Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
ATMASARI PRATIWI
G0006182
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PENGESAHAN SKRIPSI
Pembimbing Utama
Nama : E. Listyaningsih S, dr., M.Kes
NIP : 196408101998022001 ....................................
Pembimbing Pendamping
Nama : H. Zainal Abidin, dr., M.Kes
NIP : 194602021976101001 ....................................
Penguji Utama
Nama : Isdaryanto, dr., MARS
NIP : 195003121976101001 ………………………
Anggota Penguji
Nama : Bagus Wicaksono, drs., M.Si
NIP : 196209011989031003 ....................................
Surakarta, .................................
Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS
ii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
Atmasari Pratiwi
NIM.G0006182
iii
ABSTRAK
iv
ABSTRACT
Methods : The research is the laboratory experimental research design with the post
test only design controled group. The samples used were 27 male mice, Swiss
Webster, selected by random sampling, divided into three groups: control group (K)
were given a standard diet, PI group was given standard diet and papaya seed
extract doses 10mg/ekor/hari, PII groups were given standard diet and papaya seed
extract 30mg/ekor/hari dose. Treatment was given for 10 days, on day 11 right and
left testis was taken for the preparations made by HE staining. The data obtained
were analyzed using anova test.
Conclusion : This review has shown that that intragastric administration of extraxt
of papaya`s seed with dosage 30mg/tail/day showed a potential activity to decrease
the number of spermatid cells of mice`s testicle.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya,
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji
Pepaya (Carica papaya) Peroral terhadap Jumlah Sel Spermatid Testis Mencit (Mus
musculus)”yang merupakan salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas atas dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak.
Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. A. A. Subiyanto, dr., MS. Selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Sri Wahjono, dr., MKes. Selaku Ketua Tim Skripsi beserta seluruh staf skripsi yang telah
memberikan pengarahan dan bantuan.
3. Endang Listyaningsih S, dr., M.Kes, selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan
bimbingan, nasehat, pengarahan, dan motivasi bagi peneliti.
4. H. Zainal Abidin, dr., M.Kes, selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan
bimbingan, nasehat, pengarahan, dan motivasi bagi peneliti.
5. Isdaryanto, dr., MARS, selaku Penguji Utama yang telah menguji skripsi ini.
6. Bagus Wicaksono, drs., M.Si, selaku Anggota Penguji yang telah menguji skripsi ini.
7. Bagian skripsi Fakultas Kedokteran UNS, yang telah berkenan memberikan bimbingan
dalam penyusunan skripsi ini..
8. Segenap Staf Laboratorium Histologi Kedokteran UNS, Surakarta yang telah membantu
dalam penelitian skripsi ini.
9. Orangtuaku tercinta beserta kakakku tersayang atas doa dan dukungannya.
10. Teman saya Mas Gigih, Marisa, Sita, Indah, Qara, Handayu, Alfonsus, dan teman-teman
yang lain.
Akhirnya, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dan
bermanfaat untuk semua pihak, bagi ilmu kedokteran pada umumnya dan bagi pembaca pada
khususnya.
Atmasari Pratiwi
vi
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
C. Hipotesis ........................................................................................... 20
vii
F. Identifikasi Variabel ......................................................................... 23
A. Simpulan .......................................................................................... 35
B. Saran ................................................................................................. 35
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Grafik jumlah rata-rata sel spermatid testis kiri dan testis kanan
dari masing-masing kelompok
ix
DAFTAR TABEL
x
11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 4. Hasil analisis data SPSS 15.0 for windows one way Anova dan
LSD
Lampiran 7. Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian secara Oral (Ngatidjan,
1991)
11
12
BAB I
PENDAHULUAN
setelah RRC, INDIA, dan Amerika Serikat, yaitu sekitar 200 juta jiwa pada tahun
2000. Untuk menekan dan mengendalikan jumlah penduduk, maka pemerintah telah
menggalakkan program Keluarga Berencana (KB) bagi pasangan usia subur. Untuk
menyukseskan program tersebut diperlukan peran aktif pasangan suami istri tersebut.
