Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
UMN LMN
Paralisis periodik adalah suatu sindrom klinis dengan kelemahan atau paralisis
otot akut. Penyakit yang berat dapat dimulai pada masa anak -anak, sedangkan kasus
yang ringan sering kali mulai pada dekade ketiga.Penyakit ini sebagian besar bersifat
herediter dan diturunkan secara autosomal dominan. Mekanisme yang mendasari
penyakit ini adalah malfungsi pada ion channel pada membrane otot skelet /
channelopathy7
Pada paralisis periodik terdapat serangan kelemahan flaksid yang hilang timbul,
dapat bersifat setempat maupun menyeluruh. Penderita mengalami kelemahan bagian
proksimal ekstremitas yang cepat dan progresif tapi otot-otot kranial dan pernafasan
biasanya terhindar dari kelemahan. Serangan dapat menyebabkan kelemahan yang
asimetris dengan derajat kelemahan yang berbeda pada beberapa golongan otot saja
sampai pada suatu kelumpuhan umum.Kelemahan biasanya menghilang dalam
beberapa jam, namun defisit yang permanen bisa terjadi pada penderita yang sering
mendapatkan serangan.Di luar serangan tidak ditemukan kelainan neurologi maupun
kelainan elektromiografis .
Periodik paralisis (PP) adalah kelompok kelainan dari berbagai etiologi, dengan
kelemahan otot kerangka episodik, pendek, dan hiporeflexik, dengan atau tanpa
myotonia tapi tanpa defisit sensorik dan tanpa kehilangan kesadaran. Pada awal
perjalanan penyakit, pada kelumpuhan periodik primer atau di turunkan (familial),
kekuatan otot normal di antara serangan. Serangan dapat berlangsung dari beberapa
menit sampai beberapa hari. Kelemahan dalam serangan dapat general atau fokal.
Dalam perjalanan penyakitnya dari penyakit otot ini, kekuatan normal kembali setelah
serangan, tetapi kemudian kelemahan otot signifikan yang menetap sering berkembang.
Setelah bertahun-tahun serangan ini, kelemahan interiktal terjadi dan mungkin
progresif 8
3.2.2 Epidemiologi
Periodik paralisis adalah penyakit yang jarang ditemukan dalam praktik klinis.
Antara 1972-2001, berdaasarkan penelitian telah ditemukan 12 kasus periodik paralisis
primer dan 27 kasus periodik paralisis sekunder. Sepuluh kasus periodik paralisis
primer adalah tipe hipokalemia, salah satu tipe hyperkalaemic, dan salah satu tipe
normokunaemik. Delapan kasus periodik paralisis primer hipokalemia adalah laki-laki
(antara 14 sampai 45 tahun) dan dua adalah perempuan (antara 18 sampai 27 tahun).
Angka kejadian adalah sekitar 1 diantara 100.000 orang, pria lebih sering dari wanita
dan biasanya lebih berat.Usia terjadinya serangan pertama bervariasi dari 1-20 tahun,
frekuensi serangan terbanyak di usia 15-35 tahun dan kemudian menurun dengan
peningkatan usia.9
3.2.3 Etiologi
3.2.4 Klasifikasi
3.2.5 Patofisiologi
Kasus yang berat muncul pada awal masa kanak-kanak dan kasus yang ringan
mungkin muncul selambat-lambatnya dekade ketiga. Sebagian besar kasus muncul
sebelum umur 16 tahun.Kelemahan bisa bertingkat mulai dari kelemahan sepintas pada
sekelompok otot yang terisolasi sampai kelemahan umum yang berat. Serangan berat
dimulai pada pagi hari, sering dengan latihan yang berat atau makan tinggi karbohidrat
pada hari sebelumnya.. Pasien bangun dengan kelemahan simetris berat, sering dengan
keterlibatan batang tubuh. Serangan ringan bisa sering dan hanya melibatkan suatu
kelompok otot penting, dan bisa unilateral, parsial, atau monomelic. Hal ini bisa
mempengaruhi kaki secara predominan; kadang– kadang, otot ektensor dipengaruhi
lebih dari fleksor. Dursi bervariasi dari beberapa jam sampai hampir 8 hari tetapi jarang
lebih dari 72 jam. Serangannya intermiten dan infrekuen pada awalnya tetapi bias
meningkat frekuensinya sampai serangan terjadi hampir setiap hari. Frekuensi mulai
berkurang oleh usia 30 tahun;hal ini jarang terjadi setelah umur 50 tahun. Pengeluaran
urin menurun selama serangan karena akumulasi air intrasel meningkat. Myotonia
interictal tidak sesering hiperkalemik PP. lid lag myotonia diobservasi diantara
serangan. Kelemahan otot permanen mungkin terlihat kemudian dalam perjalanan
penyakit dan bisa menjadi tajam. Hipertropi betis pernah diobservasi. Otot proksimal
wasting daripada hipertropi, bisa terlihat pada pasien dengan kelemahan permanen.
