Professional Documents
Culture Documents
A.Definisi
Penyakit Alzheimer atau Senile Dementia of the Alzheimer Type (SDAT) merupakan
gangguan fungsi kognitif yang onsetnya lambat dan gradual, degenerative, sifatnya progresif dan
permanen. Awalnya pasien akan mengalami gangguan fungsi kognitif dan secara perlahan-lahan
akan mengalami gangguan fungsi mental yang berat.
Penyakit Alzheimer pertama kali ditemukan pada tahun 1907 oleh ahli Psikiatri Jerman yaitu
Alois Alzheimer. Dia menemukan penyakit ini setelah mengobservasi seorang wanita yang bernama
Auguste D (51 tahun) dari tahun 1901 sampai wanita ini meninggal pada tahun 1906. Wanita tersebut
mengalami gangguan intelektual dan memori tetapi tidak mengalami gangguan anggota gerak,
koordinasi dan reflek.
Pada autopsi tampak bagian otak mengalami atropi yang difus dan simetri, dan secara
mikroskopik tampak bagian kortikal otak mengalami neuritis plaque dan degenerasinerofibrillary. Lima
tahun selanjutnya sebelas kasus yang sama dilaporkan kembali sehingga ditetapkanlah nama
penyakit tersebut sebagai penyakit Alzheimer.
B.Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternatif penyebab yang telah
dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi virus, polusi
udara/industri, trauma, neurotransmiter, defisit formasi sel-sel filament, presdiposisi heriditer.
Dasar kelainan patologi penyakit alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal, kematian
daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kognitif dengan
penurunan daya ingat secara progresif.
Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam
kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang
diakibatkan oleh adanya peningkatan calsium intraseluler, kegagalan metabolisme energi,
adanya formasi radikal bebas atau terdapatnya produksi protein abnormal yang non spesifik.
1. Hilangnya ingatan
Setiap orang memiliki penyimpangan dalam ingatan. Adalah hal yang normal ketika
anda lupa dimana anda menaruh kunci mobil atau lupa nama orang yang jarang anda lihat.
Tetapi masalah ingatan yang berhubungan dengan Alzhaimer berlangsung lama dan buruk.
Orang-orang dengan Alzhaimer mungkin:
III. Sering salah menaruh sesuatu, sering menaruh sesuatu di tempat yang tidak wajar
IV. Pada akhirnya lupa dengan nama anggota keluarga dan benda-benda yang biasa digunakan
dalam kesehariannya
Orang dengan Alzheimer bermasalah dalam berpikir mengenai suatu hal terutama
dalam bentuk angka.
4. Disorientasi
Orang dengan Alzheimer sering hilang kemampuan untuk mengingat waktu dan
tanggal, serta akan merasakan diri mereka hilang di lingkungan yang sebenarnya familiar
bagi mereka.
5. Hilang kemampuan dalam menilai
Menyelesaikan masalah sehari-hari merupakan hal yang sulit dan menjadi
bertambah sulit sampai akhirnya adalah sesuatu yang dirasa tidak mungkin bagi mereka
yang memiliki Alzheimer. Alzheimer memiliki karakteristik sangat sulit untuk melakukan
sesuatu yang membutuhkan perencanaan, pengambilan keputusan dan penilaian.
6. Sulit untuk melakukan tugas yang familiar
Sulit dalam melakukan tugas rutin yang membutuhkan langkah-langkah yang
berkelanjutan dalam proses penyelesaiannya, contohnya memasak. Pada akhirnya, orang
dengan Alzheimer dapat lupa bagaimana melakukan sesuatu bahkan yang paling
mendasar.
7. Perubahan kepribadian
Orang dengan Alzheimer menunjukkan:
a) Perubahan suasana hatiHilang kepercayaan terhadap orang lain.
b) Meningkatnya sikap keras kepala
c) Depresi
d) Gelisah.
e) Agresif
D.Patofisiologi(WOC)
Patologi anatomi dari Penyakit Alzheimer meliputi dijumpainya Neurofibrillary
Tangles (NFTs), plak senilis dan atropi serebrokorteks yang sebagian besar mengenai
daerah asosiasi korteks khususnya pada aspek medial dari lobus temporal.Meskipun
adanya NFTs dan plak senilis merupakan karakteristik dari Alzheimer, mereka bukanlah
suatu patognomonik. Sebab, dapat juga ditemukan pada berbagai penyakit
neurodegeneratif lainnya yang berbeda dengan Alzheimer, seperti pada penyakit
supranuklear palsy yang progresif dan demensia pugilistika dan pada proses penuaan
normal.
Distribusi NFTs dan plak senilis harus dalam jumlah yang signifikan dan menempati
topograpfik yang khas untuk Alzheimer. NFTs dengan berat molekul yang rendah dan
terdapat hanya di hippokampus, merupakan tanda dari proses penuaan yang normal. Tapi
bila terdapat di daerah medial lobus temporal, meski hanya dalam jumlah yang kecil sudah
merupakan suatu keadaaan yang abnormal.Selain NFTs dan plak senilis, juga masih
terdapat lesi lain yang dapat dijumpai pada Alzheimer yang diduga berperan dalam
gangguan kognitif dan memori, meliputi :
(1) Degenerasi granulovakuolar Shimkowich
(2) Benang-benang neuropil Braak , serta
(3) Degenerasi neuronal dan sinaptik.
