Professional Documents
Culture Documents
Luka bakar dapat disebabkam oleh panas, arus listrik atau bahan kimia yang mengenai
kulit, mukosa dan jaringan-jaringan yang lebih dalam. Dalam pengelolaan luka bakar perlu
diketahui baik luas maupun dalanya luka bakar.
o Tingkat I
o Tingkat II
Dibagi menjadi:
o Tingkat III
Mengenai seluhur tebal kulit, tidakada lagi sisa elemen epitelial. Luka bakar
yang lebih dalam dari kulit seperti sub kutan dan tulang dikelompokanjuga
pada tingkat III.
Prioritas pengelolaan penderita luka bakar secara umum perlu dierhatikan seperti pengelolaan
penderita trauma pada umumnya yaitu, Airway, Breathing, dan Circulation.
Terapi Cairan
Orang dewasa dengan luka bakar tingkat II-III 20 % atau lebih sudah ada indikasi untuk
pemberian infus karena kemungkinan timbulnya syok. Sedangkan pada orang tua dan
anak-anak batasnya 15%.
Formula yang dipakai untuk pemberian cairan adalah formula menurut Baxter. Formula
Baxter terhitung dari saat kejadian maka (orang dewasa):
8 jam pertama ½ (4cc x KgBB x % luas luka bakar) Ringer Laktat
16 jam berikutnya ½ (4cc x KgBB x % luas luka bakar) Ringer Laktat ditambah 500-
1000cc koloid.
Total Cairan
Sesuai dengan anjiuran Moncrief maka 17/20 bagian dari total cairan diberikan dalam
bentuk larutan Ringer Laktat dan 3/20 bagian diberikan dalam bentuk koloid. Ringer
lakatat dan koloid diberikan bersama dalam botol yang sama. Dalam 8 jam pertama
diberikan ½ jumlah total ciran dan dalam 16 jam berikutrnya diberikan ½ jumlah total
cairan.
Formula tersebut hanyalah suatu pedoman, suatu estimasi yang kasar. Jangan sekalikali
fanatik terhadap formula tersebut melainkan selalu dikoreksi melalui tanda-tanda klinis
penderita dan laboratorium apakah cairan yang diberikan sudah memadai.
Pengelolaan Nyeri
Nyeri yang hebat dapat menyebabkan neurogenik syok yang terjadi pada jam-jam
pertama setelah trauma. Morphin diberikan dalam dosis 0,05 mg/Kg (iv).
Perawatan luka
Perawatan pertama
- Segera setelah terbakar, dinginkan luka dengan air dingin, yang terbaik
dengan temperatur 20oC selama 15 menit
Perawatan Definitif
- Perawatan tertutup
- Perawatan Terbuka
Eksudat yang keluar dari luka beserta debris akan mengering akan
menjadi lapisan eschar. Penyembuhan akan berlangsung dibawah eschar.
Penderita dirawat di dalam ruangan isolasi. Setiap eschar yang pecah
harus diberikan obat-obatan lokal dan dikontrol bila ada penumpukan pus
dibawah eschar maka haru dilakukan pempukaan eschar (escharotomi).
Obat-obatan lokal
Mandi
- Badan penderita setiap 1-2 hari setelah resusitasi selesai harus dibersihkan
dari kotoran yang melekat dengan memandikannya. Luka dibilas dengan
cairan yang mengandung desinfektan (savlon 1:30 atau Kalium
Permanganat 1:10.000). Escharotomi pada perawatan terbuka umumnya
dikerjakan pada minggu kedua dengan cara eksisi memakai pisau,
dermatom, elektro eksisi atau enzimatik (kolagenase).
Skin Grafting
Antibiotika Sistemik
- Bakteri yang berada pada luka umumnya gram positif dan hanya
berkembang setempat, tetapi bakteri gram negatif seperti pseudomonas
sangat invasif dan banyak menimbulkan sepsis. Karena banyaknya
jaringan nekrotik pada luka bakar maka penetrasi antibiotika sistemik ke
luka tidaklah meyakinkan. Oleh karena itu antibiotika sistemik digunakan
bila timbul gejala sepsis. Macam antibiotika ditentukan dari kultur dari
bagian yang terinfeksi, baik luka, darah maupun urine.
