You are on page 1of 31

HAKIKAT PESERTA DIDIK

BERKEBUTUHAN KHUSUS
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Dosen :Dr. Hapidin, M.Pd.

Disusun Oleh
Kelompok II :
Sekar Wirastri (7816120882/PEP)
Tata Suharta (781612087/PEP)
Vera Yulia Handayani (7526120344/Dikdas)
Yunis Andriani (7816120892/PEP)

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2013
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala anugerah- Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah mengenai : “Hakikat Peserta Didik
Berkebutuhan Khusus”. Makalah ini merupakan salah satu tugas yang kami selesaikan
guna memenuhi bahan pembelajaran Psikologi Pendidikan. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih belum sempurna dan masih banyak hal yang perlu diperbaiki.
Saran, kritik, dan masukan yang membangun dari semua pihak sangat
membantu kami terutama untuk kemungkinan pengembangan lebih lanjut. Akhirnya
kami berharap agar Makalah ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi semua pihak, Serta dapat dikembangkan semaksimal mungkin untuk meningkatkan
kualitas belajar mahasiswa.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
BAB II
Pembahasan 3
A. Hakikat Anak Berkebutuhan Khusus 3
B. Jenis–jenis dan Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus 10
C. Cara Membantu Anak Berkebutuhan Khusus 15
D. Model Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus 18
E. Implikasi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Pada Praktik Pembelajaran 20
BAB III
SIMPULAN 26
DAFTAR PUSTAKA 27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami problema dalam belajar, hanya saja
problema tersebut ada yang ringan dan tidak memerlukan perhatian khusus dari orang lain
karena dapat diatasi sendiri oleh anak yang bersangkutan dan ada juga yang problem
belajarnya cukup berat sehingga perlu mendapatka perhatian dan bantuan dari orang lain.
Anak luar biasa atau disebut sebagai anak berkebutuhan khusus (children with special
needs), memang tidak selalu mengalami problem dalam belajar. Namun, ketika mereka
diinteraksikan bersama-sama dengan anak- anak sebaya lainnya dalam system pendidikan
regular, ada hal-hal tertentu yang harus mendapatkan perhatian khusus dari guru dan
sekolah untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal.
Pada saat ini dunia pendidikan mempunyai kewajiban untuk melayani berbagai jenis
peserta didik berkebutuhan khusus. Pada waktu sebelumnya, peserta didik yang
berkebutuhan khusus diberi label anak luar biasa dan anak yang termasuk kedalam
kelompok anak luar biasa langsung di didik di sekolah luar biasa melayani berbagai bentuk
kekhusussan yang dimiliki anak, seperti sekolah luar biasa (SLB) untuk penyandang tuna
wicara, tuna grahita, tuna netra. Untuk peserta didik yang memiliki kemampuan khusus
dengan IQ tinggi, seperti gifted, di Indonesia di didik di sekolah umum di kelas akselerasi.
Peserta didik berkebutuhan khusus adalah peserta didik memiliki ciri-ciri khusus di
dalam perkembangannya yang berbeda dari perkembangan secara normal. Penyimpangan
perkembangan tersebut yang berbentuk penyimpangan intelegensi, yaitu intelegensi dibawah
normal yang dikenal peserta didik penyandang retardasi mental, atau intelegensi di atas
normal yang dikenal peserta didik superior atau gifted. Penyimpangan dalam perilaku seperti
attention deficit hyperactivity disorder atau ADHD atau autisme. Penyimpangan dalam
perkembangan visual, seperti peserta didik penyandang kebutaan atau tuna netra dan
penglihatan yang sangat rabun. Penyimpangan dalam perkembangan audiotory seperti
individu penyandang tuna wicara. Penyimpangan dalam perkembangan fisik seperti tuna

