You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawat mempunyai kontak paling lama dalam menangani persoalan pasien dan peran
perawat dalam upaya penyembuhan pasien menjadi sangat penting. Seorang perawat
dituntut bisa mengetahui kondisi dan kebutuhan pasien. Termasuk salah satunya dalam
perawatan pasien saat pre operasi. Perawatan pre operasi yangefektif dapat mengurangi
resiko post operasi, salah satu prioritas keperawatan pada periode ini adalah mengurangi
kecemasan pasien (Smeltzer & Bare, 2002). Kecemasan dapat terjadi pada semua pasien
yang akan menjalani operasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2013) mengatakan
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara tingkat kecemasan sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan pada pasien pre operasi hernia skrotalis yaitu dengan p
value = 0,000 < α (0,05). Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh sebagian besar
responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan mengalami cemas sedang yaitu
sebanyak 11 orang (73,3%), sedangkan yang mengalami cemas ringan dan cemas berat
masing-masing yaitu sebanyak 2 orang (13,3%) dengan rata - rata 52,67. sebelum
diberikan pendidikan kesehatan mengalami cemas ringan yaitu sebanyak 8 orang
(53,3%), sedangkan yang mengalami cemas sedang sebanyak 5 orang (33,3%), dan yang
tidak mengalami cemas sebanyak 2 orang (13,3%). Rekomendasi yang dapat diberikan
adalah agar perawat dapat melaksanakan pendidikan kesehatan secara berkelanjutan pada
setiap pasien yang akan dilakukan tindakan operas.
Penelitian lain yaitu dilakukan oleh Rondonuwu (2014) mengatakan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan. Hasil penelitian
menunjukan didapatkan bahwa responden yang tidak memiliki kecemasan dengan
Berpengetahuan baik ada 2 orang (4,8%), responden yang memiliki kecemasan ringan
dengan pengetahuan baik ada 15 orang (35,7%), responden yang memiliki kecemasan
sedang dengan pengetahuan baik ada 10 orang (23,8%), maka dapat disimpulkan
pendidikan kesehatan dapat menurunkan tingkat kecemasan dan meningkatkan
pengetahuan pada pasien pre operasi katarak

1
Respon paling umum pada pasien pra-operasi salah satunya adalah respon psikologi
(kecemasan), secara mental penderita yang akan menghadapi pembedahan harus
dipersiapkan karena selalu ada rasa cemas dan takut terhadap penyuntikan, nyeri luka,
anesthesia, bahkan terdapat kemungkinan cacat atau mati. Terdapat berbagai alasan yang
dapat menyebabkan ketakutan atau kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan
antara lain adalah takut nyeri setelah pembedahan, takut terjadi perubahan fisik, dan takut
operasi akan gagal (Potter &Perry, 2005).
Sejalan dengan teori tentang tindakan pembedahan yang merupakan salah satu
ancaman potensial maupun aktual pada integeritas seseorang yang dapat membangkitkan
kecemasan ketika akan menghadapinya, sehingga perlu adanya persiapan secara psikologi
ketika akan menghadapi pembedahan. Mekanisme koping merupakan salah satu cara yang
dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan
dan respon terhadap situasi yang mengancam. Mekanisme koping ada dua macam yaitu
yang pertama mekanisme koping adaptif merupakan suatu usaha yang dilakukan individu
dalam menyelesaikan masalah akibat adanya stressor atau tekanan yang bersifat positif,
rasional dan konstruktif. Adapun yang kedua yaitu mekanisme koping maladaptif
merupakan suatu usaha yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah akibat
adanya stressor atau tekanan yang bersifat negatif, merugikan dan destruktif serta tidak
dapat menyelesaikan masalah secara tuntas.
Salah satu tindakan untuk mengurangi tingkat kecemasan adalah dengan cara
mempersiapkan mental dari pasien. Persiapan mental tersebut salah satunya dapat
dilakukan melalui pendidikan kesehatan (Health education). Pendidikan kesehatan pra
operasi dapat membantu pasien dan keluargamengidentifikasi kekhawatiran yang
dirasakan. Perawat kemudian dapat merencanakan intervensi keperawatan dan perawatan
suportif untuk mengurangitingkat kecemasan pasien dan membantu pasien untuk berhasil
menghadapi stress yang dihadapi selama periode perioperatif (Burke & Lemone, 2000).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar pasien mendapatkan pengetahuan tentang prosedur sebelum dilakukan operasi
2. Tujuan Khusus
a. Mengurangi tingkat kecemasan pada pasien