Nutrisi
Mortalitas
- Sepsis
Rehabilitasi
Ditentukan dengan derajat kedalaman, luas, area yang terkena, trauma penyerta, umur.
Derajat 1 Cuma terkena di epidermis. Biasanya perih dan ga ada bula. Karena kulit masih
intak, biasanya ga didiagnosis. Cuma dikasih salep buat mengatasi nyeri.
Derajat 2, dibagi jadi 2a superficial thicknes, 2b deep (epidermis dan 2/3 dermis). Di sini
udah ada bula. Bedanya, kalo bula dipecah dilihat di dasar luka. Kalo makin dalam luka
bakar, dasarnya akan makin memutih (merah muda). Biasanya nyerinya malah makin
berkurang.
Derajat 3. Kena di seluruh lapisan kulit. Makin tidak nyeri karena end motor neuronnya
udah makin ga ada. Lukanya kering, bisa putih bisa hitam.
Makin dangkal kedalaman luka, makin cepat sembuh. Karena masih ada epitelnya. Di sini
yang termasuk yaitu grade 1 dan 2a.
Karena bisa sembuh sendiri, bisa didiamkan dulu sampai 1 minggu. Kalau udah 2b, harus
ditutup. Kalo 3 harus segera dirujuk.
Kalo lukanya dikit, dianggap berapa persen dari luas tubuh pasien (bukan berapa % dari
dokter).
Makin muda usia pasien, presentasi luka bakar paling banyak di kepala (karena proporsi
tubuh anak memang kepala masih besar).
Area Kritis
Genitalia
Telinga.
Gangguan psikiatrik misal gaduh gelisah karena trus ada luka bakar bisa jadi suatu saat dia
mengulangi lagi.
Umur pasien
Mempengaruhi prognosisnya.
Meskipun sama-sama gradenya (misal 2b), kalo kena anak tentu risiko keparahan lebih
besar daripada kalo kena orang dewasa.
Tingkat ringan
Kalau luka bakar grade2 kurang dari 15% atau grade 3 kurang dari 2%.
Tingkat sedang
Tingkat berat
Sedang 10-20%
Perawatan
Untuk pasien pediatric risiko kehilangan cairan lebih besar karena skin barrier belum
optimal.
Yang paling bahaya yang bersifat asam, karena bersifat korosif. Jadinya kerusakan jaringan
jadi lebih besar.
Penanganan
Kalau kena mata, gunakan plester biar mata tetep terbuka, trus pasang kaya abuket dialiri
infuse buat irigasi terus.
Untuk bahan kimia kering (yang masih bentuk bubuk) jangan diberi air. Tapi
disikat/diberisihkan dulu bahan bubuknya itu. Trus buka bajunya.
Penangangan
Pada awal kejadian, mungkin kelihatan ringan. Tapi lama-lama memburuk. Maka, luka
bakar listrik itu wajib opname.
Tanyakan di mana yang kontak (istilahnya luka masuk). Trus lihat luka bakar di area tubuh
lain. Artinya, baju harus dibuka. Harus dicek buat tahu dimana luka bakar keluar. Soalnya
listrik kan dihantarkan. Artinya dia butuh konduktor air yaitu plasma. Jadi taunya luka
masuk dan keluar biar tahu aliran listriknya itu lewat organ apa aja.
Yang paling bahaya malah kalau luka dari tangan kanan ke tangan kiri. Soalnya organ yang
paling banyak dilewati justru jantung dan paru (yang bisa langsung menyebabkan kematian
tiba-tiba).
Kalau luka masuk dari kepala ke kaki, memang organ yang dilewati lebih banyak, tapi
kemungkinan terpaparnya jantung justru lebih sedikit, jadi malah tidak terlalu parah
(kalau dibandingan yang dari tangan kanan ke kiri).
Pada ekstremitas, jangan dibalut secara sirkuler dan ketat. Soalnya udah
vascularcompromissed ditambah dibalut, bisa-bisa malah gangguan pembuluh darah lebih
banyak.
Trauma Inhalasi
Bisa dari asap bahan kimia, asap kendaraan bermotor (so, pake masker ya teman kalau
naik motor)
Tidak berasa, tidak berwarna, tidak iritatif, tapi tahu-tahu bisa ‘membunuh’.