Psikologi Pendidikan Page 1


daksa. Di samping itu, peserta didik yang seharusnya tidak bermasalah dalam belajar, akan
tetapi mengalami masalah belajar yang di sebut peserta didik berkesulitan belajar.
Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus (student with special needs) membutuhkan
suatu strategi tersendiri sesuai dengan kebutuhan masing – masing . Dalam penyusunan progam
pembelajaran untuk setiap bidang studi hendaknya guru kelas sudah memiliki data pribadi setiap
peserta didiknya. Data pribadi yakni berkaitan dengan karateristik spesifik, kemampuan dan
kelemahanya, kompetensi yang dimiliki, dan tingkat perkembanganya. Karakteristik spesifik student
with special needs pada umumnya berkaitan dengan tingkat perkembangan fungsional . Karaktristik
spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan sensori motor, kognitif, kemampuan berbahasa,
ketrampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi social serta kreativitasnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dari anak berkebutuhan khusus?


2. Bagaimana jenis dan karakteristik anak berkebutuhan khusus?
3. Bagaimana strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus?

Psikologi Pendidikan Page 2


BAB II

PEMBAHASAN

A. HAKIKAT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak
secara umum atau rata-rata anak seusianya. Anak dikatakan berkebutuhan khusus jika ada
sesuatu yang kurang atau bahkan lebih dalam dirinya. Sementara menurut Heward, anak
berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khususyang berbeda dengan anak pada
umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan penanganan khusus
sehubungan dengan gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak. Mereka yang
digolongkan pada anak yang berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan berdasarkan ganngguan
atau kelainan pada aspek :
1) Fisik/motorik, antara lain cerebral palsi, polio
2) Kognitif : mentalretardasi, anak unggul ( berbakat )
3) Bahasa dan bicara
4) Pendengaran
5) Penglihatan
6) Sosial emosi
Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai seorang anak yang memerlukan
pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing secara
individual1.
Anak berkebutuhan khusus (ABK)2 adalah anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidak mampuan mental,
emosi atau fisik. Yang termasuk ke dalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita,
tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan

1
Zainal Alimin, Jurnal Assesmen dan Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus (Hal 1)

2
wikipedia

Psikologi Pendidikan Page 3


kesehatan. Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat.
Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan
pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi
tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu
berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.
Anak dengan kebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan secara simpel
sebagai anak yang lambat (slow) atau mangalami gangguan (retarded) yang tidak akan pernah
berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya. Banyak istilah yang dipergunakan
sebagai variasi dari kebutuhan khusus, seperti disability, impairment, dan Handicap. Menurut
World Health Organization (WHO), definisi masing-masing istilah adalah sebagai berikut:

1. Disability : keterbatasan atau kurangnya kemampuan (yang dihasilkan dari impairment)


untuk menampilkan aktivitas sesuai dengan aturannya atau masih dalam batas normal,
biasanya digunakan dalam level individu.
2. Impairment: kehilangan atau ketidaknormalan dalam hal psikologis, atau struktur anatomi
atau fungsinya, biasanya digunakan pada level organ.
3. Handicap : Ketidak beruntungan individu yang dihasilkan dari impairment atau disability
yang membatasi atau menghambat pemenuhan peran yang normal pada individu.
Menurut pasal 15 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, bahwa jenis pendidikan bagi
Anak berkebutuan khusus adalah Pendidikan Khusus. Pasal 32 (1) UU No. 20 tahun 2003
memberikan batasan bahwa Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional,mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Teknis
layanan pendidikan jenis Pendidikan Khusus untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta
didik yang memiliki kecerdasan luar biasa dapat diselenggarakan secara inklusif atau berupa
satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Jadi Pendidikan Khusus
hanya ada pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Untuk jenjang pendidikan tinggi secara
khusus belum tersedia.
Pada PP No. 17 Tahun 2010 Pasal 129 ayat (3) menetapkan bahwa Peserta didik
berkelainan terdiri atas peserta didik yang : a. tunanetra; b. tunarungu; c. tunawicara; d.
tunagrahita; e. tunadaksa; f. tunalaras; g. berkesulitan belajar; h. lamban belajar; i. autis; j.

