You are on page 1of 28

a.

Dalam dan Luas Luka Bakar

Luka bakar dapat disebabkam oleh panas, arus listrik atau bahan kimia yang mengenai
kulit, mukosa dan jaringan-jaringan yang lebih dalam. Dalam pengelolaan luka bakar perlu
diketahui baik luas maupun dalanya luka bakar.

Dalam luka bakar

o Tingkat I

Hanya mengenai epidermis

o Tingkat II

Dibagi menjadi:

A. Superfisial, mengenai epidermis dan lapisan atas dari corium. Elemen -


elemen epitelial yaitu dinding dari kelenjar keringat, lemak dan folikel
rambut masih banyak. Karenanya penyembuhan/ epitelialisasi akan
mudah dalam 1-2 minggu tanpa terbentuk cicatrix

B. Dalam, sisa-sisa jaringan epitelial tinggal sedikit, penyembuhan lebih


lama 3-4 minggu dan disertai pembentukan parut hipertropi.

o Tingkat III

Mengenai seluhur tebal kulit, tidakada lagi sisa elemen epitelial. Luka bakar
yang lebih dalam dari kulit seperti sub kutan dan tulang dikelompokanjuga
pada tingkat III.

Luas Luka Bakar

Wallce membagi tubuh atas bagian-bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal


dengan nama Rule of Nine.

Pengelolaan Luka Bakar

Prioritas pengelolaan penderita luka bakar secara umum perlu dierhatikan seperti pengelolaan
penderita trauma pada umumnya yaitu, Airway, Breathing, dan Circulation.

Terapi Cairan

Orang dewasa dengan luka bakar tingkat II-III 20 % atau lebih sudah ada indikasi untuk
pemberian infus karena kemungkinan timbulnya syok. Sedangkan pada orang tua dan
anak-anak batasnya 15%.

Formula yang dipakai untuk pemberian cairan adalah formula menurut Baxter. Formula
Baxter terhitung dari saat kejadian maka (orang dewasa):

8 jam pertama ½ (4cc x KgBB x % luas luka bakar) Ringer Laktat
16 jam berikutnya ½ (4cc x KgBB x % luas luka bakar) Ringer Laktat ditambah 500-
1000cc koloid.

Modifikasi Formula Baxter untuk anak-anak adalah:

Replacement : 2cc/ KgBB/ % luas luka bakar

Kebutuhan faali : Umur sampai 1 tahun 100cc/ KgBB

Umur 1-5 tahun 75cc/ KgBB

Umur 5-15 tahun 50cc/ Kg BB________+

Total Cairan

Sesuai dengan anjiuran Moncrief maka 17/20 bagian dari total cairan diberikan dalam
bentuk larutan Ringer Laktat dan 3/20 bagian diberikan dalam bentuk koloid. Ringer
lakatat dan koloid diberikan bersama dalam botol yang sama. Dalam 8 jam pertama
diberikan ½ jumlah total ciran dan dalam 16 jam berikutrnya diberikan ½ jumlah total
cairan.

Formula tersebut hanyalah suatu pedoman, suatu estimasi yang kasar. Jangan sekalikali
fanatik terhadap formula tersebut melainkan selalu dikoreksi melalui tanda-tanda klinis
penderita dan laboratorium apakah cairan yang diberikan sudah memadai.

Pengelolaan Nyeri

Nyeri yang hebat dapat menyebabkan neurogenik syok yang terjadi pada jam-jam
pertama setelah trauma. Morphin diberikan dalam dosis 0,05 mg/Kg (iv).

Perawatan luka

Perawatan pertama

- Segera setelah terbakar, dinginkan luka dengan air dingin, yang terbaik
dengan temperatur 20oC selama 15 menit

- Luka bakar tingkat I tidak memerlukan pengobatan khusus, dibersihkan dan


diberi analgetika saja.

- Luka bakar tingkat II dan III, penderita dibersihkan seluruh tubuhnya,


rambutnya dikeramasi, kuku-kuku dipotong, lalu lukanya dibilas dengan
cairan yang mengandungdesinfektan seperti sabun cetrimid 0,5%
(savlon) atau Kalium permanganat. Kulit-kulit yang mati dibuang, bullae
dibuka karena kebanyakan cairan di dalamnya akan terinfeksi

Perawatan Definitif

- Perawatan tertutup

Setelah luka bersih, ditutup dengan selapis kain steril berlubang-lubang


(tulle) yang mengandung vaselin dengan atau tanpa antibiotika lalu
dibebat tebal untuk mencegah evaporasi dan melindungi kulit dari trauma
dan bakteri. Sendi-sendi ditempatkan pada posisi full extension.

- Perawatan Terbuka

Eksudat yang keluar dari luka beserta debris akan mengering akan
menjadi lapisan eschar. Penyembuhan akan berlangsung dibawah eschar.
Penderita dirawat di dalam ruangan isolasi. Setiap eschar yang pecah
harus diberikan obat-obatan lokal dan dikontrol bila ada penumpukan pus
dibawah eschar maka haru dilakukan pempukaan eschar (escharotomi).

- Perawatan Semi terbuka

Sama seperti perawatan terbuka tetapi diberikan juga obat-obatan lokal.


Obat lokal berberntuk krim yang akan melunakkan eschar dan
memudahkan perawatan untuk dibersihkan.

Obat-obatan lokal

- Silver sulfadiazin krim 1% diberikan sehari sekali. Silver sulfadiazin


bekerja sebagai bakterisida yang efektif terhadap kuman gram positif.

Mandi

- Badan penderita setiap 1-2 hari setelah resusitasi selesai harus dibersihkan
dari kotoran yang melekat dengan memandikannya. Luka dibilas dengan
cairan yang mengandung desinfektan (savlon 1:30 atau Kalium
Permanganat 1:10.000). Escharotomi pada perawatan terbuka umumnya
dikerjakan pada minggu kedua dengan cara eksisi memakai pisau,
dermatom, elektro eksisi atau enzimatik (kolagenase).