Pada saat ini, individu yang ikut serta dalam melaksanakan program KB mayoritas
terbatasnya, pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum memberikan hasil yang
memuaskan (Yurnardi dan Puji, 2001). Kontrasepsi pria yang dipakai sampai saat ini,
berbagai kelemahan karena efek sampingnya dan belum seratus persen dapat
mencegah kehamilan. Sampai saat ini masih terus dilakukan upaya untuk mencari
metode kontrasepsi pria yang efektif, aman dan reversibel (Siri dan Sulaiman, 2002).
kontrasepsi pria yang berasal dari tanaman perlu dikembangkan, sehingga peran aktif
pria dalam KB seimbang dengan wanita (Sudarsono, 2003). Penggunaan jamu atau
tumbuhan obat sebagai kontrasepsi (KB) telah lama dikenal masyarakat terutama di
12
13
Indonesia kaya akan sumber tanaman obat. Hal ini menyebabkan Indonesia
berpotensi sebagai penyediaan sumber bahan obat kontrasepsi yang berasal dari
mengandung katekolamin yang bermanfaat sebagai bahan baku kontrasepsi. Selain itu
biji pepaya juga mengandung enzim proteolitik yang dapat menurunkan viskositas
masih sangat sedikit. Hal inilah yang menarik peneliti untuk mengetahui lebih jauh
lagi tentang efek ekstrak biji pepaya terhadap tubuh, terutama pengaruhnya terhadap
testis. Peneliti ingin mengetahui sejauh mana ekstrak biji pepaya dapat
C. Perumusan Masalah.
D. Tujuan Penelitian.
13
14
E. Manfaat Penelitian.
1. Manfaat teoritits
14
4
BAB II
LANDASAN TEORI
B. Tinjauan Pustaka
1. Testis
Testis merupakan kelenjar ganda, karena secara fungsional bersifat
eksokrin dan juga endokrin. Bagian eksokrin terutama menghasilkan sel kelamin
(sel benih), sehingga testis dianggap sebagai kelenjar sitogenik. Bagian endokrin
menghasilkan sekret internal yang dilepaskan oleh sel-sel khusus (Leeson et al.,
1996). Testis bagian dalam terbagi atas lobulus yang terdiri dari tubulus
seminiferus, sel-sel Sertoli dan sel-sel Leydig (Price dan Wilson, 1995).
Testis dikelilingi oleh simpai tebal jaringan ikat kolagen, yaitu tunika
mediastinum testis, dari situ terjulur septa fibrosa kedalam kelenjar, membaginya
menjadi lebih kurang 250 kompartemen piramidal yang disebut lobulus testis.
Setiap lobulus dihuni oleh 1-4 tubulus seminiferus, terpendam dalam dasar
jaringan ikat longgar yang banyak pembuluh darah dan limfe, saraf, dan sel
4
5
a. Tubulus Seminiferus
lebih 0,2 mm dan panjang 30 sampai 70 cm. Tubulus berakhir sebagi ujung
sebelahnya. Pada puncak lobulus, tiap tubulus tidak berkelok-kelok lagi dan
menjadi lurus dan disebut sebagai tubulus rectus. Tubulus seminiferus dibatasi
oleh suatu epitel germinal kompleks atau epitel seminiferus, yang merupakan
modifikasi epitel berlapis kuboid. Epitel seminiferus terdiri atas 2 kategori sel
yang berbeda, yaitu sel untuk penyokong dan nutrisi serta sel spermatogenik
atau sel benih. Sel-sel spermatogenik membentuk bagian terbesar dari lapisan
b. Epitel Seminiferus
dihubungkan oleh kompleks tautan yang mencolok. Ruang antara batas lateral
5
6
relatif sedikit dan tersusun sepanjang tubulus pada jarak-jarak yang diatur,
tiang, dengan dasarnya terletak diatas lamina basal tubulus. Bentuk sel tak
sitoplasmanya. Inti sel letaknya pada jarak tertentu diatas dasar sel, pucat,
Anak inti sel ini jelas, sehingga mudah membedakannya dari unsur-unsur
terdiri atas bagian sentral yang asidofil dan bagian tepi yang lebih sedikit
dan transpor sperma; dan (e) penghasil Androgen Binding Protein (ABP)
6
7
2) Sel Spermatogenik
lumen. Proliferasi mendorong sel-sel ke arah lumen, dan yang paling dekat
epitel dan terletak bebas dalam lumen. Urutan kejadian disebut sebagai
3) Spermatogenesis
diploid dalam inti selnya (44 autosom dan 2 kromosom seks, X Y).