Psikologi Pendidikan Page 4


memiliki gangguan motorik; k. menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan
zat adiktif lain; dan l. memiliki kelainan lain. Menurut pasal 130 (1) PP No. 17 Tahun 2010
Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan dapat diselenggarakan pada semua jalur dan
jenis pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. (2) Penyelenggaraan pendidikan
khusus dapat dilakukan melalui satuan pendidikan khusus, satuan pendidikan umum, satuan
pendidikan kejuruan, dan/atau satuan pendidikan keagamaan. Pasal 133 ayat (4) menetapkan
bahwa Penyelenggaraan satuan pendidikan khusus dapat dilaksanakan secara terintegrasi
antarjenjang pendidikan dan/atau antar jenis kelainan.
Integrasi antar jenjang dalam bentuk Sekolah Luar Biasa (SLB) satu atap, yakni satu
lembaga penyelenggara mengelola jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB dengan seorang
Kepala Sekolah. Sedangkan Integrasi antar jenis kelainan, maka dalam satu jenjang pendidikan
khusus diselenggarakan layanan pendidikan bagi beberapa jenis ketunaan. Bentuknya terdiri dari
TKLB; SDLB, SMPLB, dan SMALB masing-masing sebagai satuan pendidikan yang berdiri
sendiri masing-masing dengan seorang kepala sekolah. Altenatif layanan yang paling baik untuk
kepentingan mutu layanan adalah Integrasi Antar Jenis. Keuntungan bagi penyelenggara
(sekolah) dapat memberikan layanan yang terfokus sesuai kebutuhan anak seirama
perkembangan psikologis anak. Keuntungan bagi anak, anak menerima layanan sesuai kebutuhan
yang sebenarnya karena sekolah mampu membedakan perlakuan karena memiliki fokus atas
dasar kepentingan anak pada jenjang TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB.
Penyelenggaran pendidikan khusus saat ini masih banyak yang menggunakan Integrasi
antar jenjang (satu atap) bahkan digabung juga dengan integrasi antar jenis. Pola ini hanya
didasarkan pada effisiensi ekonomi padahal sebenarnya sangat merugikan anak karena dalam
prakteknya seorang guru yang mengajar di SDLB juga mengajar di SMPLB dan SMALB. Jadi
perlakuan yang diberikan kadang sama antara kepada siswa SDLB, SMPLB dan SMALB. Secara
kualitas materi pelajaran juga kurang berkualitas apalagi secara psikologis karena tidak
menghargai perbedaan karakteristik rentang usia.
Adapun bentuk satuan pendidikan / lembaga sesuai dengan kekhususannya di Indonesia
dikenal SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk
tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G
untuk cacat ganda.

Psikologi Pendidikan Page 5


Anak tersebut membutuhkan metode, material, pelayanan dan peralatan yang khusus agar
dapat mencapai perkembangan yang optimal. Karena anak-anak tersebut mungkin akan belajar
dengan kecepatan yang berbeda dan juga dengan cara yang berbeda. Walaupun mereka memiliki
potensi dan kemampuan yang berbeda dengan anak-anak secara umum, mereka harus mendapat
perlakuan dan kesempatan yang sama. Hal ini dapat dimulai dengan cara penyebutan terhadap
anak dengan kebutuhan khusus tersebut.

2. Jenis Anak Berkebutuhan Khusus


Anak berkebutuhan khusus (ABK) dapat dikategorikan sebagai berikut (Mangunsong,
2009):
a. Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam hal visual atau penglihatan.
Gangguan penglihatan ini dapat terjadi secara permanen ataupun tidak permanen.
b. Tunarungu
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen
maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan
pendengaran adalah: gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB), gangguan
pendengaran ringan(41-55dB), gangguan pendengaran sedang(56-70dB), gangguan
pendengaran berat(71-90dB), gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB). Karena
memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam
berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan
individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara
internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini
dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi
dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu
cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.
c. Tunagrahita
Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah
rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam
masa perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ. Tunagrahita
ringan (IQ : 51-70), Tunagrahita sedang (IQ : 36-51), Tunagrahita berat (IQ : 20-35),

