You are on page 1of 4

Karakteristik dan Penanganan Polio Hingga Tuntas

Penyakit polio atau polyomielitis akibat infeksi virus polio. Virus polio ini termasuk
golongan enterovirus. Enterovirus adalah golongan virus yang suka pada saluran pencernaan
manusia dan sistem saraf, yang termasuk kedalam kelompok ini adalah virus polio, virus
coxsackie dan virus echo, Virusnya cenderung menyebar dan menular dengan cepat apalagi di
tempat-tempat yang kebersihannya buruk..Polio dapat menyerang semua usia, namun sebagian
besar (50-70%) akan menyerang anak usia di bawah tiga tahun. Adanya perbaikan sanitasi dan
lingkungan pada akhir abad ke 19, menyebabkan paparan virus menjadi lebih lambat dan
terjadi akumulasi anak rentan terhadap virus polio, sehingga polio penyakit yang semula
endemik berubah menjadi epidemik dengan pola penuh letusan wabah.

Penyebaran infeksi virus polio terjadi secara fecal-oral dan oral-oral (pernafasan).
Transmisi perinatal bisa terjadi dari ibu kepada bayinya. Masa yang paling menular adalah
beberapa saat sebelum sakit dan sesudah munculnya manifestasi klinik. Pada saat virus
dijumpai di tenggorokkan dan dieksresikan dalam konsentrasi yang tinggi melalui tinja. Virus
bertahan di tenggorokkan selama lebih kurang satu minggu setelah sakit dan dieksresikan
melalui tinja selama beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian. Pasien berpotensi
untuk menularkan virus selama ekskresi melalui tinja terus berlangsung.

Gejala polio bervariasi mulai dari tidak tampak secara klinis sampai berupa Acute
Flaccide Paralysis (AFP) yang nantinya menjadi kelumpuhan yang menetap (permanent).
Penyakit ini biasanya menyerang manusia pada tungkai bawah dan bersifat asimetris. Berikut
ini pada tabel gejala klinis polio:
Indonesia telah berhasil mendapatkan sertifikasi bebas polio bersama negara-negara
South East Asia Region (SEARO) pada tanggal 27 Maret 2014. Saat ini tinggal 2 negara, yaitu
Afghanistan dan Pakistan yang masih endemik polio. Setelah Indonesia dinyatakan bebas
polio, bukan berarti Indonesia menurunkan upaya imunisasi dan surveilens AFP, upaya
pencegahan harus terus ditingkatkan hingga seluruh dunia benar-benar terbebas dari
polio.Berikut adalah peta persebaran non polio AFP rate per 100.000 anak < 15 tahun di
indonesia tahun 2015

Gambar 1. Non Polio AFP Rate Per 100.000 Anak < 15 Tahun Di Indonesia Tahun 2015

Sebelumnya, pada tahun 2005 dilaporkan 15 balita terkena penyakit polio di Sukabumi
Jawa Barat. Hal ini mengakibatkan reputasi sebagai negeri bebas polio yang disandang selama
10 tahun pun hilang ketika seorang anak berusia 20 bulan di Jawa Barat terjangkit penyakit ini,
sehingga berbagai upaya dilakukan untuk menghentikan kasus ini, karena virus ini akan segera
tersebar ke seluruh pelosok negeri dan bahkan ke Negara-negara tetangga terutama daerah yang
angka cakupan imunisasinya masih rendah. Hal ini sudah menjadi strategi secara global yang
menetapkan eradikasi / pemusnahan polio pada tahun 2000. Hal inilah yang menjadikan
Indonesia juga menetapkan eradikasi polio.Untuk mencapai target tersebut diIndonesia telah
ditetapkan langkah-langkah kegiatan berikut:
a. Imunisasi rutin dengan OPV sebanyak 4 kali
b. Pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dan
c. Surveilans AFP dan virus polio liar
Strategi eradikasi polio di Indonesia dapat dilihat pada Gambar berikut :

Gambar 2. Strategi Eradikasi Polio di Indonesia


DAFTAR PUSTAKA
Oke Rina R, K. R. (n.d.). Upaya Eradikasi Polio di Indonesia. Universitas Sumatera Utara.

RI, K. K. (2016). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

RI, K. K. (2016). Situasi Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Robertson, S. (n.d.). Poliomyelitis. Geneva: WHO.

Satari, I. I. (2016). Eradikasi Polio. Sari Pediatri, 245-250.

Sekilas Polio. (n.d.). Retrieved from Unicef Indonesia:


https://www.unicef.org/indonesia/id/health_nutrition_3136.html

You might also like