7
8
spermatogonia:
Y), masuk kedalam setiap sel anak atau spermatosit sekunder. Spermatosit
8
9
4) Spermiogenesis
kecil (garis tengah 7-8 µm), inti dengan daerah-daerah kromatin padat,
9
10
Bagan Spermatogenesis
Spermatogonium
c. Jaringan Interstisial
pembuluh darah dan limfe, saraf, dan beberapa sel mesenkin yang belum
10
11
limfosit, sel mast dan sel interstisial Leydig (Johnson, 1994). Sel-sel
Inti selnya mengandung butir-butir kromatin kasar dan anak inti yang jelas
d. Fungsi testis
perkembangan dan fungsi seksual. Semua fungsi dari sistem reproduksi pria
diatur melalui interaksi hormonal yang kompleks (Price dan Wilson, 1995).
sintesis suatu reseptor, protein pengikat androgen, yang akan berikatan dengan
juga mensintesis hormon testis yang lain yaitu inhibin, yang masuk kedalam
11
12
aliran darah serta akan menghambat sekresi FSH oleh hipofisis anterior. Pada
oleh sel intestisial. Produksi testosteron oleh testis tergantung pada rangsangan
et al., 1996).
e. Interaksi Hormonal
Bagian utama dari pengaturan fungsi seksual baik pada pria maupun
12
13
oleh testis. Testosteron mungkin juga mempunyai efek umpan balik negatif
umpan balik negatif ini pada hipofisis anterior diyakini adalah satu jenis
hormon lain yang disekresi oleh sel-sel Sertoli, yaitu inhibin. Hormon ini
mempunyai efek langsung yang kuat terhadap kelenjar hipofisis anterior dalam
menghambat sekresi FSH dan mungkin satu efek yang ringan terhadap
13
14
dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar Mexsiko dan
Coasta Rica. Tanaman pepaya banyak ditanam orang, baik di daerah tropis
Ordo : Caricales
Famili : Caricaceae
buah-buahan semusim, namun dapat tumbuh setahun atau lebih. Sistem perakaran
memiliki akar tunggang dan akar-akar cabang yang tumbuh mendatar ke semua
arah pada kedalamn 1 meter atau lebih dan menyebar sekitar 60-150 cm atau lebih
merupakan tempat melekatnya tangkai daun yang panjang, berbentuk bulat dan
14
15
permukaan atas hijau tua, sedangkan warna bagian bawah hijau muda (Rahmat,
2003).
postganglion dari sistem saraf simpatis. Katekolamin dapat larut dalam air dan
dapat terikat protein plasma 50% sehingga mereka dapat bersirkulasi dalam darah.
Katekolamin yang paling banyak ditemukan dalam tubuh ialah epinefrin (biasa
kerja lambung dan usus halus, konstriksi pembuluh darah di banyak wilayah
tubuh, inhibisi kelenjar air mata, pembesaran pupil mata, relaksasi kandung
katekolamin diperantai oleh 4 reseptor protein permukaan sel: reseptor α-1, α-2,
β-1, dan β-2 adrenergik. Epinefrin memiliki afinitas tinggi terhadap reseptor α dan
15
16
mempunyai lebih dari satu tipe reseptor sel sasaran tertentu terhadap katekolamin
ditentukan oleh jumlah dan tipe reseptor yang ada (Dianes, 1989).
