You are on page 1of 7

ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN

RESUSITASI JANTUNG PARU

Inisial Pasien : Tn. P


Diagnosa Medis : Stroke haemoraghic (SH)
No. Register : 177450

1. Diagnosa keperawatan
a. Diagnosa keperawatan: Pola nafas tidak efektif b.d kerusakan
neuromuscular sebagai akibat dari proses perjalanan penyakit.
DS:
DO:
1) Kesadaran:
2) GCS: 3
3) TD: 204/115 mmHg
4) SpO2:89%
5) Nadi: 129 x/m
6) RR: 32 x/m

b. Dasar pemikiran:
Stroke adalah disfungsi neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan
gejala sesuai dengan daerah fokal pada otak yang terganggu. Pada
pasien stroke akan terjadi kerusakan/penurunan fungsi pada batang
otak sehingga terjadi defisit motorik yang mengakibatkan penurunan
reflek bernafas. Selain itu pada pasien stroke hemoragik terjadi
perdarahan yang diakibatkan pecahnya pembuluh darah otak yang
dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan intra cranial
sehingga pasien mengalami penurunan kesadaran dan terkadang bisa
mengalami muntah proyektil.
2. Tindakan keperawatan
Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Prosedur tindakan:
a. Penilaian korban
Tentukan kesadaran korban/pasien (sentuh dan goyangkan korban
dengan lembut dan mantap), jika tidak sadar, maka minta pertolongan
serta aktifkan sistem emergensi
b. Jalan napas (AIRWAY)
1) Posisikan korban/pasien
2) Buka jalan napas dengan manuver tengadah kepala-topang dagu.
c. Pernapasan (BREATHING)
Nilai pernapasan untuk melihat ada tidaknya pernapasan dan adekuat
atau tidak pernapasan korban/pasien.
d. Jika korban/pasien dewasa tidak sadar dengan napas spontan, serta
tidak ada trauma leher (trauma tulang belakang) posisikan korban
pada posisi mantap (Recovery positiotion), dengan tetap menjaga
jalan napas tetap terbuka.
e. Jika korban/pasien dewasa tidak sadar dan tidak bernapas, lakukkan
bantuan napas. Di Amerika serikat dan di negara lainnya dilakukan
bantuan napas awal sebanyak 2 kali, sedangkan di Eropa, Australia,
New Zealand diberikan 5 kali. Jika pemberian napas awal terdapat
kesulitan, dapat dicoba dengan membetulkan posisi kepala
korban/pasien, atau ternyata tidak bisa juga maka dilakukan:
a) Untuk orang awam dapat dilanjutkan dengan kompresi dada
sebanyak 30 kali dan 2 kali ventilasi, setiap kali membuka jalan
napas untuk menghembuskan napas, sambil mencari benda yang
menyumbat di jalan napas, jika terlihat usahakan dikeluarkan.
b) Untuk petugas kesehatan yang terlatih dilakukan manajemen
obstruksi jalan napas oleh benda asing.
c) Pastikan dada pasien mengembang pada saat diberikan bantuan
pernapasan.
d) Setelah memberikan napas 12 kali (1 menit), nilai kembali tanda-
tanda adanya sirkulasi dengan meraba arteri karotis, bila nadi ada
cek napas, jika tidak bernapas lanjutkan kembali bantuan napas.
f. Sirkulasi (CIRCULATION)
Periksa tanda-tanda adanya sirkulasi setelah memberikan 2 kali
bantuan pernapasan dengan cara melihat ada tidaknva pernapasan
spontan, batuk atau pergerakan. Untuk petugas kesehatan terlatih
hendaknya memeriksa denyut nadi pada arteri Karotis.
1) Jika ada tanda-tanda sirkulasi, dan ada denyut nadi tidak
dilakukan kompresi dada, hanya menilai pernapasan
korban/pasien (ada atau tidak ada pernapasan).
2) Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, denvut nadi tidak ada lakukan
kompresi dada
a) Letakkan telapak tangan pada posisi yang benar
b) Lakukan kompresi dada sebanyak 30 kali tiap 10 detik
c) Buka jalan napas dan berikan 2 kali bantuan pernapasan.
d) Letakkan kembali telapak tangan pada posisi yang tepat dan
mulai kembali kompresi 30 kali tiap 10 detik.
e) Lakukan 4 siklus secara lengkap (30 kompresi dan 2 kali
bantuan pernapasan)
g. Penilaian Ulang
Sesudah 4 siklus ventilasi dan kompresi kemudian korban dievaluasi
kembali,
1) Jika tidak ada nadi dilakukan kembali kompresi dan bantuan
napas dengan rasio 30 : 2.
2) Jika ada napas dan denyut nadi teraba letakkan korban pada posisi
mantap
3) Jika tidak ada napas tetapi nadi teraba, berikan bantuan napas
sebanyak 10 – 12 kali permenit dan monitor nadi setiap saat.
4) Jika sudah terdapat pernapasan spontan dan adekuat serta nadi
teraba, jaga agar jalan napas tetap terbuka kemudian
korban/pasien ditidurkan pada posisi sisi mantap.