Pemberian Cairan
Pada pasien luka bakar diukur berat badannya. Soalnya, sering terjadi udem. Biar tahu BB-
nya dan bisa ditentukan dosis.
Total cairan itu dibagi jadi 2. Yang separo diberikan dalam 8 jam pertama (jam 0-8). Yang
separo lagi diberikan dalam 16 jam berikutnya (jam 9-24).
Misal pasien datang jam ke-6 setelah kejadian, masih tersisa 2 jam untuk 8 jam pertama.
Padahal harus ngasih terapi cairan separo total kebutuhan cairan.
Maka lakukan penggrojokan. Kalau perlu iv kateternya 2, 4 atau berapapun, yang penting
separoh kebutuhan itu bisa masuk dalam 2 jam itu.
Lakukan monitoring produksi urin per jam. Misal diberi cairan 80cc, urin bisa 40-80cc.
Kalau produksi urin kurang, berarti resusitasi cairannya tidak adekuat. Kalau urinnya
berlebihan, kurangi grojog. Biar ga udem.
Berikan koloid pada jam ke 18-24. Koloid yang diberikan yaitu dextra 500-1000 cc
tergantung luas luka bakar.
Fungsi koloid (setelah diberikan RL) yaitu untuk mengatasi masalah vaskuler berupa
peningkatan permeabilitas yang menyebabkan cairan keluar. Jadinya hipovolemik.
Makanya dkasih RL dulu untuk isi intravaskuler. Kalau ga ditreatment bisa prolong
hipovolemi. Ujung-ujungnya ginjal, otot akan dikorbankan. Perfusi berkurang shg terjadi
akut renal failure dan kardiomielitis.
Ketika permeabilitasnya udah kembali normal, pori-pori akan nutup. Cairan di intsial akan
terjadi udem jaringan. Jadi butuh koloid untuk narik cairan dari interstisial dan jaringan
ke vaskuler. Biar ga ada udem.
i. Secara sistemik penatalaksanaan luka bakar dapat dilakukan sistemik dengan menggunakan metode
6C, yaitu clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis, covering, and comforting.
a. Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahkan pakaian yang menempel dan
tak dapat dilepaskan maka dibiarkan sampai fase cleaning.
b. Cooling : dinginkan daerah yang terkena luka bakardengan menggunakan air mengalir selama 20
menit, hindari hipotermia (penurunan suhu dibawah normal, terutama pada anak dan orang tua).
Cara ini efektif sampai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar. Kompres dengan air dingin (air
sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri)
untuk luka yang terlokalisasi. Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah
mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia.
Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air mengalir yang
banyak selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan
terlebih dahulu dari kulit, baru disiram dengan air mengalir.
c. Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit. Dengan
membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan risiko infeksi
berkurang.
d. Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberika pada luka yang lebih dalam dari
superficial partial-thickness. Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat
diberikan kecuali pada luka bakar superficial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa,
perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyusui dengan bayi kurang dari 2 bulan.
e. Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka bakar. Luka
bakar superficial tidak perlu ditutup dengan kassa atau bahan lainnya. Pembalutan luka (yang
dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat
hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli, atau larutan lainnya,
menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.
ii. Penanganan awal luka bakar berjalan sesuai dengan prinsip advanced Trauma Life Support yaitu :
a. Airway, penilaian mengenai kondisi saluran napas. Jika terhambat perlu diberi alat bantu
pernapasan. Hal ini dapat terjadi karena sumbatan jalan nafas atas (larynx, pharynx) akibat cedera
inhalasi yang ditandai dengan kesulitan nafas (stridor hoarsness). Jika total tersumbat dilakukan
trakeostomi atau pembuatan lubang pada saluran napas.
b. Breathing atau kemampuan menarik napas. Ada kemungkinan tulang dada patah, atau luka
bakar di seluruh dada sehingga kulit mengeras dan penderita tidak bisa bernapas. (eskar).
Untuk mengatasi dilakukan sobekan pada daerah kulit mati yang disebut escharotomy.
c. Circulation yaitu Masalah yang dihadapi pada penenganan fase akut dari luka bakar adalah
gangguan pernapasan dan hipovolemik syok.
