You are on page 1of 5

REVIEW JURNAL INTERNASIONAL

PENGENDALIAN PENYAKIT TUNGRO PADA PADI

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Terpadu

Dosen Pengampu:
Dr. Ir. NoorAidawati, M.Si.

Disusun oleh:
M. Laily Qadry Sukmana
1620523310009

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRONOMI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
DESEMBER 2017
PENDAHULUAN

Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pokok terpenting di
dunia. Tidak kurang dari sepertiga populasi dunia menjadikan nasi sebagai
makanan pokok. Negara-negara di Asia seperti China, Thailand, Indonesia, India,
Bangladesh dan Vietnam memproduksi lebih dari 90% kebutuhan beras dunia.
Factor utama yang menjadi ancaman dalam produksi beras secara berkelanjutan
karena adanya wabah penyakit, salah satunya adalah penyakit tungro (Dai dan
Beachy, 2009).
Penyakit tungro telah menjadi kendala yang serius yang menyebabkan
menurunnya produktivitas padi. Serangkaian wabah tercatat di beberapa negara
produsen beras yang menyebabkan kerusakan dan kerugian yang sangat besar.
Penyakit tungro pada padi disebabkan oleh dua virus yang berbeda: Rice tungro
bacilliform virus (RTBV) dan Rice tungro spherical virus (RTSV). Penyakit tungro
dapat disebabkan oleh satu atau gabungan infeksi dari RTBV ataupun RTSV yang
dapat mengakibatkan pengurangan hasil hingga 85%. Menariknya, pengurangan
hasil tersebut tidak terlihat saat terinfeksi RTSV saja (Dai dan Beachy, 2009).

PENULARAN

Penyakit tungro ditularkan oleh enam spesies wareng. Periode retensi virus
terhadap wareng hijau adalah 2-4 hari untuk RTSV dan 4-5 hari untuk RTBV.
Penularan RTBV tergantung dari keberadaan RTSV. Wareng hijau dapat terinfeksi
RTBV setelah sebelumnya terinfeksi RTSV (Hibino dan Cabauatan, 1987).

GEJALA DAN METODE DIAGNOSA

Umumnya penyakit tungro tidak mudah diidentifikasi di lapangan karena


mirip dengan gejala kerusakan yang disebabkan oleh factor biotik dan abiotik
lainnya, dan juga gejala yang berbeda ditunjukkan tergantung dari jenis cultivar
padi, keberadaan virus, fase pertumbuhan dan kondisi pertumbuhan dari tanaman
padi. Gejala umum yang ditunjukkan padi yang terinfeksi RTBV dan RTSV adalah
tanaman menjadi kerdil, jumlah anakan berkurang, daunnya berwarna kuning
hingga orange, malai yang mandul dan sering terlihat bitnik gelap yang tidak
beraturan pada daun. Daun muda yang terinfeksi kadang ditunjukkan adanya corak
belang-belang dan klorosis interveinal, sedangkan daun tua akan menunjukkan
bintik coklat dengan ukuran bervariasi (Azzam dan Chancellor, 2002).
Pengamatan gejala khas penyakit tungro pada padi merupakan metode praktis
yang umum dilakukan di lapangan. Namun, sering terjadi salah diagnosa dan
identifikasi terhadap penyakit ini sebagai kerusakan bukan disebabkan oleh
penyakit, karena gejala yang ditunjukkan mirip dengan gejala karena kelebihan air,
kekurangan nutrisi dan kerusakan karena serangga.
Pengamatan gejala di lapangan untuk mendeteksi virus ini tidak selalu dapat
diandalkan. Beberapa metode untuk deteksi RTBV dan/atau RTSV telah
dikembangkan, yang paling umum, spesifik dan bias diandalkan adalah dengan
metode deteksi serologi (Takahashi, et. al., 1991). Namun, belum terdapat metode
untuk mendeteksi antigen RTSV dan RTBV pada serangga vektor.
Periasamy, et. al. (2006) mendemonstrasikan pendeteksian kedua virus dalam
amplifikasi RT-PCR multiplex tunggal menggunakan untaian cDNA pertama
sebagai template. Baru-baru ini telah dikembangkan real time SYBR PCR berbasi
Green 1 untuk penentuan secara kuantitatif RTBV dan RTSV pada tanaman yang
terinfeksi (Sharma dan Dasgupta, 2012).