Skin Grafting

- Skin grafting sangat penting untuk penderita untuk mempercepat


penyembuhan, mengurangi kehilangan cairan.

Antibiotika Sistemik

- Bakteri yang berada pada luka umumnya gram positif dan hanya
berkembang setempat, tetapi bakteri gram negatif seperti pseudomonas
sangat invasif dan banyak menimbulkan sepsis. Karena banyaknya
jaringan nekrotik pada luka bakar maka penetrasi antibiotika sistemik ke
luka tidaklah meyakinkan. Oleh karena itu antibiotika sistemik digunakan
bila timbul gejala sepsis. Macam antibiotika ditentukan dari kultur dari
bagian yang terinfeksi, baik luka, darah maupun urine.

- Antibiotika pilihan adalah cephalosporin generasi pertama (cefazolin,


cephapirin dan cephalotin). Generasi ketiga khususnya ceftazidim
mempunyai efektifitas besar terhadap pseudomonas.

Nutrisi

- Dukungan nutrisi yang baik sangat membantu penyembuhan luka bakar


Komplikasi Luka Bakar

- Fase Akut: syok, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

- Fase Subakut: infeksi dan sepsis

- Fase Lanjut: parut hipertropik

Mortalitas

Mortalitas pada luka bakar disebabkan oleh:

- Syok karena kehilangan cairan

- Gagal jantung karena Myocardial Depressing Factor

- Sepsis

- Gagal ginjal akut

- Komplikasi lain seperti pneumonia

Perawatan dan Follow up

Rehabilitasi

Peletakan sendi harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan


kontraktur

Fisioterapi sangat diperlukan untuk mencegah kekakuan

Penanganan Luka Bakar

dr. Dewi Haryanti K, SpBP

Pertama, tentukan dulu derajat keparahan luka bakar.

Ditentukan dengan derajat kedalaman, luas, area yang terkena, trauma penyerta, umur.

Derajat Luka Bakar

Derajat 1 Cuma terkena di epidermis. Biasanya perih dan ga ada bula. Karena kulit masih
intak, biasanya ga didiagnosis. Cuma dikasih salep buat mengatasi nyeri.
Derajat 2, dibagi jadi 2a superficial thicknes, 2b deep (epidermis dan 2/3 dermis). Di sini
udah ada bula. Bedanya, kalo bula dipecah dilihat di dasar luka. Kalo makin dalam luka
bakar, dasarnya akan makin memutih (merah muda). Biasanya nyerinya malah makin
berkurang.

Keduanya sama-sama lembab.

Derajat 3. Kena di seluruh lapisan kulit. Makin tidak nyeri karena end motor neuronnya
udah makin ga ada. Lukanya kering, bisa putih bisa hitam.

Kita ingat sturktur kulit.

Makin dangkal kedalaman luka, makin cepat sembuh. Karena masih ada epitelnya. Di sini
yang termasuk yaitu grade 1 dan 2a.

Karena bisa sembuh sendiri, bisa didiamkan dulu sampai 1 minggu. Kalau udah 2b, harus
ditutup. Kalo 3 harus segera dirujuk.

Luas Luka Bakar

Biasanya digunakan aturan rule of 9.

Kalo lukanya dikit, dianggap berapa persen dari luas tubuh pasien (bukan berapa % dari
dokter).

Nanti dijumlah untuk memperkirakan luas total luka bakar.

Makin muda usia pasien, presentasi luka bakar paling banyak di kepala (karena proporsi
tubuh anak memang kepala masih besar).

Area Kritis

Wajah, karena khawatir ada gangguan jalan nafas.

Persendian, karena khawatir adanya kontraktur.

Genitalia
Telinga.

Cek juga underlying disease.

Cek juga DM, kardio.

Gangguan psikiatrik misal gaduh gelisah karena trus ada luka bakar bisa jadi suatu saat dia
mengulangi lagi.

Umur pasien

Mempengaruhi prognosisnya.

Jadi perhatikan apakah anak-anak (<10th) dan geriatric (>50th)

Meskipun sama-sama gradenya (misal 2b), kalo kena anak tentu risiko keparahan lebih
besar daripada kalo kena orang dewasa.

Keparahan Luka Bakar

Tingkat ringan

Kalau luka bakar grade2 kurang dari 15% atau grade 3 kurang dari 2%.

Tingkat sedang

Kalau luka bakar grade 2 15-25% atau grade 3 2-10%.

Tingkat berat

- Grade 2 lebih dari 25%


- Grade 3 lebih dari 10%
- Terkena area penting (mata, telinga, wajah, tangan kaki, genital)
- Elektrik burn (karena mengganggu sinus jantung)
- Disertai trauma inhalasi (misal karena menghirup asap, atau karena organ inhalasinya
trauma karena terbakar. Bisa jadi obstruksi sebagian atau total).
Bisa aja pasien luka bakar kecil (misal 2a di hidung), ternyata dia menghirup asap. Jadinya
ini termasuk kasus besar.
Jadi harus dicek dengan laringoskop ada udem di larig atau ga. Ada fish mouth atau ga.
- Disertai penyakit dasar. Misal ada risiko penyakit penyulit.
- Luka bakar kimia dengan penyerta lain.

Kalo untuk anak-anak yang beda di grade 2.

Ringan kurang dari 10%

Sedang 10-20%

Berat lebih dari 20%

Perawatan

- Dibilas dengan air suhu normal, diselimuti steril dan kering


- Penolong juga harus memakai barang-barang yang tidak bisa menghantarkan panas (harus
menyelamatkan diri sendiri dulu)
- Pasien dirawat inap kalau grade 3 dan keparahan sedang/berat
- Yang bisa dirawat jalan kalau minor burn tapi yang derajat 2 atau 1.
- Luka bakar jangan dikasih ointment atau pasta gigi. Karena justru akan menyulitkan ketika
dibersihkan di pelayanan kesehatan.
Jadi, tetap dibersihkan dengan air dan diselimuti biar tidak hipotermi, bula tidak perlu
dipecah kecuali sampai di pelayanan kesehatan.
Kalau bula di awal kejadian, cairannya bisa bersifat steril. Tapi kalau sudah lebih dari 1
hari bisa jadi tempat berkumpulnya bakteri dan menghambat penyembuhan luka. Jadi
malah harus dideroofing.

