You are on page 1of 13

BAB 3

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS


DENGAN TETANUS NEONATORUM
DI RSUD SOSODORO DJATIKOESOEMO BOJONEGORO

I. Pengkajian.
A. Data Subjektif
Tanggal : 06 Desember 2017 Jam : 11.00 WIB

a. Identitas Bayi
Nama : By “A”
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat tanggal lahir : Bojonegoro, 29 November 2017 Jam : 10.00 WIB
Umur : 8 hari
Anak ke : 1 (pertama)
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Tanggal masuk : 06 Desember 2017 Jam : 11.00 WIB
Alamat : Jl. Raya Dander RT.24/RW. 09 Kec. Dander Kab.
Bojonegoro
b. Identitas Orang Tua
Nama : Ny “ Y” Nama : Tn. “ S”
Umur : 22 th Umur : 26 th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa / Indonesia Suku/bangsa : Jawa/indonesia
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan :- Pekerjaan : Buruh Tani
Gol. Darah :B Gol. Darah :A
Penghasilan :- Penghasilan :
Rp1.500.000/bln
Alamat :Jl.Raya Dander RT. 24/RW. 09 Kec. Dander Kab.
Bojonegoro

11
c. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Ibu merasa khawatir anaknya tidak mau menyusu, demam, dan mulut
bayinya mencucu seperti mulut ikan disertai kejang.
2. Riwayat penyakit sekarang
Bayi panas, kejang dan mulut bayi mencucu seperti mulut ikan. Bayi lahir
pada tanggal 29 November 2017 di rumah dengan bantuan dukun desa
dengan keadaan normal.
3. Riwayat penyakit dahulu
Bayi lahir aterm, tidak ada kelainan.
4. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit menular, penyakit menahun, dan penyakit seperti anaknya.
5. Riwayat Kesehatan lingkungan
a. Perubahan secara umum
Bayi tersebut terlihat gelisah, rewel, wajah meringis, dan tidak mau
menyusu.
b. Lingkungan Rumah
Ibu mengatakan bahwa tempat tinggalnya jauh dari keramaian, lantai
rumahnya tanah, terdapat ventilasi udara.
6. Riwayat Antenatal dan Postnatal
a. Riwayat Antenatal
Ibu bayi mengandung selama 37 minggu.
b. Riwayat Natal
Bayi lahir di rumah dengan bantuan dukun pada usia kehamilan 37
minggu dengan persalinan normal dan spontan serta didampingi oleh
suami dan keluarganya.
c. Riwayat Postnatal
Pada saat melahirkan ibu tidak mengalami perdarahan dan bayi dalam
keadaan sehat dengan berat badan yaitu 2.600 gram.
7. Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan anaknya telah diimunisasi pada hari ke 2 setelah persalinan.

12
8. Pola Kebiasaan

Pola Kebiasaan Di Rumah Di Rumah Sakit


Nutrisi Bayi minum ASI 6 – 8 Bayi tidak mau
x/hari menyusu dan rewel

BAB 1 x/hari BAB 1 x/hari


Eliminasi
BAK 5 – 6 x/hari BAK 2 – 3 x/hari

Mandi 2 x/hari Tidak mandi


Personal Hygiene

Tidur 18 – 20 jam/hari Tidur 5 – 6 jam/hari


Istirahat

Bayi aktif dan tampak Bayi tampak lemah dan


Aktivitas
bugar aktivitas terganggu

B. Data Objektif
1. Tanda-tanda vital dan keadaan fisik umum
Keadaan umum : lemah
BB : 2.600 gr
PB : 49 cm
Suhu : 38,6 ºC (Hipotermi)
Nadi : 124 x/menit
RR : 48 x/ menit
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Mesosepal, rambut tipis, berwana hitam.
b. Muka : wajah pucat, dan terlihat lelah
c. Mata : Simetris.
d. Hidung : Tidak ada polip, terdapat septum, tidak ada sekret.
e. Mulut : Mencucu seperti mulut ikan, mukosa bibir kering.
f. Telinga : Telinga simetris, tidak ada serumen
g. Leher : Tidak terdapat deviasi trakea
h. Dada : Simetris, tidak ada retraksi tulang iga, tidak terdengar
ronchi atau wheezing

