You are on page 1of 27

1.

Definisi Penyakit
Tumor buli adalah tumor yang berbentuk papiler, noduler (infiltratif), atau
campuran infiltratif dengan papiler yang ditemukan pada vesika urinaria atau buli- buli
(Yuda,2010).
Tumor buli-buli atau tumor vesika urinaria merupakan 2% dari seluruh
keganasan, dan merupakan kedua terbanyak pada sistem urogenital setelah
karsinoma prostat. Tumor buli berkembang dari sel epitel transisional dari saluran
kemih (Brunner & Suddarth, 2002).

2. Etiologi
a. Pekerjaan
Pekerja-pekerja di pabrik kimia (terutama pabrik cat), laboratorium, pabrik
korek api, tekstil, pabrik kulit, dan pekerja pada salon/pencukur rambut sering
terpapar oleh bahan karsinogen berupa senyawa amin aromatik (2-
naftilamin, bensidin, dan 4-aminobifamil).
b. Perokok
Resiko untuk mendapatkan karsinoma buli-buli pada perokok adalah 2-6 kali
lebih besar dibandingkan dengan bukan perokok. Rokok mengandung bahan
karsinogen berupa amin aromatik dan nitrosamin. Dari beberapa penelitian
berhasil menemukan adanya hubungan antara merokok dengan terjadinya
tumor dan kanker buli-buli. Hubungan tersebut terjadi secara dose respons
yang berarti bertambahnya jumlah rokok yang diisap akan meningkatkan resiko
terjadinya kanker buli-buli 2-5 kali lebih besar dibandingkan dengan bukan
perokok. Pada perokok ditemukan adanya peningkatan metabolit–metabolit
triptopan yang berada dalam urinnya yang bersifat karsinogenik. Selain itu
iritasi jangka panjang pada selaput lendir kandung kencing seperti yang terjadi
pada infeksi kronis, pemakaian kateter yang menetap dan adanya batu pada
buli-buli, juga diduga sebagai faktor penyebab.
c. Infeksi saluran kemih
Telah diketahui bahwa kuman-kuman E.coli dan Proteus spp menghasilkan
nitrosamin yang merupakan zat karsinogen.
d. Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan
Kebiasaan mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin
dan siklamat.

e. Riwayat keluarga, orang-orang yang keluarganya ada yang menderita kanker


kandung kemih memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker ini. Peneliti
sedang mempelajari adanya perubahan gen tertentu yang mungkin
meningkatkan resiko terjadinya kanker ini.
3. Manifestasi Klinis
Perlu diwaspadai jika seorang pasien datang dengan mengeluh hematuria yang
bersifat: (1) tanpa disertai rasa nyeri (painless), (2) kekambuhan (intermittent), dan (3)
terjadi pada seluruh proses miksi (hematuria total). Meskipun seringkali karsinoma
buli-buli tanpa disertai gejala disuria, tetapi pada karsinoma in situ atau karsinoma
yang sudah mengadakan infiltrasi luas tidak jarang menunjukkan gejala iritasi buli-
buli.Hematuria dapat menimbulkan retensi bekuan darah sehingga pasien datang
meminta pertolongan karena lidak dapat miksi. Keluhan akibat penyakit yang telah
lanjut berupa gejala obstruksi saluran kemih bagian atas atau edema tungkai. Edema
tungkai ini disebabkan karena adanya penekanan aliran limfe oleh massa tumor atau
oleh kelenjar limfe yang membesar di daerah pelvis.
Secara umum, manifestasi klinis tumor buli – buli adalah sebagai berikut :
1. Kencing campur darah yang intermitten
2. Merasa panas waktu kencing
3. Merasa ingin kencing
4. Sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sulit kencing
5. Nyeri suprapubik yang konstan
6. Panas badan dan merasa lemah
7. Nyeri pinggang karena tekanan saraf
8. Nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis.
9.

4. Deskripsi Patofisiologi - Faktor gen


Buli – buli (vesika urinaria) - Pekerjaan
- Usia
- ISK
- Kopi, pemanis
buatan
- Konsumsi obat
sering dan
konsisten

Tumor Buli - Buli

Ulserasi Metastase Oklusi ureter/pelvic renal immobilisasi


Infeksi sekunder : Karena penyakit

Panas saat Invasi pada bladder Refluks kelemahan fisik

kencing

Merasa panas dan


tubuh lemas

Hematuria
Sirkulasi darah
Retensio urine: sulit kencing Hidronefrosis : menurun

1.Nyeri suprapubik Hipoksia

2.Nyeri pinggang jaringan

perifer

Ginjal membesar resiko


Nyeri AKut perubahan
Penatalaksanaan struktur
Nyeri Kulit akibat
Akut penekanan

Daerah menonjol
Penatalaksanaan
Lesi kulit dan

Diversi urin dengan Perubahan status kesehatan Kemoterapi perubahan

Teknik vesicostomi Kurang paparan informasi akurat Efek kemoterapi pigmentasi kulit

Seputar prosedur pembedahan Iritasi GI


Luka insisi ulkus dekubitus
Takut, gelisah Ansietas
Rangsang vomiting center
Terputusnya kontinuitas jaringan Rangsang ujung syaraf
Kerusakan
Bebas di hipotalamus Nausea,
Integritas
Port the entry mo Vomitus
Pengeluaran zat = zat vasoaktif Kulit
Akumulasi mikroorganisme (prostaglandin, serotonin) Anoreksia
di area luka Rangsang cortex serebri untuk
persepsikan nyeri asupan makanan tidak adekuat
Perawatan area insisi yang
kurang steril Nyeri BB menurun
Akut