Untuk pasien pediatric risiko kehilangan cairan lebih besar karena skin barrier belum
optimal.

Pertimbangkan jangan-jangan ada child abuse.


Luka Bakar Kimia

Disebabkan karena kontak dengan zat kimia.

Yang paling bahaya yang bersifat asam, karena bersifat korosif. Jadinya kerusakan jaringan
jadi lebih besar.

Biasanya terjadi di laboratorium kimia.

Penanganan

Bilas dengan RL.

Kalau kena mata, gunakan plester biar mata tetep terbuka, trus pasang kaya abuket dialiri
infuse buat irigasi terus.

Untuk bahan kimia kering (yang masih bentuk bubuk) jangan diberi air. Tapi
disikat/diberisihkan dulu bahan bubuknya itu. Trus buka bajunya.

Luka Bakar Listrik

Penangangan

Matikan dulu listriknya baru menangani.

Pada awal kejadian, mungkin kelihatan ringan. Tapi lama-lama memburuk. Maka, luka
bakar listrik itu wajib opname.

Tanyakan di mana yang kontak (istilahnya luka masuk). Trus lihat luka bakar di area tubuh
lain. Artinya, baju harus dibuka. Harus dicek buat tahu dimana luka bakar keluar. Soalnya
listrik kan dihantarkan. Artinya dia butuh konduktor air yaitu plasma. Jadi taunya luka
masuk dan keluar biar tahu aliran listriknya itu lewat organ apa aja.

Yang paling bahaya malah kalau luka dari tangan kanan ke tangan kiri. Soalnya organ yang
paling banyak dilewati justru jantung dan paru (yang bisa langsung menyebabkan kematian
tiba-tiba).
Kalau luka masuk dari kepala ke kaki, memang organ yang dilewati lebih banyak, tapi
kemungkinan terpaparnya jantung justru lebih sedikit, jadi malah tidak terlalu parah
(kalau dibandingan yang dari tangan kanan ke kiri).

Lakukan dressing dan bandage

Pada ekstremitas, jangan dibalut secara sirkuler dan ketat. Soalnya udah
vascularcompromissed ditambah dibalut, bisa-bisa malah gangguan pembuluh darah lebih
banyak.

Jadi, cukup diplester, diplastik tapi longgar. Yang penting nempel.

Trauma Inhalasi

Bisa dari asap bahan kimia, asap kendaraan bermotor (so, pake masker ya teman kalau
naik motor)

Yang paling berbahaya adalah karbonmonoksida.

Tidak berasa, tidak berwarna, tidak iritatif, tapi tahu-tahu bisa ‘membunuh’.

Yang penting, jaga airway jangan ada obstruksi.

Pemberian Cairan

Sampai saat ini masih digunakan formula baxter.

Pada pasien luka bakar diukur berat badannya. Soalnya, sering terjadi udem. Biar tahu BB-
nya dan bisa ditentukan dosis.

Rumus: 4cc x luas x BB= … cc RL

Total cairan itu dibagi jadi 2. Yang separo diberikan dalam 8 jam pertama (jam 0-8). Yang
separo lagi diberikan dalam 16 jam berikutnya (jam 9-24).

Misal pasien datang jam ke-6 setelah kejadian, masih tersisa 2 jam untuk 8 jam pertama.
Padahal harus ngasih terapi cairan separo total kebutuhan cairan.
Maka lakukan penggrojokan. Kalau perlu iv kateternya 2, 4 atau berapapun, yang penting
separoh kebutuhan itu bisa masuk dalam 2 jam itu.

Lakukan monitoring produksi urin per jam. Misal diberi cairan 80cc, urin bisa 40-80cc.

Kalau produksi urin kurang, berarti resusitasi cairannya tidak adekuat. Kalau urinnya
berlebihan, kurangi grojog. Biar ga udem.

Berikan koloid pada jam ke 18-24. Koloid yang diberikan yaitu dextra 500-1000 cc
tergantung luas luka bakar.

Fungsi koloid (setelah diberikan RL) yaitu untuk mengatasi masalah vaskuler berupa
peningkatan permeabilitas yang menyebabkan cairan keluar. Jadinya hipovolemik.
Makanya dkasih RL dulu untuk isi intravaskuler. Kalau ga ditreatment bisa prolong
hipovolemi. Ujung-ujungnya ginjal, otot akan dikorbankan. Perfusi berkurang shg terjadi
akut renal failure dan kardiomielitis.

Ketika permeabilitasnya udah kembali normal, pori-pori akan nutup. Cairan di intsial akan
terjadi udem jaringan. Jadi butuh koloid untuk narik cairan dari interstisial dan jaringan
ke vaskuler. Biar ga ada udem.