Psikologi Pendidikan Page 6


Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20). Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih
dititik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.
d. Tunadaksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan
neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan,
termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa
adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktifitas fisik tetap masih
dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan
mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam
gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
e. Anak lamban belajar (slow learner)
Adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum
termasuk tunagrahita.Dalam beberapa hal mengalami hambatan atau keterlambatan
berfikir,merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baikdibanding
dengan tunagrahita, lebih lamban dibanding dengan yangnormal, mereka butuh waktu
yang lebih lama dan berulang-ulang untukdapat menyelesaikan tugas-tugas akademik
maupun non akademik,sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.61Faktor
penyebab dari anak lamban belajar (slow learner), yaitu:1) Faktor internal yaitu faktor
genetik, biokimia yang dapat merusakotak, misalnya: zat pewarna pada makanan,
pencemaran lingkungan,gizi yang tidak memadai, dan pengaruh-pengaruh psikologis dan
sosialyang merugikan perkembangan anak. 2) Faktor eksternal yaitu penyebab utama
problem anak lamban belajar(slow learner) yang berupa strategi pembelajaran yang salah
atau tidaktepat, pengelolaan kegiatan pembelajaran yang tidak membangkitkanmotivasi
belajar anak dan pemberian ulangan penguatan yang tidaktepat. Dan kebanyakan anak
lamban belajar (slow learner) berasal darikeluarga miskin.Karakteristik atau ciri-ciri anak
lamban belajar (slow learner) yaitu: 1) Rata-rata prestasi belajarnya selalu rendah
(kurang dari 6) 2) Dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat
dibandingkan teman-teman seusianya. 3) Daya tangkap terhadap pelajaran lambat.
4) Pernah tidak naik kelas
f. Anak berkesulitan belajar

Psikologi Pendidikan Page 7


Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar
psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis
yang dapat mempengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang
disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan
afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-
rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak,
gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep
g. Anak berbakat
Adalah mereka yang karena memilikikemampuan-kemampuan yang unggul mampu
memberikan prestasi yang tinggi”.Istilah yang sering digunakan bagi anak-anak yang
memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul atau anak yang tingkat kecerdasannya di
atas rata-rata anak normal, diantaranya adalah; cerdas, cemerlang, superior, supernormal,
berbakat, genius, gifted, gifted and talented, dan super. Daniel P. Hallahan dan James M.
Kauffman (1982; 376) mengemukakan “Besides the word ‘gifted’ a variety of other terms
have be en used to describ individuals who are superior in some way : “talented, creative,
genius, and precocious, for example”. Precocity menunjukkan perkembangan yang sangat
cepat.Beberapa anak gifted memperlihatkan precocity dalam area perkembangan seperti
bahasa, musik, atau kemampuan matematika.
h. Tunalaras
Adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol
sosial. Definisi anak tuna laras atau emotionally handicapped atau behavioral disorder
lebih terarah bahwa anak dengan hambatan emosional atau kelainan perilaku, apabila
menujukkan adanya satu atau lebih dari lima komponen berikut ini: tidak mampu belajar
bukan disebabkan karena faktor intelektual, sensori atau kesehatan; tidak mampu untuk
melakukan hubungan baik dengan teman-teman dan guru-guru; bertingkah laku atau
berperasaan tidak pada tempatnya; secara umum mereka selalu dalam keadaan tidak
gembira atau depresi; dan bertendensi ke arah simptom fisik seperti merasa sakit atau
ketakutan yang berkaitan dengan orang atau permasalahan di sekolah . Individu tunalaras
biasanya menunjukan perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan
yang berlaku di sekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor
eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.

