Professional Documents
Culture Documents
Definisi Penyakit
Tumor buli adalah tumor yang berbentuk papiler, noduler (infiltratif), atau
campuran infiltratif dengan papiler yang ditemukan pada vesika urinaria atau buli- buli
(Yuda,2010).
Tumor buli-buli atau tumor vesika urinaria merupakan 2% dari seluruh
keganasan, dan merupakan kedua terbanyak pada sistem urogenital setelah
karsinoma prostat. Tumor buli berkembang dari sel epitel transisional dari saluran
kemih (Brunner & Suddarth, 2002).
2. Etiologi
a. Pekerjaan
Pekerja-pekerja di pabrik kimia (terutama pabrik cat), laboratorium, pabrik
korek api, tekstil, pabrik kulit, dan pekerja pada salon/pencukur rambut sering
terpapar oleh bahan karsinogen berupa senyawa amin aromatik (2-
naftilamin, bensidin, dan 4-aminobifamil).
b. Perokok
Resiko untuk mendapatkan karsinoma buli-buli pada perokok adalah 2-6 kali
lebih besar dibandingkan dengan bukan perokok. Rokok mengandung bahan
karsinogen berupa amin aromatik dan nitrosamin. Dari beberapa penelitian
berhasil menemukan adanya hubungan antara merokok dengan terjadinya
tumor dan kanker buli-buli. Hubungan tersebut terjadi secara dose respons
yang berarti bertambahnya jumlah rokok yang diisap akan meningkatkan resiko
terjadinya kanker buli-buli 2-5 kali lebih besar dibandingkan dengan bukan
perokok. Pada perokok ditemukan adanya peningkatan metabolit–metabolit
triptopan yang berada dalam urinnya yang bersifat karsinogenik. Selain itu
iritasi jangka panjang pada selaput lendir kandung kencing seperti yang terjadi
pada infeksi kronis, pemakaian kateter yang menetap dan adanya batu pada
buli-buli, juga diduga sebagai faktor penyebab.
c. Infeksi saluran kemih
Telah diketahui bahwa kuman-kuman E.coli dan Proteus spp menghasilkan
nitrosamin yang merupakan zat karsinogen.
d. Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan
Kebiasaan mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin
dan siklamat.
kencing
Hematuria
Sirkulasi darah
Retensio urine: sulit kencing Hidronefrosis : menurun
perifer
Daerah menonjol
Penatalaksanaan
Lesi kulit dan
Teknik vesicostomi Kurang paparan informasi akurat Efek kemoterapi pigmentasi kulit
Resiko Kelebihan
Ketidakseimbangan Volume Cairan
Volume Cairan
5. Bentuk Tumor Buli
Tumor buli-buli dapat berbentuk papiler, tumor non invasif (insitu), noduler
(infiltratif) atau campuran antara bentuk papiler dan infiltratif.
No Kode Keterangan
1 Tis Carcinoma insitu (pre invasive Ca)
2 Tx Cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor,
tak dapat dilakukan
3 To Tanda-tanda tumor primer tidak ada
4 T1 Pada pemeriksaan bimanual didapatkan masa yang
bergerak
5 T2 Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding
buli-buli.
6 T3 Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau masa nodular
yang bergerak bebeas dapat diraba di buli-buli.
7 T3a Invasi otot yang lebih dalam
8 T3b Perluasan lewat dinding buli-buli
9 T4 Tumor sudah melewati struktur sebelahnya
10 T4a Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina
11 T4b Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke
dalam abdomen
2. N = Pembesaran secara klinis untuk pemebesaran kelenjar limfe
pemeriksaan kinis, lympgraphy, urography, operative
No Kode Keterangan
1 Nx Minimal yang ditetapkan kel. Lymfe regional tidak dapat
ditemukan
2 No Tanpa tanda-tanda pemebsaran kelenjar lymfe regional
3 N1 Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional yang
homolateral
4 N2 Pembesaran kontralateral atau bilateral atau kelenjar lymfe
regional yang multiple
5 N3 Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga
yang bebeas antaranya dan tumor
6 N4 Pemebesaran kelenjar lymfe juxta regional
3. M = metastase jauh termasuk pemebesaran kelenjar limfe yang jauh.
Pemeriksaan klinis, thorax foto, dan test biokimia
No KODE KET
1 Mx Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan
adanya metastase jauh, tak dapat dilaksanakan
2 M1 Adanya metastase jauh
3 M1a Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test
biokimia
4 M1b Metastase tunggal dalam satu organ yang tunggal
5 M1c Metastase multiple dalam satu terdapat organ yang
multiple
6 M1d Metastase dalam organ yang multiple
Sedangkan, tipe tumor didasarkan pada type selnya, tingkat anaplasia dan invasi.