Cairan resusitasi yang terbaik adalah bila diimbangi dengan kadar elektrolit. Pada formula Evans
Brooke, pemberian koloid (darah) bertujuan untuk : mengatasi penurunan HB, disamping itu koloid
akan menarik cairan yang mengalami pasasi ekstravaskuler, alasan ini dianggap tidak tepat karena:
Syok yang terjadi adalah syok hipovolemia yang hanya memerlukan penggantian cairan.
Penurunan kadar HB terjadi karena perlekan eritrosit , trombosit, lekosit dan komponen sel pada
dinding pembuluh darah kapiler darah yang mengalami vasokonstriksi sehingga sefara klinis tampak
sebagai kondisi anemia
Sementara terjadi gangguan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan kebocoran plasma
pemberian koloid tidak akan efektif dan akan menaikkan beban jantung, paru dan ginjal.
Pemberian cairan isotonis yang diperkaya denagan elektrolit
Koloid atau plasma diberikan (bila diperlukan) setelah sirkulasi mengalami pemulihan (lebih dari 24-
36 jam).
Sampai sekarang diyakini RL merupakan cairan yang paling sering diberikan pada resusitasi luka
bakar.
Evans1 cc/kgBB/%
Untuk roborantia diberikan protein dan mineral yang berperan besar dalam metabolisme khususnya
sintesis protein. Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen, yang dapat diberikan sebanyak
500mg/hari. Vitamin A berperan dalam epitelisasi, sintesis kolagen dan resistensi terhadap infeksi.
Pada pasien luka bakar diberikan 25.000 IU. Juga dapat ditambahkan seng (Zn) yang berperan untuk
sintesis protein, dan nyata membantu penyembuhan. Fe juga baik untuk memperbaiki transportasi
oksigen.
Antibiotik profilaksis
Pemberian dilakukan secara sistemik yang ditujukan mencegah berkembangnya infeksi saat
melakukan tindakan, yang didasarkan pola kuman setempat. Pemberian secara intravena satu kali
pemberian dalam waktu 30 menit sebelum melakukan tindakan, dan dapat dilanjutkan selama 24
jam pertama pasca tindakan.
Antibiotik terapik
Pemberian secara sistemik ini ditujukan untuk mengatasi infeksi yang sudah terjadi sesuai dengan
pemeriksaan kultur dan resistensi.
Antibiotik topikal
Pemberian antibiotik ditujuakan mencegah dan mengatasi infeksi yang terjadi pada luka. Didasarkan
pada pola kuman dan resistensi kuman. Bentuk krim lebih bermanfaat dibandingkan salep.
b. Analgetika
Analgetika yang efektif adalah morfin dan petidin, diberikan secara intravena. Hati-hati dengan
pemberian IM karena gangguan sirkulasi sehingga dapat tertimbun di dalam otot.
c. Antasida, H2 blocker untuk mengatasi keadaan curling’s ulcer.
d. Anti tetanus : diberikan pada luka bakar derajat II dan III. Bila serum ATS diberikan 1500 IU (dewasa)
dan 750 IU (anak). Bila diberikan dalam bentuk toksoid sebanyak 1 cc (dewasa) dan 0,5 cc (anak). (2)
LUKA BAKAR
PENDAHULUAN
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi(1,2,3). Luka bakar
merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi yang memerlukan
penatalaksanaan yang khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut (1).
Luka bakar pada dasarnya merupakan fenomena pemindahan panas. Meskipun sumber
panasnya dapat bervariasi, akibat akhir yang timbul selalu berupa kerusakan jaringan, paling nyata
pada kulit, tetapi pada cedera multisistemik yang nyata dapat menyebabkan gangguan yang serius
pada paru-paru, ginjal dan hati. Efek-efek sistemik dan mortalitas akibat cedera luka bakar
berhubungan langsung dengan luas dan dalamnya kulit yng terkena. Hampir semua kasus luka bakar
disebabkan oleh api atau tersiram air panas. Dengan menentukan sumber panas (misalnya, agen
yang menyebabkan luka bakar) akan membantu kita dalam memperkirakan luas dan dalamnya
cedera. Perkiraan ini sangat penting dalam merencanakan terapi cairan intravena yang tepat (4).