2
b. Meningkatkan tingkat pengetahuan pasien terhadap prosedur sebelum pembedahan
c. Agar pasien mendapatkan kondisi yang optimal
d. Pemeliharaan dan promosi kesehatan
C. Manfaat
1. Fungsi pernafasan, edukasi meningkatkan kemampuan pasien untuk nafas dalam dan
batuk secara efektif.
2. Menurunkan ansietas, rasa nyeri dan jumlah obat-obatan anti nyeri yang diperlukan
untuk kenyamanan
3. Kapasitas fungsi fisik
4. Meningkatkan kemandirian pasien
5. Keterlibatan keluarga dalam perencanaan

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Edukasi
Edukasi preoperasi merupakan standar perawatan perioperatif dan harus dilaksanakan
perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien. Edukasi yang biasa dilakukan perawat
meliputi edukasi informal maupun terstruktur. Edukasi terstruktur menurut kamus besar
bahasa indonesia adalah edukasi yang sudah dalam keadaan disusun atau diatur rapi
(Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008).
B. Standar Edukasi
Pada tatanan pelayanan keperawatan, edukasi merupakan bagian dari standar praktik
keperawatan profesional. Seluruh peraturan keperawatan di negara bagian Amerika serikat
mengakui bahwa edukasi merupakan cakupan praktek keperawatan (bastable, 2006). The
Join Commision (TJC 2006 dalam Potter & Perry, 2009) memberikan standar edukasi
bagi pasien dan keluarga. Standar ini mewajibkan perawat dan tim kesehatan untuk
menilai kebutuhan pembelajaran pasien dan menyediakan edukasi berbagai topik.
Pencpaian yang berhasil membutuhkan kolaborasi antar profesi kesehatan dan
meningkatkan pemulihan pasien. Usaha edukasi harus menyertai nilai psikososial,
spiritual, dan budaya yang dimiliki pasien (Potter & Perry, 2009).
C. Prinsip edukasi
1. Gaya belajar pasien, sebelum mengajar secara efektif perawat harus memahami dulu
cara belajar individu
2. Perhatian, meruapakan keadaan mental yang memungkinkan untuk fokus dan
memehami kegiatan belajar. Sebelum belajar harus mampu berkonsentrasi pada
informasi yang dipelajari. Kemampuan ini dipengaruhi oleh gangguan fisik,
kegelisahan, dan lingkungan
3. Motivasi, merupakan kekuatan yang beraksi pada atau didalam diri seseorang
4. Adaptasi psikososial tehadap penyakit
Kesiapan belajar biasanya berhubungan dengan tahap berduka, pasien tidak akan dapat
belajar apabila mereka tidak bersedia atau tidak mampu menerima tentang penyakit.
Pengajaran pada waktu yang tepat akan memfasilitasi penyesuaian terhadap penyakit.

4
5. Kemampuan belajar
Kemampuan belajar dipengaruhi oleh kemampuan perkembangan dan kemampuan
fisik. Kemampuan perkembangan pasien dipengaruhi oleh kemampuan kognitif
pasien. Sehingga pada tahap ini penting untuk mempertimbangkan kemampuan
intelektual pasien agar mendapatkan pembelajaran yang sukses.
6. Lingkungan
Lingkungan yang ideal akan membantu pasien fokus pada pemberian pembelajaran.

D. Pembedahan
Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara
invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh, dan pada umumnya dilakukan
dengan membuat sayatan, pada bagian tubuh yang akan ditangani, lalu dilakukan tindakan
perbaikan dan diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Pembedahan dilakukan
untuk mendiagnosa atau mengobati suatu penyakit, cedera atau cacat, serta mengobati
kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat-obatan sederhana.
Seperti yang dikatakan oleh Susetyowati dkk, (2010) bahwa pembedahan merupakan
tindakan pengobatan yang menggunakan teknik invasif dengan membuka atau
menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani melalui sayatan yang diakhiri dengan
penutupan dan penjahitan luka.
Keperawatan pre operasi dimulai ketika keputusan tindakan pembedahan di ambil, dan
berakhir ketika klien di pindahkan ke kamar operasi. Dalam fase pre operasi ini dilakukan
pengkajian pre operasi awal, merencanakan penyuluhan dengan metode yang sesuai
dengan kebutuhan pasien, melibatkan keluarga atau orang terdekat dalam wawancara,
memastikan kelengkapan pemeriksaan praoperasi, mengkaji kebutuhan pasien dalam
rangka perawatan post operasi.