Kalau untuk anak-anak pake rumus: 2cc x luas x BB: … cc RL

Yang membedakan, koloid sudah mulai diberikan sejak jam ke-0

Penatalaksanaan Luka Bakar


8. Penatalaksanaan Luka Bakar

i. Secara sistemik penatalaksanaan luka bakar dapat dilakukan sistemik dengan menggunakan metode
6C, yaitu clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis, covering, and comforting.
a. Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahkan pakaian yang menempel dan
tak dapat dilepaskan maka dibiarkan sampai fase cleaning.

b. Cooling : dinginkan daerah yang terkena luka bakardengan menggunakan air mengalir selama 20
menit, hindari hipotermia (penurunan suhu dibawah normal, terutama pada anak dan orang tua).
Cara ini efektif sampai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar. Kompres dengan air dingin (air
sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri)
untuk luka yang terlokalisasi. Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah
mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia.
Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air mengalir yang
banyak selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan
terlebih dahulu dari kulit, baru disiram dengan air mengalir.

c. Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit. Dengan
membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan risiko infeksi
berkurang.

d. Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberika pada luka yang lebih dalam dari
superficial partial-thickness. Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat
diberikan kecuali pada luka bakar superficial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa,
perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyusui dengan bayi kurang dari 2 bulan.

e. Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka bakar. Luka
bakar superficial tidak perlu ditutup dengan kassa atau bahan lainnya. Pembalutan luka (yang
dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat
hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli, atau larutan lainnya,
menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.

f. Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri. (1)

ii. Penanganan awal luka bakar berjalan sesuai dengan prinsip advanced Trauma Life Support yaitu :
a. Airway, penilaian mengenai kondisi saluran napas. Jika terhambat perlu diberi alat bantu
pernapasan. Hal ini dapat terjadi karena sumbatan jalan nafas atas (larynx, pharynx) akibat cedera
inhalasi yang ditandai dengan kesulitan nafas (stridor hoarsness). Jika total tersumbat dilakukan
trakeostomi atau pembuatan lubang pada saluran napas.

b. Breathing atau kemampuan menarik napas. Ada kemungkinan tulang dada patah, atau luka
bakar di seluruh dada sehingga kulit mengeras dan penderita tidak bisa bernapas. (eskar).
Untuk mengatasi dilakukan sobekan pada daerah kulit mati yang disebut escharotomy.
c. Circulation yaitu Masalah yang dihadapi pada penenganan fase akut dari luka bakar adalah
gangguan pernapasan dan hipovolemik syok.

Cairan resusitasi yang terbaik adalah bila diimbangi dengan kadar elektrolit. Pada formula Evans
Brooke, pemberian koloid (darah) bertujuan untuk : mengatasi penurunan HB, disamping itu koloid
akan menarik cairan yang mengalami pasasi ekstravaskuler, alasan ini dianggap tidak tepat karena:
 Syok yang terjadi adalah syok hipovolemia yang hanya memerlukan penggantian cairan.
 Penurunan kadar HB terjadi karena perlekan eritrosit , trombosit, lekosit dan komponen sel pada
dinding pembuluh darah kapiler darah yang mengalami vasokonstriksi sehingga sefara klinis tampak
sebagai kondisi anemia
 Sementara terjadi gangguan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan kebocoran plasma
pemberian koloid tidak akan efektif dan akan menaikkan beban jantung, paru dan ginjal.
 Pemberian cairan isotonis yang diperkaya denagan elektrolit
 Koloid atau plasma diberikan (bila diperlukan) setelah sirkulasi mengalami pemulihan (lebih dari 24-
36 jam).
Sampai sekarang diyakini RL merupakan cairan yang paling sering diberikan pada resusitasi luka
bakar.

Metoda Elektrolit Koloid Dextrose

Evans1 cc/kgBB/%

 (NaCl 0,9%)1 cc/kgBB/%2000 cc dws


 1000 cc anak2Brook1,5 cc/kgBB/%
 ( R.L )0,5 cc/kgBB/%2000 cc dws
 1000 cc anak2Baxter4 cc/kgBB/%
 ( R.L )
iii. Tatalaksana Nutrisi
Perlu dipertimbangkan pemasangan pipa lambung terutama saat terjadi ileus paralitik. Pada
luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut peristaltik usus menurun karena
terjadi syok, sedangkan pada fase mobilisasi terjadi karena menurunnya ion kalium. Pemberian nutisi
yang adekuat sangat bermanfaat, karena pemberian kalori dan protein yang adekuat untuk
kebutuhan energi sangat diperlukan unutk pemeliharaan, anabolisme dan penyembuhan. Salah satu
yang digunakan adalah Formula Curreri :

Dewasa : 25 kal/kgBB + 40 kal x (% luka bakar)

Anak : 60 kal/kgBB + 35 kal x (% luka bakar).

Untuk roborantia diberikan protein dan mineral yang berperan besar dalam metabolisme khususnya
sintesis protein. Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen, yang dapat diberikan sebanyak
500mg/hari. Vitamin A berperan dalam epitelisasi, sintesis kolagen dan resistensi terhadap infeksi.
Pada pasien luka bakar diberikan 25.000 IU. Juga dapat ditambahkan seng (Zn) yang berperan untuk
sintesis protein, dan nyata membantu penyembuhan. Fe juga baik untuk memperbaiki transportasi
oksigen.

iv. Pemberian obat-obatan


a. Antibiotika
Pemberian antibiotik ini diberikan untuk mengatasi infeksi :
1. Tindakan aseptik
2. Pencucian dan perawatan luka
3. Tindakan nekrotomi dan debridement
4. Pemberian antibiotik topikal dan sistemik.
Pemberian antibiotik dilihat dari tujuannya :

 Antibiotik profilaksis
Pemberian dilakukan secara sistemik yang ditujukan mencegah berkembangnya infeksi saat
melakukan tindakan, yang didasarkan pola kuman setempat. Pemberian secara intravena satu kali
pemberian dalam waktu 30 menit sebelum melakukan tindakan, dan dapat dilanjutkan selama 24
jam pertama pasca tindakan.
 Antibiotik terapik
Pemberian secara sistemik ini ditujukan untuk mengatasi infeksi yang sudah terjadi sesuai dengan
pemeriksaan kultur dan resistensi.
 Antibiotik topikal
Pemberian antibiotik ditujuakan mencegah dan mengatasi infeksi yang terjadi pada luka. Didasarkan
pada pola kuman dan resistensi kuman. Bentuk krim lebih bermanfaat dibandingkan salep.
b. Analgetika
Analgetika yang efektif adalah morfin dan petidin, diberikan secara intravena. Hati-hati dengan
pemberian IM karena gangguan sirkulasi sehingga dapat tertimbun di dalam otot.
c. Antasida, H2 blocker untuk mengatasi keadaan curling’s ulcer.
d. Anti tetanus : diberikan pada luka bakar derajat II dan III. Bila serum ATS diberikan 1500 IU (dewasa)
dan 750 IU (anak). Bila diberikan dalam bentuk toksoid sebanyak 1 cc (dewasa) dan 0,5 cc (anak). (2)

LUKA BAKAR

PENDAHULUAN

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak

dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi(1,2,3). Luka bakar
merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi yang memerlukan

penatalaksanaan yang khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut (1).