Berdasarkan formulasi di atas, tampak bahwa mekanisme patofisiologis yang mendasari
penyakit Alzheimer adalah terputusnya hubungan antar bagian-bagian korteks akibat
hilangnya neuron pyramidal berukuran medium yang berfungsi sebagai penghubung bagian-
bagian tersebut, dan digantikan oleh lesi-lesi degeneratif yang bersifat toksik terhadap sel-
sel neuron terutrama pada daerah hipokampus, korteks dan ganglia basalis. Hilangnya
neuron-neuron yang bersifat kolinergik tersebut, meneyebabkan menurunnya kadar
neurotransmitter asetilkolin di otak. Otak menjadi atropi dengan sulkus yang melebar dan
terdapat peluasan ventrikel-ventrikel serebral.
E.Pemeriksaan Diagnostik
Dalam pemeriksaan diagnostic pada klien dengan penyakit Alzheimer yakni
pemeriksaan neuropatologi dan neuropsikologik.
1. Neuropatologi
d. Perubahan vakuoler
Merupakan suatu neuronal sitoplasma yang berbentuk oval dan dapat menggeser nukleus.
Jumlah vakuoler ini berhubungan secara bermakna dengan jumlah NFT dan SP, perubahan
ini sering didapatkan pada korteks temporomedial, amygdala dan insula. Tidak pernah
ditemukan pada korteks frontalis, parietal, oksipital, hipokampus, serebelum dan batang
otak.
e. Lewy body
Merupakan bagian sitoplasma intraneuronal yang banyak terdapat pada enterhinal, gyrus
cingulate, korteks insula, dan amygdala. Sejumlah kecil pada korteks frontalis, temporal,
parietalis, oksipital. Lewy body kortikal ini sama dengan immunoreaktivitas yang terjadi pada
lewy body batang otak pada gambaran histopatologi penyakit parkinson.
Hansen et al menyatakan lewy body merupakan variant dari penyakit alzheimer.
2. Pemeriksaan neuropsikologik
4. EEG
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang pada
penyakit alzheimer didapatkan perubahan gelombang lambat pada lobus frontalis yang non
spesifik
7. Laboratorium darah
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada penderita alzheimer.
Pemeriksaan laboratorium ini hanya untuk menyingkirkan penyebab penyakit demensia
lainnya seperti pemeriksaan darah rutin, B12, Calsium, Posfor, BSE, fungsi renal dan hepar,
tiroid, asam folat, serologi sifilis, skreening antibody yang dilakukan secara selektif.
F.Penatalaksanaan
Penyakit Alzheimer tidak dapat diobati sehingga penanganan yang dapat diberikan
adalah penanganan yang sifatnya simptomatis. Yaitu dengan cara memelihara fungsi mental
pasien, menangani behavioral symptoms, dan memperlambat progresivitas penyakit.
Ada tiga bentuk penangan yang dapat diberikan kepada pasien Alzheimer, yaitu :
A. Pharmaceutical
a. Tacrine.
Obat ini efektif dalam meningkatkan kemampuan mengingat pasien, tetapi obat ini
hanya dapat diberikan pada pasien Alzheimer derajat ringan sampai sedang. Efek samping
yang ditimbulkan berupa mual, muntah, diare, nyeri perut, gangguan pencernaan, ruam-
ruam pada kulit. Selain itu, obat ini juga bersifat hepatotoxicity karena dapat meningkatkan
enzim hati (alanine aminotransferase atau ALT). Oleh karena itu, obat ini jarang digunakan
karena harus melakukan tes darah setiap minggu untuk memonitor kadar ALT.
b. Donepezil (Aricept).
Obat ini diberikan pada pasien Alzheimer derajat ringan sampai sedang. Efek
samping obat ini lebih sedikit daripada tacrine. Obat ini tidak menimbulkan peningkatan
kadar ALT dan efek samping terhadap perut juga sedikit.
c. Rivastigmine (Exelon).
Obat ini dapat membantu meningkatkan aktifitas pasien seperti makan sendiri,
memakai baju sendiri, mengurangi behavioral symptoms (delusi dan agitasi), dan
meningkatkan fungsi kognitif (berpikir, mengingat, dan berbicara).Rivastigmine
(Exelon). Obat ini dapat membantu meningkatkan aktifitas pasien seperti makan sendiri,
memakai baju sendiri, mengurangi behavioral symptoms (delusi dan agitasi), dan
meningkatkan fungsi kognitif (berpikir, mengingat, dan berbicara).
d. Galantamine (Reminyl).
