Professional Documents
Culture Documents
Jhon Harbin, 19tahun, datang ke unit gawat darurat dengan keluhan merasa
kurang enak badan dan sakit kepala, muntah, kaku kuduk, dan nyeri punggung. Jhon
berfikir dirinya terkena “flu”karna menderita “pilek dan hidung tersumbat” seminggu
yang lalu. Jhon tampak kemerahan dan kulitnya teraba panas serta kering. Hasil
pemeriksaan menunjukan : TD 102/60, N 96, P 24, dan suhu tubuh 38,3°𝑐.
Pda pemeriksaan, jhon mengalami kaku kuduk dan disaat dilakukan fleksi
pasif pada leher, pinggul serta lutut jhon juga mengalami fleksi secara infolunter dan
dia menjerit kesakitan. Jhon tidak dapat meluruskan lutut ketika lutut difleksikan
keatas perut. Ketika dilakukan pemeriksaan reaksi pupil, jhon memejamkan mata
dengan kuat dan mengeluh bahwa “cahaya terang menyakitkan matanya”. Jhon
mudah marah dan ingin “dibiarkan sendiri”.
Kepala :
Mata :
Inspeksi : ketika dilakukan pemeriksaan reaksi pupil menggunakan
senter klien memejamkan matanya dengan kuat, konjungtiva pucat,
warna sklera putih, terdapat lingkaran hitam disekitar mata.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada bagian mata.
Hidung
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, warna hidung sama dengan warna
kulit sekitar wajah.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Mulut :
Inspeksi : mukosa bibir kering dan pucat, terdapat warna keputih-
putihan pada lidah, gusi warna merah muda, gigi kurang bersih.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan di sekitar mulut.
Telinga :
Inspeksi : warna kulit sama dengan warna kulit disekitar, simetris
telinga kiri dengan yang kanan.
Palpasi : nyeri tekan disekitar telinga.
Leher :
Inspeksi : warna kulit sama dengan warna kulit disekitar , tidak ada
pembesaran vena jugularis.
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, terdapat nyeri tekan
pada punggung leher.
Ekstremitas atas :
Inspeksi : terdapat ruam petechie.
Palpasi : nyeri tekan pada kulit.
Dada :
Inspeksi : warna kulit sama dengan warna kulit disekitar, tidak ada
pembengkakan.
Palpasi : nyeri tekan pada dada.
Perkusi : pekak.
Auskultasi : bunyi pernafasan rales (crekles).
Abdomen :
Inspeksi : warna kulit sama dengan warna kulit disekitar, bentuk
abdomen cekung.
Auskultasi : bunyi peristaltik usus 37x/menit
Palpasi : nyeri tekan di abdomen kiri atas
Perkusi : bunyi timpani
Ektremitas bawah
Inspeksi : ektremitas bawah simetris kiri dan kanan dan terdapat
pembengkakan pada bagian lutut dan pergelangan kaki, babinski
positif
Palpasi : nyeri tekan pada bagian lutut dan pergelangan kaki
5. Pemeriksaan Penunjang :
6. Analisa data
a. Data subjektif
Klien mengatakan kurang enak badan
Klien mengatakan muntah
Klien mengatakan kaku kuduk
Keluarga klien mengatakan klien merasakan nyeri pada bagian
punggung dan leher
Klien mengatakan pilek dan hidung tersumbat
b. Data Objektif
TTV :
TD : 102/60
N : 96
P : 24
S : 38,3 ֯C
Tn.J mengalami kaku kuduk saat dilakukan fleksi pasif pada
leher, pinggul serta lutut Tn.J juga mengalami fleksi secara
involunter
Klien potophobia, saat dilakukan pemeriksaan pupil klien
menutup matanya dengan kuat, klien murah marah dan ingin
dibiarkan sendiri
Tekanan cairan serebrospinal (CSS) : 240 mm
H2O dan cairan serebro spinal tampak keruh
Kadar protein : 70mg/100Ml,
Leukosit CCS : 35000/mm³
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuro muscular,
penurunan kekuatan
2. Nyeri akut berhubungan denga proses inflamasi
3. Risiko tinggi terhadap perubahan serebral dan perfusi jaringan
berhubungan dengan peningktan cairan serebral.
C. INTERVENSI
NOC:
NIC :
Noc
Status sirkulasi : Aliran darah yang tidak obstruksi dan satu arah.
Kognisi: Kemampuan untuk menjalankan proses mental yang
kompleks
Perfusi jaringan: serebral: keadekuatan aliran darah dalam melewati
susunan pembuluh darah serebral untuk mempertahankan fungsi otak.
Nic
Pada pemeriksaan, gilda mengatakan bahwa dirinya bermigrasi dari eropa utara
bersama keluarga ketika berusia 18 tahun. Pemerikaan lebih lanjut menunjukan
kekuatan otot normal sebesar 75% pada kaki kanan bawah dan 60% kaki kiri.
Pemeriksaan gaya berjalan memperlihatkan foot drop kaki kanan yang ringan dan
sedikit hiperekstensi lutut. Visual evoket potensial test menunjukan penurunan waktu
konduksi impuls sensorik visual. Gilda direncanakan menjalani pemeriksaan MRI
dan dirujuk ke ahli fisioterapi untuk pemeriksaan.