Luka bakar pada dasarnya merupakan fenomena pemindahan panas. Meskipun sumber

panasnya dapat bervariasi, akibat akhir yang timbul selalu berupa kerusakan jaringan, paling nyata

pada kulit, tetapi pada cedera multisistemik yang nyata dapat menyebabkan gangguan yang serius

pada paru-paru, ginjal dan hati. Efek-efek sistemik dan mortalitas akibat cedera luka bakar

berhubungan langsung dengan luas dan dalamnya kulit yng terkena. Hampir semua kasus luka bakar

disebabkan oleh api atau tersiram air panas. Dengan menentukan sumber panas (misalnya, agen

yang menyebabkan luka bakar) akan membantu kita dalam memperkirakan luas dan dalamnya

cedera. Perkiraan ini sangat penting dalam merencanakan terapi cairan intravena yang tepat (4).

Dalam kehidupan umumnya, luka-luka bakar dapat di sebabkan oleh (5) :

1. Kebakaran dalam rumah tangga, misalnya kompor meledak, dan lain-lain.

2. Kebakaran dalam industri, misalnya pada pengelasan dimana tangki las meledak.

3. Pada anak-anak dan bayi-bayi akibat tersiram air panas (sclaldig). Di Indonesia dapat

ditemukan luka bakar pada bayi karena botol; yang berisi air panas yang diletakkan di

selimut bayi tersebut.

Dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar resusitasi pada trauma dan penerapannya pada

saat yang tepat, diharapkan akan dapat menurunkan sekecil mungkin angka-angka tersebut di atas.

Prinsip-prinsip dasar tersebut meliputi kewaspadaan akan terjadinya gangguan jalan nafas pada

penderita yang mengalami trauma inhalasi, mempertahankan hemodinamik dalam batas normal

dengan resusitasi cairan, mengetahui dan mengobati penyulit-penyulit yang mungkin terjadi akibat

luka bakar tersebut (6).


Penyulit yang timbul pada luka bakar antara lain gagal ginjal akut, edema paru, SIRS (systemic

inflammatory response syndrome), infeksi dan sepsis, serta parut hipertrofik dan kontraktur (1,3,7).

EPIDEMIOLOGI

Sekitar 2 juta orang menderita luka bakar di Amerika Serikat, tiap tahun , dengan 100.000

yang di rawat di rumah sakit dan 20.000 yang perlu di rawat dalam pusat-pusat perawatan luka

bakar (8).

Insiden puncak luka bakar pada orang dewasa muda terdapat pada umur 20-29 tahun,

diikuti oleh anak umur 9 atau lebih muda. Luka bakar jarang terjadi pada umur 80 tahun keatas (8).

Sekitar 80% luka bakar terjadi di rumah. Pada anak di bawah umur 3 tahun, penyebab luka

bakar paling umum adalah kecelakaan jatuh pada kepala. Pada umur 3-14 tahun, penyebab paling

tersering adalah nyala api yang membakar baju (8).

PATOFISIOLOGI

Permasalahan luka bakar demikian kompleks. Untuk dapat menjelaskannya, maka

permasalahan yang ada dipilah menurut fase perjalanan penyakitnya. Terdapat 3 fase dalam luka

bakar yaitu (1) :

1. Fase awal, fase akut, fase syok.

Pada fase ini permasalahan utama berkisar pada gangguan yang terjadi pada saluran nafas

(misalnya, cedera inhalasi), gangguan mekanisme bernafas oleh karena adanya eskar melingkar di

dada atau trauma multipel di rongga toraks; dan gangguan sirkulasi (keseimbangan cairan-elektrolit,

syok hipovolemia) (1,3).


2. Fase setelah syok berakhir, fase subakut.

Masalah utama pada fase ini adalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), dan Multi-

system Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan sepsis (1,3). Ketiganya merupakan dampak dan atau

perkembangan masalah dari fase pertama (cedera inhalasi, syok) dan masalah yang bermula dari

kerusakan jaringan (luka dan sepsis luka).

3. Fase lanjut.

Fase ini berlangsung sejak penutupan luka sampai terjadinya maturasi ringan. Masalah yang di

hadapi adalah penyulit dari luka bakar; berupa parut hipertrofik, kontraktur, dan deformitas lain

yang terjadi karena kerapuhan jaringan atau struktur tertentu akibat proses inflamasi yang hebat

dan berlangsung lama (1,3).

Luka bakar pada tubuh terjadi baik karena konduksi panas langsung atau radiasi

elektromagnetik. Derajat luka bakar berhubungan dengan beberapa faktor, termasuk konduksi

jaringan yang terkena, waktu kontak dengan sumber tenaga panas dan pigmentasi permukaan. Saraf

dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan terhadap konduksi panas, sedang

tulang, paling tahan. Jaringan lain memiliki konduksi sedang (8).

Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 44 0C tanpa kerusakan bermakna. Antara 44 0C

dan 51 0C, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap derajat kenaikan temperature

dan waktu penyinaran yang terbatas yang dapat di toleransi. Diatas 51 0C, protein terdenaturasi dan

kecepatan kerusakan jaringan yang sangat hebat. Temperatur di atas 70 0C menyebabkan kerusakan

selulear yang sangat cepat dan hanya periode penyinaran yang singkat dan dapat di tahan (8).