Obat ini diberikan pada pasien Alzheimer derajat ringan sampai sedang. Efek
samping obat ini juga sedikit.
e. Memantine (Namenda).
Obat ini diberikan pada pasien Alzheimer derajat berat. Obat ini melindungi neuron
dari peningkatan jumlah glutamate. Efek samping yang ditimbulkan adalah neurotoxic.
Kadang-kadang obat ini dikombinasikan dengan donepezil.
B. Psychosocial intervention
Terapi ini bertujuan agar penderita Alzheimer menjadi lebih mengenal, lebih siap
menghadapi penyakitnya, dan lebih dapat memanage dirinya sendiri.Intervensi psikososial
dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan yaitu :
b) Pendekatan emosi, meliputi reminiscence therapy (bermanfaat untuk kognitif dan mood
pasien), validation therapy, supportive psychotherapy, sensory integration disebut
juga snoezelen, dansimulated presence therapy.
d) Pendekatan stimulasi orientasi, yaitu dengan terapi kesenian, terapi musik, terapi binatang
peliharaan, beraktifitas, dan rekreasi.
C. Caregiving
A. PENGKAJIAN
Adapun pengkajian yang dilakukan pada penyakit Alzheimer
a) Anamnesis
Identitas klien meliputi nama,umur(lebih sering pada umur lanjut usia popularitas
lebih dari 85 th) jenis kelamin pendidikan alamat,pekerjaan,agama,suku bangsa,tanggal dan
jam masuk rumah saki,nomor register,diagnose medis
b) Keluhan Utama
Yang sering terjadi dan menjadi alas an klien dan keluarga untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah penurunan daya ingat,perubahan kognitif,dan kelumpuhan
gerak ekstremitas
c) Riwayat Kesehatan Saat Ini
Pada anamnesis,klien sering mengeluhkan sering lupa dan hilangnya ingatan yang
baru.Pada beberapa kasus,keluarga sering mengeluhkan bahwa klien sering mengalami
tingkah laku aneh dan kacau serta sering keluar rumah sendiri tanpa meminta izin pada
anggota keluarga ang lain sehingga sangat meresahkan anggota keluarga yang menjaga
klien.Pada tahap lanjut dari penyakit,keluarga sering mengeluhkan bahwa klien menjadi
tidak dapat mengatur buang air,tidak dapat mengurus keperluan dasar sehari-hari atau
mengenali anggota keluarga.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan kepada klien yakni meliputi adanya suatu riwayat
hipertensi,Diabetes Melitus,penyakit jantung,penggunaan obat-obatan anti
ansietas(benzodiazepine),penggunaan obat antikolinergik dalam jangka waktu yang
lama,dan riwayat sindrom down yang pada suatu saat kemudian menderita penyakit
Alzheimer pada usia 40-an
1. Aktifitas istirahat
2. Sirkulasi
4. Eliminasi
5. Makanan/cairan
6. Hiygene
7. Neurosensori
8. Kenyamanan
Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin menjadi factor predisposisi
atau factor akselerasinya), trauma kecelakaan ( jatuh, luka bakar dan sebagainya).
Tanda : Ekimosis, laserasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain
9. Interaksi social
2. B2 (Blood)
Hipotensi postural : berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga
gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem persarafan otonom.
3. B3 (Brain)
Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan
dengan pengkajian pada sistem lainnya.Inspeksi umum, didapatkan berbagai manifestasi
akibat perubahan tingkah laku.
A. Pengkajian Tingkat Kesadaran:
Tingkat kesadaran klien biasanya apatis dan juga bergantung pada perubahan status
kognitif klien.
ebral:
Status mental : biasanya status mental klien mengalami perubahan yang
berhubungan dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan
memori, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
2. Pengkajian Saraf kranial.
Pengkajian saraf ini meliputi pengkajian saraf cranial(nervous) I-XII :
2.1. Saraf(Nervus olfaktorius) I. Biasanya pada klien penyakit alzherimer tidak ada kelaianan
fungsi penciuman
2.2. Saraf(Nervus optikus) II. Tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan, yaitu sesuai
dengan keadaan usia lanjut biasanya klien dengan alzheimer mengalami keturunan
ketajaman penglihatan
2.3. Saraf .( Nervus okulomotorius, Nervus trochlearis, Nervus abdusen)III, IV dan VI Biasanya
tidak ditemukan adanya kelainan pada saraf ini
2.4. Saraf (Nervus trigeminus)V. Wajah simetris dan tidak ada kelainan pada saraf ini.
2.5. Saraf (Nervus facialis)VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal
2.6. Saraf (Nervus auditorius)VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses
senilis serta penurunan aliran darah regional
2.7. Saraf(Nervus glosofaringeus, Nervus vagus) IX dan X. Kesulitan dalam menelan makanan
yang berhubungan dengan perubahan status kognitif
2.8. Saraf (Nervus accecorius)XI. Tidak atrofi otot strenokleidomastoideus dan trapezius.
2.9. Saraf (Nervus hipoglosus)XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
vasikulasi dan indera pengecapan normal