Peningkatan glikogenolisis Kontraksi otot polos Stimulasi lipolisis Peningkatan glukoneogenesis hepatik
Relaksasi otot polos traktus genitourinarius Kontraksi miokardium Peningkatan glikogenolisis hepatik
pembuluh darah Kontraksi otot polos peningkatan laju Peningkatan glikogenolisis otot
Lipolisis renin
traktus genitourinarius
traktus gastrointestinal
16
17
yang bisa datang dari reaksi psikologis dalam diri sendiri atau tekanan dari
lingkungan luar seperti bising, suasana yang tak nyaman, kondisi yang sulit, dan
lain sebagainya. Kadar katekolamin yang sangat tinggi (dikenal juga sebagai
toksisitas katekolamin) dapat terjadi akibat dari stimulasi atau kerusakan sel-sel
gonadotropin ini diatur oleh releasing hormon dari hipotalamus. ICSH mengatur
1981).
FSH bekerja pada sel-sel sertoli untuk membentuk Androgen Binding Protein
(ABP) dan bekerja sama dengan androgen untuk mempertahankan fungsi tubuli
dipengaruhi pula oleh estrogen yang dibentuk testis dalam jumlah kecil.
17
18
Pemberian esterogen yang tinggi dapat memberikan umpan balik negatif terhadap
aktifasi protein kinase (protein kinase C), dan protein phosphorilase. Aktifasi
protein kinase dapat menstimulasi sekresi testosteron pada sel leydig. Pengikatan
katekolamin pada β-1 adrenergik akan memacu sel leydig untuk menyekresi
hormon testosteron dan pengikatan pada β-2 adrenergik juga dapat memacu sel
katekolamin pada β-1 adrenergik lebih kuat dibanding ikatannya pada β-2
adrenergik. Jadi testosteron akan disekresikan dalam jumlah yang banyak (Artur,
hipofisis yaitu tidak melepaskan FSH atau LH, sehingga akan menghambat
(Hanafiah, 1981).
18
19
C. Kerangka Pemikiran
3
Ekstrak biji
pepaya
Katekolamin
Hipofisis
anterior
α-adrenergik
LH FSH
β-adrenergik
Inhibin
β-2
Testoste
ron
Spermatogenesis Degenerasi
epitel
seminiferus
Keterangan:
: menyebabkan/mengandung
: menghambat
19
20
D. Hipotesis
20
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Lokasi Penelitian
C. Subjek Penelitian
Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit (Mus musculus)
jantan galur Swiss webster sebanyak 27 ekor berumur 6-8 minggu dengan berat badan
+ 20 g yang didapatkan dari Universitas Setia Budi. Sampel dibagi dalam tiga
kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari sembilan ekor mencit. Jumlah ini
kelompok mencit yang diberi ekstrak biji pepaya dengan dosis 10 mg/ekor.
Kelompok III adalah kelompok mencit yang diberi ekstrak biji pepaya dengan dosis
30 mg/ekor.
21
22
D. Teknik Sampling
E. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah post test only control group design.
(Taufiqqurohman, 2004).
K HK
Sampel
mencit Bandingkan dengan
P1 HP1 uji statistik
27 ekor
P2 HP2
Keterangan :
22
23
3. Variabel luar
a. Variabel luar yang dapat dikendalikan : variasi genetik, umur, suhu udara, berat
Dibuat 2 macam dosis yaitu 10 mg/ekor dan 30 mg/ekor. Pemberian ekstrak biji
pepaya dilakukan secara per oral satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut.
23
24
cara memilih tubulus seminiferus yang bulat dan dihitung jumlah sel spermatid
yang ada didalamnya. Skala pengukuran variabel terikat adalah skala rasio.
