You are on page 1of 8

LAPORAN PELAKSANAAN TLS (TRANSPORT LIFE SUPPORT)

1. Multiple Sklerosis
a. Pengertian
Multiple Sklerosis adalah penyakit Autoimun Kronik yang menyerang mielin dan
medulla spinalis. Penyakit Ini menyebabkan adanya kerusakaan mielin dan juga
akson yang mengakibatkan adanya gangguan Transmisi Konduksi Saraf.
Multiple Sklerosis merupakan penyakit Autoimu, dimana system imun tubuh yang
normalnya bertanggung jawab untuk mempertahankan tubuh dari virus dan bakteri
justru menyerang jaringan tubuh normal dalam hal ini menyerang sel yang
membentuk mielin
b. Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala yang ditemukan pada Multiple Sklerosis antara lain yaitu :
1) Pandangan Kabur dan nyeri di bagian belakang mata
2) Kesemutan ataupun kebas pada ekstremitas
3) Gangguan Koordinasi
4) Gangguan Buang Air kecil dan besar
5) Lhermitte (adanya sensasi listrik dari leher ke bawah. Hal ini terjadi jika MS
menyerang medulla spinalis)
6) Fatigue dan nyeri
c. Pemeriksaan penunjang
1) CT – Scan
Ct Scan berfungsi untuk melihat adanya atrofi serebral
2) MRI
MRI berfungsi untuk memperlihatkan adanya plak dan sebagai bahan evaluasi
perjalanan penyakit dan efek pengobatan
3) Elektroforesis Terhadap CSS
Untuk mengungkapkan adanya abnormalitas immunoglobulin
4) Pemeriksaan Urodinamik
Untuk mengetahui disfungsi kandung kemih
5) Pengujian Neuropsikologis
Untuk mengkaji kerusakan kognitif
d. Penatalaksanaan
Medis
1) Pada kondisi kollaps diberikan metal prednisolon 500 – 1000 mg iv selama 3-5
hari
2) Kortikosteroid dan ACTH = agen antiinflamasi yang dapat meningkatkan
konduksi saraf
3) Baclofen = Agen anti spasmodic = pengobatan untuk spastisitas

Keperawatan

1) Meningkatkan mobilitas fisik ( relaksasi otot dan koordinasi latihan otot)


2) Menghindari cidera
3) Perbaikan fungsi kognitif
4) Perkembangan kekuatan Koping
5) Perbaikan perawatan diri

2. MRI
a. Pengertian
MRI (Magnetic Resonance Imaging ), Pencitraan Resonansi magnetic merupakan
pemeriksaan yang memanfaatkan medan magnet dan energy gelombang Radio untuk
menampilkan gambar struktur dan organ dalam tubuh
b. Prinsip
Struktur Atom hydrogen dalam tubuh manusia saat diluar medan magnet mempunyai
arah yang acak dan tidak membentuk keseimbangan kemudian saat diletakkan dalam
alat MRI, maka atom H akan sejajar dengan arah medan magnet, saat diberikan
frekuensi radio, maka atom h akan mengabsorbsi energy dari frekuensi radio,
akibatnya dengan bertambahna energy, atom H akan mengalami
pembelokan,sedangkan besarnya pembelokan arah dipengaruhi oleh besar dan
lamanya energy radio frekuensi yangdiberikan. Sewaktu radio frekuensi dihentikan
maka atom H akan sejajar kembali dengan arah medan magnet, saat kembali inilah
atom H akan memancarkan energy yang dimilkinya, kemudian energy yang berupa
sinyal tersebut didieteksi dengan detector khusus dan diperkuat, selanjutnya computer
akan mengolah dan merekonstruksi citra berdasarkan sinyal yang diperoleh dari
berbagai irisan.
c. Persiapan Perawat
1) Melepaskan semua benda yang bersifat feromagnetik seeperti logam, baik
perhiasan, jam, sabuk dll
2) Semua barang/alat kesehatan yang bersifat feromegnetik tidak boleh dibawa
masuk ke dalam ruang MRI seperti Tabung O2
3) Mengidentifikasi Pasien, apakah pasien terpasang Pace maker, IUD dll
4) Memberikan edukasi, terutama pada penderita yang takut pada ruang gelap dan
sempit
5) Memberikan posisi dan lingkungan yang nyaman,seperti memberikan tutup
kepala, earplugs untuk mengurangi kebisingan.

