You are on page 1of 6

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Salah satunya adalah sumber daya
alam yang berasal dari hutan. Hutan merupakan suatu

ekosistem yang kompleks dan mempunyai banyak manfaat langsung maupun tidak langsung, yang meliputi
manfaat dari segi ekologis, sosial dan ekonomi. Dari segi ekologis, hutan berperan sebagai perlindungan
ekosistem flora, fauna dan sumber plasma nutfah. Sedangkan dari segi ekonomi dan sosial, hutan berperan
sebagai sumber devisa dan mata pencaharian bagi masyarakat. Sehingga hutan selain dituntut untuk dapat
memberikan manfaat ekologis juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat

Seiring dengan pertambahan populasi dan perkembangan ekonomi, permintaan global dan regional
untuk barang dan jasa yang dihasilkan dari hutan akan terus meningkat, sementara areal berhutan di
beberapa negara cenderung menurun. Semakin berkurangnya luas areal hutan yang ada pada saat ini
berpengaruh terhadap berkurangnya produksi kayu yang dihasilkan. Penurunan produksi kayu tidak
diimbangi dengan jumlah permintaan yang terus meningkat dari tahun ke tahun

Kayu yang digunakan untuk industri pengerjaan kayu adalah jenis kayu komersil yang berkualitas
tinggi dan mempunyai corak yang dekoratif, seperti kayu Jati (Tectona grandis L.f.), Mahoni (Swietenia spp)
dan jenis kayu lainnya yang berasal dari famili Dipterocarpaceae. Jenis kayu komersil tersebut memiliki kelas
keawetan dan nilai jual yang tinggi, tetapi jumlahnya terbatas sehinggab produksinya juga terbatas

Ketergantungan pada jenis-jenis kayu komersil tersebut menyebabkan penggunaan kayu menjadi
tidak efisien dan kurang menguntungkan. Upaya untuk tetap memenuhi jumlah permintaan yang terus
meningkat yaitu dengan mengganti jenis kayu komersil dengan jenis kayu lain yang memiliki kualitas sama
dengan jenis kayu komersil. Kelemahan yang dimiliki kayu non komersil yaitu mudah terserang oleh faktor
perusak, baik faktor biologis maupun non biologis. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan suatu perlakuan
khusus, salah satunya yaitu dengan melakukan finishing. Finishing yaitu melapisi bagian permukaan kayu
dengan bahan berasal dari cat. Selain itu dilakukan perbaikan terhadap sifat-sifat tertentu dari jenis kayu non
komersil yang diharapkan dapat menjadi produk subsitusi dari jenis kayu komersil yang bermutu tinggi

Pada saat ini terdapat berbagai macam industri yang bergerak dalam bidang pengerjaan kayu,
diantaranya moulding dan furniture. Akan tetapi untuk memperoleh suatu hasil finishing yang baik
diperlukan keadaan permukaan tekstur kayu yang indah, khususnya untuk kayu yang mempunyai nilai
ekonomi yang tinggi. Dengan demikian suatu langkah yang perlu dikembangkan yaitu dengan
menggunakan bahan kayu yang mempunyai daya ekonomis rendah dan dilakukan suatu finishing yang baik,
serta perlu diperhatikan mengenai sifat-sifat finishing terhadap kayu tersebut

Kayu banyak digunakan sebagai bahan bangunan, furnitur, maupun untuk kerajinan karena keindahan
tampilan dan kekuatannya yang cukup baik. Sebagai bahan alam, kayu akan mudah rusak jika tidak
dilindungi dengan baik. Dengan semakin sedikitnya kayu yang tersedia, harga kayu menjadi semakin mahal.
Karena itu kayu, terutama yang diletakkan di eksterior, perlu dilindungi dengan bahan finishing agar lebih
tahan lama. Sedangkan untuk yang di interior, keindahan lebih diutamakan sehingga bahan finishing yang
dapat mengekspos tampilan serat kayu menjadi pilihan yang lebih tepat
Tujuan

1. Mahasiswa mengetahui proses finishing kayu

2. Melatih mahasiswa dalam melakukan finishing kayu untuk produk furniture maupun konstruksi

3. Membandingkan proses teknik pengaplikasian finishing yang berbeda

TINJAUAN PUSTAKA

Pekerjaan finishing kayu adalah rangkaian terakhir dari seluruh proses produksi di dalam industri
perabot kayu, rotan, dan juga bagian bangunan yang menggunakan bahan dari kayu. Yang dimaksud dengan
pekerjaan finishing kayu adalah melakukan pelapisan atau pengolesan resin atau suatu zat ke permukaan kayu
sehingga mendapatkan manfaat tertentu. Untuk bahan-bahan lembaran jadi hasil produksi pabrik bahan
pelapisan yang pada umumnya dilakukan dengan madia lem sebagai perekat. Pelapisan lembaran permukaan
bidang benda kerja dengan media lem tersebut, tidak termasuk dalam pembahasan pekerjaan finishing kayu (
Amarullah, 2005).