PENGENDALIAN

Salah satu perlindungan yang sinifikan terhadap penyakit tungro adalah


penggunaan insektisida, walaupun efisiensi insektisida terhadap tungro melalui
kontrol serangga vektor relatif rendah. Selain itu, penggunaan insektisida bersifat
tidak spesifik, membunuh organisme nontarget, dan menyebabkan pencemaran
lingkungan serta mengakibatkan munculnya serangga vektor yang tahan.
Disamping kekurangan tersebut, penggunaan insektisida dianggap perlu dilakukan,
terutama setelah terjadinya wabah di negara penghasil padi. Umumnya di negara-
negara tersebut dilakukan penyemprotan secara regular dengan rekomendasi dalam
jumlah besar, sampai enam kali aplikasi per tahun tanpa melihat seberapa besar
tingkat serangannya (Teng, 1994).
Penggunaan insektisida sistemik seperti Carbofuran dianggap paling efektif
dalam mengendalian penyakit tungro karena tahan lama dan memiliki aktivitas
yang cepat. Aplikasi insektisida ke akar tanaman dianggap paling efisien dan juga
laju degradasi menjadi lebih lambat. Penggunaan bioinsektisida seperti ekstrak
nimba dan srikaya dilaporkan mampu dengan baik mengendalikan penyakit tungro
jika diaplikasi langsung ke dalam tanah. Tetapi penggunaan bahan alam tidak
menjadi prioritas dalam pengendalian penyakit tungro karena biaya yang tidak
efektif dan efek pembasmian hama yang lambat (Satapathy dan Anjaneyulu, 1984).
Selain penggunaan insektisida untuk mengendalikan serangga vektor, strategi
pengendalian penyakit tungro adalah dengan menggunakan kultivar tahan.
Sebagian besar varietas tahan yang yang ada adalah varietas tahan hama wareng.
Varietas jenis ini tidak dapat bertahan pada kondisi tekanan penyakit yang tinggi
dan sering terjadi varietas tahan serangga vektor terserang penyakit tungro karena
kemampuan adaptasi serangga vektor. Oleh karena itu, banyak penelitian genetic
dilakukan yang difokuskan untuk memahami pewarisan sifat tahan terhadap virus
(Nemoto an Habibuddin, 1998).
Beberapa upaya telah menunjukkan resistesi terhadap RTBV, RTSV dan
serangga vektor menggunakan pendekatan transgenic. Ditemukan dua factor
transkripsi padi yaitu RF2a dan RF2b yang berperan dalam replikasi virus dan
gejala yang ditimbulkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa gen tersebut bisa
menjadi sumber gen baru untuk rekayasa [2]. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
untuk menjelaskan interaksi antara inang dan pathogen yang dapat digunakan untuk
rekayasa varietas tahan sehingga dunia tanpa penyakit tungro dapat terwujud (Dai,
et. al., 2008).

KESIMPULAN

Penyakit tungro pada padi berpotensi menyebabkan kerugian yang besar


dalam produksi beras dan kurangnya metode yang benar-benar efektif dalam
mengendalikan penyakit ini merupakan ancaman besar bagi keamanan pangan.
Perlu dilakukan penelitian multiisiplin yang dapat memberikan strategi baru untuk
manajemen penyakit ini. Pemahaman tentang identifikasi, tipe genom, penularan
dan pengendalian biologis virus ini perlu ditingkatkan agar didapatkan strategi
pengelolaan yang lebih baik agar kerusakan dapat menekan kerusakan ekonomi dari
produksi beras global.
DAFTAR PUSTAKA

Azzam, O. dan T.C. Chancellor, 2002. The biology, epidemiology and


management of rice tungro disease in Asia. Plant Dis., 86: 88-100.

Dai, S., X. Wei, A.A. Alfonso, L. Pei, U.G. Duque, Z. Zhang, G.M. Babb dan
R.N. Beachy, 2008. Transgenic rice plants that overexpress transcription
factors RF2a and RF2b are tolerant to rice tungro virus replication and
disease. Proc. Natl Acad. Sci. U.S.A., 105: 21012-21016.

Dai, S. dan R.N. Beachy, 2009. Genetic engineering of rice to resist rice tungro
disease. In Vitro Cellular Dev. Biol.-Plant, 45: 517-524.

Hibino, H. dan P.Q. Cabauatan, 1987. Infectivity neutralization of rice tungro


associated viruses acquired by vector leafhoppers. Phytopathology, 77:
473-476.

Nemoto, H. dan H. Habibuddin, 1998. Mechanism and inheritance of resistance


to rice tungro disease in rice varieties Basmati 370 and IR 50. Japanese
Journal of Tropical Agriculture, 42(2): 111-118.

Periasamy, M., F.R. Niazi dan V.G. Malathi, 2006. Multiplex RT-PCR, a novel
technique for the simultaneous detection of the DNA and RNA viruses
causing rice tungro disease. J. Virol. Methods, 134: 230-236.

Satapathy, M.K. dan A. Anjaneyulu, 1984. Use of cypermethrin, a synthetic


pyrethroid, in the control of rice tungro virus disease and its vector. Trop.
Pest Manag., 30: 170-178.

Sharma, S. dan I. Dasgupta, 2012. Development of SYBR Green I based real-


time PCR assays for quantitative detection of Rice tungro bacilliform virus
and Rice tungro spherical virus. J Virol Methods, 181: 86-92.

Takahashi, Y., T. Omura, K. Shohara dan T. Tsuchizaki, 1991. Comparison of


four serological methods for practical detection of ten viruses of rice in
plants and insects. Plant Dis., 75: 458-461.

Teng, P.S., 1994. Integrated pest management in rice. Exp. Agric., 30: 115-137.

You might also like