You are on page 1of 19

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN STIKTURA URETRA

KELOMPOK 11 :
1. Dewi Puspitasari (15621036)
2. Nanda Pramithaningtyastuti (13620865)
3. Ratri Dwi Nastiti (13650875)
4. Riko Yolan A (13620877)

PSIK 6B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH S.W.T yang telah melimpahkan rahmat,
taufik serta hidayah-NYA,sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
”KD VIII” dengan ”ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN STIKTURA URETRA”.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai acuan bagi kami para
perawat,mahasiswa dan dosen Universitas Kadiri untuk dapat melakukan proses
keperawatannya agar dapat diterapkan dalam praktik kerja pada klien dirumah sakit dengan
sebaik-baiknya. Namun demikian tidak menutup kemungkinan untuk dibaca oleh kalangan
profesi keperawatan maupun profesi kesehatan dan masyarakat umum lainya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini tidak dapat terlaksana
tanpa bantuan dari berbagai pihak.Untuk itu seluruh anggota tim penyusun menyampaikan
ucapan terimakasih kepada dosen pengajar ”Erik Irham S. Kep, Ns” yang telah memberikan
kesempatan dan dorongan dari awal hingga terwujudnya tugas ini.
Terakhir kami sampaikan kepada semua pembaca yang tertarik untuk membaca
makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini akan turut membantu pengembangan
profesi keperawatan.Saran dan masukan senantiasa kami harapkan bagi kesempurnaan
makalah ini.

Kediri, Mei 2016

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Urine di keluarkan melalui uretra. Uretra wanita jauh lebih pendek dari pada uretra pria
hanya 4 cm panjangnya di bandingkan dengan panjang sekitar 20 cm pada pria. Perbedaan
anatomis menyebabkan insiden infeksi saluran kemih asendens lebih tinggi pada wanita.
dengan demikian hitung koloni yang lebih dari 100.000 sel bakteri permililiter urin di anggap
bermakna patologis. Sfingter internal bagian atas di tempat keluar dari kandung kemih, terdiri
atas otot polos dan dibawah pengendalian otonom. Sfingter eksternal adala otot rangka dan
berada di bawah pengendalian folunter. Uretra pada pria memiliki fungsi ganda sebagai
saluran untuk urin dan spermatozoa melalui koitus.
Striktur urethra merupakan penyakit atau kelainan yang berupa penyempitan atau
konstriksi dari lumen urethra akibat adanya obstruksi . Striktur urethra di sebut juga
penyempitan akibat dari adanya pembentukan jaringan fibrotik (jaringan parut) pada urethra
atau daerah urethra.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa Definisi Striktur Uretra?
2. Apa sajakah Etiologi Striktur Uretra?
3. Bagaimana Patofisiologi Striktur Uretra?
4. Apa sajakah Manifestasi Klinis Striktur Uretra?
5. Apa sajakah Komplikasi Striktur Uretra?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik Striktur Uretra?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Striktur Uretra?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Striktura Uretra?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui bagaimana konsep teori dan Asuhan Keperawatan pada
Pasien Striktur Uretra.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa Mengetahui Apa Definisi Striktur Uretra
2. Mahasiswa Mengetahui Apa sajakah Etiologi Striktur Uretra
3. Mahasiswa Mengetahui Bagaimana Patofisiologi Striktur Uretra
4. Mahasiswa Mengetahui Apa sajakah Manifestasi Klinis Striktur Uretra
5. Mahasiswa Mengetahui Apa sajakah Komplikasi Striktur Uretra
6. Mahasiswa Mengetahui Bagaimana pemeriksaan diagnostik Striktur Uretra
7. Mahasiswa Mengetahui Bagaimana Penatalaksanaan Striktur Uretra
8. Mahasiswa Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Striktura Uretra
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI STRIKTUR URETRA


Striktur urethra adalah penyempitan atau konstriksi dari lumen urethra akibat adanya
obstruksi (long,1996).
Striktur uretra adalah suatu kondisi penyempitan lumen uretra. Striktur uretra
menyebabkan gangguan dalam berkemih, mulai dari aliran berkemih yang kecil sampai tidak
dapat mengeluarkan urine keluar dari tubuh. (Muttaqin.A, 2011, hal 232)
Striktur uretra adalah penyempitan atau penyumbatan dari lumen uretra sebagai akibat
dari pembentukan jaringan fibrotic (jaringan parut pada uretra dan / atau pada daerah peri
uretra).(Nursalam, 2008 , hal 85).