Manfaat dari pekerjaan finishing kayu adalah meningkatkan nilai: keindahan substrat kayu; keawetan
bahan kayu; keteguhan gesek dan pukulan; guna bahan kayu; dan komersial kayu. Agar manfaat finishing
dapat dicapai secara maksimal, maka perlu mengantisipasi hal-hal yang sangat merugikan selama proses
aplikasi, yaitu:

a. Pengahalang daya lekat bahan finishing.

b. Pengganggu penampilan keindahan.

c. Penentuan detail perabot atau benda kerja yang perlu dan tak perlu di-finishing

( Inkote, 2006).

Proses finishing kayu mempunyai tahapan-tahapan yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil
akhir. Tahapan-tahapan tersebut telah dibakukan dalam bentuk langkah-langkah standar, berikut ini:

a. Persiapan permukaan.

b. Pengisian pori-pori kayu.

c. Pewarnaan permukaan.

d. Pelapisan dasar permukaan kayu.

e. Pelapisan antar media.

f. Pelapisan akhir permukaan finishing.


g. Pemolesan permukaan.

(Prasetyo, 1999).

Finishing merupakan tindakan akhir melapisi permukaan benda kerja dengan suatu zat atau resin
dalam proses aplikasi, dengan maksud untuk mandapatkan nilai manfaat tertentu. Agar manfaat dapat
dicapai dengan optimal, maka perlu mampelajari hal-hal berikut ini:

a. Sistem finishing.

b. Pengetahuan substrat kayu.

c. Pengetahuan bahan finishing.

d. Cara aplikasi.

e. Kondisi operasional proses finishing.

f. Penempatan dan hasil finishing.

Dengan mengenal serta memahami faktor-faktor tersebut, dan digunakan untuk mengantisipasi
kemungkinan akan terjadi kegagalan maka keenam faktor utama tersebut harus digunakan sebagai pedoman
di dalam aplikasi, yakni khususnya bagi ahli finishing yang handal. Salah satu faktor tersebut di atas diabaikan
atau kurang diketahui maka hasil akhir dari pekerjaan finishing akan mengalami kegagalan. Misal, faktor
penempatan barang jadi yang seharusnya untuk di bawah atap atau di dalam ruang (in door), ditempatkan di
luar ruang (out door) maka akan mudah rusak ( Sunaryo, 1997).

Kertas amplas atau kertas pasir, demikian juga disebut dengan kertas amril, telah lama dipakai di dalam
industri maupun aplikasi finishing. Sebetulnya tidaklah tepat diambil istilah “kertas”. Pada kenyataannya,
amplas tidak hanya dibuat dari bahan kertas saja. Bahan media yang biasa dipakai amplas adalah kanvas atau
kain tebal, kertas itu sendiri, kombinasi antara kertas dan kain yang merupakan kertas berserat, lembaran
fibre glass yang bisa ditekuk untuk bisa mengamplas profilprofil, serta bahan PVC untuk mengamplas profil
( Adidarma, 1998).

Ukuran besar kecilnya partikel ditentukan oleh saringannya (mess). Sehingga amplas no. 100, berarti
amplas dengan besar partikelnya adalah sederet lubang ayakan dengan panjang 1 inch berisi 100 lubang.
Menurut ukuran partikelnya, amplas dibagi penggunaanya berikut ini:

(a) 80 – 180 : Pengamplasan persiapan permukaan

(b) 180 – 240 : Pengamplasan cat dasar atau undercoat.

(c) 240 – 320 : Pengamplasan antar media atau sanding.

(d) 400 – 600 : Pengamplasan top coat atau akhir. Pengamplasan secara prinsip dengan kertas amplas yang
tajam dan tekanan secukupnya, agar supaya urat/serat kayu tidak menjadi tertekan atau tanpa terjadi bekas.
Kertas amplas harus bebas dari butiran besi karena kertas amplas yang mengandung bahan dari besi
menyebabkan noda gelap pada kayu (Kasmudjo, 2002).