3. Variabel luar.
2). Umur.
24
25
mencit.
1. Instrumen.
a. Kandang mencit.
b. Timbangan hewan.
c. Timbangan neraca
d. Alat bedah hewan percobaan (scalpel, pinset, gunting, jarum, meja lilin).
e. Sonde lambung.
2. Bahan.
25
26
c. Aquades.
I. Cara Kerja
tersendiri dan dijaga agar sesedikit mungkin mendapat gangguan. Semua perlakuan
kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas 9 ekor. Dosis pemberian ekstrak biji
kelompok perlakuan 1 yang diberi ekstrak biji pepaya 10 mg dan makanan pelet
10 hari yaitu sesuai dengan lama satu siklus spermatogenesis mencit (Nalbandov,
diambil sebelah kanan dan kiri dan dimasukkan ke dalam fiksatif (larutan bouin).
Kemudian spesimen ini diproses untuk dibuat sediaan histologik dengan metode
26
27
Data dikumpulkan dari hasil pengamatan setiap hewan coba sesuai dengan
yang bulat yang berasal dari testis kanan dan testis kiri. Setiap sediaan dilakukan
dengan perbesaran 100x dilanjutkan dengan perbesaran 400x. Dihitung jumlah sel
spermatid pada setiap lapangan bidang pandang dari irisan preparat untuk masing-
masing testis kiri dan kanan. Perubahan jumlah sel spermatid diuji dengan rumus
statistic Anova searah (Schefler, 1999) untuk mengetahui adanya perbedaan rata-rata
jumlah sel spermatid antara kelompok kontrol negatif (Kn), kelompok perlakuan I
(KpI), dan kelompok perlakuan II (KpII) jika terdapat perbedaan maka dilanjutkan
dengan uji LSD (Least Significant Difference) dengan derajat kemaknaan α=0,05
untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata jumlah sel spermatid diantara
dua kelompok.
27
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Data hasil penelitian berupa data rasio yaitu jumlah sel spermatid yang dihitung
dari tiap preparat hewan coba. Setiap preparat hewan coba dipilih 1 irisan yang paling
baik dan dihitung 1 tubulus yang paling bulat, lalu di hitung jumlah sel spermatidnya
untuk masing-masing kelompok perlakuan. Kemudian dicari hasil rata-rata untuk tiap
preparat hewan coba. Hasil perhitungan rata-rata jumlah sel spermatid dari masing-
Tabel 2. Rata-rata jumlah sel spermatid testis kiri dan kanan dari masing-masing
kelompok
K 9 291,889
PI 9 260,444
PII 9 236,556
28
29
400
rata sel spermatid
300
200
100
0
K PI PII
kelompok perlakuan
Gambar 1. Grafik jumlah rata-rata sel spermatid testis kiri dan testis kanan dari
masing-masing kelompok
B. Analisis Data
1. Uji Anova
Data dari tabel 1 dilakukan uji statistik Anova searah untuk mengetahui
perbedaan rata-rata jumlah sel spermatid antara ketiga kelompok perlakuan yaitu :
K, PI, dan PII. Hasil uji Anova searah dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3. Hasil uji Anova searah antara ketiga kelompok untuk rata-rata jumlah
sel spermatid
Df Fo Nilai p
Antar kelompok 2 4,332 0,025
Dalam kelompok 24
Total 26
Sumber : out put data SPSS
29
30
Hasil analisis uji Anova rata-rata jumlah sel spermatid pada semua
dengan uji LSD (Least Significant Difference) dengan derajat kemaknaan α=0,05
untuk mengetahui letak perbedaan rata-rata jumlah sel spermatid antara dua
kelompok.