13
i. Abdomen :
Inspeksi : Abdomen lebih tinggi dari dinding dada, terdapat
distensi epigastrium, tali pusat basah.
Palpasi : Hepar dan limfa tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Terdapat bising usus.
j. Genetalia : Tidak ada kelainan, testis sudah turun, terdapat Anus.
k. Integumen : Turgor kulit buruk.
l. Ekstremitas : Tangan dan kaki kebiruan
C. Pemeriksaan penunjang
( 06 Desember 2017)
Pemeriksaan lab : Leukosit : 18.000 sel/mm3
II. ANALISIS DATA
No DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS: Ibu bayi mengatakan bahwa Tetanospasmin yang Gangguan pola nafas
mulut bayinya mencucu menyerang otot-otot
DO: pernapasan sehingga
1. Bayi menangis terus menerus otot tersebut tidak
dan rewel berfungsi
2. Bayi tampak gelisah
3. Kekakuan otot rahang
4. RR : 48 x/menit
2. DS: Ibu bayi mengatakan badan Tetanospasmin masuk Hipertermi .
anankya panas dan kejang ke SSP menghambat
DO: pelepasan asetilkolon
1. Bayi gelisah menyebabkan efek
Temp :38, 6°C toksin
2. Periksa lab :leukosit 18.000
µI
3. DS: ibu mengatakan bayi tidak mau Tetanospasmin masuk Ketidakseimbangan
menyusu dan rewel . ke SSP menghambat nutrisi kurang dari
DO: pelepasan asetilkolon kebutuhan tubuh.
1. Keadaan umum lemah menyebabkan spasme

14
2. Bibir tampak kering dan otot rahang (trismus)
pucat sehingga refleks
3. BAB 1 x/hari menghisap tidak
BAK 2-3 x/hari adekuat
4 DS: ibu bayi mengatakan bayinya Tetanospasmin yang Gangguan pola
menangis terus-menerus dan menyerang otot-otot istirahat
rewel pernapasan sehingga
DO: menghalangi
1. Bayi terlihat lelah kelancaran lalu lintas
2. Wajah terlihat pucat udara
3. Tidur 5-6 jam

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan pola nafas berhubungan dengan otot-otot respirasi tidak berfungsi.
2. Peningkatan suhu tubuh (hipertemia) berhubungan dengan efek toksin (bakterimia).
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
reflek menghisap bayi tidak adekuat.
4. Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan ketidaklancaran lalu lintas
pernafasan

15
IV. Rencana Asuhan Keperawatan Pada Neonatus “ A ” Dengan Tetanus Neonatorum
Nama : Neonatus “A” Ruang : Perawatan Neonatus
Umur : 8 hari No. Register : -
Jenis Kelamin : Laki-laki

No. DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI

1. Gangguan pola Setelah dilakukan 1. Observasi pola 1. Indikasi adanaya 1. Mengkaji irama S :-
nafas
. sehubungan tindakan keperawatan napas bayi penyimpangan atau pernapasan dan O : pasien rewel
dengan
, kelelahan selama 2 x 24 jam 2. Atur posisi bayi kelainan dari menghitung RR RR: 48x/menit
otot-otot
. respirasi diharapkan pola napas kepala ekstensi pernapasan bayi A : pola nafas
. teratur dengan kriteria dengan memberikan 2. Jalan napas yang 2. Mengatur posisi tidak teratur
. pola napas bayi ganjal di bawah longgar dan tidak bayi kepala P : intervensi
1 teratur, bayi tampak bahunya, luruskan ada sumbatan proses ekstensi dengan dilanjutkan
tenang, pernapasan jalan napas dapat berjalan lancar memberikan ganjal
bayi normal (30-40 3. Berikan informasi 3. Dapat memberikan di bawah bahunya
x/menit) ke orang tua bayi pemahaman kepada 3. Memberi informasi
tentang penyebab orang tua bayi kepada orang tua
napas bayi yang 4. Pemberian oksigen bayi tentang
tidak teratur dan secara adekuat dapat penyebab napas
ajarkan posisi yang mensuplai dan bayi yang tidak

16
tepat untuk memberikan teratur dan ajarkan
membuka jalan cadangan oksigen posisi yang tepat
napas untuk membuka
4. Kolaborasi dengan jalan napas
dokter dalam 4. Memberikan
pemberian terapi oksigen sesuai
oksigen anjuran dokter (1 –
2 L/menit)

