You are on page 1of 4

Mengembalikan pembayaran (pengganti) dari masing-masing pihak

Fasakh adalah pembatalan pernikahan yang sudah terlanjur terjadi, seolah-olah tidak pernah
terjadi pernikahan sebelumnya.
Sedangkan talak bukanlah pembatalan pernikahan, melainkan menyudahi huubungan
pernikahan yang sudah berjalan sampai disitu.
B. Persamaan dan Perbedaan Antara Fasakh dengan Talak
1. Persamaan
Fasakh dan talak sama-sama memutuskan hubungan pernikahan antara suami dan istri,
sehingga setelah fasakh atau talak, keduanya secara hukum sudah bukan lagi menjadi
pasangan suami dan istri.
2. Perbedaan

Meski fasakh dan talak sama-sama memisahkan hubungan pernikahan antara suami dan istri,
namun status dan konsekuensi hukum yang mengikuti di belakangnya berbeda.
Kalau diibaratkan dengan sewa menyewa rumah, maka fasakh itu adalah membatalkan sewa
rumah sehingga uang dikembalikan dan pihak penyewa meski sempat menempati rumah itu,
setelah fasakh tentu sudah tidak lagi menempati rumah sewaan.
Dalam hal ini yang terjadi dalam fasakh adalah batalnya perjanjian sewa menyewa.
Sedangkan talak kalau diibaratkan dengan sewa rumah adalah tidak meneruskan sewa atau
tidak memperpanjang kontrak rumah, setelah sebelumnya sudah terjadi sewa menyewa sekian
lama.
Dalam hal ini yang terjadi dalam talak adalah tidak diteruskannya perjanjian sewa menyewa.
Maka apabila terjadi kasus dimana sepasang suami istri berpisah dengan cara fasakh dalam
perkawinan mereka, secara hukum seolah-olah mereka belum pernah menikah sebelumnya.
a. Fasakh Tidak Hanya Datang Dari Pihak Suami
Berbeda dengan talak yang hanya bisa dilakukan oleh pihak suami kepada istri, fasakh bisa
dilakukan oleh pihak suami dan juga oleh pihak istri. Dan bisa juga datang dari pihak qadhi atau
hakim yang memutuskan perkara di antara mereka.
Misalnya pada kasus dimana istri merasa suaminya telah menyembunyikan aib tertentu yang
menurut istri sangat tidak bisa dibenarkan. Masa istri dalam hal ini berhak untuk mengajukan
fasakh.
Dan dalam kasus dimana pasangan suami istri yang sudah resmi menikah ternyata terbukti
bahwa keduanya punya hubungan saudara sepersusuan. Maka dalam hal ini fasakh bisa
dilakukan oleh qadhi.
b. Fasakh Tidak Mengenal Fasakh Satu Dua dan Tiga
Dalam perkara talak, syariat Islam membatasi talak itu hanya dua kali yang masih boleh rujuk
atau menikah ulang. Sedangkan talak yang ketiga kalinya membuat pasangan suami istri tidak
bisa lagi melakukan rujuk atau nikah ulang.
Sedangkan dalam perkara fasakh, syariat Islam tidak mengenal hitungan fasakh satu, dua atau
tiga.
c. Fasakh Membutuhkan Sebab Tertentu
Di dalam kasus talak, secara hukum suami berhak menjatuhkan talak kepada istrinya meski
tidak punya alasan tertentu, atau tanpa harus menyebutkan alasannya.
Sedangkan dalam kasus fasakh, pihak-pihak yang mengajukan fasakh yaitu suami, atau istri
atau qadhi, semua harus menyebutkan sebab dan alasan dijatuhkannya agar fasakh itu sah dan
diterima dalam syariat Islam.
Dengan kata lain, fasakh tidak bisa dijatuhkan tanpa ada sebab dan alasan yang memungkinkan
fasakh dijatuhkan.
d. Fasakh Tidak Memberikan Hak-hak Tertentu Kepada Istri
Dalam kasus talak, istri yang ditalak itu punya beberapa hak yang menjadi kewajiban suami.
Namun dalam kasus faksah, hak-hak itu tidak ada. Di antara hak-hak istri yang dicerai adalah
mahar, mut'ah, nafkah, iddah dan lainnya.

