Professional Documents
Culture Documents
54
Wowor, Umboh dan Rattu, Faktor-faktor yang Mempengaruhi
masyarakat, namun pada saat yang umum, namun pada pasien hipertensi
bersamaan, terjadi peningkatan penyakit sekitar 50% di antaranya telah mengalami
tidak menular, di antaranya penyakit LVH (Horrower, 1998).
jantung dan pembuluh darah. Menurut Hipertrofi Ventrikel Kiri sebagai faktor
RISKESDAS 2013, prevalensi penyakit resiko indipenden, juga berperan penting
jantung koroner (PJK) di Indonesia sebesar dalam terjadinya gagal jantung (Congestif
0,5 persen dan gagal jantung sebesar 0,3 Heart Failure, CHF). Prevalensi gagal
persen. Prevalensi PJK berdasarkan jantung berdasarkan yang terdiagnosis
terdiagnosis dokter, tertinggi di Sulawesi dokter atau gejala sebesar 0,3 persen,
Tengah (0,8%) diikuti Sulawesi Utara, dimana prevalensi gagal jantung
DKI Jakarta, Aceh masing-masing 0,7 berdasarkan terdiagnosis dokter tertinggi
persen (Depkes, 2013). DI Yogyakarta (0,25%), disusul Jawa
Pembesaran jantung kiri (left Timur (0,19%), dan Jawa Tengah (0,18%).
ventricular hypertrophy/LVH) merupakan Pasien CHF umumnya nanti terdiagnosis
salah satu prediktor kematian independen. pada umur 50-an dan biasanya telah
Sejak lebih dari 40 tahun lalu, disertai dengan manifestasi klinis yang
Framingham Heart Study telah agak berat (Depkes, 2013).
membuktikan bahwa LVH yang Pembesaran jantung kiri (LVH)
didiagnosis dengan EKG (Elektro sebenarnya merupakan keadaan yang
Kardiografi) berhubungan erat dengan dapat dicegah bila faktor risiko
resiko sudden cardiac death (SCD), PJK, dikendalikan. Beberapa faktor risiko yang
dan resiko cardiovascular disease (CVD) mendorong timbulnya LVH antara lain
lainnya. Penelitian dengan ekokardiografi obesitas, terutama obesitas sentral,
juga telah membuktikan hal tersebut keadaan inflamasi, hipertensi,
dimana untuk setiap peningkatan massa hiperurisemia, dan pola hidup seperti
ventrikel sebesar 50gr/m2, maka resiko merokok, kurangnya aktivitas fisik
relatif untuk terjadinya morbiditas dan (Hotamisligil, 1995).
mortalitas CVD sebesar 1.73 pada laki-
‐laki dan 2.12 pada perempuan (Koren, Prevalensi obesitas mengalami
1991). peningkatan pesat di seluruh dunia,
terutama pada anak-anak dan usia dewasa
Left ventricular hypertrophy (LVH) muda. Jumlahnya mengalami peningkatan
adalah suatu keadaan dimana otot di dua kali lipat dibandingkan dua-tiga
daerah ventrikel kiri jantung menebal dekade yang lalu dan telah menjadi
(hipertrofi). Di bidang sports medicine perhatian utama di bidang kesehatan
dikenal suatu keadaan yang disebut masyarakat (Anderson 2006; Sorof and
Athlete’s heart yang mengacu pada Daniels, 2002).
peningkatan ringan massa jantung, lebih
khusus pada perubahan khusus bentuk / Keadaan obesitas erat hubungannya
morfologis jantung yang menunjukkan dengan abnormalitas jantung seperti LVH
terjadinya penyesuaian yang fisiologis dan gagal jantung kongestif. Berdasarkan
akibat latihan fisik tertentu (Maron and beberapa hasil penelitian dilaporkan
Pelliccia, 2006). bahwa obesitas merupakan faktor resiko
terhadap LVH namun sebagian besar
Prevalensi LVH pada populasi di penelitian tersebut dilakukan pada orang-
Amerika Serikat antara 15-20 %, dimana orang dewasa (Alpert, 2001). Pada
lebih sering terdapat pada laki-laki, orang penelitian yang dilakukan di Bandung
lanjut usia, hipertensi dan obesitas. Di dengan subjek remaja obes berusia 12-15
Indonesia sendiri belum terdapat data tahun terdapat 6% yang mengalami LVH
mengenai jumlah LVH pada populasi (Shinta, 2011). Selain itu penelitian yang
55
JIKMU, Vol, 5. No, 1 Januari 2015
dilakukan oleh Lefrandt dkk di Manado persen perokok umur 10-14 tahun, 9,9
juga menemukan pada remaja pria dengan persen perokok pada kelompok tidak
obesitas sentral, kurang lebih 30% di bekerja, dan 32,3 persen pada kelompok
antaranya juga telah mengalami LVH kuintil indeks kepemilikan terendah.
