergantungan ringan
9 – 11 : Ketergantungan sedang
5–8 : Ketergantungan berat
0–4 : Ketergantungan total

Indikator Resiko Jatuh Pada Saat Pasien Masuk Ruang Rawat Inap,
Terjadi Perubahan Kondisi/Terapi Pasien, Pasien Di Transfer dari Unit
Lain Atau Setelah Pasien Jatuh
Resiko Jatuh Tinggi (RT) : 45 atau lebih
Resiko Jatuh Sedang (RS) : 25 sampai 44
Resiko Jatuh Rendah (RR) : 0 sampai 24
Penilaian Resiko Jatuh Skor 12/12 13/12 14/12 15/12
18.00 18.00 20.00 10.00
Riwayat Jatuh 1 25 25 25 25 25
jatuh tidak kali/lebih
termasuk dalam kurun
kecelakaan waktu 6
kerja atau bulan
rekresional
Pemeriksaan sekunder 15 15 15 15 15
Alat bantu Benda 30 30 30 30 30
jalan sekitar,
kursi,dinding,
dll
Kruk, 15 0 0 0 0
tongkat,
tripot, dll
Terapi intravena kontinyu/ 20 20 20 20 20
Heparin/ Pengencer Darah
Gaya Terganggu/ 20 20 20 20 20
berjalan Bedrest
Lemah 10 0 0 10 10
Normal 0 0 0 0 0
Status Agitasi/ 15 0 0 0 0
mental konvulsi
Dimensia 15 0 0 0 0
Total Skor 165 110 110 110 110
(RT) (RT) (RT) (RT)

Keterangan:
Sebelum sakit pasien mampu melakukan ADL secara mandiri tanpa
menggunakan alat dan bantuan orang lain, namun saat sakit pasien
dibantu untuk melakukan ADL nya oleh ibu dan adik pasien.
Tingkat ketergantungan pasien selama sakit adalah ketergantungan
berat dengan nilai 6.
5. Persepsi- Sensori- Kognitif
Pasien terlihat merasa gelisah dan tidak tenang ketika timbul nyeri,
pasien juga mengatakan merasa tidak nyaman dengan kondisinya
nyeri kaki kanannya.
a. Pemeriksaan Saraf Kranial
1. N I Olfaktorius
Mampu mengenali bau
2. N II Optikus
Kanan : Lapang pandang maksimal
Kiri : Lapang pandang maksimal
3. N III Okulomotorin, N IV Trochlearis, & N VI Abdusen
Kanan : pergerakan bola mata ( + ), reflex pupil ( + ),
ukuran pupil simetris
Kiri : pergerakan bola mata ( + ), reflex pupil ( + ), ukuran
pupil simetris
4. N V Saraf Trigeminus
Rahang kanan kiri bergerak ke semua sisi, mengenali
sentuhan pipi kanan dan kiri (+)
5. N VII Facialis
Senyum simetris kanan kiri, bersiul (+), mengangkat ke dua
alis mata (+), menutup kedua kelopak mata dengan tahanan
(+), lidah menjulur lurus ketengah
6. N VIII Octavius

Jenis Kanan Kiri


Pemeriksaan
Detik arloji Dengar Dengar
Suara berbisik Dengar Dengar
Weber Dengar Dengar
Rinne Dengar Dengar
Schwabach Dengar Dengar
Menelan Mampu menelan

7. N IX Glosopharingeus
Lidah bagian belakang mampu merasakan pahit, mampu
mengucapkan huruf A, sensibilitas pharynx (+)
8. N X Vagus
Bicara jelas dan artikulasi jelas
9. N XI Accesorius

Pemeriksaan Kanan Kiri


Mengangkat Bahu Tidak Mampu Mampu
Memalingkan Mampu Mampu
Kepala

10. N XII Hypoglosus


Pergerakan lidah : lurus tengah
Tremor lidah (-)
Artikulasi : jelas
b. Daya ingat
Ingatan jangka pendek klien masih bagus, pasien mengingat
apa saja yang pasien makan. Ingatan jangka jangka panjang
pasien kurang, pasien susah mengingat nama saudaranya.
6. Tidur – Istirahat
Saat pengkajian:

Kategori Saat Pengkajian


Frekuensi Pasien mengatakan saat sakit tidur malam pukul 23.00
dan bangun pukul 04.00, pasien mengatakan sering tidur
siang
Pola Tidur Pasien mengatakan tidur sering bangun 4-5 kali
Kualitas Pasien mengatakan tidur tidak nyenyak karena sering
terbangun karena lingkungan yang panas. dan perasaan
ruangan yang panas

7. Persepsi/ Konsep Diri


Pasien merasa tidak bisa berbuat apa-apa selama di rumah sakit dan
merepotkan keluarga, tapi pasien ingin segera sembuh dan cepat
pulang.
Hasil pengkajian cemas pasien dengan HARS adalah:

No. Pertanyaan 0 1 2 3 4
1. Perasaan ansietas (firasat buruk, V
takut akan pikiran sendiri, mudah
tersinggung)
2. Ketegangan (merasa tegang, lesu, V
mudah terkejut, tidak dapat
istirahat nyenyak, mudah
menangis, gemetar, gelisah)
3. Ketakutan (pada gelap, ditinggal V
sendiri, pada orang lain, pada
orang asing, pada binatang besar,
pada keramaian lalu lintas, pada
kerumunan banyak orang)
4. Gangguan tidur (sukar memluai V
tidur, terbangun malam hari, tidak
pulas, mimpi buruk, mimpi ynag
menakutkan)
5. Gangguan kecerdasan (daya ingat V

menurun, sulit konsentrasi, sering


bingung)
6. Perasaan depresi (kehilangan V
minat, sedih, bangun dini hari)
7. Gejala somatik (nyeri otot, V

kaku,kedutan otot, gigi gemrutuk)


8. Gejala sensorik (telinga V

berdengung, penglihatan kabur,


muka merah dan pucat, perasaan
ditusuk – tusuk)
9. Gejala kardiovaskuler ( denyut V

nadi cepat, berdebar –debar, nyeri


dada, dnyut nadi melemah, rasa
lemah seperti mau pingsan, denyut
jantung hilang sekejap)
10. Gejala pernafasan (rasa tertekan V
didada, perasaan tercekik, merasa
napas pendek/sesak, sering
menarik nafas panjang)
11. Gejala gastrointestinal (sulit V
menelan, mual muntah, konstipasi,
perut melilit, ganguan pencernaan,
nyeri lambung sebelum/ sesudah
makan, rasa panas di perut, rasa
penuh)
12. Gejala urogenitalia ( sering V

kencing, tidak dapt menahan


kemcing, amenore, frigiditas)
13. Gejala vegetatif/otonom (mulut V
kering, muka kering, mudah
berkeringat, pusing, bulu roma
berdiri)
14. Apakah yang dirasakan (gelisah, V
tidak tenang, muka tegang, tonus
otot meningkat, napas pendek dan
cepat, muka merah)
TOTAL SKOR 9x0= 5x1= 0 0 0
0 5
Total skor = 0+5+0+0+0= 5
Derajat kecemasan HARS (Hamilton Ansiety Rating Scale):
a. score < 6 : tidak ada kecemasan
b. 6-14 : kecemasan ringan
c. 15 -27 : kecemasan sedang
d. >27 : kecemasan berat
Tn. T skala kecemasannya termasuk tidak ada kecemasan
8. Peran – Hubungan
Pasien sulit memahami topik peran dan tanggungjawab yang
ditanyakan oleh mahasiswa.
9. Seksualitas/ Reproduksi
Pasien mengatakan selama sakit merasa senang karena selalu
ditemani oleh ibu di RS. Keluarga asien mengatakan pasien tidak
memiliki penyakit kelamin.
10. Koping / Stress Toleransi
Pasien mengatakan merasa bosan di RS dan tidak nyaman dengan
kondisinya, untuk mengurangi kebosanan pasien keluarga pasien
selalu menemani dan mengajak ngobrol pasien. Keluarga psien juga
mengatakan bahwa pasien sering dikujungi oleh temannya sebagai
penghiburan pasien.