Selama pelaksanaan Transport Life support , yang dilakukan adalah

1. Mengobservasi kondisi dan tanda tanda vital klien

2. Mempertahankan klien dalam posisi nyaman

Lama waktu MRI klien ±2 jam, dilakukan 2 x MRI, 1x tanpa kontras, dan yang ke 2
dengan kontras
Masalah keperawatan yang ditemukan pada klien adalah Nyeri akut, Intoleransi Aktifitas,
Resiko Jatuh
LAPORAN PELAKSANAAN TLS (TRANSPORT LIFE SUPPORT)

1. Penyakit Gagal Ginjal Kronik


a. Definisi
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten
dan irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu penurunan laju filtrasi
glomerulus yang dapat digolongkan dalam kategori ringan, sedang dan berat (Mansjoer,
2007). Dalam kondisi ini ginjal tidak mampu mempertahankan keseimbangan metabolik,
cairan, dan elektrolit yang menyebabkan terjadinya uremia dan azotemi (Bayhakki, 2013).
GGK adalah keadaan penurunan fungsi ginjal yang progresif selama beberapa
bulan sampai bertahun-tahun. Dan terjadi penggantian sel normal dengan fibrosis (Dipiro
et al., 2009). Ginjal tidak bisa bekerja secara normal untuk menyaring produk sampah dari
darah (Novoa et al.,2010).

b. Klasifikasi
Pada penderita chronic kindey disease, klasifikasi stadium ditentukan dua hal,
yaitu atas dasar derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas
asar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG, yang dihitung dengan menggunakan rumus
Kockcroft-Gault (Suwitra, 2009). Stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai laju
filtrasi glomerulus yang lebih rendah (K/DOQI, 2002).
Cara menghitung GFR :
1. Pria

LFG ((ml/mnt/ 1,73m2) = (140 – umur) X berat badan )


72 X kreatinin plasma (mg/dl)

2.Wanita

LFG (ml/mnt/1,73m2 = (140 - umur) x berat badan x 0,85


72 × kreatinin plasma (mg/dl)

Berdasarkan Stadium menurut Lemon, 2016


1) Stadium 1
Laju filtrasi glomerulus >90mL/menit/1,73m2
2) Stadium 2
Laju filtrasi glomerulus 60-89mL/menit/1,73m2
3) Satdium 3
Laju filtrasi glomerulus 30-59 mL/menit/1,73m2
4) Stadium 4
Laju filtrasi glomerulus 15- 29 mL/menit/1,73m2
5) Stadium 5
Laju filtrasi glomerulus <15mL/menit/1,73m2
c. Manifestasi Klinis
Karena pada gagal ginjal kronis setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia,
maka pasien akan memperlihatkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala
bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari dan
usia pasien.
1) Sistem integument
Gejala pada kulit sering menyebabkan gangguan fisik dan psikologis, seperti kulit
menjadi pucat dan adanya pigmentasi urokrom. Kulit yang kering dan bersisik terjadi
akibat atropinya kelenjar minyak, menyebabkan gangguan penguapa sehingga terjadi
penumpukan kristal urea di kulit. Akibatnya kulit menjadi terasa gatal (pruritus). kuku
dan rambut juga menjadi kering dan pecah-pecah sehungga mudah rusak dan patah.
Perubahan pada kuku tersebut merupakan ciri khas kehilangan protein kronik.
2) Sistem kardiovaskuler
Hipertensi bisa terjadi akibat retensi cairan dan sodium. Hal tersebut terjadi akibat
gagal ginjal kronik menyebabkan aliran darah ke ginjal menurun, sehingga
mengaktivasi apparatus juxtaglomerular untuk memproduksi enzim rennin yang
menstimulasi angiotensin I dan II serta menyebabkan vasokonstriksi perifer.
Angiotensin II merangsang produksi aldosteron dan korteks adreanl, meningkatkan
reabsorbsi sodium dan ginjal sehingga akhirnya meningkatkan cairan intersitiil dan
sodium dalam darah. Manifestasi lain yang dapat ditemukan adalah gagal jantung
kongestif dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan pericardial oleh toksin uremik).
3) Sistem respirasi
Gejala yang sering dtemukan adalah edem apulmoner dan pneumonia yang sering
menyertai gagal jantung akibat retensi cairan yang berlebihan. Gejala lainnya adalah
pernafasan kussmaul dan nafas berbau uremik.
4) Sistem gastrointestinal
Gejala yang sering terjadi adalah anoreksia, mual, muntah, kelaianan periodontal dan
ulserasi pada saluran gastrointestinal. Perdarahan saluran cerna juga bisa terjadi dan
akan menjadi berbahaya pada pasien dengan kelainan pembekuan darah.
5) Sistem sirkulasi dan imun
Pasien gagal ginjal kronis sering mengalami anemia dengan kadar Hb <6 g/dL atau
hematokrit <25-30%. Bagi pasien yang menjalani hemodialisis, hematokrit berkisar
antara 39-45%. Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak
adekuat, memendeknya usia sel darah mera, defisiensi nutrisi (seperti zat besi, asam
folat dan vitamin B12) atau kehilangan nutrisi selama hemodialisa dan kecenderungan
untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran
gastrointestinal. Selain sering mengalami anemia, pasien gagal ginjal tahap akhir juga
renan terhadap infeksi akibat adanya defisiensi immunoglobulin.
6) Sistem saraf
Retensi produk sampah dalam darah dan ketidakseimbangan elektrolit menurunkan
kemampuan neurotransmisi dalam berbagai oragan yang bisa berlanjut kepada
gangguan sistem saraf perifer yang menyebabkan burning pain, restless leg syndrome,
spasme otot dan kram.
7) Sistem reproduksi
Perubahan esterogen, progesteron dan testosteron menyebabkan tidak teraturnya atau
berhentinya menstruasi. Pada kaum pria bisa terjadi impotensi akibat perubahan
psikologis dan fisik yangmenyebabkan atropi organ reproduksi dan kehilangan hasrat
seksual.
8) Sistem muskuloskeletal
Kelainan yang terjadi berupa penyakit tulang uremik yang sering disebut osteodistrofi
renal, disebabkan karena perubahan kompleks kalsium, fosfat dan keseimbangan
parathormon.
9) Penglihatan
Pasien gagal ginjal kronik bisa mengalami iritasi mata atau sindrom mata merah
akibat terjadinya deposit kalsium dalam konjunctiva. Konjunctiva juga bisa
mengalami edema akibat rendahnya kadar albumin.
10) Gangguan tidur
Pasien gagal ginjal tahap akhir sering mengalami uremia akibat penimbunan sampah
metabolisme. Uremia mengakibatkan gangguan fungsi sistem saraf dan menyebabkan
restless leg syndrome. Restless leg syndrome merupakan salah satu bentuk gangguan
tidur dan penyebab insomnia pada pasien hemodialisis. Pasien gagal ginjal kronis
yang menjalani hemodialisis sering mengalami gangguan tidur berupa kesulitan
memulai tidur, kesulitan mempertahankan tidur dan bangun terlalu dini.
Pada gagal ginjal kronis akan terjadi rangkaian perubahan. Bila GFR menurun 5-10%
dari keadaan normal dan terus mendekati nol, maka pasien akan menderita sindrom
uremik, yaitu suatu komplek gejala yang diakibatkan atau berkaitan dengan retensi
metabolit nitrogen akibat gagal ginjal.