A. PENGKAJIAN
Umur : 32 tahun
2. Keluhan utama
Gangguan penglihatan disertai penglihatan ganda, pasien mengeluhkan
kelemahan pada kedua tungkai dan kaki kanannya cenderung membuatnya
tersandung.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan bahwa dirinya bermigrasi dari Eropa Utara bersama
keluarga ketika berusia 18 tahun. Pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan
kekuatan otot normal sebesar 75% pada kaki kanan bawah dan 60% pada kaki
kiri. Pemeriksaan gaya berjalan memperlihatkan foot drop kaki kanan yang
ringan dan sedikit hiperekstensi lutut. Visual evoked potensial test
menunjukan penurunan waktu konduksi impuls sensorik visual.
4. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Klien dengan multiple sclerosis umumnya tidak mengalami penurunan
kesadaran. Adanya perubahan tanda-tanda vital, meliputi brakikardi,
hipotensi dan penurunan frekuensi.
2) B1 (Breathing)
Pada umumnya klien dengan multiple sclerosis tidak mengalami gangguan
pada sistem pernapasan.
Pemeriksaan fisik yang didapat mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Inspeksi umum
b. Palpasi : taktil premitus seimbang kanan dan kiri
c. Perkusi
3) B2 (Blood)
Pada umumnya klien dengan multiple sceloris tidak mengalami gangguan
pada sistem kardivaskular. Akibat dari tirah baring lama dan inaktivitas
biasanya klien mengalami hipotensi postural.
4) B3 (Brain)
Merupakan pengkajian fokus atau lebih lengkap dibandingkan pengkajian
pada sistem lainnya.
5) B4 (Bladder)
6) B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang berhubungan dengan asupan nutrisi yang
kurang karena kelemahan fisik umum dan perubahan status kognitif.
7) B6 (Bone)
Pada keadaan pasien multiple sclerosis biasanya didapatkan adanya
kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan spastik anggota gerak.
Kelemahan anggota gerak pada satu sisi tubuh atau terbagi secara
asimetris pada keempat anggota gerak. Merasa lelah dan berat pada satu
tungkai.
5. Analisa data :
a. Data subjektif:
b. Data objektif
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. INTERVENSI
a. Dx: Hambatan mobilitas fisik b/d kelemahan
NOC:
NIC :
NOC:
B1 (Breathing)
Inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum,
sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi
pernapasan karena infeksi saluran pernapasan dan paling sering
didapatkan pada klien GBS adalah penurunan frekuensi pernapasan
karena melemahnya fungsi otot-otot pernapasan. Palpasi biasanya
taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi bunyi napas
tambahan seperti ronkhi pada klien dengan GBS berhubungan
akumulasi sekret dari infeksi saluran napas.
B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler pada klien GBS
didapatkan bradikardi yang berhubungan dengan penurunan perfusi
perifer.Tekanan darah didapatkan ortostatik Hipotensi atau TD
meningkat ( hipertensi transien ) berhubungan dengan penurunan
reaksi saraf simpatis dan parasimpatis.
B3 (Brain)
Merupakan pengkajian focus meliputi :
a. Tingkat kesadaran
ada klien GBS biasanya kesadaran compos mentis ( CM ). Apabila
klien mengalami penurunan tingkat kesadaran maka penilaian
GCS sangat penting untuk menilai dan sebagai bahan evaluasi
untuk monitoring pemberian asuhan keperawatan.
b. Fungsi serebri
Status mental : observasi penampilan klien dan tingkah lakunya,
nilai gaya bicara klien dan observasi ekspresi wajah, dan aktivitas
motorik yang pada klien GBS tahap lanjut disertai penurunan
tingkat kesadaran biasanya status mental klien mengalam
perubahan.
c. pemeriksaan fisik saraf kranial
d. System motorik
Kekuatan otot menurun, control keseimbangan dan koordinasi
pada klien GBS tahap lanjut mengalami perubahan. Klien
mengalami kelemahan motorik secara umum sehingga
menggaganggu moblitas fisik .
e. Pemeriksaan reflexs
Pemeriksaan reflex dalam, pengetukan pada tendon,
ligamentum, periosteum derajat reflexs dalam respons normal.
f. Gerakan involunter
Tidak ditemukan adanya tremor, kejang, Tic,dan distonia.
g. System sensorik
Parestesia ( kesemutan kebas ) dan kelemahan otot kaki, yang
dapat berkembang ke ekstrimtas atas, batang tubuh, d an otot
wajah. Klien mengalami penurunan kemampuan penilaian
sensorik raba, nyeri, dan suhu.
B4 (Bladder)
Terdapat penurunan volume haluaran urine, hal ini berhubungan
dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.
B5 (Bowel)
Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan produksi asam
lambung. Pemenuhan nutris pada klien GBS menurun karena
anoreksia dan kelemahan otot-otot pengunyah serta gangguan proses
menelan menyebabkan pemenuhan via oral kurang terpenuhi.
B6 (Bone)
Penurunan kekuatan otot dan penurunan tingkat kesadaran
menururnkan mobilitas pasien secara umum. Dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari klien lebh banyak dibantu orang lain.
B. DIAGNOSA
1) Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan kelemahan progresif
cepat otot-otot pernapasan dan ancaman gagal pernapasan
2) Resiko tinggi penurunan curah jantung yang berhubungan dengan
perubahan frekuensi, irama, dan konduksi listrik jantung.
3) Resiko gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan ketidakmampuan mengunyah dan menelan makanan.
4) Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan
neuromuscular, penurunan kekuatan otot, dan penurunan kesadaran.
5) Cemas yang berhubungan dengan kondisi sakit dan prognosis penyakit
yang buruk.
STUDI KASUS 4 : PARKINSON
1. Identitas klien
Umur : 77 Tahun
2. Analisa Data
B . DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI
Noc:
Nic:
NOC:
NIC :