didapatkan :
Tabel 4. Hasil uji LSD (Least Significant Difference) antara dua kelompok untuk
rata-rata jumlah sel spermatid
NO Kelompok Perbedaan P Confidence
rata-rata Interval 95%
1 K dan PI 31,444 0,108 -7,47 - 70,36
2 K dan PII 55,333 0,007 16,42 - 94,25
3 PI dan PII 23,889 0,217 -15,03 - 62,81
Sumber : out put data SPSS
dengan derajat kemaknaan α=0,05 diperoleh nilai p > 0,05 pada kelompok K-PI
dengan nilai perbedaan=31,444 pada confidence interval 95%= -7,47 s/d 70,36
95%= -15,03 s/d 62,81 dengan demikian Ho diterima (tidak ada perbedaan yang
30
31
pada confidance interval 95%= 16,42 s/d 94,25 dengan demikian Ho ditolak (ada
perbedaan yang bermakna rata-rata jumlah sel spermatid antara 2 kelompok yang
dibandingkan).
31
32
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian dengan membarikan ekstrak biji pepaya selama 10 hari diperoleh hasil
jumlah rata-rata sel spermatid testis kanan dan testis kiri untuk kelompok kontrol (K)
291,889, untuk kelompok perlakuan I (PI) 260,444, dan untuk kelompok perlakuan II
(PII) 236,556. jumlah sel spermatid mengalami penurunan yang bermakna. Besar
penurunan jumlah sel spermatid semakin besar dengan peningkatan dosis yang diberikan.
Dari data diaas dapat disimpulkan pemberian ekstrak biji pepaya dosis 10mg/ekor/hari
dan 30 mg/ekor/hari dapat menyebabkan perubahan jumlah rata-rata sel spermatid yang
cenderung semakin menurun, semakin besar dosis yang diperlukan semakin besar pula
penurunan jumlah sel spermatid. Penurunan jumlah sel spermatid ini menunjukkan
kontrol. Penurunan rata-rata jumlah sel spermatid pada kelompok perlakuan II sebesar
kontrol.
Uji Anova searah pada penelitian ini diperoleh nilai nilai p=0,000 (p<0,05) yang
menunjukkan adanya perbedaan rata-rata jumlah sel spermatid yang bermakna diantara
ketiga kelompok perlakuan. Post Hoc Test dilakukan untuk mencari letak perbedaan
32
33
perlakuan I diperoleh nilai p=0,108 (p>0,05) yang berarti tidak ada perbedaan yang
nilai p=0,007 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan yang bermakna diantara keduanya.
yang berarti tidak ada perbedaan bermakna diantara kedua kelompok. Dari data diatas
menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan II terjadi penurunan rata-rata jumlah sel
spermatid jika dibanding dengan kelompok kontrol. Penurunan rata-rata ini diduga
dalam ekstrak biji pepaya diduga bekerja menghambat laju metabolisme sel
menyebabkan penurunan rata-rata jumlah sel spermatid yang bermakna dibanding dengan
kelompok kontrol. Tingkat penurunan rata-rata jumlah sel spermatid sebanding dengan
peningkatan dosis pemberian ekstrak biji pepaya. Hal ini sesuai teori pada penelitian
sebelumnya bahwa tikus putih yang mengkonsumsi ekstrak biji pepaya menunjukkan
jumlah sel spermatid pada kelompok perlakuan karena adanya mekanisme umpan balik
yang berlebihan ke hipofisis sehingga hipofisis tidak melepaskan FSH dan LH, sehingga
33
34
pemberian ekstrak biji pepaya selama 40 hari pada dosis 30 mg/ekor/hari dapat
menyebabkan penurunan fertilitas tikus jantan yang dilakukan oleh Sudarsono. Hal ini
dibuktikan dengan adanya penipisan epitel germinal dan peregangan jarak epitel tubuli
seminiferi. Epitel germinal terdiri atas 2 macam sel, yaitu sel spermatogenik yang
menghasilkan sperma dan sel penyokong (sel sartoli) yang memberi makan sperma yang
sebelumnya pada lama perlakuan dan objek yang diamati, yaitu: lama perlakuan terhadap
mencit pada penelitian ini dilakukan selama 10 hari, mengikuti siklus spermatogenesis,
34
35
BAB VI
A. Simpulan
Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian yang telah dilakukan uji
1. Pemberian ekstrak biji pepaya peroral dapat mempengaruhi jumlah sel spermatid
yang ditandai dengan adanya perbedaan rata-rata jumlah sel spermatid untuk
masing-masing kelompok.