Luka bakar terbentuk di beberapa daerah, dimulai dengan daerah koagulasi jaringan pada titik

kerusakan maksimal. Di sertai daerah koagulasi terdapat daerah statis yang di tandai dengan aliran
darah yang cepat dan terdiri dari sel-sel yang masih dapat di selamatkan. Disekeliling daerah statis

terdapat daerah hiperemia. Tempat sel kurang rusak dapat sembuh sempurna (8).

Cedera Inhalasi

Cedera inhalasi adalah terminologi yang digunakan untuk menjelaskan perubahan mukosa

nafas akibat adanya paparan terhadap suatu iritan dan menimbulkan manifestasi klinik dengan

gejala distress pernafasan. Reaksi yang timbul akibat paparan terhadap suatu iritan berupa suatu

(1,4)
bentuk inflamasi akut dengan edema dengan hipersekresi mukosa saluran nafas. Iritan tersebut

biasanya berupa produk toksik dari sisa pembakaran yang tidak sempurna (toxic fumes) atau zat

kimia lainnya (1).

Inflamasi akut pada epitel mukosa menyebabkan disrupsi dan maserasi epitel yang nekrosis.

Epitel-epitel ini bercampur dengan sekret yang kental oleh karena banyak mengandung fibrin-fibrin

menyebabkan obstruksi lumen (mucous plug); menimbulkan distress pernafasan dan kematian

dalam waktu cepat (1).

Gangguan mekanisme bernafas

Adanya eskar melingkar di permukaan rongga toraks menyebabkan gangguan ekspansi rongga

toraks pada proses respirasi (terutama inspirasi); hal ini menimbulkan suatu bentuk gangguan

compliance paru. Dengan keterbatasan proses ekspansi dinding dada ini, volume inspirasi berkurang

sehingga menyebabkan gangguan secara tidak langsung pada proses oxygen exchange (penurunan

PaO2)(1).

Proses yang sama akan terjadi dengan adanya cedera pada rangka rongga toraks, misalnya

fraktur tulang-tulang iga yang disebabkan oleh cedera multipel;


sering terjadi pada kasus luka bakar (1).

Gangguan sirkulasi

Cedera termis menyebabkan proses inflamasi akut yang menimbulkan perubahan

(2,4,8)
permeabilitas kapiler . Terjadi perubahan bentuk-bentuk sel endotel, dimana sel-sel tersebut

membulat (edematous) dengan pembesaran jarak intraselular. Karena terjadi perubahan tekanan

hidrostatik dan onkotik di ruang intravaskular, terjadi ekstravasasi cairan intravaskular, plasma

(protein), elektrolit dan lekosit ke ruang interstitial. Di jaringan interstitial terjadi penimbunan cairan,

menyebabkan keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik di sana terganggu. Penimbunan cairan

interstitial menyebabkan gangguan perfusi dan metabolisme selular (syok jaringan) (1).

Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas kapilar yang hamper menyeluruh,

penimbunan cairan masif di jaringan interstitial menyebabkan kondisi hipovolemik (4). Volume cairan

intravaskular mengalami deficit, timbul ketidakmampuan menyelenggarakan proses transportasi

oksigen ke jaringan. Kondisi ini dikenal dengan terminologi syok (1).

KLASIFIKASI LUKA BAKAR

Luka bakar di bedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan penyebab dan kedalaman

kerusakan jaringan; yang perlu dicantumkan dalam diagnosis, yaitu (1) :

a. Berdasarkan penyebab (1)

Luka bakar dibedakan atas beberapa jenis, antara lain :

- Luka bakar karena api

- Luka bakar karena air panas

- Luka bakar karena bahan kimia


- Luka bakar karena listrik dan petir

- Luka bakar karena radiasi

- Cedera akibat suhu sangat rendah (frost bite)

b. Berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan (1,3,4,6,8,9)

5,Luka bakar dibedakan atas beberapa jenis

1. Luka bakar derajat I

- Kerusakan terbatas pada bagian superficial epidermis

- Kulit kering, hiperemik, berupa eritem.

- Tidak di jumpai bulla

- Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi

- Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-10 hari.

2. Luka bakar derajat II

- Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.

- Di jumpai bulla

- Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi

- Dasar luka berwarna merah pucat, sering terletak lebih tinggi di atas kulit normal

- Di bedakan atas 2 ( dua) :

a. Derajat II dangkal (superfisial)

- Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis


- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.

- Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari.

b. Derajat II dalam ( deep)

- Kerusakan mengenai hamper seluruh bagian dermis

- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih

utuh.

- Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi

dalam waktu lebih dari satu bulan.

3. Luka bakar derajat III

- Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih dalam

- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan.

- Tidak dijumpai bulla

- Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, karena kering, letaknya lebih rendah

dibandingkan kulit sekitar.

- Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.

- Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami

kerusakan dan kematian.

- Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar luka.

LUAS LUKA BAKAR


Walaupun hanya perkiraan saja, the rule of nines, tetap merupakan petunjuk yang baik

dalam merupakan petunjuk yang baik dalam menilai luasnya luka bakar : kepala, 7 persen, dan leher,

2 persen, sehingga total 9 persen; setiap ekstremitas atas, 9 persen; badan bagian anterior, 2 x 9

atau 18 persen; badan bagian posterior, 13 persen, dan bokong, 5 persen, sehingga total 18 persen;

setiap ekstremitas bawah, 2 x 9 atau 18 persen; dan genitalia, 1 persen (1,2,3,4,5,7,9).