2. Kebakaran dalam industri, misalnya pada pengelasan dimana tangki las meledak.
3. Pada anak-anak dan bayi-bayi akibat tersiram air panas (sclaldig). Di Indonesia dapat
ditemukan luka bakar pada bayi karena botol; yang berisi air panas yang diletakkan di
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar resusitasi pada trauma dan penerapannya pada
saat yang tepat, diharapkan akan dapat menurunkan sekecil mungkin angka-angka tersebut di atas.
Prinsip-prinsip dasar tersebut meliputi kewaspadaan akan terjadinya gangguan jalan nafas pada
penderita yang mengalami trauma inhalasi, mempertahankan hemodinamik dalam batas normal
dengan resusitasi cairan, mengetahui dan mengobati penyulit-penyulit yang mungkin terjadi akibat
inflammatory response syndrome), infeksi dan sepsis, serta parut hipertrofik dan kontraktur (1,3,7).
EPIDEMIOLOGI
Sekitar 2 juta orang menderita luka bakar di Amerika Serikat, tiap tahun , dengan 100.000
yang di rawat di rumah sakit dan 20.000 yang perlu di rawat dalam pusat-pusat perawatan luka
bakar (8).
Insiden puncak luka bakar pada orang dewasa muda terdapat pada umur 20-29 tahun,
diikuti oleh anak umur 9 atau lebih muda. Luka bakar jarang terjadi pada umur 80 tahun keatas (8).
Sekitar 80% luka bakar terjadi di rumah. Pada anak di bawah umur 3 tahun, penyebab luka
bakar paling umum adalah kecelakaan jatuh pada kepala. Pada umur 3-14 tahun, penyebab paling
PATOFISIOLOGI
permasalahan yang ada dipilah menurut fase perjalanan penyakitnya. Terdapat 3 fase dalam luka
Pada fase ini permasalahan utama berkisar pada gangguan yang terjadi pada saluran nafas
(misalnya, cedera inhalasi), gangguan mekanisme bernafas oleh karena adanya eskar melingkar di
dada atau trauma multipel di rongga toraks; dan gangguan sirkulasi (keseimbangan cairan-elektrolit,
Masalah utama pada fase ini adalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), dan Multi-
system Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan sepsis (1,3). Ketiganya merupakan dampak dan atau
perkembangan masalah dari fase pertama (cedera inhalasi, syok) dan masalah yang bermula dari
3. Fase lanjut.
Fase ini berlangsung sejak penutupan luka sampai terjadinya maturasi ringan. Masalah yang di
hadapi adalah penyulit dari luka bakar; berupa parut hipertrofik, kontraktur, dan deformitas lain
yang terjadi karena kerapuhan jaringan atau struktur tertentu akibat proses inflamasi yang hebat
Luka bakar pada tubuh terjadi baik karena konduksi panas langsung atau radiasi
elektromagnetik. Derajat luka bakar berhubungan dengan beberapa faktor, termasuk konduksi
jaringan yang terkena, waktu kontak dengan sumber tenaga panas dan pigmentasi permukaan. Saraf
dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan terhadap konduksi panas, sedang
dan 51 0C, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap derajat kenaikan temperature
dan waktu penyinaran yang terbatas yang dapat di toleransi. Diatas 51 0C, protein terdenaturasi dan
kecepatan kerusakan jaringan yang sangat hebat. Temperatur di atas 70 0C menyebabkan kerusakan
selulear yang sangat cepat dan hanya periode penyinaran yang singkat dan dapat di tahan (8).
Luka bakar terbentuk di beberapa daerah, dimulai dengan daerah koagulasi jaringan pada titik
kerusakan maksimal. Di sertai daerah koagulasi terdapat daerah statis yang di tandai dengan aliran
darah yang cepat dan terdiri dari sel-sel yang masih dapat di selamatkan. Disekeliling daerah statis
terdapat daerah hiperemia. Tempat sel kurang rusak dapat sembuh sempurna (8).