(Lefrandt, 2012). Sedangkan rerata jumlah batang rokok
yang dihisap adalah sekitar 12,3 batang,
Berdasarkan laporan hasil Riset
bervariasi dari yang terendah 10 batang di
Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2013,
DI Yogyakarta dan tertinggi di Bangka
prevalensi obesitas sentral secara nasional
Belitung (18,3 batang). (Depkes, 2013)
mencapai 26,6%. Pada laporan ini
terdapat 18 provinsi yang memiliki Faktor protektif yang dapat mencegah
prevalensi obesitas sentral paling tinggi terjadinya LVH adalah aktivitas fisik
dan di atas prevalensi obesitas nasional, moderat. Aktivitas fisik moderat telah
dimana provinsi Sulawesi Utara diteliti ternyata dapat menurunkan massa
menempati peringkat kedua dengan 37,5% ventrikel kiri pada orang-orang yang telah
di bawah DKI dengan 39,7% (Depkes, mengalami LVH (Kokkinos, 2007);
2013). sebaliknya, kurangnya aktivitas fisik dapat
menyebabkan terjadinya LVH. Di dalam
Peningkatan tekanan darah juga telah
suatu penelitian didapati bahwa duduk
sejak lama dihubungkan dengan LVH.
terus-menerus selama lebih dari 2 jam
Pada analisa survei First National Health
dapat memicu terjadinya inflamasi pada
and Nutrition Examination diperoleh hasil
tubuh manusia. Inflamasi inilah yang akan
bahwa seorang dengan hipertensi beresiko
berperan dalam terjadinya LVH
1,4 kali mengalami LVH dibandingkan
(Hotamisligil, 1995). Menurut data
dengan normotensi. Hipertensi masuk
Riskesdas 2013, proporsi aktivitas fisik
pada daftar 10 penyakit menonjol
tergolong kurang aktif secara umum
berdasarkan surveilans terpadu penyakit
sebesar 26,1% sedangkan di Sulawesi
berbasis Puskesmas di Provinsi Sulawesi
Utara sebesar 31,7%. Penelitian di
Utara dengan jumlah kasus 20.202
Amerika Serikat tentang perilaku sedentari
penderita (Dinkes Sulut, 2012).
(kurang aktivitas fisik) yang menggunakan
Inflamasi juga dapat menyebabkan cut off points <3 jam, 3-5,9 jam, ≥6jam,
seorang perokok mengalami LVH. Saat menunjukkan bahwa pengurangan
ini semakin banyak remaja pria yang aktivitas sedentari sampai dengan <3 jam
merokok sejak SMA padahal di dalam per hari dapat meningkatkan umur harapan
rokok terkandung nikotin yang merupakan hidup sebesar 2 tahun (Katzmarzyk and
zat adiktif. Kandungan nikotin dalam Lee, 2012).
rokok ternyata berhubungan dengan LVH
Penelitian pendahuluan pada
pada penelitian menggunakan hewan
mahasiswa pria peserta KKM di Bagian
percobaan (Nilsen, 2002). Apabila
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
perilaku merokok dimulai sejak usia
Universitas Sam Ratulangi (FK UNSRAT)
remaja, merokok dapat berhubungan
didapati 10-15 % dengan obesitas sentral,
dengan tingkat arterosclerosis (Bustan,
dan lebih dari separuhnya (70%)
2007).
mengalami peningkatan tekanan darah.