E. Pengertian Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang
menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau
tidak adanya rasa mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang
tidak menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan
menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis (Kholil, 2010). Kecemasan
merupakan perasaan yang paling umum dialami oleh pasien yang dirawat di rumah sakit,
5
kecemasan yang sering terjadi adalah apabila pasien yang dirawat di rumah sakit harus
mengalami proses pembedahan. Pembahasan tentang reaksi–reaksi pasien terhadap
pembedahan sebagian besar berfokus pada persiapan pembedahan dan proses
penyembuhan. Kecemasan merupakan gejala klinis yang terlihat pada pasien dengan
penatalaksanaan medis. Bila kecemasan pada pasien preoperasi tidak diatasi maka dapat
mengganggu proses penyembuhan (Dewi wijayanti,2006). Sedangkan menurut Namora
(2009), menjelaskan bahwa kecemasan adalah tanggapan dari sebuah ancaman nyata
ataupun khayal. Individu mengalami kecemasan karena adanya ketidakpastian dimasa
mendatang. Kecemasan dialami ketika berfikir tentang sesuatu tidak menyenangkan yang
akan terjadi

6
BAB III
METODOLOGI

A. Waktu
Edukasi dilakukan saat dalam perawatan, yaitu di ruangan untuk persiapan operasi agar
kecemasan pasien berkurang dengan menggunakan video.
B. Sasaran
Pasien yang akan melakukan operasi
C. Tempat
Ruangan Dahlia 3
D. Setting
Pelaksaan dari edukasi pasien pre operasi dilakukan saat satu hari sebelum pasien akan
melakukan operasi
E. Instrumen
Leaflet dan vidio mengenai edukasi pre operasi
F. Prosedur
1. Persiapan
a. Perawat menyiapkan mental dan rasa percaya diri
b. Perawat telah memahami tentang penyakit dan persiapan operasi
c. Perawat telah mendapatkan data-data pasien
d. Memberi salam
e. Memperkenalkan diri perawat
f. Menanyakan nama pasien
g. Menyepakati pertemuan (kontrak)
h. Menghadapi kontrak
i. Memulai percakapan awal
j. Menyepakati masalah pasien
k. Mengakhiri perkenalan
2. Pelaksanaan
a. Menjelaskan persiapan administrasi

7
Keluarga pasien yang akan dilakukan prosedur operasi wajib bertanggung jawab
membaca dan menandatangani surat ijin operasi. Apakah keluarga pasien setuju,
menolak atau menunda dalam prosedur operasi.

b. Persiapan fisik pasien


1) Menjelaskan status kesehatan fisik secara umum, sebelum dilakukan
pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan secara umum,
meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat
kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain mengukur tanda-
tanda vital, status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan,
fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi.
2) Menjelaskan status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan,
lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan
globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di
koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk
perbaikan jaringan.
3) Menjelaskan pemasangan infus untuk keseimbangan cairan dan elektrolit.
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output
cairan.
4) Menjelaskan tentang pengosongan lambung dan colon
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan
yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan
tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan enema/lavement.
Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam.
5) Menjelaskan tentang pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi
pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur
dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat
proses penyembuhan dan perawatan luka.

8
6) Menjelaskan tentang personal hygiene
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh
yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi
pada daerah yang dioperasi.
7) Menjelaskan tentang pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan
kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga
diperlukan untuk mengobservasi balance cairan.
8) Menjelaskan tentang latihan pra operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat
penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi,
seperti: nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain: latihan nafas
dalam, batuk efektif dan latihan gerak sendi.
c. Menjelaskan persiapan psikis
Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan pasien dan keluarga, sehingga tidak jarang pasien menolak operasi yang
sebelumnya telah disetujui dan biasanya pasien pulang tanpa operasi dan beberapa
hari kemudian datang lagi ke rumah sakit setalah merasa sudah siap.
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses
persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat
berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Tindakan pembedahan merupakan
ancaman potensial maupun aktual pada integeritas seseorang yang dapat
membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis (Barbara C. Long)
Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan/ketakutan antara lain:
1) Pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum operasi
dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya akan meningkat
sehingga operasi bisa dibatalkan. Pasien wanita yang terlalu cemas
menghadapi operasi dapat mengalami menstruasi lebih cepat dari biasanya,
sehingga operasi terpaksa harus ditunda
2) Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi
pengalaman operasi sehingga akan memberikan respon yang berbeda pula,