sebanding dengan besarnya dosis ekstrak biji pepaya yang diberikan, yaitu
semakin besar dosis ekstrak biji pepaya yang diberikan, maka jumlah sel
3. Penurunan jumlah rata-rata sel spermatid testis mencit yang paling besar terjadi
B. Saran
2. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis yang berbeda untuk
mengetahui dosis efektif terhadap penurunan jumlah sel spermatid testis mencit.
35
36
36
37
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, dan Newman, W.A., 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta:
EGC.
Ganong, W.F., 1992. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. pp: 405-414.
Guyton, A.C., dan Hall, J.E., 1997. Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. pp :
1265-1281.
Johnson, K.E., 1994. Seri Kapita Selekta Histologi dan Biologi Sel. Jakarta : Bina
Rupa Aksara.
Junqueira,C., et al, 1997. Histologi Dasar. Edisi ke-8. Jakarta : EGC. pp : 419-432.
Leeson, C.R., et al, 1996. Buku Ajar Histologi. Jakarta : EGC. pp : 511-538.
37
38
Murthi, B., 1994. Penerapan Metode Statistik Non Parametrik Dalam Ilmu-Ilmu
Kesehatan. Jakarta : PT Gamedia Pustaka Utama.
Price, S.A., dan Wilson, L.M., 1995. Patofisiologi. Edisi 4. Jakarta : EGC. pp: 1146-
1160.
Raji, Y. dan Morakinyo, A.O., 2005. Impact of the Chloroform Extract of Carica
papaya Seeds on Oestrous Oycle and Fertility in Female Albino Rats. Nigeria:
Departement of Physiology Collage of Medicine Ibadan University.
Schefler, W.C., 1999. Statistika untuk Biologi, Farmasi, Kedokteran, dan Ilmu yang
Bertautan. Bandung : Penerbit ITB.
Siri, Z. dan Sulaeman, S., 2002. Efek Pemberian secara Oral Infusa Daun Tembakau
(Nicotina tabacum L) terhadap jumlah, kecepatan dan morfologi spermatozoa
mencit (Mus musculus). Majalah Andrologi Indonesia No. 3, september 2002.
38
39
Sudarsono, 2003. Efek Biji Pepaya (Carica papaya L) terhadap Ketebalan Epitel
Germinal dan Jarak Tunulus Seminiferi serta Jumlah Sel Spermatogenik pada
Stage VII Daur Spermatogenesis. Majalah Kedokteran Bandung No. 2 tahun
2003.
Winarno, W.M., dan Sundari, Dian, 1997. Informasi Tanaman Obat Untuk
Kontrasepsi Tradisional.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10InformasiTanamanObatuntukKontras
epsi120.pdf/10InformasiTanamanObatuntukKontrasepsi120.html. (17 oktober
2009)
Yurnardi dan Puiji, Sari, 2001. Pengaruh Penyuntikan Ekstrak Biji Pepaya (Carica
papaya L.) terhadap Konsentrasi Spermatozoa dan Keadaan Sel
SpermatogenikTikus Jantan Strain LMR. http://www.mkb-
online.org/index.php?option=com_contentdanview=articledanid=77:efek-biji-
pepaya-carica-papaya-linn-terhadap-ketebalan-epitel-germinal-dan-jarak-
tubuli-seminiferi-serta-jumlah-sel-spermatogenik-pada-stage-vii-daur-
spermatogenesisdancatid=1:kumpulan-artikeldanItemid=55. (23 agustus 2009)
39