2.2 ETIOLOGI STRIKTUR URETRA


Striktur uretra dapat terjadi secara:
1. Kongenital
Striktur uretra dapat terjadi secara terpisah ataupun bersamaan dengan anomali
saluran kemih yang lain.
Striktur ini bisanya sering terjadi di fossa navikularis dan pars membranase, sifat
striktur ini adalah stationer dan biasanya timbul terpisah atau bersamaan dengan
anomalia sakuran kemih yang lain.
2. Didapat
- Cedera uretral (akibat insersi peralatan bedah selama operasi transuretral,
kateter indwelling, atau prosedur sitoskopi)
- Cedera akibat peregangan
- Cedera akibat kecelakaan
- Uretritis gonorheal yang tidak ditangani
- Tekanan dari luar misalnya pertumbuhan tumor (C. Smeltzer, Suzanne;2002
hal 1468 dan C. Long , Barbara;1996 hal 338)
3. Post operasi
Beberapa operasi pada saluran kemih dapat menimbulkan striktur uretra, seperti
operasi prostat, operasi dengan alat endoskopi.
4. Infeksi
Merupakan faktor yang paling sering menimbulkan striktur uretra, seperti infeksi oleh
kuman gonokokus yang menyebabkan uretritis gonorrhoika atau non gonorrhoika
telah menginfeksi uretra beberapa tahun sebelumnya namun sekarang sudah jarang
akibat pemakaian antibiotik, kebanyakan striktur ini terletak di pars membranasea,
walaupun juga terdapat pada tempat lain, infeksi chlamidia sekarang merupakan
penyebab utama tapi dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan individu yang
terinfeksi atau menggunakan kondom.

2.3 PATOFISIOLOGI STRIKTUR URETRA


Lesi pada epitel uretra atau putusnya kontinuitas, baik oleh proses infeksi maupun
akibat trauma, akan menimbulkan terjadinya reaksi peradangan dan fibroblastic. Iritasi dan
urine pada uretra akan mengundang reaksi fibroblastic yang berkelanjutan dan proses fibrosis
makin menghebat sehingga terjadilah penyempitan bahkan penyumbatan dari lumen uretra
serta aliran urine mengalami hambatan dengan segala akibatnya.
Ekstravasasi urine pada uretra yang mengalami lesi akan mengundang terjadinya
peradangan periuretra yang dapat berkembang menjadi abses periuretra dan terbentuk fistula
uretrokutan (lokalisasi pada penis, perineum dan atau skrotum). (Nursalam, 2008, hal 85)

2.4 MANIFESTASI KLINIS


Keluhan: kesulitan dalam berkemih, harus mengejan, pancaran mengecil, pancaran
bercabang dan menetes sampai retensi urine. Pembengkakan dan getah / nanah di daerah
perineum, skrotum dan terkadang timbul bercak darah di celana dalam. Bila terjadi infeksi
sistemik penderita febris, warna urine bisa keruh.(Nursalam, 2008, Hal 86)
Gejala dan tanda striktur biasanya mulai dengan hambatan arus kemih dan kemudian
timbul sindrom lengkap obstruksi leher kandung kemih seperti digambarkan pada hipertrofia
prostat. Striktur akibat radang uretra sering agak luas dan mungkin multiple.
(Smeltzer.C,2002, hal 1468)