Resti Infeksi Ketidakseimbangan


nutrisis: kurang dari
kebutuhan tubuh
Luka akibat pembedahan dan adanya vesicostomy Hiperalbumin akibat
Kehilangan cairan tubuh melalui luka, lumen buatan,
kerusakan filtrasi glomerulus
ataupun selang drainage renal
Asupan nutrisi dan cairan tidak adekuat tekanan koloid osmotik terganggu
Malnutrisi dehidrasi gangguan shift cairan (CES dan CIS)
Perpindahan shift cairan intravaskuler
Respon tubuh berupa konjungtiva anemis, pucat ke interstitial
Volume cairan menurun Akumulasi cairan
Edema

Resiko Kelebihan
Ketidakseimbangan Volume Cairan
Volume Cairan
5. Bentuk Tumor Buli
Tumor buli-buli dapat berbentuk papiler, tumor non invasif (insitu), noduler
(infiltratif) atau campuran antara bentuk papiler dan infiltratif.

Bentuk tumor buli-buli


Sebagian besar (±90%) tumor buli-buli adalah karsinoma sel transisional. Tumor
ini bersifat multifokal yaitu dapat terjadi di saluran kemih yang epitelnya terdiri atas sel
transisional yaitu di pielum, ureter, atau uretra posterior; sedangkan jenis yang
lainnya adalah karsinoma sel skuamosa (±10%) dan adenokarsinoma (±2%)
a. Adenokarsinoma
Terdapat 3 grup adenokarsinoma pada buli-buli, di antaranya adalah: (1)
Primer terdapat di buli-buli, dan biasanya terdapat di dasar dan di fundus buli-
buli. Pada beberapa kasus sistitis glandularis kronis dan ekstrofia vesika pada
perjalannya lebih lanjut dapat mengalami degenerasi menjadi
adenokarsinoma buli-buli; (2) Urakhus persisten (yaitu merupakan sisa
duktus urakhus) yang mengalami degenerasi maligna menjadi
adenokarsinoma; (3) Tumor sekunder yang berasal dari fokus metastasis dari
organ lain, diantaranya adalah: prostat, rektum, ovarium, lambung, mamma,
dan endometrium. Prognosis adenokarsinoma bulu-buli ini sangat jelek.
b. Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma sel skuamosa terjadi karena rangsangan kronis pada buli-buli
sehingga sel epitelnya mengalami metaplasia berubah menjadi ganas.
Rangsangan kronis itu dapat terjadi karena infeksi saluran kemih kronis, batu
buli-buli, kateter menetap yang dipasang dalam jangka waktu lama, infestasi
cacing Schistosomiasis pada buli-buli, dan pemakaian obat-obatan
sikiofosfamid secara intravesika.

6. Klasifikasi Tumor Buli


Penentuan deiajat invasi tumor berdasarkan sistem atau berdasarkan
penentuan stadium dari Marshall seperti terlihat pada gambar 2 :
Secara lengkap klasifikasi DUKE-MASINA, JEWTT dengan modifikasi
STRONG-MARSHAL untuk menentukan operasi atau observasi :
1. T = pembesaran lokal tumor primer, ditentukan melalui :
Pemeriksaan klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah anestesi
umum dan biopsy atau transurethral reseksi.

No Kode Keterangan
1 Tis Carcinoma insitu (pre invasive Ca)
2 Tx Cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor,
tak dapat dilakukan
3 To Tanda-tanda tumor primer tidak ada
4 T1 Pada pemeriksaan bimanual didapatkan masa yang
bergerak
5 T2 Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding
buli-buli.
6 T3 Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau masa nodular
yang bergerak bebeas dapat diraba di buli-buli.
7 T3a Invasi otot yang lebih dalam
8 T3b Perluasan lewat dinding buli-buli
9 T4 Tumor sudah melewati struktur sebelahnya
10 T4a Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina
11 T4b Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke
dalam abdomen
2. N = Pembesaran secara klinis untuk pemebesaran kelenjar limfe
pemeriksaan kinis, lympgraphy, urography, operative

No Kode Keterangan
1 Nx Minimal yang ditetapkan kel. Lymfe regional tidak dapat
ditemukan
2 No Tanpa tanda-tanda pemebsaran kelenjar lymfe regional
3 N1 Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional yang
homolateral
4 N2 Pembesaran kontralateral atau bilateral atau kelenjar lymfe
regional yang multiple
5 N3 Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga
yang bebeas antaranya dan tumor
6 N4 Pemebesaran kelenjar lymfe juxta regional
3. M = metastase jauh termasuk pemebesaran kelenjar limfe yang jauh.
Pemeriksaan klinis, thorax foto, dan test biokimia
No KODE KET
1 Mx Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan
adanya metastase jauh, tak dapat dilaksanakan
2 M1 Adanya metastase jauh
3 M1a Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test
biokimia
4 M1b Metastase tunggal dalam satu organ yang tunggal
5 M1c Metastase multiple dalam satu terdapat organ yang
multiple
6 M1d Metastase dalam organ yang multiple

Sedangkan, tipe tumor didasarkan pada type selnya, tingkat anaplasia dan invasi.