7. Komplikasi
1) Hematuria yang terus menerus akan menyebabkan terjadinya anemia pada pasien
2) Apabila terjadi penyumbatan atau obstruksi,maka akan menyebabkan terjadinya
refluks vesiko-ureter, hidronefrosis.
3) Jika terjadi infeksi, akan menyebabkan terjadinya kerusakan pada ginjal, yang
lama kelamaan mengakibatkan gagal ginjal.
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Hb
Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros
hematuria
b. Pemeriksaan Leukosit
- Leukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam
urine
- Acid phospatase meningkat; kanker prostat metastase,
- Alkaline phosphatase meningkat; kanker tulang atau metastase ke tulang,
kanker hati, lymphoma, leukemia.
- Calsium meningkat; metastase tulang, kanker mamae, leukemia, lymphoma,
multiple myeloma, kanker; paru, ginjal, bladder, hati, paratiroid.
- LDH meningkat; kanker hati, metastase ke hati, lymphoma, leukemia akut
- SGPT (AST), SGOT (ALT) meningkat; kanker metastase ke hati.
- Testosteron meningkat; kanker adrenal, ovarium
Selain pemeriksaan laboratorium rutin, diperiksa pula: (1) sitologi urine yaitu
pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urine, (2) antigen
permukaan sel (cell surface antigen), dan flow cytometri yaitu mendeteksi
adanya kelainan kromosom sel-sel urotelium.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
- excretory urogram biasanya normal, tapi mungkin dapat menunjukkan
tumornya.
- Fractionated cystogram adanya invasi tumor dalam dinding buli-buli
- Angography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh lymphe
b. Cystocopy dan biopsy
Cystoscopy hampir selalu menghasilkan tumor. Biopsi dari pada lesi selalu
dikerjakan secara rutin.
c. Cystologi
Pengecatan pada sedimen urine terdapat transionil cel daripada tumor
e. Ultrasonografi
Untuk mendeteksi metastasis di luar kandung kemih, membedakan tumor dari
kista.
f. Arteriografi Pelvik
Pemeriksaan untuk memastikan invasi tumor ke dalam dinding kandung kemih
g. Urografi Ekskretori
Untuk mengenali tumor stadium dini yang besar atau tumor yang sedang
berinfiltrasi.
h. Sistografi Retrograd
Untuk mengetahui perubahan pada struktur kandung kemih dan keutuhan
dindingnya
i. Pencitraan
Magnetic resonance imaging (MRI) merupakan suatu pemeriksaan imaging yang
cukup akurat dan non-invasif dalam mendiagnosis tumor buli, terutama dalam
mengevaluasi perluasan tumor. MRI dapat mendeteksi tumor dengan ukuran 1,5
cm. Walaupun dikatakan bahwa MRI konvensional kurang akurat dalam
mendeteksi suatu karsinoma insitu dan membedakan antara invasi mukosa,
submukosa clan muskularis superfisial. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian
kontras (gadolinium-enhanceddynamic MRI).
Akurasi MRI dalam mengevaluasi staging dari karsinoma buli sekitar kurang lebih
85%. MRI dikatakan lebih unggul daripada CT-Scan dan Ultrasonografi (USG).
MRI dapat memperlihatkan tumor intramural, meskipun buli tidak terdistensi
maksimal. Hal ini tidak bisa dievaluasi dengan CT-Scan dan USG. Selain itu MRI
dapat memperlihatkan adanya pembesaran kelenjar limfe.
Tavqes NJ dkk (1990) melaporkan bahwa MRI dalam mendeteksi karsinoma buli
yang invasif ke muskularis mempunyai sensitivitas 97%, spesifisitas 83% dan
akurasi 94%. Penggunaan MRI untuk deteksi karsinoma buli yang ekstensi ke
ekstravesikal didapatkan sensitivitas 95%, spesifisitas 100% dan akurasi 97%.
USG transabdominal dengan menggunakan tranducer 3,5-5,O mHz dapat
mengevaluasi dinding buli pada keadaan buli terisi penuh (distended). USG
berguna dalam menentukan tumor buli dan dapat menunjukkan perluasan ke
ruang perivesikal atau organ yang berdekatan.
Pemeriksaan PIV dapat mendeteksi adanya tumor buli-buli berupa filling defect
dan mendeteksi adanya tumor sel transisional yang berada di ureter atau pielum.
Didapatkannya hidroureter atau hidroneftosis merupakan salah satu tanda
adanya infiltrasi tumor ke ureter atau muara ureter. CT scan atau MRI berguna
untuk menentukan ekstensi tumor ke organ sekitarnya.