2.5 KOMPLIKASI STRIKTUR URETRA


1. Infeksi saluran kemih.
2. Gagal ginjal.
3. Refluks vesio uretra.
4. Retensi urine.
2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK STRIKTUR URETRA
a. Laboratoriun
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk pelengkap pelaksanaan pembedahan.
Selain itu, beberapa dilakukan untuk mengetahui adanya tanda –tanda infeksi melalui
pemeriksaan urinalisis dan kultur urine.
b. Uroflowmetri
Uroflowmetri adalah pemeriksaan untuk menentukan kecepatan pancaran urine.
Volume urine yang dikeluarkan pada waktu miksi dibagi dengan lamanya proses
miksi.
Kecepatan pancaran urine normal pada pria adalah 20 ml/detik dan pada wanita 25
ml/detik. Bila kecepatan pancaran kurang dari harga normal menandakan adanya
obstruksi.
c. Radiologi
Diagnosis pasti dibuat dengan uretrografi sehingga dapat melihat letak penyempitan
dan besarnya penyempitan uretra. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai panjang
striktur adalah dengan sistouretrografi yaitu memasukkan bahan kontras secara
antegrad dari buli-buli dan secara retrograd dari uretra. Dengan pemeriksaan ini,
panjang striktur dapat diketahui sehingga penting untuk perencanaan terapi atau
operasi. ( Muttaqin.A, 2011 hal 234)

2.7 PENATALAKSANAAN STRIKTUR URETRA


1. Terapi
- Kalau penderita datang dengan retensio urine maka pertolongan pertama dengan
cystostomi kemudian baru dibuat pemeriksaan uretrogafi untuk memastikan adanya
striktura urethra.
- Kalau penderita datang dengan infiltrat urine atau abses dilakukan insisi infiltrat dan
abses dan dilakukan cystostomi baru kemidian dibuat uretrografi.
2. Trukar Cystostomi
Kalau penderita datang dengan retensio urine atau infiltrat urine, dilakukan cystostomi.
Tindakan cystostomie dilakukan dengan trukar, dilakukan dengan lokal anestesi, satu jari
di atas pubis di garis tengah, tusukan membuat sudut 45 derajat setelah trukar masuk,
dimasukan kateter dan trukar dilepas, kater difiksasi dengan benar sutra kulit.
3. Bedah endoskopi
- Setelah dibuat diagnosis striktura urethra ditentukan lokasi dan panjang striktura
Indikasi untuk melakukan bedah endoskopi dengan alat sachse adalah striktura
urethra anterior atau posterior yang masih ada lumen walaupun kecil dan panjang
tidak lebih 2 cm serta tidak fistel kateter dipasang selama 2 hari pasca tindakan
- Setelah penderita dipulangkan, penderita harus kontrol tiap minggu sampai 1
bulan kemudian.Tiap bulan sampai 6 bulan dan tiap 6 bulan seumur hidup.Pada
waktu kontrol dilakukan pemeriksaan uroflowmer kalau Q maksimal <10
dilakukan bauginasi
4. Uretraplasti
- Indikasi untuk uretroplasti adalah dengan setriktur urethra panjang lebih 2 cm
atau dengan fistel urethrokutan atau penderita residif striktur pasca urethratomi
sachse
- Operasi urethroplasti ini bermacam – macam , pada umunya setelah daerah
striktur diexsisi, urethra diganti dengan kulit preputium atau kulit penis dan