11. Nilai – Kepercayaan


Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah sholat
selama dirawat di RS karena klien sulit diajak komunikasi. Klien
mengatakan selalu berdoa agar cepat sembuh dan pulang ke rumah.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi
a. Pemeriksaan MSCT Kepala Tanpa Kontras
Hari/Tanggal Pemeriksaan : 07 Desember 2017
Jam Pemeriksaan : 13.06 WIB
Klinis: ICH, IVH, SAHPRO OSA
1. Masih tampak lesi hiperdens (CT number 20-50 HU) pada
lobus frontalis kanan (volume saat ini kuranglebih 4.12 cm3,
volume sebelumnya 53.39 ± 1.7 cm3) disertai perifocal
edem disekitarnya dengan densitas lebih rendah dari
sebelumnya
2. Masih tampak lesi hiperdana pada cgmu posterior ventrikel
lateral kanan kiri.
3. Tampak klasifikasi pada glandula pinealis
4. Sulkus kortikalis dan viesura Sylvii tampak normal
5. Ventrikal lteral, IIIdan IV tampak lebih lebar bila
dibandingkan sebelumnya
6. Cistoma perimesancephalic tampak normal
7. Tak tampak midline shifting
8. Pona dan cerebellum baik
Kesan:
a) Gambaran intracranial hemorrhage dengan densitas dan
volume yang berkurang dari sebelumnya
b) Gambaran intravertikel hemorrhage yang berkurang dari
yang sebelumnya
c) Gambaran hydrocephalus komunikans
d) Sudah tak tampak tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial.
b. Pemeriksaan Substraction Angiography (DSA)
Hari/Tanggal Pemeriksaan : 08 Desember 2017
Jam Pemeriksaan : 11.40 WIB
Hasil pemeriksaan Digital Substraction Angiography +3D:
1. Dilakukan lokal anastesia
2. Tindakan asepsis di daerah femoralis kanan
3. Dilakukan anastesi disekitar arteri femoralis kanan dengan
lidokain 2%
4. Dilakukan punksi arteri femoralis kanan yang berjalan lancar
kemudian masuk sheat 5F
5. Angiografi menggunakan kateter diagnostik Head Hunter H1
Catheter 5F menunjukkan:
a. RCCA Injeksi : tampak Bifurcatio dalam batas
normal
b. RIDA Injection:Tampak Bifurcatio RACA dan
RMCATampak Aneurysma di AcomA dengan dome
mengarah ke anteroposterior ukuram dome 4.18 mm
(superoinferior) x 5.63 mm( anteroposterior).
c. Ukuran neck 1.68 mm. Bentuk dome ireguler
d. RSA Injection :
Tampak ostium RVA dalam batas normal, RVA
tortuous
e. LSA Injection :
Tampak ostium LVA dalam batas normal LVA
tortunous.
f. DSA selesai, Puncture dicabut, dilakukan bebat pada
tempat punctrure.

Kesimpulan:
Tampak Aneurysma di AcomA dengan dome mengarah ke
anteroposterior. Ukuran dome 4.18 mm (superoinferior) x 5.63
mm (anteroposterior). Ukuran neck 1.68 mm. Bentuk dome
ireguler
c. Pemeriksaan X Foto Humerus Kanan AP-Lateral
Klinis: Fraktur Terbuka Humerus Dekstra, Post Orif
1. Tampak terpasang fiksasi interna berupa satu buah screw
pada tuberkulum humerus kanan, kedudukan baik.
2. Masih tampak celah fraktur bentuk oblik pada tuberkulum
mayor os humerus kanan, relative sama dibandingkan
dengan sebelumnya.
3. Os humerus kanan tampak bowing pada 1/3 tengah dengan
korteks yang lebih tebal
4. Tak tampak lesi litik,sklerotik maupun destruksi pada os
humerus
5. Tak tampak dislokasi maupun subluksasi pada
acromioclavicular, coracod glenohumeral, dan albow joint
6. Tampak soft tissue swealling region humerus kanan
7. Tak tampak lusensi soft tissue.

d. Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik


Hari/Tanggal Pemeriksaan : 07 Desember 2017
Jam Pemeriksaan : 10.00 WIB

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Intepretasi


Hematologi Paket
a. Hemoglobin 13.9 13 – 16 N
b. Hematokrit 41.3 40 – 54 N
c. Eritrosit 4.23 4.4 – 5.9 L
d. MCH 32.8 27 – 32 H
e. MCV 97.6 76 – 96 H
f. MCHC 33.6 29 – 36 N
g. Leukosit 10.9 3.8 – 10.6 H
h. Trombosit 480 150 – 400 H
i. RDW 11.2 11.60 – 14.80 L
j. MPV 5.50 4.00 – 10.00 N

Kimia Klinik
GDS 94 80-160 N
Magnesium 0.85 0.74 – 0.99 N
Calsium 2.59 2.12 – 2.52 H
Elektrolit
a. Natrium 128 136 – 145 L
b. Kalium 4.1 3.5 – 5.1 N
c. Chlorida 100 98 – 107 N
Immunologi
HbsAg <0.10 Negatif <= N
0.99
Equivocal 1
– 49
Positif >= 50

Hari/Tanggal Pemeriksaan : 07 Desember 2017


Jam Pemeriksaan : 10.00 WIB

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Intepretasi


Koagulasi
Plasma Prothrombin Time (PPT)
a. Waktu Prothrombin 10.0 11 – 14.5 L
b. PPT Kontrol 11.9 11 – 14.5 N
Partial Thromboplastin 30.5 24 – 36 N
Time
Thromboplastin
APTT Kontrol 37.2

Hari/Tanggal Pemeriksaan : 28 November 2017


Jam Pemeriksaan : 08.26 WIB

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi


Kimia Klinik
Elektrolit
Natrium 131 136 – 145 N
Kalium 3.9 3.5 – 5.1 N
Chlorida 93 98 – 107 L
12. Terapi Medis & Keperawatan