1 Efidermoid Ca Kira-kira 5% neoplasma buli-buli –squamosa cell,


anaplastik, invasi yang dalam dan cepat
metastasenya
2 Adeno Ca Sangat jarang dan sering muncul pada bekas
urachus
3 Rhabdomyo Sering terjadi pada anak-anak laki-laki
sarcoma (adolescent), infiltasi, metastase cepat dan
biasanya fatal
4 Primary Malignant Neurofibroma dan pheochromacytoma, dapat
lymphoma menimbulkan serangan hipertensi selama kencing
5 Ca dari pada kulit, Mungkin mengadakan metastase ke buli-buli,
melanoma, lambung, invasi ke buli-buli oleh endometriosis dapat terjadi
paru dan mammae

7. Komplikasi
1) Hematuria yang terus menerus akan menyebabkan terjadinya anemia pada pasien
2) Apabila terjadi penyumbatan atau obstruksi,maka akan menyebabkan terjadinya
refluks vesiko-ureter, hidronefrosis.
3) Jika terjadi infeksi, akan menyebabkan terjadinya kerusakan pada ginjal, yang
lama kelamaan mengakibatkan gagal ginjal.

8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Hb
Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros
hematuria
b. Pemeriksaan Leukosit
- Leukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam
urine
- Acid phospatase meningkat; kanker prostat metastase,
- Alkaline phosphatase meningkat; kanker tulang atau metastase ke tulang,
kanker hati, lymphoma, leukemia.
- Calsium meningkat; metastase tulang, kanker mamae, leukemia, lymphoma,
multiple myeloma, kanker; paru, ginjal, bladder, hati, paratiroid.
- LDH meningkat; kanker hati, metastase ke hati, lymphoma, leukemia akut
- SGPT (AST), SGOT (ALT) meningkat; kanker metastase ke hati.
- Testosteron meningkat; kanker adrenal, ovarium
Selain pemeriksaan laboratorium rutin, diperiksa pula: (1) sitologi urine yaitu
pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urine, (2) antigen
permukaan sel (cell surface antigen), dan flow cytometri yaitu mendeteksi
adanya kelainan kromosom sel-sel urotelium.

9. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
- excretory urogram biasanya normal, tapi mungkin dapat menunjukkan
tumornya.
- Fractionated cystogram adanya invasi tumor dalam dinding buli-buli
- Angography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh lymphe
b. Cystocopy dan biopsy
Cystoscopy hampir selalu menghasilkan tumor. Biopsi dari pada lesi selalu
dikerjakan secara rutin.
c. Cystologi
Pengecatan pada sedimen urine terdapat transionil cel daripada tumor
e. Ultrasonografi
Untuk mendeteksi metastasis di luar kandung kemih, membedakan tumor dari
kista.
f. Arteriografi Pelvik
Pemeriksaan untuk memastikan invasi tumor ke dalam dinding kandung kemih
g. Urografi Ekskretori
Untuk mengenali tumor stadium dini yang besar atau tumor yang sedang
berinfiltrasi.
h. Sistografi Retrograd
Untuk mengetahui perubahan pada struktur kandung kemih dan keutuhan
dindingnya
i. Pencitraan
Magnetic resonance imaging (MRI) merupakan suatu pemeriksaan imaging yang
cukup akurat dan non-invasif dalam mendiagnosis tumor buli, terutama dalam
mengevaluasi perluasan tumor. MRI dapat mendeteksi tumor dengan ukuran 1,5
cm. Walaupun dikatakan bahwa MRI konvensional kurang akurat dalam
mendeteksi suatu karsinoma insitu dan membedakan antara invasi mukosa,
submukosa clan muskularis superfisial. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian
kontras (gadolinium-enhanceddynamic MRI).

Akurasi MRI dalam mengevaluasi staging dari karsinoma buli sekitar kurang lebih
85%. MRI dikatakan lebih unggul daripada CT-Scan dan Ultrasonografi (USG).
MRI dapat memperlihatkan tumor intramural, meskipun buli tidak terdistensi
maksimal. Hal ini tidak bisa dievaluasi dengan CT-Scan dan USG. Selain itu MRI
dapat memperlihatkan adanya pembesaran kelenjar limfe.

Tavqes NJ dkk (1990) melaporkan bahwa MRI dalam mendeteksi karsinoma buli
yang invasif ke muskularis mempunyai sensitivitas 97%, spesifisitas 83% dan
akurasi 94%. Penggunaan MRI untuk deteksi karsinoma buli yang ekstensi ke
ekstravesikal didapatkan sensitivitas 95%, spesifisitas 100% dan akurasi 97%.
USG transabdominal dengan menggunakan tranducer 3,5-5,O mHz dapat
mengevaluasi dinding buli pada keadaan buli terisi penuh (distended). USG
berguna dalam menentukan tumor buli dan dapat menunjukkan perluasan ke
ruang perivesikal atau organ yang berdekatan.

Pemeriksaan PIV dapat mendeteksi adanya tumor buli-buli berupa filling defect
dan mendeteksi adanya tumor sel transisional yang berada di ureter atau pielum.
Didapatkannya hidroureter atau hidroneftosis merupakan salah satu tanda
adanya infiltrasi tumor ke ureter atau muara ureter. CT scan atau MRI berguna
untuk menentukan ekstensi tumor ke organ sekitarnya.