Pada anak-anak terdapat perbedaan dalam luas permukaan tubuh relatif, yang umumnya

mempunyai perimbangan lebih besar antara luas permukaan kepala dengan luas ekstremitas bawah

dibandingkan dengan orang dewasa. Area kepala luasnya adalah 19 persen pada waktu lahir ( 10

persen lebih besar daripada orang dewasa); hal ini terjadi akibat pengurangan pada luas ekstremitas

bawah, yang masing-masing sebesar 13 persen. Dengan bertambahnya usia setiap tahun sampai usia

10 tahun, area kepala dikurangi 1 persen dan dalam jumlah yang sama di tambah pada ekstremitas

bawah. Setelah usia 10 tahun, di gunakan persentase dewasa. Luas luka bakar yang mungkin bersifat

letal pada 50 persen dari mereka yang cedera (LA50) adalah 60 persen pada populasi dewasa muda,

50 persen pada anak-anak, dan 35 persen pada orang tua (lebih dari 40 tahun) (4).

KLASIFIKASI LUKA BAKAR (1,3)

1. Berat/kritis bila :

 Derajat 2 dengan luas lebih dari 25 %

 Derajat 3 dengan luas lebih dari 10 %, atau terdapat di muka, kaki, dan tangan

 Luka bakar di sertai trauma jalan nafas atau jaringan lunak luas, atau fraktur

 Luka bakar listrik

2. Sedang bila :

 Derajat 2 dengan luas 15 -25 %

 Derajat 3 dengan luas kurang dari 10%, kecuali muka, tangan, dan kaki.
3. Ringan bila :

 Derajat 2 dengan luas kurang dari 15 %

 Derajat 3 kurang dari 2 %

KRITERIA MASUK RUMAH SAKIT (4)

1. Setiap kecurigaan adanya cedera saluran nafas (riwayat luka bakar karena api, terutama

yang terjadi di dalam ruangan (indoor), inhalasi sap, batuk, perubahan suara, atau kesulitan

bernafas.

2. Timbulnya tanda-tanda serebral ( kebingungan, disorientasi, hilang kesadaran biasanya

disebabkan oleh hipoksia).

3. Setiap luka bakar superficial dimana luas permukaan tubuh yang terkena lebih dari 10 %.

4. Setiap luka bakar yang dalam (deep burn) dimana luas permukaan tubuh yang terkena lebih

dari 3 %.

5. Setiap luka bakar pada bagian tubuh yang vital (luka bakar pada tempat yang dapat

menimbulkan rasa nyeri yang hebat, hilangnya kemampuan untuk merawat diri sendiri, atau

kecacatan berat yang mengancam seperti kasus-kasus dimana terjadi kerusakan pada mata,

telinga, wajah scara keseluruhan, tangan, kaki, atau genitalia).

6. Usia yang ekstrim (sangat muda, dibawah usia 2 tahun; setiap anak dengan luka bakar yang

keadaan cederanya tidak jelas dan dapat menunjukkan adanya tindak kekerasan pada anak

(child abuse); dan orang tua, diatas 60 tahun).

7. Cedera penyerta seperti fraktur, laserasi yang luas, atau trauma tumpul pada dada atau

abdomen.

PENATALAKSANAAN (1,2,3,4,5,6,7,8,10)
Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera mungkin, pencegahan infeksi,

mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan elemen di dalamnya,

dan pembatasan pembentukan jaringan parut.

Pada saat kejadian, hal pertama yang harus di lakukan adalah menjatuhkan korban dari

sumber trauma. Padamkan api dan siram kulit yang panas dengan air. Proses koagulasi protein sel di

jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus, walau api telah di padamkan, sehingga

destruksi tetapi meluas. Proses tersebut dapat di hentikan dengan mendinginkan daerah yang

terbakar dan mempertahankan suhu dingin pada jam pertama.

Tindakan selanjutnya adalah sebagai berikut :

1. Lakukan resusitasi dengan memberikan jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi, yaitu:

 Periksa jalan nafas

 Bila dijumpai obstruksi jalan nafas, buka jalan nafas dengan pembersihan jalan nafas ( suction, dsb ),

bila perlu lakuan trakeostomi atau intubasi.

 Berikan oksigen

 Pasang iv line untuk rsusitasi cairan, berikan cairan RL untuk mengatasi syok.

 Pasang kateter buli-buli untuk pemantauan diuresis

 Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada ileus paralitik

 Pasang pemantau tekanan vena sentral (CVP), untuk pemantauan sirkulasi darah, pada luka bakar

ekstensif (>40%)

2. Periksa cedera yang terjadi di seluruh tubuh secara sistematis untu menentukan adanya

cedera inhalasi, luas dan derajat luka bakar. Dengan demikian jumlah dan jenis cairan yang
diperlukan untuk resusitasi dapat di tentukan. Dua cara yang lazim di gunakan untuk

menghitung kebutuhan cairan pada penderita luka bakar, yaitu:

1. Cara Evans. Untuk menghitung kebutuhan cairan pada hari pertama hitunglah :

1. Berat badan (kg) x % luka bakar x 1 cc NaCl (1)

2. Berat Badan (kg) x luka bakar x 1 cc larutan koloid (2)

3. 2000 cc glukosa 5% (3)

Separuh dari jumlah (1),(2), dan (3) diberikan dalam 8 jam pertama dan sisanya diberikan dalam 16

jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. Sebagai monitoring

pemberian cairan dilakukan perhitungan diuresis.

2. Cara Baxter. Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah kebutuhan

cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus = % luka bakar x BB (kg) x 4 cc. Separuh dari jumlah

cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama

diberikan elektrolit yaitu larutan Ringer laktat karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua

diberikan setengah dari jumlah pemberian hari pertama.

3. Berikan analgetik. Analgetik yang efektif adalah morfin atau petidin, diberikan secara intravena. Hati-

hati dengan pemberian intramuscular karea dengan sirkulasi yang terganggu akan terjadi

penimbunan di otot.

4. Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencucian luka dilakukan dengan debridement dan

memandikan pasien dengan menggunakan cairan steril dalam bak khusus yang mengandung larutan

antiseptik. Antiseptik lokal yang dapat dipakai yaitu Betadine atau nitras argenti 0,5%.