Jenis Terapi Dosis Rute Waktu/ Indikasi & Kontraindikasi Efek Samping
Tanggal pemberian
Ringer Laktat 20 tpm , 1500 IV 12 Desember 2017 Indikasi: Panas, infeksi pda tempat
cc/ 24 jam (Infus) Mengembalikan penyuntikan, trombosis vena atau
keseimbangan elektrolit pada flebitis yang meluas dari tempat
dehidrasi penyuntikan, ekstravasasi.
Kontraindikasi:
Hipernatremia, kelainan
ginjal, kerusakan sel hati,
laktat asidosis
Tramadol 75 mg/8 jam IV 12 Desember 2017 Indikasi: Pusing, mual, muntah,
Untuk mengatasi nyeri mengantuk, diare, sembelit, mulut
dengan intensitas menengah kering, berkeringat
sampai berat, seperti nyeri
akibat trauma berat, nyeri
setelah operasi, nyeri akibat
gangguan saraf
Kontraindikasi:
Pasien hipersensitif terhadap
tramadol, pasien dengan
risiko kejang, riwayat
epilepsi, ibuhamil, menyusui,
anak < 16 tahun
Ketorolac 30 mg/8 jam IV 12 Desember 2017 Indikasi: Ulkus, perdarahan, saluran cerna,
Penatalaksanaan nyeri akut gagaj ginjal akut, reaksi
yangberat jangka pendek (<5 anafilaktoid dan gagal hati.
hari)
Kontraindikasi:
Hipersensitif pada ketorolac
tromethamine, menyusui,
gangguan ginjal, pasien
dengan persalinan
Metoclap 10 mg/8 jam IV 12 Desember 2017 Indikasi: Sindroma ekstrapiramidal, susah
Dispepsia, kembung, buang air besar.
gastritis, duodenitis, rasa
panas pada ulu hati, spasme
pilorik, refluks esofagitis,
cegukan, hernia hiatus, mual
dan muntah
Kontraindikasi:
Sumbatan, perdarahan &
perlubangan pada saluran
pencernaan, epilepsi,
feokromositoma, gangguan
ekstrapiramidal.
Ceftriaxon 2 gr/24 jam IV 12 Desember 2017 Indikasi: Diare, mual, muntah, stomatitis
Infeksi saluran napas, infeksi dan glositis, pruritus, urtikaria,
THT, infeksi saluran kemih, dermatitis alergi, udema,
sepsis, meningitis, infeksi eksantem, eritema multiforma.
tulang, sendi dan jaringan
lunak, infeksi intra
abdominal dll.
Kontraindikasi:
Hipersensitif terhadap
antibiotik cephalospori,
neonatus.
Candesartan 16 mg/24 jam PO 12 esember 2017 Indikasi: Infeksi saluran pernafasan bagian
Hipertens, pengobatan pada atas, nyeri punggung, dan pusing.
pasien dengan gagal jantung
dan gangguan fungsi sistolik
ventrikel kiri
Kontraindikasi:
Pasien yang hipersensitif
terhadap candesartan atau
komponen yang terkandung
dalam formulasinya, wanita
hamil dan menyusui,
gangguan hati yang berat
dan/ ketoasidosis.
Fenitolin 200 mg/24 jam PO 12 Desember 2017 Indikasi: Ataksia, banyak bicara,
Mengontrol keadaan kejang koordinasi menurun dan konfusi
tonik-klonik (grand mal) dan mental, pusing, susah tidur,
serangan psikomotor gelisah, kejang motorik , sakit
“temporal lobe”. kepala, mual, muntah dan
Kontraindikasi: konstipasi.
Hipersensitif terhadap
fenitoin atau produk
hidantoin lain.
Asam folat 1 mg/24 jam PO 12 Desember 2017 Indikasi: Perubaha pola tidur, anoreksia,
Anemia megaloblastik yang mual, muntah, distensi abdomen,
disebabkan defisiensi asam sulit konsentrasi
folat
Kontraindikasi:
Pengobatan anemia
pemisiosa dan anemia
megaloblastik lainnya
dimana vit B12 tidak cukup
efektif.
II. ANALISA DATA
Nama Pasien : Tn. T
No. RM : C667966
Ruang Rawat : Rajawali 3B/ 3.5

No Data Masalah Etiologi


1 DS: Nyeri akut (000132) Agen cedera
- Klien mengatakan tangan sebelah kanannya terasa nyeri atau Fisik: Post ORIF
‘’cekit-cekit’’
P: Nyeri Post ORIF
Q: Klien mengatakan nyeri seperti tertusuk benda tajam
R: Nyeri pada humerus dextra
S: Skala 5 menggunakan Numerical Rating Scale (NRS)
T: Hilang timbul, bertambah bila digerakkan