9
akan tetapi sesungguhnya perasaan takut dan cemas selalu dialami setiap orang
dalam menghadapi pembedahan. Berbagai alasan yang dapat menyebabkan
ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan antara lain: takut
nyeri setelah pembedahan, takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa
dan tidak berfungsi normal (body image), takut keganasan (bila diagnosa yang
ditegakkan belum pasti), takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan
pembedahan dan petugas. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi, takut operasi
gagal.
Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi
dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti: meningkatnya frekuensi
nadi dan pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak
tangan yang lembab, gelisah, menayakan pertanyaan yang sama berulang kali,
sulit tidur, sering berkemih. Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang
biasa digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu perawat
perlu mengkaji hal-hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien dalam
menghadapi masalah ketakutan dan kecemasan ini, seperti adanya orang
terdekat, tingkat perkembangan pasien, faktor pendukung/support system.
3. Evaluasi
Pelaksanaan edukasi persiapan operasi kista dilakukan minimal satu hari sebelum
pembedahan selama 30 menit, kemudian evaluasi perasaan pasien setelah diberikan
penjelasan tentang persiapan operasi, dan mengevaluasi kesiapan pasien.

10
BAB IV

LAPORAN KEGIATAN

A. Pelaksanaan Kegiatan

1. Persiapan

a. Perawat menyiapkan mental dan rasa percaya diri


b. Perawat telah memahami tentang penyakit dan persiapan operasi
c. Perawat telah mendapatkan data-data pasien
d. Memberi salam
e. Memperkenalkan diri perawat
f. Menanyakan nama pasien
g. Menyepakati pertemuan (kontrak)
h. Menghadapi kontrak
i. Memulai percakapan awal
j. Menyepakati masalah pasien
k. Mengakhiri perkenalan
2. Pelaksanaan

a. Menjelaskan persiapan administrasi kepada pasien ataupun keluarga, pasien setuju


dengan tindakan operasi dan menandatanganinya.
b. Mempersiapkan fisik pasien/hal yang harus dilakukan sebelum operasi yaitu
mengukur tekanan darah pasien, melakukan puasa agar lambung dalam keadaan
kosong dan menjelaskan maksud dari hal tersebut, menjelaskan kepada pasien
bahwa sebelum operasi akan di bius serta memperlihatkan contoh ruangan operasi
dengan alat bantu vidio ataupun leaflet saat menjelaskan kepada pasien ( Ny
Sarifah, Ny.Sri Martini, Ny.Rita, Tn.Krisnanto )
c. Mengajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi tingkat kecemasan pada pasien
pre operasi ataupun teknik relaksasi digunakan saat pasien mengalami nyeri post
operasi.

11
3. Evaluasi Kegiatan

Pasien kooperatif saat dilakukan pemberian penkes mengenai edukasi pre operasi,
diamana pasien merasa mempunyai gambaran hal yang dilakukan sebelum operasi dan
kecemasan pasien berkurang saat diberikan penjelasan.

Pasien pre operasi banyak yang tidak mengerti manfaat dan tujuan dari mengapa saat
operasi harus puasa, dan juga tidak tau cara mengurangi tingkat kecemasannya saat
mau menghadapi operasi.

12
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pasien yang akan dilakukan operasi masih banyak yang tidak mengetahui hal yang harus
dilakukan dan banyak yang mengalami kecemasan karena akan dilakukannya
pembedahan. Namun setelah dilakukannya penkes mengenai edukasi pre operasi pasien
lebih terlihat lebih nyaman dan juga tingkat kecemasannya berkurang.pengakian
dilakukan dengan 4 pasien dengan 1 pasien dengan kecemasan berat setelah diberikan
pendidikan kesehatan mengenai pre operasi kecemasanya berkurang menjadi kecemasan
ringan sedangkan pada 3 pasien yang memiliki kecemasan sedang, setelah diberikan
pendidikan kesehatan maka kecemasanya berkurang menjadi tidak cemas.dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan tentang pre operasi memang
sangat dibutuhkan guna untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien pre operasi. Hal
tersebut juga didukung dengan hasil bahwa semua pasien yang diberikan pendidikan
kesehatan pre operasi di ruang dahlia 3 kecemasanya menurun.

B. Saran

Meningkatkan Edukasi Pre Operasi kepada setiap pasien yang akan melakukan Operasi.

13
14

You might also like