10. Penatalaksanaan Medis/Operatif


1. Diversi Urine
Prosedur diversi urin dilakukan untuk mengalihkan aliran urin dari kandung kemih
ke tempat keluar yang baru, biasanya melalui lubang yang dibuat lewat
pembedahan pada kulit (stoma). Terdapat dua kategori diversi urin yaitu :
a) Diversi Ureteroenterokutaneus (bagian dari intestinum digunakan untuk
membuat tempat penampungan urin yang baru)
 Saluran Konvensional
Ureter dicangkok pada suatu bagian ileum terminalis yang diisolir (ileal
conduit) dan kemudian salah satu ujung lintasan dihubungkan dengan
dinding abdomen. Ureter juga dapat dicangkok pada kolon sigmoid yang
melintang (colon conduit), atau pada jejenum pars proksimal (jejunal
conduit).
 Continent Ileal Urinary Reservoir (Kock Pouch)
Ureter dicangkokkan pada suatu segmen ileum yang sudah diisolir (katong
; pouch) dengan katup satu arah yang bentuknya menyerupai puting sus,
urin dialirkan keluar melalui kateter.
 Ureterosigmoidostomi
Merupakan implantasi ureter ke dalam kolon sigmoid, dimana ureter
dimasukkan ke dalam sigmoid dan dengan demikian urin dapat mengalir
lewat kolon serta keluar dari rektum.
b) Diversi Kutaneus (urin dialirkan lewat sebuah lubang yang dibuat pada dinding
abdomen serta kulit)
 Ureterostomi Kutaneus
Ureter yang dipotong didekatkan pada dinding abdomen dan dihubungkan
dengan lubang pada kulit
 Vesikostomi
Tindakan ini dengan cara kandung kemih dijahit pada dinding abdomen
dan dibuat lubang (stoma) lewat dinding abdomen serta kandung kemih
untuk pengaliran ke luar (drainase) urin.
 Nefrostomi
Kateter disisipkan ke dalam pelvis renis lewat luka insisi pada pinggang
atau dengan pemasangan kateter perkutan ke dalam ginjal.

2. Diversi urine Orthotopic


Teknik membuat neobladder dan segmen usus yang kemudian dilakukan
anastomosis dengan uretra. Teknik ini dirasa lebih fisiologis untuk pasien, karena
berkemih melalui uretra dan tidak memakai stoma yang dipasang di abdomen.
Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Camey dengan berbagai
kekurangannya dan kemudian disempurnakan oleh Studer dan Hautmann.

11. Penatalaksanaan Keperawatan


a. Pengkajian
a) Identitas
Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah buli-buli.
Kanker Buli-buli terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan pada
wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien
mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa.
b) Riwayat keperawatan
Keluhan penderita yang utama adalah mengeluh kencing darah yang
intermitten, merasa panas waktu kening. Merasa ingin kencing, sering
kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing,
nyeri suprapubik yang konstan, panas badan dan merasa lemah, nyeri
pinggang karena tekanan saraf, dan nyeri pada satu sisi karena
hydronephrosis.
c) Pengkajian Fokus
1. Aktivitas dan Istirahat
Gejala : merasa lemah dan lelah
Tanda : perubahan kesadaran
2. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal
Tanda : tekanan darah meningkat, bradikardia atau takikardia
3. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku
Tanda : cemas, mudah tersinggung
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan saat BAK
Tanda : Nyeri saat BAK, hematuria
5. Makanan dan Cairan
Gejala : Mual, muntah
Tanda : mual
6. Nyeri/keamanan
Gejala : Sakit pada area abdomen
Tanda : wajah menyeringai, respon menarik diri dari stimulus nyeri
7. Interaksi sosial
Gejala :Perubahan interaksi dengan orang lain
Tanda :Rasa tak berdaya, menolak anak ini
8. Keamanan
Gejala : Trauma baru
Tanda : Terjadi kekambuhan baru