DO:
- Klien tampak meringis menahan nyeri
- TD 120/80 mmHg
- Nadi 90 x/menit
- RR 20 x/menit
- Suhu 36,5°C
-
2 DS: Hambatan Mobilitas Penurunan
- Klien mengatakan semua aktivitas di Rumah Sakit di bantu oleh
Fisik (00085) kekuatan otot
ibu dan adiknya
DO:
- Kekuatan otot 1-1-1-1-1 ekstremitas atas dextra
- Kekuatan otot ekstremitas atas sinistra 3-3-3-3-3
- Kekuatan otot ekstremitas bawah dextra 3-3-3-3-3
- Kekuatan otot ekstremitas bawah sinistra 3-3-3-3-3
- Tampak terpasang elastic bandage pada humerus dextra, kurang
lebih sepanjang 40 cm
- Indeks Bartel dengan skor total 6, yaitu ketergantungan berat
- Klien tampak lemah
3 DS:- Risiko Jatuh (00155)

DO:
- Klien tampak lemah
- Berat badan klien berlebihan dengan IMT: 26.57 (obesitas ringan)
- Klien memiliki riwayat jatuh 1 bulan yang lalu
- Total skor indikator jatuh 110 (Resiko Tinggi)
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. T
No. RM : C667966
Ruang Rawat : Rajawali 3B/ 3.5

No Diagnosa Keperawatan Tgl Ditemukan Tgl Teratasi


1 Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agen 12 Desember 2017 15 Desember
cidera fisik (post ORIF) 2017malam

2 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan 12 Desember 2017 Belum teratasi


penurun an kekuatan otot(00085)
3 Resiko jatuh (00155) 12 Desember 2017 14 Desember
2017malam
IV. RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. T
No. RM : C667966
Ruang Rawat : Rajawali 3B/ 3.5

Tgl No. Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan


12 1 NOC Pain Management (1400)
Desember
2017  Status kenyamanan : fisik 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
 Kontrol nyeri lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
 Tingkat nyeri presipitasi
2. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri klien
Setelah dilakukan tindakan 3. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
4. Ajarkan tentang terapi non farmakologi
keperawatan selama 3 x 24 jam,
5. Berikan terapi non farmakologi relaksasi nafas dalam dan
diharapkan nyeri klien berkurang
fingerhold
dengan kriteria hasil : 6. Kolaborasi pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri
1. Klien menyatakan nyeri 7. Anjurkan meningkatkan istrirahat
berkurang
2. Skala nyeri klien berkurang Relaxation Therapy (6040)
dari 5 menjadi 3 (skala 0-10)
3. Tanda-tanda vital dalam batas 1. Jelaskan mengenai relaksasi nafas dalam
normal 2. Bantu klien untuk berkonsentrasi sebelum melakukan
TD : 110-130/70-90 mmHg relaksasi
HR : 60-100 x/menit 3. Berikan lingkungan yang aman dan nyaman
RR : 18-22 x/menit
4. Klien dapat mengontrol nyeri
dengan teknik relaksasi nafas
dalam dan fingerhold
5. Tidak ada ekspresi menahan
nyeri
12 2 NOC Excercise Therapy : Ambulation
Desember  Ambulasi 1. Monitoring vital sign
2017 2. Bantu untuk melakukan mobilisasi
 Pergerakan sendi aktif
3. Berikan alat bantu jika memerlukan
4. Kaji kekuatan otot klien
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam, Exercise Therapy : Muscle Control
diharapkan hambatan mobilitas
fisik klien teratasi dengan kriteria 1. Motivasi klien untuk melakukan latihan gerak sendi.
hasil: 2. Jelaskan tujuan latihan gerak (ROM) pada klien.
1. Kekuatan otot ekstremitas 3. Monitor lokasi ketidaknyamanan bagian tubuh klien ketika
atas kanan meningkat dari 1 melakukan latihan gerak.
menjadi 3 4. Peragakan ROM pasif, ekstremitas atas dan bawah
2. Mampu mendemostrasikan 5. Bantu klien dalam melakukan ROM dengan rythme gerak
ROM yang teratur.

12 3 NOC Fall Prevention


Desember  Trauma risk for 1. Mengidentifikasi defisit kognitif atau fisik pasien yang dapat
2017 meningkatkan potensi jatuh dalam lingkungan tertentu
 Injury risk for
2. Mengidentifikasi perilaku dan faktor yang emempengaruhi
resiko jatuh
Setelah dilakukan tindakan 3. Mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang dapat
keparawatan selama 2x24 jam, meningkatkan potensi untuk jatuh (misalnya lantai yang licin)
klien tidak mengalami resiko 4. Memastikan roda tempat tidur selalu terkunsi
jatuh, dengan kriteria hasil: 5. memastikan pengaman tempat tidur terpasang dengan baik
1. Keseimbangan & kemampuan 6. mendidik anggota keluarga tentang faktor resiko yang
untuk mempertahankan berkontribusi terhadap jatuh dan bagaimana mereka dapat
equilibrium menurunkan resiko tersebut.
2. Gerakan terkoordinasi
3. Perilaku pencegahan jatuh
V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. T
No. RM : C667966
Ruang Rawat : Rajawali 3B/ 3.5
Tgl No. Jam Tindakan Keperawatan dan Hasil Paraf
Dx (Evaluasi Formatif)
12 2 08.00 Memonitor TTV - Budi
Desember S: Utomo
2017 - klien mengatakan bersedia diperiksa tanda-tanda vitalnya - Wiwik
O: sumbogo
VI. - TD 120/80 mmHg, Nadi 90 x/menit, RR 20 x/menit, Suhu 36,5°C