Cedera Inhalasi
Cedera inhalasi adalah terminologi yang digunakan untuk menjelaskan perubahan mukosa
nafas akibat adanya paparan terhadap suatu iritan dan menimbulkan manifestasi klinik dengan
gejala distress pernafasan. Reaksi yang timbul akibat paparan terhadap suatu iritan berupa suatu
(1,4)
bentuk inflamasi akut dengan edema dengan hipersekresi mukosa saluran nafas. Iritan tersebut
biasanya berupa produk toksik dari sisa pembakaran yang tidak sempurna (toxic fumes) atau zat
Inflamasi akut pada epitel mukosa menyebabkan disrupsi dan maserasi epitel yang nekrosis.
Epitel-epitel ini bercampur dengan sekret yang kental oleh karena banyak mengandung fibrin-fibrin
menyebabkan obstruksi lumen (mucous plug); menimbulkan distress pernafasan dan kematian
Adanya eskar melingkar di permukaan rongga toraks menyebabkan gangguan ekspansi rongga
toraks pada proses respirasi (terutama inspirasi); hal ini menimbulkan suatu bentuk gangguan
compliance paru. Dengan keterbatasan proses ekspansi dinding dada ini, volume inspirasi berkurang
sehingga menyebabkan gangguan secara tidak langsung pada proses oxygen exchange (penurunan
PaO2)(1).
Proses yang sama akan terjadi dengan adanya cedera pada rangka rongga toraks, misalnya
Gangguan sirkulasi
(2,4,8)
permeabilitas kapiler . Terjadi perubahan bentuk-bentuk sel endotel, dimana sel-sel tersebut
membulat (edematous) dengan pembesaran jarak intraselular. Karena terjadi perubahan tekanan
hidrostatik dan onkotik di ruang intravaskular, terjadi ekstravasasi cairan intravaskular, plasma
(protein), elektrolit dan lekosit ke ruang interstitial. Di jaringan interstitial terjadi penimbunan cairan,
menyebabkan keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik di sana terganggu. Penimbunan cairan
interstitial menyebabkan gangguan perfusi dan metabolisme selular (syok jaringan) (1).
Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas kapilar yang hamper menyeluruh,
penimbunan cairan masif di jaringan interstitial menyebabkan kondisi hipovolemik (4). Volume cairan
Luka bakar di bedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan penyebab dan kedalaman
- Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.
- Di jumpai bulla
- Dasar luka berwarna merah pucat, sering terletak lebih tinggi di atas kulit normal
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih
utuh.
- Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi
- Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih dalam
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan.
- Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, karena kering, letaknya lebih rendah
- Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
- Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami
- Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar luka.
dalam merupakan petunjuk yang baik dalam menilai luasnya luka bakar : kepala, 7 persen, dan leher,
2 persen, sehingga total 9 persen; setiap ekstremitas atas, 9 persen; badan bagian anterior, 2 x 9
atau 18 persen; badan bagian posterior, 13 persen, dan bokong, 5 persen, sehingga total 18 persen;
Pada anak-anak terdapat perbedaan dalam luas permukaan tubuh relatif, yang umumnya
mempunyai perimbangan lebih besar antara luas permukaan kepala dengan luas ekstremitas bawah
dibandingkan dengan orang dewasa. Area kepala luasnya adalah 19 persen pada waktu lahir ( 10
persen lebih besar daripada orang dewasa); hal ini terjadi akibat pengurangan pada luas ekstremitas
bawah, yang masing-masing sebesar 13 persen. Dengan bertambahnya usia setiap tahun sampai usia
10 tahun, area kepala dikurangi 1 persen dan dalam jumlah yang sama di tambah pada ekstremitas
bawah. Setelah usia 10 tahun, di gunakan persentase dewasa. Luas luka bakar yang mungkin bersifat
letal pada 50 persen dari mereka yang cedera (LA50) adalah 60 persen pada populasi dewasa muda,
50 persen pada anak-anak, dan 35 persen pada orang tua (lebih dari 40 tahun) (4).
1. Berat/kritis bila :
Derajat 3 dengan luas lebih dari 10 %, atau terdapat di muka, kaki, dan tangan
Luka bakar di sertai trauma jalan nafas atau jaringan lunak luas, atau fraktur
2. Sedang bila :
Derajat 3 dengan luas kurang dari 10%, kecuali muka, tangan, dan kaki.