d) Pemeriksaan fisik dan klinis


Inspeksi , tampak warna kencing campur darah, pembesaran suprapubic
bila tumor sudah besar. Palpasi, teraba tumor masa suprapubic,
pemeriksaan bimanual teraba tumor pada dasar buli-buli dengan bantuan
general anestesi baik waktu VT atau RT
Lakukan inspeksiabdomen bagian bawah, kandung kemih adalah organ
berongga yang mampu membesar u/ mengumpulkan dan mengeluarkan
urin yang dibuat ginjal, selanjutnya perkusi dengan cara pasien dalam
posisi terlentang, perkusi dilakukan dari arah depan, lakukan pengetukan
pada daerah kandung kemih, daerah suprapubik. Kemudian lakukan
palpasi kandung kemih pada daerah suprapubis dimana normalnya
kandung kemih terletak di bawah simfibis pubis tetapi setelah membesar
meregang ini dapat terlihat distensi pada area suprapubis. Bila kandung
kemih penuh akan terdengar dullness atau redup. Pada kondisi yang
berarti urin dapat dikeluarkan secara lengkap pada kandung kemih.
Kandung kemih tidak teraba. Bila ada obstruksi urin normal maka urin
tidak dapat dikeluarkan dari kandung kemih maka akan terkumpul. Hal ini
mengakibatkan distensi kandung kemih yang bias di palpasi di daerah
suprapubis
e) Pemeriksaan pembantu
Tes buli-buli : dengan cara buli-buli dikosongkan dengan kateter, lalu
dimasukkan 500 ml larutan garam faal yang sedikit melebihi kapasitas
buli-buli, kemudian kateter di klem sebentar, lalu dibuka kembali, bila
selisihnya cukup besar mungkin terdapat rupture buli-buli.
12. Analisa Data
a. Analisa Data Pre Operatif dan Post Operatif
Symptom Etiologi Problem
PRE OPERATIF
DO : Hiperalbumin akibat kerusakan Kelebihan Volume
a. Berat badan meningkat
filtrasi glomerulus Cairan
pada waktu yang
singkat
Tekanan koloid osmotik terganggu
b. Asupan berlebihan
dibanding output
c. Tekanan darah berubah,
tekanan arteri
13.
pulmonalis berubah, Gangguan shift cairan tubuh
peningkatan CVP
d. Distensi vena jugularis
e. Perubahan pada pola
nafas, dyspnoe/sesak Perpindahan shift cairan dari
nafas, orthopnoe, suara intravsakular ke interstitial
nafas abnormal (Rales
atau crakles),
kongestikemacetan Akumulasi cairan
paru, pleural effusion
f. Hb dan hematokrit
menurun, perubahan
elektrolit, khususnya Edema
perubahan berat jenis
g. Suara jantung SIII
h. Reflek hepatojugular Kelebihan Volume Cairan
positif
i. Oliguria, azotemia
Perubahan status mental,
kegelisahan, kecemasan
DO : Tumor Buli Nyeri Akut
1. Laporan secara verbal
atau non verbal
2. Fakta dari observasi
Ulserasi Metastase Oklusi
3. Gerakan melindungi
4. Tingkah laku berhati-
hati
Infeksi sekunder : Refluks
5. Muka topeng
- Panas saat
6. Gangguan tidur (mata
- kencing
sayu, tampak capek,
Merasa panas Hidronefrosis
sulit atau gerakan
dan tubuh lemas
kacau, menyeringai).
- Hematuria
7. Terfokus pada diri
Nyeri
sendiri .
8. Fokus menyempit
suprapubik
(penurunan persepsi
dan
waktu, kerusakan
nyeri
proses berpikir,
punggung
penurunan interaksi
dengan orang dan
lingkungan).
9. Tingkah laku distraksi,
contoh : jalan-jalan,
Nyeri Akut
menemui orang lain
dan/atau aktivitas,
aktivitas berulang-
ulang)
10. Respon autonom
(seperti diaphoresis,
perubahan tekanan
darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi
Diagnosa Keperawatan Prioritas
Pre - Operatif
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan terganggunya mekanisme
regulasi di renal
b. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit, penekanan atau
kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplai syaraf, obstruksi jalur syaraf,
inflamasi
c. Ansietas berhubungan dengan situasi krisis (tumor), perubahan kesehatan,
kurangnya paparan informasi akurat seputar rencana tindakan pembedahan.
Post - Operatif
d. Nyeri (akut) berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat
pembedahan
e. Kerusakan integritas kulit b.d destruksi mekanis jaringan sekunder terhadap
tekanan, gesekan dan fraksi akibat immobilisasi
f. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan tumor, efek kemoterapi,
radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa
pengecapan, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan
mengontrol nyeri .
g. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh
sekunder dan sistem imun (efek kemoterapi atau radiasi), malnutrisi, prosedur
invasif, ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen,
perawatan luka pasca pembedahan yang kurang tepat.
14. Rencana Asuhan Keperawatan
Pre Operatif
Perencanaan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC) Aktivitas (NIC)
No Diagnosa Keperawatan
(NOC)
1. Kelebihan volume cairan Jangka Panjang : 1. Electrolit and acid base 1. Fluid management
Kelebihan Volume cairan balance : Fluid Management a. Timbang popok/pembalut jika
berhubungan dengan
tidak terjadi 2. Fluid Monitoring diperlukan
terganggunya mekanisme b. Pertahankan catatan intake dan output
Jangka Pendek : yang akurat
regulasi di renal ditandai
Setelah dilakukan tindakan c. Pasang urin kateter jika diperlukan
dengan : keperawatan 4 x 24 jam, d. Monitor hasillAb yang sesuai dengan
keseimbangan cairan dapat retensi cairan (BUN ,Hmt , osmolalitas
DO : tercapai dengan kriteria hasil urin )
a. Berat badan meningkat : e. Monitor status hemodinamik termasuk
pada waktu yang singkat 1. Terbebas dari edema, CVP, MAP, PAP, dan PCWP
b. Asupan berlebihan efusi, anaskara f. Monitor vital sign
dibanding output 2. Bunyi nafas bersih, tidak g. Monitor indikasi retensi / kelebihan
c. Tekanan darah berubah, ada dyspneu/ortopneu cairan (cracles, CVP ,edema, distensi
tekanan arteri pulmonalis 3. Terbebas dari distensi vena leher, asites)
berubah, peningkatan CVP vena jugularis, reflek h. Kaji lokasi dan luas edema
d. Distensi vena jugularis hepatojugular (+) i. Monitor masukan makanan / cairan dan
e. Perubahan pada pola 4. Memelihara tekanan hitung intake kalori harian
nafas, dyspnoe/sesak vena sentral, tekanan j. Monitor status nutrisi
nafas, orthopnoe, suara kapiler paru, output k. Berikan diuretik sesuai interuksi
nafas abnormal (Rales atau jantung dan vital sign l. Batasi masukan cairan pada keadaan
crakles), dalam batas normal hiponatrermi dilusi dengan serum Na <
kongestikemacetan paru, 5. Terbebas dari kelelahan, 130 mEq/l