1 08.15 Meggunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman - Budi


nyeri klien Utomo
Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, - Wiwik
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi sumbogo
S:
- Klien mengatakan nyeri pada lengan kanannya yang post ORIF,
nyeri dirasakan bertambah bila tangan kanan digerakkan/diangkat,
nyeri seperti tertusuk benda tajam, nyeri dirasakan hilang timbul.
Skala nyeri pada rentang 5 (menggunakan Numerical Rating Scale
(NRS)
O:
- Klien nampak meringis kesakitan
- Skala nyeri 5 dengan menggunakan Numerical Rating Scale (NRS)
- Ada nyeri tekan pada lengan kanan yang post ORIF/ setiap tangan
kanannya digerakkan/diangkat

1 08.30 Mengobservasi reaksi ketidaknyamanan secara non verbal - Budi


Utomo
S: - Wiwik
- sumbogo

O:
- Klien terlihat meringis kesakitan setiap kali lengan kanannya
diangkat dan digerakkan
- Klien nampak berhati-hati setiap menggerakkan lengan kanannya

1 08.35 Mengajarkan tentang terapi non farmakologi ; relaksasi nafas - Budi


UtomoWi
S: wik
- Klien bersedia diajarkan relaksasi nafas dalam sumbogo

O:
- Klien nampak memperhatikan saat dijelaskan dan diajarkan teknik
VII. EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn.S
No. RM : C609641
Ruang Rawat : Rajawali 3B/ 3.1
Tgl No. Dx Jam Evaluasi Sumatif/ SOAP Paraf
12 1 S: Budi
Desember - Klien mengatakan nyaman dengan posisi tangan kanan diletakkan Eli
2017 diatas bantal Fachrudin
- Klien mengatakan bersedia mencoba melakukan relaksasi nafas dalam Rutlita
saat nyeri terasa Wiwik
- Klien mengatakan skala nyeri berada pada rentang 5
- Klien mengatakan bersedia diajarakan tehnik finger hold

O:
- Klien tampak melakukan terapi nafas dalam
- Tangan kanan klien diletakkan diatas bantal
- Klien tampak nyaman dan tidak meringis kesakitan kalau tidak ada
gerakan
- Skala nyeri 5
- Klien nampak mempratekkan finger hold beberapa kali
A:
- Masalah nyeri belum teratasi
P : Lanjutkan intervesni
- Lanjutkan pemberian teknik relaksasi nafas dan finger hold untuk
mengontrol nyeri
- Anjurkan klien banyak istirahat
- Pertahankan pemberian therapi analgesik sesuai indikasi

2 S: Budi
- Klien mengatakan bersedia diberikan latihan gerak (ROM) Eli
- Klien mengatakan takut menggerakkan tangan karena takut sakit Fachrudin
- Klien mengatakan tidak bisa mengangakat badannya sendiri Rutlita
O: Wiwik
- Klien mengikuti gerakan yang diberikan (dibantu perawat dan
keluarga)
- Klien tampak berhati – hati dalam menggerakkan tangan kanan nya
- Pada humerus dextra tampak terdapat elastic bandage sepanjang 40 cm
- Klien tampak lemah
- Klien masih dibantu dalam melakukan Latihan gerak sendi (ROM)
- Kekuatan otot Ektremitas atas kanan 1, kiri 3
- Kekuatan otot Ektremitas bawah kanan kiri 3-3
A:
- Masalah mobilitas klien masih belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
- Motivasi klien untuk latihan gerak sendi
- Ajarkan kembali gerakan ROM
BAB IV
PEMBAHASAN