3.2.7 Diagnosa
Sebagai gejala klinis dari periodik paralisis hipokalemi ini ditandai dengan
kelemahan dari otot-otot skeletal episodik tanpa gangguan dari sensoris ataupun
kognitif yang berhubungan dengan kadar kalium yang rendah di dalam darah dan tidak
ditemukan tanda-tanda miotonia dan tidak ada penyebab sekunder lain yang
menyebabkan hipokalemi. Gejala pada penyakit ini biasanya timbul pada usia pubertas
atau lebih, dengan serangan kelemahan yang episodik dari derajat ringan atau berat
yang menyebabkan quadriparesis dengan disertai penurunan kapasitas vital dan
hipoventilasi, gejala lain seperti fatigue dapat menjadi gejala awal yang timbul sebelum
serangan, namun hal ini tidak selalu diikuti dengan terjadinya serangan kelemahan.
Serangan sering terjadi saat malam hari atau saat bangun dari tidur dan dicetuskan
dengan asupan karbohidrat yang banyak serta riwayat melakukan aktivitas berat
sebelumnya yang tidak seperti biasanya. Serangan ini dapat terjadi hingga beberapa jam
sampai yang paling berat dapat terjadi beberapa hari dari kelumpuhan tersebut.11
Distribusi kelemahan otot dapat bervariasi. Kelemahan pada tungkai biasanya
terjadi lebih dulu daripada lengan dan sering lebih berat kelemahannya dibanding
lengan, dan bagian proksimal dari ekstremitas lebih jelas terlihat kelemahannya
dibanding bagian distalnya. Terkecuali, kelemahan ini dapat juga terjadi sebaliknya
dimana kelemahan lebih dulu terjadi pada lengan yang kemudian diikuti kelemahan
pada kedua tungkai dimana terjadi pada pasien ini. Otot-otot lain yang jarang sekali
lumpuh diantaranya otot-otot dari mata, wajah, lidah, pharing, laring, diafragma, dan
spingter, namun pada kasus tertentu kelemahan ini dapat saja terjadi. Saat puncak dari
serangan kelemahan otot, refleks tendon menjadi menurun dan terus berkurang
menjadi hilang sama sekali dan reflek kutaneus masih tetap ada. Rasa sensoris masih
baik. Setelah serangan berakhir, kekuatan otot secara umum pulih biasanya dimulai dari
otot yang terakhir kali menjadi lemah. Miotonia tidak terjadi pada keadaan ini, dan bila
terjadi dan terlihat pada klinis atau pemeriksaan EMG menunjukkan terjadinya
miotonia maka diagnosis HypoPP kita dapat singkirkan. 6,8
Selain dari anamnesa, pemeriksaan penunjang lain seperti laboratorium darah
dalam hal ini fungsi ginjal, elektrolit darah dan urin, urinalisa urin 24 jam, kadar
hormonal seperti T4 dan TSH sangat membantu kita untuk menyingkirkan penyebab
sekunder dari hipokalemia. Keadaan lain atau penyakit yang dapat menyebabkan
hipokalemi diantaranya intake kalium yang kurang, intake karbohidrat yang berlebihan,
intoksikasi barium, kehilangan kalium karena diare, periodik paralisis karena
tirotoksikosis, renal tubular asidosis, dan hyperaldosteronism.11
Diagnosa kelainan hipokalemik periodik paralisis ditegakkan berdasarkan kadar
kalium darah rendah [kurang dari 3,5 mmol/L (0,9–3,0 mmol/L) ] pada waktu serangan,
riwayat mengalami episode flaccid paralysis dengan pemeriksaan lain dalam batas
normal. Paralisis yang terjadi pada penyakit ini umumnya berlokasi di bahu dan
panggul meliputi juga tangan dan kaki, bersifat intermiten, serangan biasanya berakhir
sebelum 24 jam, pada EMG dan biopsi otot ditemukan miotonia, kekuatan otot normal
diluar serangan. Terdapat 2 bentuk kelainan otot yang diobservasi yaitu episode
paralitik dan bentuk miopati, kedua keadaan ini dapat terjadi secara terpisah ataupun
bersama-sama. Sering terjadi bentuk paralitik murni, kombinasi episode paralitik dan