pleural effusion kecemasan atau m. Kolaborasi dokter jika tanda cairan
f. Hb dan hematokrit kebingungan berlebih muncul memburuk.
menurun, perubahan 2. Fluid Monitoring
elektrolit, khususnya a. Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake
perubahan berat jenis cairan dan eliminaSi
g. Suara jantung SIII b. Tentukan kemungkinan faktor resiko dari
h. Reflek hepatojugular ketidak seimbangan cairan (Hipertermia,
positif terapi diuretik, kelainan renal, gagal
i. Oliguria, azotemia jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )
j. Perubahan status mental, c. Monitor berat badan
kegelisahan, kecemasan d. Monitor serum dan elektrolit urine
e. Monitor serum dan osmilalitas urine
f.Monitor BP, HR, dan RR
g. Monitor tekanan darah orthostatik dan
perubahan irama jantung
h. Monitor parameter hemodinamik infasif
i.Catat secara akurat intake dan output
j.Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem
perifer dan penambahan BB
k. Monitor tanda dan gejala dari edema
2. Nyeri (akut) berhubungan Jangka Panjang : 1. Pain Level 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
Nyeri teratasi 2. Pain control komprehensif termasuk lokasi,
dengan proses penyakit,
3. Comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
penekanan atau kerusakan Jangka Pendek dan faktor presipitasi
Setelah dilakukan tindakan 2. Observasi reaksi nonverbal dari
jaringan syaraf, infiltrasi sistem
keperawatan 2x24 jam, nyeri ketidaknyamanan
suplai syaraf, obstruksi jalur dapat teratasi dengan 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
kriteria hasil : untuk mengetahui pengalaman nyeri
syaraf, inflamasi ditandai
1. Mampu mengontrol pasien
dengan : nyeri (tahu penyebab 4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon
nyeri, mampu nyeri
DO : menggunakan tehnik 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Laporan secara verbal atau nonfarmakologi untuk 6. Evaluasi bersama pasien dan tim
non verbal mengurangi nyeri, kesehatan lain tentang ketidakefektifan
Fakta dari observasi mencari bantuan) kontrol nyeri masa lampau
Gerakan melindungi 2. Melaporkan bahwa nyeri 7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
Tingkah laku berhati-hati berkurang dengan dan menemukan dukungan
Muka topeng menggunakan 8. Kontrol lingkungan yang dapat
Gangguan tidur (mata sayu, manajemen nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu
tampak capek, sulit atau 3. Mampu mengenali nyeri ruangan, pencahayaan dan kebisingan
gerakan kacau, menyeringai). (skala, intensitas, 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
Terfokus pada diri sendiri . frekuensi dan tanda 10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
Fokus menyempit (penurunan nyeri) (farmakologi, non farmakologi dan inter
persepsi waktu, kerusakan 4. Menyatakan rasa personal)
proses berpikir, penurunan nyaman setelah nyeri 11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
interaksi dengan orang dan berkurang menentukan intervensi
lingkungan). 5. Tanda vital dalam 12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Tingkah laku distraksi, contoh : rentang normal 13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
jalan-jalan, menemui orang 14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
lain dan/atau aktivitas, 15. Tingkatkan istirahat
aktivitas berulang-ulang) 16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
Respon autonom (seperti keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
diaphoresis, perubahan 17. Monitor penerimaan pasien tentang
tekanan darah, perubahan manajemen nyeri
nafas, nadi dan dilatasi pupil).
Perubahan autonomic dalam Analgesic Administration
tonus otot (mungkin dalam 18. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
rentang dari lemah ke kaku). dan derajat nyeri sebelum pemberian
Tingkah laku ekspresif obat
(contoh : gelisah, merintih, 19. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
menangis, waspada, iritabel, dosis, dan frekuensi
nafas panjang/berkeluh kesah) 20. Cek riwayat alergi
. 21. Pilih analgesik yang diperlukan atau
Perubahan dalam nafsu makan kombinasi dari analgesik ketika
dan minum pemberian lebih dari satu
22. Tentukan pilihan analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
DS : 23. Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
Klien mengatakan secara 24. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
verbal nyeri yang dirasakan
25. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
26. Berikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
27. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
3. Ansietas berhubungan dengan Jangka Panjang : 1. Anxiety control 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
Ansietas dapat teratasi 2. Anxiety Reduction 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
situasi krisis (tumor),
3. Coping pelaku pasien
perubahan kesehatan, Jangka Pendek : 4. Impulse control 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
Setelah dilakukan asuhan dirasakan selama prosedur
kurangnya paparan informasi
keperawatan selama 1x24 4. Pahami perspektif pasien terhadap situasi
akurat seputar rencana jam, ansietas dapat diatasi stres
dengan kriteria hasil : 5. Temani pasien untuk memberikan keamanan
tindakan pembedahan
1. Klien mampu dan mengurangi takut
ditandai dengan : mengidentifikasi dan 6. Berikan informasi faktual mengenai
mengungkapkan gejala diagnosis, tindakan prognosis
DO : cemas 7. Dorong keluarga untuk menemani anak
Gelisah 2. Mengidentifikasi, 8. Lakukan back / neck rub
Insomnia mengungkapkan dan 9. Dengarkan dengan penuh perhatian
Resah menunjukkan tehnik 10. Identifikasi tingkat kecemasan
Ketakutan untuk mengontol cemas 11. Bantu pasien mengenal situasi yang
Sedih 3. Vital sign dalam batas menimbulkan kecemasan
Fokus pada diri normal 12. Dorong pasien untuk mengungkapkan
Kekhawatiran 4. Postur tubuh, ekspresi perasaan, ketakutan, persepsi
Cemas wajah, bahasa tubuh dan 13. Instruksikan pasien menggunakan teknik
tingkat aktivitas relaksasi
menunjukkan 14. Ajarkan teknik non farmakologis untuk
berkurangnya kecemasan mengurangi kecemasan.
Post Operatif