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau


tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa, trauma yang
menyebabkan tulang patah, dapat berupa trauma langsung dan dapat
berupa trauma tidak langsung (Hoppenfield, 2011). Tanda dan gejala
adanya fraktur adalah nyeri, deformitas, dan krepitus (Smeltzer & Bare,
2002). ORIF (Open Reduksi Internal Fiksasi) merupakan suatu tindakan
pembedahan memanipulasi fregmen-fregmen tulang yang patah/fraktur
sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya. Internal fiksasi ini
melibatkan penggunaan plat, sekrup, paku maupun suatu Intramedulary
(IM) untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai
penyembuhan tulang yang solid terjadi. Tanda gejala yang muncul setelah
operasi ORIF adalah nyeri, deformitas, pemendekan tulang, krepitasi
hingga edema.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa keadaan umum klien baik,
kesadaran klien composmetis dengan GCS 15 (E4M6V5). Klien
mengeluhkan nyeri seperti “cenat-cenut” pada tangan kanan dengan skala
5 (rentang 0-10). Nyeri yang dialami klien terjadi terus menerus dan
bertambah bila klien beraktifitas. Nyeri klien merupakan nyeri Post
pemasangan ORIF. Hasil pengkajian yang didapat pada Tn.T adalah klien
tampak meringis menahakn kesakitan, melindungi area yang terasa nyeri.
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah nyeri akut berhubungan
dengan cedera fisik: post ORIF. Hasil pengkajian tanda-tanda vital klien
ditemukan TD: 120/80 mmHg, nadi 90 kali/menit, suhu 36.50C dengan
pernafasan 20 kali/menit. Klien diberikan intervensi terapi relaksasi nafas
dalam dan fingerhold untuk mengurangi nyeri. Relaksasi adalah suatu
tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari ketegangan dan stress
sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri (Andamoryo, 2013).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan tersebut selama 3 x 24 jam,
masalah nyeri akut teratasi dengan hasil klien menyatakan nyeri berkurang
dari skala 5 menjadi skala 2 (nyeri ringan) rentang 0-10. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurdia (2013) menunjukkan bahwa
teknik rileksasi nafas dalam dapat mengurangi intensitas nyeri pada pasien
post operasi fraktur. Penggunaan fingerhold dalam pengelolaan Tn. T
jugamemberikan efek pengurangan skala nyeri. Hal ini didukung oleh
penelitian Yuliastuti (2015) yang menyebutkan bahwa terdapat perununan
intensitas dan skala nyeri pada pasien post operasi setelah diberikan
perlakuan 20-30 menit.
Diagnosa keperawatan kedua adalah hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal. Batasan karakterikstik
yang muncul pada Tn.T adalah klien Post pemasangan ORIF H-0, luka
post op pada ekstremitas atas dextra dibalut dengan bandage. Semua
aktivitas klien dibantu oleh keluarga. Pengkajian kekuatan otot ekstremitas
atas dextra klien adalah 1. Nilai 1 pada kekuatan otot memiliki arti jika
ditekan masih terasa ada kontraksi atau keekenyalan yang
mengindikasikan bahwa otot tidak mengalami atrofi. Pengkajian kekuatan
otot pada ekstremitas atas sinistra dan ekstremitas bawah baik dekstra
ataupun sinitra memiliki nilai 3. Nilai 3 pada kekuatan otot memiliki arti
dapat menggerakkan otot dengan tahanan minimal misalnya dapat
menggerakkan tapak tangan dan jari.
Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah latihan gerak sendi (ROM).
ROM adalah latihan gerak sendi untuk meningkatkan aliran darah perifer
dan mencegah kekakuan otot/sendi. Latihan ROM adalah latihan yang
dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat
kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan
lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry,
2005). Latihan gerak sendi dapat segera dilakukan untuk meningkatkan
kekuatan otot dan ketahanan otot sehingga memperlancar aliran darah
serta suplai oksigen untuk jaringan sehingga akan mempercepat proses
penyambuhan (Noviestari, dkk, 2006). Pada Tn.T dilakukan latihan ROM
pasif pada ekstremitas atas dan bawah baik sinistra ataupun dextra. Latihan
ROM dilakukan dari ekstremitas yang tidak sakit keyang sakit.pada Tn.T
latihan ROM dimulai dari ekstremitas bawah kemudian diikuti oleh
ekstremitas atas. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24
jam, masalah hambatan mobilitas fisik pada Tn. F belum teratasi, tetapi
terjadi peningkatan kekuatan otot ekstremitas dari 3 menjadi 4 dan dari 1
menjadi 2. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anelia
(2013) yang menyatakan bahwa latihan kekuatan otot dapat meningkatkan
kemampuan mobilisasi klien fraktur post ORIF. Putri (2015) dalam
penelitiannya juga menyebtkan bahwa latihan ROM sangat bermanfaat
dalam mobilisasi pasien dengan Post ORIF yang diukur melalui rentang
gerak sendi.
Diagnosa keperawatan ketiga adalah risiko jatuh. Hasil pengkajian
menunjukkan bahwa Tn.T memiliki berat badan yang obesitas dengan
IMT 26.57, selain IMT, hasil pengkajian juga menunjukkan bahwa total
skor indikator jatuh Tn. T adalah 110 dengan kategori resiko tinggi jatuh.
Riwayat jatuh yang dialami klien selama 1 bulan terakhir juga mendukung
tegaknya diagnosa risiko jatuh. Intervensi keperawatan yang dilakukan
adalah pemberian informaasi pencegahan pasien jatuh yang dilakukan
mahasiswa kepada klien dan keluarga. Jatuh merupakan suatu kejadian
yang menyebabkan subyek yang sadar menjadi berada di permukaan lantai
tanpa disengaja. Pencegahan kejadian risiko jatuh menajdi hal yang sangat
penting bial menginat risiko yang diakibatkan kejadian pasien jatuh.
Pemasangan pengaman tempat tidur menjadi sangat penting digunakan
untuk mencegah terjadinya pasien jatuh terutama padapasien dengan
kelemahan, penurunan kesadaran dan gangguan mobilitas (Lumbantobing,
2014).
(bahasan diperdalam untuk mekanisme tertangani atau tidak diagnosa
keperawatan yang ada..tinjau scara konsep dan hasil2 riset terkait)
BAB V
KESIMPULAN & SARAN