3. Ringan bila :
1. Setiap kecurigaan adanya cedera saluran nafas (riwayat luka bakar karena api, terutama
yang terjadi di dalam ruangan (indoor), inhalasi sap, batuk, perubahan suara, atau kesulitan
bernafas.
3. Setiap luka bakar superficial dimana luas permukaan tubuh yang terkena lebih dari 10 %.
4. Setiap luka bakar yang dalam (deep burn) dimana luas permukaan tubuh yang terkena lebih
dari 3 %.
5. Setiap luka bakar pada bagian tubuh yang vital (luka bakar pada tempat yang dapat
menimbulkan rasa nyeri yang hebat, hilangnya kemampuan untuk merawat diri sendiri, atau
kecacatan berat yang mengancam seperti kasus-kasus dimana terjadi kerusakan pada mata,
6. Usia yang ekstrim (sangat muda, dibawah usia 2 tahun; setiap anak dengan luka bakar yang
keadaan cederanya tidak jelas dan dapat menunjukkan adanya tindak kekerasan pada anak
7. Cedera penyerta seperti fraktur, laserasi yang luas, atau trauma tumpul pada dada atau
abdomen.
PENATALAKSANAAN (1,2,3,4,5,6,7,8,10)
Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera mungkin, pencegahan infeksi,
mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan elemen di dalamnya,
Pada saat kejadian, hal pertama yang harus di lakukan adalah menjatuhkan korban dari
sumber trauma. Padamkan api dan siram kulit yang panas dengan air. Proses koagulasi protein sel di
jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus, walau api telah di padamkan, sehingga
destruksi tetapi meluas. Proses tersebut dapat di hentikan dengan mendinginkan daerah yang
1. Lakukan resusitasi dengan memberikan jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi, yaitu:
Bila dijumpai obstruksi jalan nafas, buka jalan nafas dengan pembersihan jalan nafas ( suction, dsb ),
Berikan oksigen
Pasang iv line untuk rsusitasi cairan, berikan cairan RL untuk mengatasi syok.
Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada ileus paralitik
Pasang pemantau tekanan vena sentral (CVP), untuk pemantauan sirkulasi darah, pada luka bakar
ekstensif (>40%)
2. Periksa cedera yang terjadi di seluruh tubuh secara sistematis untu menentukan adanya
cedera inhalasi, luas dan derajat luka bakar. Dengan demikian jumlah dan jenis cairan yang
diperlukan untuk resusitasi dapat di tentukan. Dua cara yang lazim di gunakan untuk
1. Cara Evans. Untuk menghitung kebutuhan cairan pada hari pertama hitunglah :
Separuh dari jumlah (1),(2), dan (3) diberikan dalam 8 jam pertama dan sisanya diberikan dalam 16
jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. Sebagai monitoring
2. Cara Baxter. Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah kebutuhan
cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus = % luka bakar x BB (kg) x 4 cc. Separuh dari jumlah
cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama
diberikan elektrolit yaitu larutan Ringer laktat karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua
3. Berikan analgetik. Analgetik yang efektif adalah morfin atau petidin, diberikan secara intravena. Hati-
hati dengan pemberian intramuscular karea dengan sirkulasi yang terganggu akan terjadi
penimbunan di otot.
4. Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencucian luka dilakukan dengan debridement dan
memandikan pasien dengan menggunakan cairan steril dalam bak khusus yang mengandung larutan
antiseptik. Antiseptik lokal yang dapat dipakai yaitu Betadine atau nitras argenti 0,5%.
5. Berikan antiseptik topikal pasca pencucian luka degan tujuan untuk mencegah dan mengatasi infeksi
yang terjadi pada luka. Bentuk krim lebih bermanfaat daripada bentuk salep atau ointment. Yng
dapat digunakan adalah silver nitrate 0,5%, mafenide acetate 10%, silver sulfadiazine 1%, atau
gentamisin sulfat.
7. Berikan serum antitetanus/toksoid yaitu ATS 3000 unit pada orang dewasa dan separuhnya pada
anak-anak.