Dengan dempul bisa mengurangi dalamnya pori-pori kayu karena terisi olehnya, sehingga permukaan
kayu menjadi rata dan halus. Dempul pada sistem finishing melamine biasa disebut wood filler yang
fungsinya mengisi pori-pori kayu, bukan untuk melapisi permukaan kayu. Pelarut untuk wood filler ada dua
macam yaitu air dan thinner. Wood filler yang berpelarut air lebih lunak dan lebih lambat mengering
dibandingkan dengan wood filler yang berpelarut thinner. Proses aplikasi wood filler ke pori-pori kayu bisa
dengan skrap atau kapi untuk bidang permukaan lebar dan rata, bisa juga menggunakan kuas atau kaos
dengan sedikit tekanan ke permukaan kayu yang berprofil, sempit, dan tidak rata ( Mulyana,
2007).

Bahan yang mahal tidak menjamin hasil finishing yang baik dan berkualitas. Banyak faktor yang ikut
menentukan kualitas hasil finishing. Cara aplikasi merupakan salah satu faktor yang penting menentukan
kualitas hasil. Ada beberapa cara aplikasi finishing menyesuaikan dengan jenis bahan dan kualitas akhir yang
diinginkan. Satu jenis bahan finishing tidak menutup kemungkinan untuk memakai lebih dari satu cara
aplikasi. Berikut ini beberapa cara aplikasi finishing.

a. Dipping (celup) .Lebih dikenal juga dengan istilah perendaman. Bahan finishing diletakkan dalam suatu
bejana/tangki kemudian benda kerja dicelupkan ke dalam tangki tersebut. Proses in bertujuan agar seluruh
permukaan benda kerja, terutama pada bagian sudut & tersembunyi bisa terlapisi bahan finishing..
b. Wiping (pemolesan dengan kain) Proses ini sebaiknya tidak dipakai sebagai proses awal/dasar. Walaupun
demikian beberapa bahan finishing tertentu hanya bisa diaplikasikan dengan cara ini, misalnya politur.
Kualitas permukaan lebih baik dari proses celup tapi membutuhkan waktu lebih lama.

c.Brush (kuas).Merupakan cara paling murah dan mudah di antara yang lain. Hanya saja harus hati-hati
dalam memilih kuas yang berkualitas. Bahan finishing yang cocok untuk cara ini termasuk cat, varnish dan
pewarna. Sebagaimana ujung kuas, hasil permukaan finishing tidak sehalus dan serata aplikasi spray atau poles.

d. Spray (semprot) Membutuhkan beberapa alat tambahan khusus tapi tidak terlalu mahal. Alat utama yang
diperlukan adalah kompressor untuk membuat tekanan udara dan spray gun, suatu alat untuk
menyemprotkan bahan finishing bersamaan dengan udara bertekanan ke bidang kerja.

e.Shower (curah) Metode ini diimplementasikan pada mesin finishing curtain (tirai), bahan finishing
dicurahkan ke permukaan benda kerja dengan volume dan kecepatan tertentu sehingga membentuk lapisan
tipis di atas permukaan benda kerja. Cara pengeringannya tergantung bahan finishing yang digunakan.
Kebanyakan digunakan oleh pabrik flooring (parket) atau furniture indoor lainnya yang memakai papan
buatan.

f. Rolling. Prinsipnya sama dengan roller yang dipakai untuk mengecat tembok, tetapi yang dimaksud disini
adalah alat aplikasi sebuah mesin roller yang seluruh permukaannya terbalut dengan bahan finishing cair dan
benda kerja (papan) mengalir di bawahnya ( Prasetyo, 1999).

Vernis merupakan salah satu produk pelapis permukaan yang dapat berfungsi baik sebagai pelindung
maupun dekoratif. Vernis merupakan campuran homogen satu jenis resin atau lebih (resin sintetik atau
alami) dengan minyak pengering, bahan pengering dan pelarut. Vernis tidak mengandung pigmen sehingga
merupakan produk pelapis permukaan yang transparan. Berdasarkan penggunaannya, terdapat dua jenis
vernis yaitu vernis interior (pemakaian di dalam ruangan) serta vernis interior dan eksterior (pemakaian di
dalam dan di luar ruangan). Lapisan film vernis interior umumnya memerlukan kekerasan dan ketahanan
terhadap bahan kimia (terutama asam), sedangkan vernis eksterior memerlukan lapisan film yang keras
namun lebih lentur agar memiliki daya tahan yang baik terhadap cuaca. Unsur-unsur dalam vernis eksterior
harus memiliki ketahanan terhadap kerusakan karena pengelupasan, retak, timbulnya noda (bintik-bintik),
penguningan dan kehilangan kilap (Marino, 2003).
LAPORAN

PENDAHULUAN PRAKTEK

AMPLAS KAYU

DI SUSUN OLEH :

FIQI MUHAMMAD NURHUDA

4315210042

FAKULTAS TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS PANCASILA

JAKARTA

2015

You might also like