dengan free graf atau pedikel graf yaitu dibuat tambung urethra baru dari kulit
preputium atau kulit penis dengan menyertakan pembuluh darahnya.
5. Otis uretomie
- Tindakan otis uretrotomi di kerjakan pada striktura urethra anterior terutama
bagian distal dari pendulan urethra dan fossa manicularis.
- Otis uretrotomi ini juga dilakukan pada wanita dengan striktura urethra
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengumpulan Data
1. Data demografi
Identitas klien
Meliputi : nama, umur, nomor register, jenis kelamin, agama, status perkawinan,
pendidikan, alamat,pekerjaan,suku, tanggal MRS, diagnosa medis.
2. Riwayat Penyakit
Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien stiktur ureta keluhan-keluhan yang ada adalah frekuensi, nokturia
urgensi, disuria, pancaran melemah, rasa tidak lampias sehabis miksi, hesistensi, dan
waktu miksi memenjang dan akhirnya menjadi retensio urine.
Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya penyakit yang berhubungan dengan saluran kemih, misalnya infeksi saluran
kencing yang berulang.Penyakit kronis yang pernah diderita.Oprasi yang pernah
dijalani, kecelakaan yang pernah dialami, adanya riwayat penyakit DM dan
Hipertensi
Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya riwayat keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita striktur
uretra, anggota keluarga yang menderita DM dan Hipertensi.
3. Pengkajian
- Keadaan umum
Kesadaran, GCS, ekspresi wajah klien, suara bicara.
- TTV
Tekanan darah 120/80 mmHg
Pernafasan 20x/menit
Nadi 82x/menit
Suhu 36,8oC
- Persistem
1. Pola eliminasi
Klien ditanya tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya, ragu ragu,
jumlah kecil dan tidak lancar menetes-netes, kekuatan system perkemihan.
Klien juga ditanya apakah mengedan untuk mulai atau mempertahankan
aliran kemih. Klien ditanya tentang defikasi, apakah ada kesulitan seperti
konstipasi akibat dari penyempitan urethra kedalam rectum.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Klien ditanya frekuensi makan, jenis makanan, makanan pantangan, jumlah
minum tiap hari, jenis minuman, kesulitan menelan atau keadaan yang
mengganggu nutrisi seperti nause, stomatitis, anoreksia dan vomiting. Pada
pola ini umumnya tidak mengalami gangguan atau masalah.
3. Pola Aktifitas
Klien ditanya aktifitasnya sehari-hari, aktifitas penggunaan waktu senggang,
kebiasaan berolah raga. Apakah ada perubahan sebelum sakit dan selama
sakit. Pada umumnya aktifitas sebelum operasi tidak mengalami gangguan,
dimana klien masih mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari.
4. P o l a t i d u r d a n i s t i r a h a t
Klien ditanya lamanya tidur, adanya waktu tidur yang berkurang karena
frekuensi miksi yang sering pada malam hari ( nokturia ). Kebiasaan tidur
memekai bantal atau situasi lingkungan waktu tidur juga perlu ditanyakan.
Upaya mengatasi kesulitan tidur.

4. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Kelebihan volume cairan b/d Gangguan mekanisme regulasi
2. Nyeri Akut b/d agen Cedera Biologis
3. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor biologis
4. Resiko infeksi

5. NCP ( NURSING CARE PLANING)

RENCANA KEPERAWATAN
N DIAGNOSA
TUJUAN dan KRITERIA INTERVENSI
O KEP
HASIL

1. Kelebihan NOC: Setelah dilakukan tindakan NIC:


volume cairan keperawatan selama 2x24 jam -Kaji masukan yang relative
b/d Gangguan diharapkan kelebihan volume terhadap keluaran secara
mekanisme cairan klien dapat teratasi dengan akurat.
regulasi kriteria hasil: -Kaji perubahan edema :
-Terbebas dari edema, efusi ukur lingkar abdomen pada
-Bunyi nafas bersih, tidak ada umbilicus serta pantau
dyspnue edema sekitar mata.
-Terbebas dari kelelahan, -Timbang berat badan setiap
kecemasan atau kebingungan hari (atau lebih sering jika
di indikasikan).
-Berikan diuretic bila di
instruksikan.
-Atur masukan cairan
dengan cermat.
2. Nyeri Akut b/d NOC: NIC :
agens Cedera -Pain Level, Pain Management
Biologis -Pain control, -Kaji nyeri secara
-Comfort level komprehensif termasuk
Setelah dilakukan tindakan lokasi, karakteristik, durasi,
keperawatan selama 2x24 jam frekuensi, kualitas dan
nyeri klien dapat teratasi dengan faktor presipitasi
kriteria hasil: -Kaji tipe dan sumber nyeri
-Mampu mengontrol nyeri (tahu untuk menentukan
penyebab nyeri, mampu intervensi
menggunakan tehnik -Tingkatkan istirahat
nonfarmakologi untuk -Kolaborasikan dengan
mengurangi nyeri, mencari dokter jika ada keluhan dan
bantuan) tindakan nyeri tidak
-Melaporkan bahwa nyeri berhasil.
berkurang dengan menggunakan -Ajarkan tentang teknik non
manajemen nyeri farmakologi
-Mampu mengenali nyeri (skala, Analgesic Administration
intensitas, frekuensi dan tanda -Monitor vital sign sebelum
nyeri) dan sesudah pemberian
-Menyatakan rasa nyaman setelah analgesik pertama kali
nyeri berkurang -Tentukan pilihan analgesik
-Tanda vital dalam rentang tergantung tipe dan beratnya
normal nyeri
-Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
-Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
-Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
3. Ketidakseimban NOC : Nutrition Management
gan Nutrisi Nutritional Status : -Kaji adanya alergi
kurang dari Nutritional Status : food and Fluid makanan
kebutuhan tubuh Intake -Kaji kemampuan pasien
b/d faktor Nutritional Status : nutrient Intake untuk mendapatkan nutrisi
biologis Weight control yang dibutuhkan
KriteriaHasil : -Monitor jumlah nutrisi dan
-Adanya peningkatan berat badan kandungan kalori
sesuai dengan tujuan -Berikan informasi tentang
-Berat badan ideal sesuai dengan kebutuhan nutrisi
tinggi badan -Berikan substansi gula
-Mampu mengidentifikasi -Berikan makanan yang
kebutuhan nutrisi terpilih ( sudah
-Tidak ada tanda - tanda dikonsultasikan dengan ahli
malnutrisi gizi)
-Menunjukkan peningkatan fungsi -Kolaborasi dengan ahli gizi
pengecapan dari menelan untuk menentukan jumlah
-Tidak terjadi penurunan berat kalori dan nutrisi yang
badan yang berarti dibutuhkan pasien.
-Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
Nutrition Monitoring
-Monitor adanya penurunan
berat badan
-Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
-Monitor lingkungan selama
makan
-Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
-Monitor turgor kulit
-Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah
-Monitor mual dan muntah
-Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan kadar
Ht
-Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
-Monitor kalori dan intake
nuntrisi
-Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
-Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papilla lidah dan cavitas
oral.
-Catat jika lidah berwarna
magental, scarlet
4. Resiko infeksi NOC : Immune status NIC : Infection control
Klien bebas dari tanda dan gejala -Cuci tangan setiap sebelum
infeksi dan sesudah tindakan
Knowledge infection control keperawatan
-Mendeskripsikan proses Infection protection
pengeluaran penyakit,faktor yang -Monitor tanda dan gejala
mempengaruhi serta infeksi sistemik dan lokal
penatalaksaannya -Monitor kerentangan
-Menunjukan kemampuan untuk terhadap infeksi
mencegah timbulnya infeksi -Inspeksi kondisi luka