3. Prinsip-prinsip tindakan
a. RJP jangan berhenti lebih dari 5 detik dengan alasan apapun
b. Tidak perlu memindahkan penderita ke tempat yang lebih baik,
kecuali bila ia sudah stabil
c. Jangan menekan prosesus xifoideus pada ujung tulang dada, karena
dapat berakibat robeknya hati
d. Diantara tiap kompresi, tangan harus melepas tekanan tetapi melekat
pada sternum, jari-jari jangan menekan iga korban
e. Hindarkan gerakan yang menyentak. Kompresi harus lembut, teratur
dan tidak terputus
f. Perhatikan komplikasi yang mungkin karena RJP.

4. Analisa tindakan keperawatan


Pasien datang tidak sadarkan diri dengan napas megap-megap. RJP
dilakukan 1 siklus kemudian dilanjutkan dengan bagging. Perawat dalam
melakukan kompresi, tangan tidak lurus (menekuk), pasien tidak dikaji
henti napas dan henti jantungnya, tidak dilakukan tindakan manuver

5. Bahaya yang dapat terjadi


a. Patah tulang dada dan tulang iga.
b. Bocornya paru-paru (Pneumotoraks).
c. Perdarahan dalam paru-paru atau rongga dada (Hemotoraks).
d. Luka dan memar pada paru-paru.
e. Robekan pada hati.

6. Hasil yang didapat dan maknanya


S: -
O:
a. TD: 204/115 mmHg
b. N: 129 x/m
c. RR: 32 x/m
d. SaO2: 98%
e. Kesadaran: stupor
f. GCS: 6
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi

7. Tindakan keperawatan lain yang dilakukan


a. Mandiri
1) Memantau tanda vital klien.
b. Kolaboratif
1) Pemasangan oropharingeal airway mayo (OPA)
2) Pemberian terapi oksigen menggunakan sungkup 10 L/m

8. Evaluasi diri
Tindakan RJP yang dilakukan belum bisa maksimal, hanya membantu
perawat saja.

9. Kepustakaan
Berman, Audrey. 2009. Uku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Jakarta:
EGC.
Kumala, Poppy. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. Jakarta:
EGC.
Herdman, Heather. 2009. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta:EGC.
http://www.agung-skep-ns.co.cc/2010/08/resusitasi-jantung-paru-pada-
kegawatan.html diakses pada hari Rabu pukul 06.00
Ungaran, September 2012

Pembimbing klinik Mahasiswa

Arif Purwanto, S.Kep.,Ns. Retyaningsih Ida Y


197412211996031003 G2B009056
Stroke adalah disfungsi neurologist akut yang
disebabkan oleh gangguan aliran darah yang
Mind Mapping timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala
sesuai dengan daerah fokal pada otak yang
terganggu.
Terjadi kerusakan/penurunan fungsi
batang otak  terjadi defisit Stroke
motorik yang mengakibatkan ↓ Haemoragic
reflek bernafas
terjadi perdarahan yang diakibatkan pecahnya
pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan
terjadinya ↑ tekanan intra cranial  pasien mengalami
Tn. M (50 thn) ↓ kesadaran dan terkadang muntah proyektil
172552

Tindakan memulihkan
Resusitasi kembali kerja jantung dan
Jantung Paru paru, setelah henti jantung
(RJP) atau kematian mendadak
nyata yang disebabkan oleh
DO: syok listrik, tenggelam,
1. Istri klien mengatakan klien S: -
gagal pernafasan, atau O:
menderita stroke sejak tahun 2002.
penyebab lain. 1. TD: 204/115 mmHg
2. Istri klien mengtakan klien tidak Pola nafas tidak
dapat menggerakkan kakinya jam efektif b.d kerusakan 2. N: 129 x/m
14.00, klien tidak bisa bangun jam neuromuscular 3. RR: 32 x/m
15.00, tetapi klien bisa duduk jam sebagai akibat dari 4. SaO2: 98%
Mandiri
17.00 dan klien tidak sadarkan diri proses perjalanan 5. Kesadaran: coma
1. Memantau tanda vital
pada pukul 18.00 WIB. penyakit 6. GCS: 3
klien.
DS: Kolaboratif
1. Kesadaran: coma A: masalah teratasi sebagian.
1. Pemasangan P: pertahankan resusitasi dan
2. GCS: 3 oropharingeal airway
3. TD: 204/115 mmHg intervensi lain sesuai kebutuhan
mayo (OPA) dan sesuai advise dokter
4. SpO2: 14% 2. Pemberian terapi
5. Nadi: 129 x/m oksigen menggunakan
6. RR: 32 x/m sungkup 10 L/m

You might also like