Perilaku merokok penduduk Indonesia Sekitar 10% dari mahasiswa pria dengan
yang berumur 15 tahun ke atas cenderung obesitas sentral didiagnosis dengan
meningkat dari 34,2 persen tahun 2007 hipertrofi ventrikel kiri (Panda, 2013).
menjadi 36,3 persen tahun 2013. Pada Sampel pada penelitian pendahuluan ini
tahun 2013, 64,9 persen laki-laki dan 2,1 adalah mahasiswa pria dengan obesitas
persen perempuan masih menghisap sentral berusia 20-35 tahun dengan
rokok. Di samping itu, ditemukan pula 1,4 menggunakan pendekatan potong lintang,
56
Wowor, Umboh dan Rattu, Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Tabel 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hipertrofi Ventrikel Kiri (LVH) pada Mahasiswa
Pria Peserta KKM FK UNSRAT Manado
Kejadian LVH
Obesitas sentral Kasus % Kontrol % N % p OR 95% CI
Ya 36 45,00 18 22,5 54 67,5 0,000 11,00 3,292-
Tidak 4 5,00 22 27,5 26 32,5 36,751
Total 40 50 40 50 80 100
Hipertensi
Ya 21 26,3 5 6,3 26 32,5 0,000 7,737 2,515 -
Tidak 19 23,7 35 43,7 54 67,5 23,805
Total 40 50 35 50 80 100
Hiperurisemia
Ya 18 22,5 8 10,0 26 32,5 0,031 3,273 1,211 -
Tidak 22 27,5 32 40,0 54 67,5 8,844
Total 40 50 40 50 80 100
57
JIKMU, Vol, 5. No, 1 Januari 2015
Merokok
Ya 5 6,3 2 2,5 7 8,8 0,432 2,714 0,494 -
Tidak 35 43,7 38 47,5 73 91,2 14,901
Total 40 50 40 50 80 100
Kurang Aktivitas
Ya 38 47,5 30 37,5 68 85,0 0,025 6,333 1,289 -
Tidak 2 2,5 10 12,5 12 15,0 31,115
Total 40 50 40 50 80 100
58
Wowor, Umboh dan Rattu, Faktor-faktor yang Mempengaruhi
59
JIKMU, Vol, 5. No, 1 Januari 2015
Jika dilihat dari uji regresi logistik, (hipertrofi) sel-sel lemak yang ada. Sel-sel
variabel Obesitas Sentral memiliki nilai lemak tersebut akan mensekresi MCP-1
OR paling besar (8,848). Hal ini berarti yang kemudian menarik makrofag masuk
bahwa variabel yang dominan berpengaruh ke dalam jaringan lemak di perut.
terhadap LVH adalah Variabel Obesitas Terjadilah suasana inflamasi (peradangan)
Sentral. Jadi responden dengan Obesitas di jaringan lemak abdomen. Interaksi
Sentral akan mengalami LVH sebesar 8 antara makrofag dan sel-sel lemak ini akan
kali lebih tinggi dibandingkan responden mensekresi sitokin pro inflamasi TNF alfa
tanpa Obesitas Sentral setelah dikontrol dan Interleukin-6 dalam jumlah yang
oleh Hipertensi, Aktivitas Kurang dan banyak. Sitokin TNF alfa akan berikatan
Merokok. dengan reseptornya di otot jantung dan
menimbulkan serangkaian reaksi dengan
Obesitas sentral dapat secara langsung
hasil akhir hipertrofi ventrikel kiri.
mengakibatkan hipertrofi ventrikel kiri
tanpa melalui hipertensi atau diabetes Hasil Riset Kesehatan Dasar
melitus. Mekanismenya melalui (Riskesdas) 2013 menunjukkan bahwa
peningkatan sitokin pro inflamasi seperti prevalensi penduduk umur 15 tahun ke
TNF alfa, hsCRP, dan Interleukin-6. atas yang mengalami obesitas sentral
Peningkatan lingkar perut pada obesitas secara nasional adalah 26,6%. Prevalensi
sentral diakibatkan bertambahnya sel-sel obesitas sentral di Sulawesi Utara
lemak di daerah perut dan pembesaran menduduki peringkat kedua (37,5%), di
60
Wowor, Umboh dan Rattu, Faktor-faktor yang Mempengaruhi
61
JIKMU, Vol, 5. No, 1 Januari 2015
62