A. KESIMPULAN
Fraktur humerus adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan atau tulang rawan pada tulang humerus yang disebabkan oleh trauma
secara langsung maupun tidak langsung, dan tidak menyebabkan robekan
kulit. Pada kasus Tn.T ini, klien mengalami riwayatjatuh dan close fraktur
pada ekstremitas atas dextra yang menyebabkan klien harus melakukan
operasi pemasangan ORIF. Setelah melakukan pengkajian fisik,
pemeriksaan laboratorium dan diagnostik maka penulis mengangkat
diagnosa keperawatan diantaranya: nyeri akut berhubungan dengan agens
cedera fisik (post ORIF), hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
gangguan muskuloskeletal serta risiko jatuh. Dalam pemerian tindakan
keperawatan klien post pemasangan ORIF diutamakan untuk managemen
nyeri, latihan kekuatan otot dan mobilisasi serta pencegahan terjadinya
jatuh berulang.

B. SARAN
1. Mahasiswa
Mahasiswa disarankan dapat memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif, tidak hanya masalah fisik namun masalah psikologi
pasien dengan post pemasangan ORIF.

2. Klien
Penderita gangren pedis dengan post pemasangan ORIF diharapkan
dapat menjaga pergerakan tangan kanan dengan baik agar tidak terjadi
kondisi fraktur terulang atau memburuk sehingga dapat menyebabkan
penderita harus di rawat di rumah sakit.

3. Rumah Sakit
Diharapkan rumah sakit dapat meningkatkan pelayanan,
memperhatikan kebutuhan penderita dalam segala aspek bio, sosio,
psiko, cultural, dan spiritual serta melakukan pemenuhan kebutuhan
dasar pada pasien post pemasangan ORIF.
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. 2012. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta: Ar-


Ruzz Media
Anelia, N. 2013. Efektifitas Latihan Kekuatan Otot Terhadap Kemampuan
Mobilisasi Klien Dengan Frkatur di Ruang Rawat Anggrerk Tengah Kanan
RSUP Persahabatan.
Apley, A. Graham. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, Widya
Medika, Jakarta.
Black, J.M, et al. 1993. Luckman and Sorensen’s Medikal Nursing : A Nursing
Process Approach, 4 th Edition, W.B. Saunder Company.
Brunner & Suddarth , 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah.
Terjemahan Suzanne C. Smeltzer. Edisi 8. Vol 8. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.
Corwin, Elizabeth J.2000.Buku Saku Patofisiologi.EGC: Jakarta.
De Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Editor : Sjamsuhidajat. Jakarta : EGC.
Hoppenfield, Stanley. 2011. Treatment and Rehabilitation of Fractures. Jakarta :
EGC.
Ignatavicius, Donna D. 1995. Medical Surgical Nursing : A Nursing Process
Approach, W.B. Saunder Company.
Kilateng, Erma,. Ake, Julianus.2015. Hubungn pengetahuan perawat tentang
Patient Safety terhadap penceghan risiko pasien jatuh di ruang interna
RSUD Maria Walanda Maramis Airmadidi. E-Journal Sariputra, Vol 2 (2)
Mansjoer, Arif, et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, Medika
Aesculapius FKUI, Jakarta.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik Edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC.
Price, Evelyn C. 1997. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Gramedia,
Jakarta.
Putri, Anggita., Sarifah, Siti. 2015. Effectiveness Exercise On The Range Of
Motion Of Upper Extremity Joints Movement On Patient Post Operative
Humerus Fracture. Jurnal Kebidanan Vol 07 (02): 131- 136
Reksoprodjo, S. 2010. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Bagian Ilmu Bedah.
Fakultas Kedokteran UI. Jakarta. Shazia. 2010. The Effectiveness of
Relaxation Therapy in Reduction on Anxiety Proquest Journal.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC.
Yuliastuti, Christina. 2015. Effect Of Handheld Finger Relaxation On Reduction
Of Pain Intensity In Patient With Post-Appendectomy At Inpatient Ward,
RSUD Sidoarjo. International Journal of Medicine and Pharmaceutical
Science. Vol 5 (3)

You might also like