6. IMPLEMENTASI dan EVALUASI

No Implementasi Evaluasi

1. - Mengkaji masukan yang relative - Terbebas dari edema, efusi


terhadap keluaran secara akurat. - Bunyi nafas bersih, tidak ada
- Menimbang berat badan setiap hari dyspnue
(atau lebih sering jika di indikasikan). - Terbebas dari kelelahan,
- Mengkaji perubahan edema :ukur kecemasan atau kebingungan
lingkar abdomen pada umbilicus serta
pantau edema sekitar mata.
- Memberikan diuretic bila di
instruksikan.
- Mengatur masukan cairan dengan
cermat.
2. Pain Management
- Melakukan pengkajian nyeri secara - Mampu mengontrol nyeri (tahu
komprehensif termasuk lokasi, penyebab nyeri, mampu
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas menggunakan tehnik
dan faktor presipitasi dengan anamnesa. nonfarmakologi untuk mengurangi
- Mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk nyeri, mencari bantuan)
menentukan intervensi melalui - Melaporkan bahwa nyeri berkurang
anamnesa. dengan menggunakan manajemen
- meningkatkan istirahat pada pasien. nyeri
- mengajarkan tentang teknik non - Mampu mengenali nyeri (skala,
farmakologi pada pasien dan intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
keluarganya. - Menyatakan rasa nyaman setelah
- mengkolaborasikan dengan dokter jika nyeri berkurang
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak - Tanda vital dalam rentang normal
berhasil.
Analgesic Administration
- Memonitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik pertama
kali dengan menggunakan alat.
- memilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara teratur.
- memberikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat dirasakan
oleh klien.
- mengevaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek samping)
- Menentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
dengan berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain.
3. - Mengkaji adanya alergi makanan - Adanya peningkatan berat badan
- Mengkolaborasikan dengan ahli gizi sesuai dengan tujuan
untuk menentukan jumlah kalori dan - Berat badan ideal sesuai dengan
nutrisi yang dibutuhkan pasien. tinggi badan
- Menganjurkan pasien untuk - Mampu mengidentifikasi kebutuhan
meningkatkan intake Fe nutrisi
- Menganjurkan pasien untuk - Tidak ada tanda - tanda malnutrisi
meningkatkan protein dan vitamin C - Menunjukkan peningkatan fungsi
- Memberikan substansi gula pengecapan dari menelan
- Meyakinkan diet yang dimakan - Tidak terjadi penurunan berat badan
mengandung tinggi serat untuk yang berarti
mencegah konstipasi
- Memberikan makanan yang terpilih (
sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
- Mengajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan harian.
- Memonitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
- Memberikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
- Mengkaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
- Memonitor adanya penurunan berat
badan
- Memonitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
- Memonitor interaksi anak atau orangtua
selama makanMemonitor lingkungan
selama makan
- Menjadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam makan
- Memonitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
- Memonitor turgor kulit
- Memonitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
- Memonitor mual dan muntah
- Memonitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
- Memonitor makanan kesukaan
- Memonitor pertumbuhan dan
perkembangan
- Memonitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
- Memonitor kalori dan intake nuntrisi
- Mencatat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papilla lidah dan cavitas
oral.
- Mencatat jika lidah berwarna magenta,
scarlet
4. Infection control
- Mencuci tangan setiap sebelum dan - Klien bebas dari tanda dan gejala
sesudah tindakan keperawatan infeksi
Infection protection - Mendeskripsikan proses pengeluaran
- Memonitor tanda dan gejala infeksi penyakit,faktor yang mempengaruhi
sistemik dan local serta penatalaksaannya
- Memonitor kerentangan terhadap - Menunjukan kemampuan untuk
infeksi mencegah timbulnya infeksi
- Menginspeksi kondisi luka
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Striktur urethra merupakan penyakit atau kelainan yang berupa penyempitan atau
konstriksi dari lumen urethra akibat adanya obstruksi . Striktur urethra di sebut juga
penyempitan akibat dari adanya pembentukan jaringan fibrotik (jaringan parut) pada urethra
atau daerah urethra.
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine keluar dari buli-buli melalui proses
miksi. Pada pria organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan cairan mani. Berdasarkan
penyebab/etiologinya striktur dibagi menjadi 4 jenis : Striktur urethra congenital, Striktur
urethra di dapat, Striktur urethra post operasi dan Striktur akibat infeksi.

4.2 SARAN
Asuhan Keperawatan kami masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kami.
Besar harapan kami agar pembaca memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun
dari pembaca agar Asuhan Keperawatan ini menjadi sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

http://azhoela-kurosaki.blogspot.com/2012/11/askep-striktur-urethrae.html
http://binbask.blogspot.com/2013/01/askep-striktur-uretra.html
Long, Barbara C. 1996. Pendekatan Medikal Bedah 3, Suatu pendekatan proses
keperawatan. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Padjajaran.

Lab UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi. RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.

Mansjoer Arief., dkk, (1999), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Penerbit Media
Aeusculapius FKUI.

You might also like