 Mahar : Dalam kasus talak, mahar dari pihak suami kepada istri yang belum lunas,
apabila sudah terjadi dukhul, maka suami wajib melunasinya. Sedangkan dalam kasus
fasakh, hak untuk mendapatkan mahar gugur dengan sendirinya. Bahkan mahar yang
sudah diberikan pun harus dikembalikan.

 Mut'ah: Selain itu istri yang ditalak juga punya hak mut'ah, yaitu semacam uang
pesangon dari suami. Walaupun sifatnya bukan kewajiban, namun mut'ah ini termasuk
hal yang disunnahkan.

 Nafkah : Dalam kasus talak, meski seorang istri sudah ditalak oleh suaminya, selama
masa iddah yang lamanya tiga kali haidh atau suci dari haidh, istri tetap berhak
menerima nafkah dari suaminya.

Namun dalam kasus fasakh, hak untuk menerima nafkah dari suami seusai fasakh itu tidak ada.
C. Konsekuensi Hukum Fasakh
Dan oleh karena itu ada beberapa konsekuensi hukum yang berlaku di belakang fasakh.
1. Suami Bukan Duda dan Istri Bukan Janda
Pasangan suami dan istri yang berpisah dengan cara fasakh, status keduanya sama-sama
bukan duda dan janda. Keduanya terhitung masih tetap berstatus perjaka dan perawan di mata
hukum.
Dalam kitab hudud, laki-laki perjaka atau wanita perawan yang statusnya belum pernah
menikah, apabila mereka berzina, hukumannya bukan hukum rajam, melainkan hukum cambuk
100 kali.
2. Istri Tidak Perlu Menjalani Masa Iddah
Istri yang pisah dengan suaminya lewat cara fasakh tidak perlu menjalani masa iddah. Sebab
masa iddah yang wajib dijalani itu hanya berlaku bila terjadi talak.
Maka dia tidak perlu menetap di dalam rumah selama tiga kali suci dari haidh, seperti umumnya
wanita yang ditalak oleh suaminya.
Juga tidak dilarang untuk berhias, menerima pinangan dari laki-laki lain, bahkan juga dibolehkan
untuk langsung menikah.
3. Mantan Suami Istri Tidak Saling Mewarisi
Pasangan yang berpisah dengan cara fasakh tidak saling mewarisi. Berbeda dengan pasangan
yang berpisah dengan cara talak atau wafat, selama masa iddah masih berlaku, maka apabila
salah satu dari mereka wafat, sebagian dari hartanya masih menjadi hak waris dari mantan
pasangannya.
Misalnya dalam kasus suami menceraikan istri, lalu sebulan kemudian suami meninggal dunia.
Istrinya saat itu secara otomatis masih menjadi ahli waris dari mendiang suaminya. Sebab masa
iddahnya masih berlaku.
Sedangkan dalam kasus suami istri yang berpisah dengan cara fasakh, begitu keputusan fasakh
berlaku, maka keduanya sama-sama tidak saling mewarisi.
Misalnya suaminya wafat, maka mantan istrinya tidak berhak atas harta mantan suaminya itu.
Begitu juga kalau istrinya meninggal, maka suaminya itu tidak berhak menerima waris dari
mendiang istrinya.
D. Penyebab Fasakh
Fasakh hanya boleh dan sah dilakukan apabila ada penyebab yang bisa diterima secara syariah.
Dalam prakteknya, ada penyebab yang sifatnya hanya membolehkan faskah tetapi tidak sampai
mewajibkan, dan ada punya penyebab yang sifatnya sampai harus mewajibkan fasakh.
Di antara hal-hal yang bisa menjadi penyebab faskah :
1. Tidak Sekufu
Tidak sekufu dalam istilah dalam bahasa Arabnya sering disebut adamul kafaah (‫)عدم الكفاءة‬.
Kafaah dalam hal ini bermakna mumatsalah (‫ )مماثلة‬yaitu kesetaraan, dan musawah (‫ )مساواة‬yaitu
kesamaan.
Maksudnya keadaan dimana suami dan istri tidak setara atau tidak saling sekufu, menurut para