No Diagnosa Keperawatan Perencanaan


Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC) Aktivitas (NIC)
(NOC)
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan Jangka Panjang : 1. Pain Level 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
Nyeri teratasi 2. Pain control komprehensif termasuk lokasi,
terputusnya kontinuitas jaringan
3. Comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
akibat pembedahan ditandai Jangka Pendek dan faktor presipitasi
Setelah dilakukan 2. Observasi reaksi nonverbal dari
dengan :
tindakan keperawatan ketidaknyamanan
2x24 jam, nyeri dapat 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
DO : teratasi dengan kriteria untuk mengetahui pengalaman nyeri
1. Laporan secara verbal atau hasil : pasien.
non verbal 1. Mampu mengontrol 4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon
2. Fakta dari observasi nyeri (tahu nyeri.
3. Gerakan melindungi penyebab nyeri, 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
4. Tingkah laku berhati-hati mampu 6. Evaluasi bersama pasien dan tim
5. Muka topeng menggunakan tehnik kesehatan lain tentang ketidakefektifan
6. Gangguan tidur (mata sayu, nonfarmakologi kontrol nyeri masa lampau.
tampak capek, sulit atau untuk mengurangi 7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
gerakan kacau, menyeringai). nyeri, mencari dan menemukan dukungan
7. Terfokus pada diri sendiri . bantuan) 8. Kontrol lingkungan yang dapat
8. Fokus menyempit (penurunan 2. Melaporkan bahwa mempengaruhi nyeri seperti suhu
persepsi waktu, kerusakan nyeri berkurang ruangan, pencahayaan dan kebisingan
proses berpikir, penurunan dengan 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
interaksi dengan orang dan menggunakan 10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
lingkungan). manajemen nyeri. (farmakologi, non farmakologi dan inter
9. Tingkah laku distraksi, 3. Mampu mengenali personal).
contoh : jalan-jalan, menemui nyeri (skala, 11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
orang lain dan/atau aktivitas, intensitas, frekuensi menentukan intervensi.
aktivitas berulang-ulang) dan tanda 12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
10. Respon autonom (seperti nyeri).Menyatakan 13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
diaphoresis, perubahan rasa nyaman setelah 14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
tekanan darah, perubahan nyeri berkurang. 15. Tingkatkan istirahat
nafas, nadi dan dilatasi pupil). 4. Tanda vital dalam 16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
11. Perubahan autonomik dalam rentang normal keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
tonus otot (mungkin dalam 17. Monitor penerimaan pasien tentang
rentang dari lemah ke kaku). manajemen nyeri
12. Tingkah laku ekspresif (contoh
: gelisah, merintih, menangis, Analgesic Administration
waspada, iritabel, nafas 18. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
panjang/berkeluh kesah) . dan derajat nyeri sebelum pemberian
13. Perubahan dalam nafsu obat
makan dan minum 19. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
20. Cek riwayat alergi
DS : 21. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
Klien mengatakan secara verbal pemberian lebih dari satu
22. Tentukan pilihan analgesik tergantung
nyeri
tipe dan beratnya nyeri
23. Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
24. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
25. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
26. Berikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
27. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
2. Kerusakan integritas kulit b.d Tujuan Jangka Panjang : 1. Tissue Integrity : Skin and 1. Kaji kondisi luka (lokasi, kedalaman,
Kerusakan integritas kulit Mucous Membranes karakteristik, warna, cairan, granulasi, jaringan
destruksi mekanis jaringan
tidak terjadi Management nekrotik, tanda – tanda infeksi lokal)
sekunder terhadap tekanan, 2. Monitor kulit akan adanya kemerahan
Jangka Pendek: 3. Monitor status nutrisi pasien
gesekan dan fraksi akibat
Setelah dilakukan asuhan 4. Lakukan teknik perawatan luka dengan steril
immobilisasi ditandai dengan : keperawatan 3 x 24 jam 5. Ajarkan pada keluarga tentang perawatan luka
kerusakan integritas kulit 2. Wound Healing : Primer and 6. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
DO : dapat diatasi dengan Secunder kering
a. Gangguan pada bagian tubuh kriteria hasil : 3. Pressure Management 7. Berikan perawatan kulit untuk mencegah
b. Perubahan pigmentasi kulit 1. Integritas kulit yang kerusakan kulit.
c. Kerusakan lapisan kulit baik bisa 8. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian
dipertahankan yang longgar
(dermis) (sensasi, elastisitas, 9. Hindari kerutan pada tempat tidur
d. Gangguan permukaan kulit temperatur, hidrasi, 10.Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap
(epidermis) pigmentasi) dua jam sekali
2. Tidak ada luka/lesi 11.Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
pada kulit derah yang tertekan
3. Perfusi jaringan baik.
4. Menunjukkan
pemahaman dalam
proses perbaikan kulit
dan mencegah
terjadinya sedera
berulang.
5. Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
6. Menunjukkan proses
penyembuhan luka
3. Ketidakseimbangan nutrisi, Jangka Panjang: 1. Nutritional Status : food and 1. Kaji adanya alergi makanan
Ketidakseimbangan Fluid Intake 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
kurang dari kebutuhan tubuh b.d
nutrisi teratasi 2. Nutrition Management jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
hipermetabolik yang pasien.
Jangka Pendek : 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
berhubungan dengan tumor, efek
Setelah dilakukan 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
kemoterapi, radiasi, pembedahan tindakan keperawatan dan vitamin C
3x24 jam pola nutrisi 5. Berikan substansi gula
(anoreksia, iritasi lambung,