17
2. Peningkatan suhu Setelah dilakukan 1. Observasi suhu 1. Identifikasi 1. Mengkaji suhu S :-
tubuh (hipertermia) tindakan keperawatan tubuh tiap 1/2 jam perkembangan tubuh bayi setiap O: pasien
berhubungan selama 2 x 24 jam 2. Atur suhu gejala –gejala 1/2 jam menangis dan
dengan efek toksin diharapkan suhu tubuh lingkungan yang kearah syok 2. Mengatur suhu rewel
(bakterimia) menjadi normal nyaman exhaustion ruangan untuk suhu : 38,6° C
dengan kriteria bayi 3. Berikan kompres 2. Iklim lingkungan memberikan leukosit
tidak menangis terus- dingin bila terjadi dapat mempengaruhi lingkungan yang 18.000 µI
menerus, tampak ekternal rangsangan kondisi dan suhu nyaman untuk suhu A : resiko cedera
sehat, suhu normal kejang tubuh individu tubuh bayi akibat kejang
(36,5 - 37,5 °C), 4. Pasang sundip lidah sebagai suatu proses 3. Melakukan belum teratasi
leukosit normal dan sering isap adaptasi melalui kompres dingin P: intervensi
lendir ketika kejang proses evaporasi dan pada bayi jika dilanjutkan
5. Berikan informasi ke konveksi terjadi kejang
orang tua bayi 3. Kopres dingin 4. Memasang sundip
tentang penyakit merupakan salah lidah saat kejang
tetanus neonatorum satu cara untuk dan sering
dan ajarkan kompres menurunkan suhu mengisap lendir
dingin tubuh dengan cara 5. Memberikan
6. Kolaborasi dengan konduksi informasi pada
petugas lab untuk 4. Sundip lidah untuk orang tua bayi
periksaan lab mencegah lidah tentang penyakit

18
leukosit jatuh ke belakang tetanus
7. Kolaborasi dengan dan juga neonatorum dan
dokter dalam memudahkan mengajarkan ibu
pemberian obat penghisapan kompres dingin
diazepam lendinya 6. Mengkaji leukosit
5. Dapat memberikan 7. Memberikan obat
pemahaman ke antikonvulsan
orang tua bayi dan (diazepam dengan
dapat melakukan dosis awal 2,5 mg
kopres dingin untuk intravena perlahan-
menurunkan suhu lahan selama 2 – 3
tubuh menit)
6. Untuk mengetahui
kadar leukosit klien
7. Untuk mempercepat
menurunkan suhu
tubuh klien

19
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Observasi intake 1. Untuk mengetahui 1. Mengkaji intake S :-
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan dan output serta BB seberapa parah dan output serta O : pasien tampak
kebutuhan tubuh selama 2 x 24 jam, bayi kekurangan nutrisi menimbang BB lemah, bibir
berhubungan diharapkan kebutuhan 2. Anjurkan ibu bayi bayi bayi tampak kering
dengan refleks nutrisi terpenuhi menyusui bayinya 2. Untuk memenuhi 2. Menganjurkan ibu dan pucat,
menghisap bayi dengan kriteria bayi setiap 2 jam sekali kebutuhan nutrisi pasien untuk intake 300 cc
tidak adekuat dapat menyusu, bayi 3. Berikan edukasi klien menyusui bayinya output 150 cc.
tampak sehat, intake tentang penyebab 3. Ibu bayi dapat setiap 2 jam sekali A : nutrisi belum
dan output seimbang, bayinya tidak mengerti tentang 3. Memberikan terpenuhi
BB optimal (naik 0,5 menyusu dan penyakit bayinya edukasi tentang P : intervensi
kg) membutuhkan 4. Untuk memenuhi penyebab bayinya dilanjutkan.
nutrisi bayi kebutuhan nutrisi tidak mau menyusu
4. Kolaborasi dengan klien dan kebutuhan
dokter dalam nutrisi bayi
pemberian terapi IV 4. Memasang infus
glukosa 0% jika
sianosis
ditambahkan
bikarbonasnatrikus
11/2 % sesuai
anjuran dokter