5. Berikan antiseptik topikal pasca pencucian luka degan tujuan untuk mencegah dan mengatasi infeksi

yang terjadi pada luka. Bentuk krim lebih bermanfaat daripada bentuk salep atau ointment. Yng
dapat digunakan adalah silver nitrate 0,5%, mafenide acetate 10%, silver sulfadiazine 1%, atau

gentamisin sulfat.

6. Balut luka dengan menggunakan kasa gulung kering dan steril.

7. Berikan serum antitetanus/toksoid yaitu ATS 3000 unit pada orang dewasa dan separuhnya pada

anak-anak.

LUKA BAKAR KHUSUS (3,7)

A. Luka Bakar Karena Bahan Kimia/Kimiawi

Luka bakar dapat disebabkan oleh asam alkali , dan hasil-hasil pengolahan minyak. Luka bakar

alkali lebih berbahaya dari asam, sebab alkali lebih dalam merusak jaringan. Segeralah bersihkan

bahan kimia tersebut dari luka bakar Kerusakan jaringan akibat luka bakar bahan kimia dipengaruhi

oleh lamanya kontak, konsentrasi bahan kimia dan jumlahnya. Segera lakukan irigasi sebanyak-

banyaknya, bila mungkin gunakan penyemprot air. Lakukan tindakan ini dalam waktu 20 – 30 menit.

Untuk luka bakar alkali, di perlukan waktu yang lebih lama. Bila bahan kimia merupakan bubuk,

sikatlah terlebih dahulu sebelum irigasi.

Jangan memberikan bahan-bahan penetral (neutralizing agent) sebab reaksi kimiawi yang

terjadi akibat pemberian bahan penetral dapat memperberat kerusakan yang terjadi. Untuk luka

bakar pada mata, memerlukan irigasi terus-menerus selama 8 jam pertama setelah luka bakar.

Untuk irigasi ini dapat digunakan kanula kecil yang di pasang pada sulkus palpebra.

B. Luka Bakar Listrik


Luka bakar listrik terjasi karena tubuh terkena aliran listrik. Luka bakar listrik sering

menyebabkan kerusakan jaringan yang lebih berat daripada luka bakar yang terlihat pada

permukaannya.

Penanganan harus segera dilakukan meliputi perhatian pada jalan nafas, pernafasan,

pemasangan infus, ECG,dan pemasangan kateter. Apabila urine berwarna gelap, mungkin urine

mengandung hemokhromogens. Janganlah menunggu konfirmasi laboratorium untuk melakukan

terapi terhadap mioglobinuria. Pemberian cairan ditingkatkan sedemikian rupa sehingga tercapai

produksi urine sekurang-kurangnya 100 cc/jam (dewasa). Bila urine belum tampak jernih, berikan

segera 25 gr manitol dan tambahkan 12,5 gr manitol pada tiap penambahan 1 liter cairan untuk

mempertahankan diuresis sejumlah tersebut di atas. Bila terjadi asidosis metabolik, pertahankan

perfusi sebaik mungkin dan berikan Natrium bikarbonat untuk memberikan urine menjadi alkalis dan

meningkatkan kelarutan mioglobin dalam urine.

PERAWATAN (3)

1. Nutrisi yang di berikan cukup menutupi kebutuhan kalori dan keseimbangan nitrogen yang negatif

pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2500-3000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi.

2. Perawatan lokal dapat secara terbuka atau tertutup.

3. Antibiotik topikal diganti satu kali dalam satu hari, didahului hidroterapi untuk mengangkat sisa-sisa

krim antibiotik sebelumnya. Bila kondisi luka sangat kotor atau di jumpai banyak krusta dan atau

eksudat, pemberian dapat diulang sampai dengan 2 – 3 kali sehari.

4. Rehabilitasi termasuk latihan pernafasan dan pergerakan otot dan sendi.

5. Usahakan tak ada gangguan dalam penyembuhan; penyembuhan bisa dicapai secepatnya dengan :

- Perawatan luka bakar yang baik.


- Penilaian segera daerah-daerah luka bakar derajat 3 atau 2 dalam. Kalau memungkinkan buang

kulit yang non vital dan menambalnya secepat mungkin.

6. Usahakan mempertahankan fungsi sendi-sendi. Latihan gerakan atau bidai dalam posisi baik

7. Aturlah proses maturasi sehingga tercapai tanpa ada proses kontraksi yang akan mengganggu fungsi.

Bilamana luka bakar sembuh persekundam dalam 3 minggu atau lebih selalu ada timbul

kemungkinan timbul parut hipertrofi dan kemungkinan kontraktur pada waktu proses maturasi.

Sebaiknya di pasang perban ½ menekan, bidai yang sesuai dan anjuran untuk mengurangi edema

dengan elevasi daerah yang bersangkutan.

8. Antibiotik sistemik spectrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Infeksi dapat memperburuk

derajat luka bakar dan mempersulit penyembuhan. Yang banyak dipakai adalah golongan

aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas.

9. Suplementasi vitamin dapat diberikan yaitu vitamin A 10.000 unit per minggu, vitamin C 500 mg dan

sulfas ferosus 500 mg.

TINDAKAN BEDAH (2,11)

Eskarotomi juga dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang melingkar padaekstremitas atau

tubuh. Hal ini dilakukan untuk sirkulasi bagian distal akibat pengerutan dan penjepitan dari esker.

Tanda dini penjepitan berupa nyeri, kemudian kehilangan daya rasa menjadi kebal pada ujung-ujung

distal. Tindakan yang dilakukan yaitu membuat irisan irisan memanjang yang membuka esker sampai

penjepitan bebas.

Debridemen di usahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan jalan eksisi

tangensial.

PROGNOSIS (3,5)
Prognosis dan penanganan derajat luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya

permukaan luka bakar; dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan. Selain itu faktor letak

daerah yang terbakar, usia, dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan

penyembuhan. Luka bakar pada daerah perineum, ketiak, leher, dan tangan sulit dalam

perawatannya, antara lain karena mudah mengalami kontraktur.

You might also like