miopati yang progresifitasnya lambat jarang terjadi, demikian pula bentuk miopatik
murni jarang terjadi. Episode paralitik ditandai terutama adanya flaccid paralysis
dengan hipokalemia sehingga dapat terjadi para paresis atau tetraparesis berpasangan
dengan otot pernafasan. Pada pasien ini murni flaccid paralysis dengan hipokalemia
dan akan sembuh atau remisi sendiri 5–6 jam kemudian, dengan pemberian kalium per
oral serangan menjadi lebih ringan. Tidak terdapat kelainan pada otot pernafasan. Jika
terdapat kelainan genetik maka pada analisa didapatkan kelainan antara lain adalah
autosomal dominan inheritance yaitu mutasi pada kromososm CACNA1S (70%)
disebut hipokalemik periodik paralisis tipe 1, mutasi lokus pada kromosom SCN4A
(10%) disebut hipokalemik periodik paralisis tipe 2.12
1. Laboratorium
a. Kadar kalium serum
Kalium serum merupakan pemeriksaan laboratorium yang paling
penting. Diantara serangan paralisis, kalium serum abnormal pada tipe paralisis
periodik sekunder, tetapi biasanya normal pada paralisis periodik primer.
Selama serangan kadar kalium serum dapat tinggi, rendah, atau di atas batas
normal dan bisa di bawah batas normal. Pemeriksaan secara random kadar
kalium serum dapat menunjukan fluktuasi yang periodik pada paralisis periodik
normokalemik. Konsentrasi kalium serum pada 3,0-3,5 mEq/L berhubungan
dengan suatu keadaan klinis seperti kelemahan otot ringan, fatigue, dan mialgia.
Pada konsentrasi serum kalium 2,5-3,0 mEq/L kelemahan otot menjadi lebih
berat terutama pada bagian proximal dari tungkai. Ketika serum kalium turun
hingga dibawah dari 2,5 mEq/L maka dapat terjadi kerusakan struktural dari
otot, termasuk rhabdomiolisisdan miogobinuria.
b. Fungsi ginjal
c. Kadar glukosa darah pengambilan glukosa darah ke dalam sel menyebabkan
kalim berpindah dari luar sel (darah) ke dalam sel-sel tubuh.
d. pH darah
Dibutuhkan untuk menginterpretasikan K+ yang rendah. Alkalosis biasa
menyertai hipokalemia dan menyebabkan pergeseran K+ ke dalam sel. Asidosis
menyebabkan kehilangan K+ langsung dalam urin.
e. Hormon tiroid : T3,T4 dan TSH untuk menyingkirkan penyebab sekunder
hipokalemia.
f. Kadar CPK (creatinin phospokinase) dan mioglobin serum
Kadar CPK tinggi pada paralisis periodik primer selama atau baru saja
setelah serangan. Kadar mioglobin serum juga mungkin tinggi.
2. EKG
Perubahan pada EKG ini dapat mulai terjadi pada kadar kalium serum dibawah
3,5 dan 3,0 mEq/L. Kelainan yang terjadi berupa inversi gelombang T, timbulnya
gelombang U dan ST depresi, pemanjangan dari PR, QRS, dan QT interval
3. EMG
Di antara serangan, mungkin ada fibrilasi dan pengulangan keluaran kompleks,
meningkat dengan dingin dan menurun dengan latihan (dalam paralisis periodik
hipokalemik). Selama serangan, EMG akan menunjukkan listrik diam, baik pada
paralisis periodik hiperkalemik dan paralisis periodik hipokalemik.
4. Biopsi otot
Biopsi otot diperlukan pada beberapa kasus yang dengan penampilan klinis
yang tidak spesifik. Pada paralisis periodik hipokalemik primer muangkin terdapat
vakuola sentral yang tunggal atau mutipel. Pada paralisis periodik hiperkalemik
sekunder, vakuala dan agregat tubular dapat ditemukan.
3.2.9 Diagnosa Banding
3.2.10 Penatalaksanaan
3.2.11 Prognosis
Pasien yang tidak diobati bisa mengalami kelemahan proksimal menetap, yang bisa
mengganggu aktivitas. Beberapa kematian sudah dilaporkan, paling banyak dihubungkan
dengna aspirasi pneumonia atau ketidakmampuan membersihkan sekresi.
3.2.12 Komplikasi.
3.2.13 Pencegahan.