20
4 Gangguan pola Setelah dilakukan 1. Observasi pola 1. Identifikasi adanya 1. Mengkaji lama S :-
istirahat tindakan keperawatan tidur bayi dan efek penyimpangan dari istirahat tidur bayi O : pasien tampak
berhubungan selama 2 x 24 jam, samping pola tidur bayi dan efek samping pucat, dan
dengan diharapkan kebutuhan pengobatan pada 2. Jalan napas yang pengobatan pada lelah, istirahat
ketidaklancaran lalu istirahat bayi pola tidur longgar dan tidak pola tidur selama 5-6
lintas pernafasan terpenuhi dengan 2. Atur posisi bayi ada sumbatan 2. Mengatur posisi jam.
kriteria bayi dapat kepala ekstensi proses dapat bayi kepala A : istirahat
istirahat tidur selama dengan berjalan lancar ekstensi dengan belum
12-18 jam/hari, bayi memberikan ganjal 3. Ibu bayi dapat memberikan ganjal terpenuhi
tampak sehat, dan di bawah bahunya, mengerti tentang di bawah bahunya P : intervensi
tidak tampak lelah luruskan jalan pentingnya tidur 3. Menjelaskan pada dilanjutkan.
napas yang adekuat ibu bayi tentang
3. Jelaskan pada ibu 4. Untuk memenuhi pentingnya tidur
bayi tentang kebutuhan istirahat yang adekuat
pentingnya tidur bayi 4. Mempertahankan
yang adekuat lingkungan yang
4. Pertahankan nyaman untuk
lingkungan yang meningkatkan tidur
nyaman untuk bayi
meningkatkan tidur
bayi

21
BAB 4

PENUTUP

2.3 Kesimpulan
Tetanus Neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada
neonatus (bayi berusia 0-1 bulan).tetanus sendiri merupakan penyakit
toksemia akut byang menyerang susuan saraf pusat ,oleh karena itu adanya
tetanospasmin dari clostridium tetani.tetanus juga dikelanal dengan nama
lockjaw,karena salah satu gejala penyakit ini adalah mulut yang sukar
dibuka (seperti terkunci).
Pertolongan persalinan dan pemotongan tali pusat yang tidak steril
akan memudahkan spora Clostridium tetani masuk dari luka tali pusat dan
melepaskan tetanospamin.
Tetanus neonatorum disebabkan oleh bakteri clostridium tetani,
organisme ibligat anacrob (tidak membutuhkan oksigen ).
Spora clostridium tetani sangat mudah berkemabang biak
dilingkungan yang mempunyai sanitasi yang buruk.itulah sebabnya,
kebanyakan penderita tetanus adalah orang-orang yang tinggal dilingkungan
kotor.
Adapun berbagai gejala klinis yang sering kali dijumpai pada tetanus
neonatorum adalah susah membuka mulut (trimus ), Wajah terlihat meringis
dan mengerut (risus sardonikus), terjadi kakukuan pada otot yang
menunjang tubuh (opistbotonus), Otot dinding perut pada anak terasa kaku,
sehingga seperti papan, pada tetanus neonatorum yang berat, bisa terjadi
gangguan pernapasan akibat kekakuan yang terus menerus dari otot laring ,
apabila kekakuan otot semakin berat, maka bisa timbul kejang-kejang
umum yang terjadi setelah anak menerima rangsangan
Diagnosis Tetanus Neonatorum adalah trismus, kejang umum, dan
mengkakunya otot. Dan penatalaksanaannya dapat diberikan diazepam
dosis awal 2,5 mg intravena perlahan-lahan selama 2 – 3 menit, kemudian
diberi dosis rumat 8 – 10 mg/kg BB/hari melalui IVFD

22
Daftar Pustaka

Alimul, Aziz. 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba


Medika

Fida & Maya. 2012. Pengantar Kesehatan Anak. Yogyakarta: D-Medika

Ismoedijanto, & Darmowandowo. 2006. Pediatrik. Diambil 05 Desember 2017


dalam situs http//www.pediatrik.com

Jumiarni, Sri & Nurliana. 1994. Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta: EGC

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Nurhasiyah, Siti, dkk. 2017. Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi, Balita, dan
Anak Prasekolah. Jakarta: Fakultas Kedokteran & Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak 2. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI

Surasmi, Asrining, dkk. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC

23

You might also like