Luka bakar dapat disebabkan oleh asam alkali , dan hasil-hasil pengolahan minyak. Luka bakar
alkali lebih berbahaya dari asam, sebab alkali lebih dalam merusak jaringan. Segeralah bersihkan
bahan kimia tersebut dari luka bakar Kerusakan jaringan akibat luka bakar bahan kimia dipengaruhi
oleh lamanya kontak, konsentrasi bahan kimia dan jumlahnya. Segera lakukan irigasi sebanyak-
banyaknya, bila mungkin gunakan penyemprot air. Lakukan tindakan ini dalam waktu 20 – 30 menit.
Untuk luka bakar alkali, di perlukan waktu yang lebih lama. Bila bahan kimia merupakan bubuk,
Jangan memberikan bahan-bahan penetral (neutralizing agent) sebab reaksi kimiawi yang
terjadi akibat pemberian bahan penetral dapat memperberat kerusakan yang terjadi. Untuk luka
bakar pada mata, memerlukan irigasi terus-menerus selama 8 jam pertama setelah luka bakar.
Untuk irigasi ini dapat digunakan kanula kecil yang di pasang pada sulkus palpebra.
menyebabkan kerusakan jaringan yang lebih berat daripada luka bakar yang terlihat pada
permukaannya.
Penanganan harus segera dilakukan meliputi perhatian pada jalan nafas, pernafasan,
pemasangan infus, ECG,dan pemasangan kateter. Apabila urine berwarna gelap, mungkin urine
terapi terhadap mioglobinuria. Pemberian cairan ditingkatkan sedemikian rupa sehingga tercapai
produksi urine sekurang-kurangnya 100 cc/jam (dewasa). Bila urine belum tampak jernih, berikan
segera 25 gr manitol dan tambahkan 12,5 gr manitol pada tiap penambahan 1 liter cairan untuk
mempertahankan diuresis sejumlah tersebut di atas. Bila terjadi asidosis metabolik, pertahankan
perfusi sebaik mungkin dan berikan Natrium bikarbonat untuk memberikan urine menjadi alkalis dan
PERAWATAN (3)
1. Nutrisi yang di berikan cukup menutupi kebutuhan kalori dan keseimbangan nitrogen yang negatif
pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2500-3000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi.
3. Antibiotik topikal diganti satu kali dalam satu hari, didahului hidroterapi untuk mengangkat sisa-sisa
krim antibiotik sebelumnya. Bila kondisi luka sangat kotor atau di jumpai banyak krusta dan atau
5. Usahakan tak ada gangguan dalam penyembuhan; penyembuhan bisa dicapai secepatnya dengan :
6. Usahakan mempertahankan fungsi sendi-sendi. Latihan gerakan atau bidai dalam posisi baik
7. Aturlah proses maturasi sehingga tercapai tanpa ada proses kontraksi yang akan mengganggu fungsi.
Bilamana luka bakar sembuh persekundam dalam 3 minggu atau lebih selalu ada timbul
kemungkinan timbul parut hipertrofi dan kemungkinan kontraktur pada waktu proses maturasi.
Sebaiknya di pasang perban ½ menekan, bidai yang sesuai dan anjuran untuk mengurangi edema
8. Antibiotik sistemik spectrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Infeksi dapat memperburuk
derajat luka bakar dan mempersulit penyembuhan. Yang banyak dipakai adalah golongan
9. Suplementasi vitamin dapat diberikan yaitu vitamin A 10.000 unit per minggu, vitamin C 500 mg dan
Eskarotomi juga dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang melingkar padaekstremitas atau
tubuh. Hal ini dilakukan untuk sirkulasi bagian distal akibat pengerutan dan penjepitan dari esker.
Tanda dini penjepitan berupa nyeri, kemudian kehilangan daya rasa menjadi kebal pada ujung-ujung
distal. Tindakan yang dilakukan yaitu membuat irisan irisan memanjang yang membuka esker sampai
penjepitan bebas.
Debridemen di usahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan jalan eksisi
tangensial.
PROGNOSIS (3,5)
Prognosis dan penanganan derajat luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya
permukaan luka bakar; dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan. Selain itu faktor letak
daerah yang terbakar, usia, dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan
penyembuhan. Luka bakar pada daerah perineum, ketiak, leher, dan tangan sulit dalam