d. Penatalaksanaan

Terapi Konservatif

DIIT TKTPRG

Pembatasan Cairan, perhitungan balance cairan

Pada CKD stadium V, maka penatalaksanaan yang bisa dilakukan adalah

1). Terapi pengganti Ginjal ( Hemodialisis)

2). Transplantasi Ginjal

3). CAPD
2. Hemodialisa
a. Definisi
Hemodialisis (HD) merupakan tindakan untuk membuang sisa metabolisme tubuh
dan menggantikan fungsi ginja yang rusak dengan ginjal bauatan (dialyzer)
b. Indikasi
PGA
- PGA dengan komplikasi oedema paru berat- kelebihan volume cairan berat
- PGA dengan hiperkalemia berat – aritmia
- PGA dengan asidosis metabolic berat
- PGA dengan toksik – uremia berat
PGK
- PGK Stadium V dengan GFR <15

c. Prinsip Hemodialisa
Prinsip dan cara kerja hemodialisis
Hemodialisis terdiri dari 3 kompartemen : 1. Kompartemen darah, 2.kompartemen cairan
pencuci (dialisat) 3.ginjal buatan (dialyzer). Darah dikeluarkan dari pembuluh draah
vcena dengan kecepatan tertentu, kemudian masuk kedalam mesin dengan proses
pemompaan setelah terjadi proses dialysis, darah yang telah bersih masuk ke pembuluh
balik, selanjutnya beredar kedalam tubuh. Proses dialysis (pemurnian) darah terjadi dalam
dialyzer
Prinsip kerja hemodialisis adalah komposisi solute (bahan terlarut) suatu larutan
(kompartemen darah) akan berubah dengan cara memaparkan larutan ini dengan larutan
lain (kompoartemen dialisat) melalui membrane semi permiabel. (dialyzer)
Daftar Pustaka

Brunner and Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Volume 2. Jakarta
: EGC

Corwin, Elizabeth. J. 2000. Buku Saku Phatofisiologi. Jakarta ; EG

Marlyn E. Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi Tiga BukuKedokteran. Jakarta:
EGC.

Muttaqien A, Kumala S. 2010. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:


Salemba Medika.

Nurarif AH, Hardhi K. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan
Nanda Nic Noc. Edisi Revisi. Yogyakarta:Mediaction.

You might also like