kembali normal dengan 6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung
kurangnya rasa pengecapan, kriteria hasil : tinggi serat untuk mencegah konstipasi
1. Adanya peningkatan 7. Berikan makanan yang terpilih ( sudah
nausea), emotional distress,
berat badan sesuai dikonsultasikan dengan ahli gizi)
fatigue, ketidakmampuan dengan tujuan 8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
2. Berat badan ideal makanan harian.
mengontrol nyeri ditandai
sesuai dengan tinggi 9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
dengan: badan 10.Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
3. Mampu 11.Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
mengidentifikasi nutrisi yang dibutuhkan
DO :
kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda
- Berat badan 20 % atau lebih di tanda malnutrisi Nutrition Monitoring
bawah ideal 5. Tidak terjadi 1. BB pasien dalam batas normal
- Dilaporkan adanya intake penurunan berat 2. Monitor adanya penurunan berat badan
makanan yang kurang dari badan yang berarti 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
RDA (Recomended Daily dilakukan
Allowance) 4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama
- Membran mukosa dan makan
konjungtiva pucat 5. Monitor lingkungan selama makan
- Kelemahan otot yang 6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
digunakan untuk selama jam makan
menelan/mengunyah 7. Monitor kulit kering dan perubahan
- Luka, inflamasi pada rongga pigmentasi
mulut 8. Monitor turgor kulit
- Mudah merasa kenyang, 9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
sesaat setelah mengunyah mudah patah
makanan 10. Monitor mual dan muntah
- Dilaporkan atau fakta adanya 11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
kekurangan makanan kadar Ht
- Dilaporkan adanya perubahan 12. Monitor makanan kesukaan
sensasi rasa 13. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
- Perasaan ketidakmampuan 14. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
untuk mengunyah makanan jaringan konjungtiva
- Miskonsepsi 15. Monitor kalori dan intake nuntrisi
- Kehilangan BB dengan 16. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
makanan cukup papila lidah dan cavitas oral.
- Keengganan untuk makan 17. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominal dengan atau
tanpa patologi
- Kurang berminat terhadap
makanan
- Pembuluh darah kapiler mulai
rapuh
- Diare dan atau steatorrhea
- Kehilangan rambut yang
cukup banyak (rontok)
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya informasi,
misinformasi
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan Jangka Panjang : 1. Knowledge : Infection Control 1. Kaji kondisi luka secara komprehensif
2. Infection Protection (lokasi, derajat, kedalaman, karakteristik
dengan tidak adekuatnya
Infeksi tidak terjadi 3. Risk Control luka, penyebaran)
pertahanan tubuh sekunder dan 2. Inspeksi kulit dan membran mukosa
Jangka Pendek : terhadap kemerahan, panas, drainase
sistem imun (efek kemoterapi
3. Kaji tanda dan gejala infeksi sistemik dan
atau radiasi), malnutrisi, prosedur Setelah dilakukan lokal
tindakan keperawatan 3 x 4. Berikan perawatan kulit pada area yang
invasif, ketidakcukupan
24 jam, resiko infeksi luka dengan teknik steril
pengetahuan untuk menghindari dapat teratasi dengan 5. Bersihkan lingkungan setelah dipakai
kriteria hasil : pasien lain
paparan patogen, perawatan luka
6. Monitor hitung granulosit, WBC
pasca pembedahan yang kurang 1. Klien bebas dari tanda 7. Monitor kerentanan terhadap infeksi
dan gejala infeksi 8. Batasi pengunjung bila perlu
tepat ditandai dengan :
2. Mendeskripsikan 9. Instruksikan pada pengunjung untuk
proses penularan mencuci tangan saat berkunjung dan
DO : penyakit, factor yang setelah berkunjung meninggalkan pasien
- Prosedur Infasif mempengaruhi 10. Cuci tangan sebelum dan setelah kontak
- Ketidakcukupan pengetahuan penularan serta dan melakukan tindakan
penatalaksanaannya, 11. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
untuk menghindari paparan 3. Menunjukkan gejala infeksi
patogen kemampuan untuk 12. Ajarkan klien cara menghindari infeksi
- Trauma mencegah timbulnya dengan cuci tangan dengan teknik yang
- Kerusakan jaringan dan infeksi tepat.
4. Jumlah leukosit dalam 13. Pertahankan lingkungan aseptik selama
peningkatan paparan batas normal pemasangan alat
lingkungan 5. Menunjukkan perilaku 14. Tingkatkan intake nutrisi
- Ruptur membran amnion hidup sehat 15. Dorong intake nutrisi dan cairan yang
- Agen farmasi 6. Status imun, adekuat
gastriintestinal, 16. Dorong istirahat yang adekuat
(imunosupresan) genitourinasria dalam 17. Kolaborasi pemberian antibiotik dan
- Malnutrisi batas normal. antiinflamasi
- Peningkatan paparan
lingkungan patogen
- Imonusupresi
- Ketidakadekuatan imum
buatan
- Tidak adekuat pertahanan
sekunder (penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan
respon inflamasi)
- Tidak adekuat pertahanan
tubuh primer (kulit tidak
utuh, trauma jaringan,
penurunan kerja silia, cairan
tubuh statis, perubahan
sekresi pH, perubahan
peristaltik)
- Penyakit kronik
Referensi
Anonim.2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Tumor Vesika Urianaria. Diakses Pada 14
Februari 2013. www.ilmubedah.com.
Brunner & Suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC
Bulechet, Gloria et. Al. 2004. Nursing Interventions Clasification (NIC) Fouth Edition. Mosby, Inc
Johnseon, Marion et al. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC) second edition. Mosby, Inc
Kowalak, J., et al. 2011. Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI
Nanda. 2005. Nursing Diagnosis : Definition dan Classification. Alih Bahasa Ani Haryani. Bandung:
Akper Aisyiah.
Rizki. 2003. Mengenal Penyakit Tumor Buli – Buli. Diakses Pada 14 Februari 2013.
http://www.nursingbegin.com
Yuda. 2010. Penyakit Tumor Kandung Kemih . Diakses Pada 14 Februari 2013.
http://dokterdabedah.com.

You might also like