ulama bisa menjadi salah satu penyebab dijatuhkannya fasakh dari masing-masing pihak.
Diantara hal-hal yang bisa dijadikan ukuran dalam kesetaraan antara suami dan istri adalah
masalah kualitas pemahaman dan pelaksanaan ajaran agama, nasab, status kemerdekaan,
penghasilan, kekayaan, tidak adanya aib, dan lainnya.
2. Terdapatnya Aib
Aib yang terdapat pada masing-masing pihak, baik pihak suami atau pihak istri, menurut para
ulama termasuk di antara sebab-sebab yang memungkinkan terjadinya fasakh.
Namun para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan bentuk dan jenis aib yang dimaksud.
3. Kurangnya Mahar atau Nafkah dari Suami
Dalam kasus dimana seorang suami tidak mau melunasi mahar sesuai dengan yang telah
disetujuinya, atau berbeda dengan tarif pasarannya, maka pihak istri berhak mengajukan fasakh
nikah.
Demikian pula apabila suami menahan kewajibannya dengan tidak memberikan nafkah kepada
istrinya, maka istri berhak untuk mengajukan fasakh.
4. Salah Satu Pasangan Masuk Islam Yang Lain Tidak
Bila pasangan suami istri yang non muslim, lalu salah satunya masuk Islam dan yang lainnya
tetap bertahan dalam agama sebelumnya, maka hal itu bisa menjadi salah satu sebab fasakh
atas pernikahan mereka.
5. Khiyar Bulugh
Istilah khiyar bulugh maksudnya adalah pilihan yang diberikan kepada seorang wanita yang
sejak sebelum baligh telah dinikahkan oleh wali yang bukan ayah atau kakeknya.
Ketika wanita yang terlanjur jadi istri orang itu memasuki usia baligh, dirinya berhak mengajukan
fasakh atas pernikahannya itu, kalau memang dia menginginkan.
6. Khiyar Ifaqah Minal Junun
Khiyar ifaqah minal junun artinya adalah pilihan sembuh dari kegilaan. Maksudnya adalah pilihan
bagi suami atau istri untuk mengajukan fasakh atas pasangannya yang tidak kunjung sembuh
dari penyakit gilanya.
Namun hak fasakh yang satu ini hanya dikemukakan oleh mazhab Al-Hanafiyah saja.
7. Fasadnya Akad Nikah
Akad nikah yang mengandung cacat atau fasad adalah nikah yang menjadi penyebab
dibolehkannya terjadi fasakh. Bahkan para ulama menyebutkan bahwa hukum fasakh dalam hal
ini bukan sekedar kebolehan, melainkan menjadi sebuah kewajiban atau keharusan.
Diantara contoh akad nikah yang cacat atau fasad misalnya nikah tanpa wali yang sah menurut
syariah. Selain itu juga akad nikah yang dilakukan tanpa adanya saksi yang memenuhi syarat
sebagai saksi.
8. Terbuktinya Persaudaraan Sesusuan
Pasangan suami dan istri apabila terbukti kemudian bahwa ternyata mereka punya hubungan
mahram muabbad, maka pernikahan mereka wajib difasakh.
Dan kemungkinan terbesarnya kasus ini terjadi para kasus saudara sesusuan. Apabila bisa
terbukti dan ada saksi bahwa suami dan istri pernah menyusu kepada wanita yang sama, maka
keduanya menjadi mahram muabbda.
Sedangkan pernikahan dengan mahram yang senasab atau karena mushaharah amat jarang
terjadi.
9. Murtadnya Salah Satu Pasangan
Apabila satu seorang dari suami atau istri murtad dan keluar dari agama Islam, sedangkan
pasangannya masih tetap memeluk agama Islam, maka pernikahan mereka difasakh.
Demikian sekilas tentang pengertian fasakh, perbedaannya dengan talak, konsekuensi
hukumnya serta hal-hal yang menjadi dasar terjadinya fasakh. Semoga bermanfaat.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

You might also like