You are on page 1of 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Teknik perawatan luka terkini di dunia keperawatan yaitu


dengan menggunakan prinsip lembab dan tertutup, suasana lembab
mendukung terjadinya proses penyembuhan luka (Blackley, 2004 dalam
Diah Merdekawati dan Rasyidah AZ). Teknik perawatan luka lembab
dan tertutup atau yang dikenal moist wound healing adalah metode untuk
mempertahankan kelembaban luka dengan menggunakan bahan balutan
penahan kelembaban sehingga menyembuhkan luka, pertumbuhan
jaringan dapat terjadi secara alami. Munculnya konsep moist wound
healing, menjadi dasar munculnya pembalut luka modern (Mutiara, 2009
dalam Diah Merdekawati dan Rasyidah AZ).

Luka merupakan gangguan integritas kulit yang disebabkan


banyak hal, diantaranya gesekan, tekanan, suhu, infeksi dan lain-lain
(Arisanty, 2012). Luka akut adalah luka trauma yang biasanya segera
mendapat penanganan dan biasanya dapat sembuh dengan baik bila tidak
terjadi komplikasi. Kriteria luka akut adalah luka baru, mendadak dan
penyembuhannya sesuai dengan waktu yang diperkirakan. Contohnya
adalah luka sayat, luka bakar, luka tusuk. Luka akut merupakan luka
trauma yang biasanya segera mendapat penanganan dan biasanya dapat
sembuh dengan baik bila tidak terjadi komplikasi (Arisanty, 2012).

Luka akut membutuhkan penanganan yang tepat agar tidak jatuh


kepada kondisi komplikasi seperti infeksi dan akhirnya memperlama
waktu penyembuhan. Perawat bertangggung jawab membantu klien
memperoleh kembali kesehatan dan kehidupan mandiri yang optimal
melalui proses pemulihan dengan biaya, waktu dan tenaga yang
seminimal mungkin. Oleh karena itu, dalam hal ini perawat harus
melakukan perawatan luka yang tepat sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Potter & Perry, 2009).

Perawatan luka saat ini masih cenderung menggunakan bahan-


bahan perawatan yang konvensional dan tidak mendukung penyembuhan
luka, seperti penggunaan povidone iodine maupun alkohol 70 % yang
masih digunakan untuk membersihkan luka. Cairan antiseptik ini akan
menyebabkan luka mengering dan luka dianggap telah sembuh walau
akhirnya malah menimbulkan bekas menghitam dan jaringan parut.
Padahal cairan tersebut bersifat korosif dan merusak jaringan fibroblast
yang sangat dibutuhkan pada proses penyembuhan luka. Anggapan
bahwa luka yang telah mengering adalah kondisi luka yang telah sembuh
inilah yang harus diubah karena tidak sesuai dengan prinsip
penyembuhan luka (Gitarja, 2008).

Perawatan luka dengan metode "basah ke kering" masih banyak


digunakan di rumah sakit. Metode tersebut menggunakan kasa yang
basah menutupi luka dan kemudian membiarkannya kering pada luka
tersebut, dan setelah kering bekas luka atau jaringan matinya bisa
dikupas. Masalah dengan pendekatan ini adalah bahwa seiring dengan
jaringan mati yang terkelupas, sel-sel pertumbuhan halus dan jaringan
granulasi juga berhenti. Hal ini mengakibatkan tidak hanya pertumbuhan
jaringan sehat yang terganggu, tetapi juga menimbulkan rasa nyeri yang
berlebihan (Kohr, 2011).

Teknik perawatan luka terkini di dunia keperawatan yaitu


dengan menggunakan prinsip lembab dan tertutup, suasana lembab pada
luka mendukung terjadinya proses penyembuhan luka (Blackley, 2004
dalam Septiyanti, 2014). Teknik perawatan luka lembab dan tertutup atau
yang dikenal dengan “moist wound healing” adalah metode untuk
mempertahankan kelembaban luka dengan menggunakan bahan balutan
penahan kelembaban sehingga menyembuhkan luka, pertumbuhan
jaringan dapat terjadi secara alami. Munculnya konsep “moist wound
healing” menjadi dasar munculnya pembalut luka modern (Mutiara, 2009
dalam Septiyanti, 2014).

Proporsi luka akut di Indonesia didominasi oleh luka


lecet/memar sebesar 70,9 persen, Luka robek menduduki urutan ke dua
jenis cedera terbanyak, jenis luka ini di Indonesia sebesar 23,2 persen. Di
Kalimantan timur dari keseluruhan sekitar terjadi sebesar 2,03 %
menurut (RISKESDAS 2013)

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar provinsi Kalimantan timur luka akut


di kota samarinda dominasi oleh luka benturan 35.4 persen , luka
lecet/memear sebesar 71,2 persen , luka terbuka 13.2 persen
(RISKESDAS 2013)

RSUD DAYAKU RAJA merupakan rujukan Provinsi


Kalimantan Timur dan menampung rujukan untuk wilayah di sekitar
kecamatan Kota Bangun karena itu tingkat kejadian pasien dengan
kondisi luka akut di rumah sakit ini cukup banyak. Data yang kami
peroleh di IGD kota bangun tahun 2017 di dapatkan data dalam satu
tahun terjadi 240 kecelakaan yang mengakibatkan luka akut

Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik meneliti Tingkat


Pengetahuan Perawat Tentang perawatan luka dengan menggunakan
MODERN DRESSING Pada Pasien Dengan Luka Akut DI IGD RSUD
Dayaku Raja kota bangun

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan rumusan di atas penulis ingin mengetahui tentang bagaiman
gambaran pengetahuan perawat IGD RSUD DAYAKU RAJA tentang
MODERN DRESSING
1.3 Tujuan umum
1.3.1 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambran
pengetahuan perawat IGD RSUD DAYAKU RAJA tentang
MODERN DRESSING
1.3.2 Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan perawat tentang modern
dressing
1.4 Manfaat penelitiaan

1.4.1 Bagi IPTEK

Meningkatkan pengetahuan dan keterammpilan riset keperawatan yang dapat


diaplikasikan dalam proses keperawatan.

1.4.2 Bagi profesi keperawatan

Dapat meningkatkan mutu pelayanan kepeawatan baik rumah sakit yang dapat
meningatkan kepuasan klien dalam melakuan asuhan keperawatan secara
professional

1.4.3 Manfaat bagi rumah sakit

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan akan menjadi masukan bagi pihak rumah sakit
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan.

1.4.4 Manfaat bagi profesi keperawatan

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi dan bahan dasar
sebagai acuan untuk penelitian

1.4.5 Bagi penulis

Melatih penulis untuk mengembangkan kemampuan dalam bidang penelitian


untuk implementasi dari ilmu keperawatan.

You might also like