Psikologi Pendidikan Page 8


i. Anak dengan gangguan komunikasi
Anak yang mengalami gangguan komunikasi adalah anak yang mengalami kelainan
suara, artikulasi (pengucapan), atau kelancaran bicara, yang mengakibatkan terjadi
penyimpangan bentuk bahasa, isi bahasa, atau fungsi bahasa, sehingga memerlukan
pelayanan pendidikan khusus. Anak yang mengalami gangguan komunikasi ini tidak
selalu disebabkan karena faktor ketunarunguan.
j. Anak dengan ADHD (Attention-Deficit Hyperactivity Disorder)
Adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga
menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Hal ini
ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk
dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau
sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah suka meletup-letup,
aktivitas berlebihan, dan suka membuat keributan.
k. Anak dengan Autistic Spectrum Disorder (Autisme)
Istilah Autisme berasal dari kata Autos yang berarti diri sendiri Isme yang berarti suatu
aliran. Berarti suatu paham yang tertarik hanya pada dunianya sendiri.
Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi,
interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3
tahun. Bahkan pada autistik infantil gejalanya sudah ada sejak lahir.
Diperkirakan 75%-80% penyandang autis ini mempunyai retardasi mental, sedangkan
20% dari mereka mempunyai kemampuan yang cukup tinggi untuk bidang-bidang
tertentu (savant)
Anak penyandang autistik mempunyai masalah/gangguan dalam bidang :
Komunikasi
Interaksi sosial
Gangguan sensoris
Pola bermain
Perilaku
Emosi

Psikologi Pendidikan Page 9


3. Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus

Penyebab anak berkebutuhan khusus terjadi dalam beberapa periode kehidupan anak,
yaitu :
a. Sebelum kelahiran

 Gangguan Genetika : Kelainan Kromosom, Transformasi


 Infeksi Kehamilan
 Usia Ibu Hamil (high risk group)
 Keracunan Saat Hamil
 Pengguguran
 Lahir Prematur

b. Selama proses kelahiran

 Proses kelahiran lama (Anoxia), prematur, kekurangan oksigen


 Kelahiran dengan alat bantu : Vacum
 Kehamilan terlalu lama: > 40 minggu

c. Setelah kelahiran

 Penyakit infeksi bakteri (TBC), virus


 Kekurangan zat makanan (gizi, nutrisi)
 Kecelakaan
 Keracunan
 Bencana alam

B. JENIS – JENIS DAN KARAKTERISTIK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

1. Deteksi Tumbuh Kembang Anak

Deteksi dini tumbuh anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini
adanya penyimpangan tumbuh kembang pada anak usia dini. Dengan ditemukan secara dini
penyimpangan/ masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan,
tenaga kesehatan juga mempunyai waktu untuk tindakan intervensi yang tepat, terutama harus

Psikologi Pendidikan Page 10


melibatkan orang tua. Bila penyimpangan terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih
sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Ada banyak alat untuk
melakukan deteksi perkembangan pada anak. Deteksi perkembangandan pertumbuhan dapat
dilakukan oleh tenaga profesional ( Tenaga kesehatan, Psikolog, Terapis ) secara multi disiplin.
Deteksi juga dapat dilakukan oleh para orangtua, pendidik dan apabila mereka menemukan anak-
anak yang mengalami gangguan / keterlambatan perkembangan mereka bisa mencari bantuan
pada tenaga profesional karena anak-anak ini membutuhkan penanganan multi disiplin.
Ada tiga jenis deteksi dini tumbuh kembang yang telah dilakukan oleh tenaga kesehatan
ditingkat PUSKESMAS dan jaringannya yang dikeluarkan oleh DEPKES RI, berupa:
a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui/menemukan status gizi
kurang/buruk.
b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan
perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, dan gangguan daya dengar.
c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui adanya masalah
mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas.

2. Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus

Setelah dilakukan beberapa deteksi tumbuh kembang di atas, orang tua maupun pendidik
dapat mengetahui jenis kebutuhan yang diperlukan anak. Ada beberapa kategori anak
berkebutuhan khusus yang dapat diindentifkasi. Adapun jenis kategori (saat ini kami hanya akan
membahas 3 kategori) tersebut antara lain :
1) Anak retardasi mental ( Tuna Grahita )
Adalah individu yang secara signifikan memiliki intelegensi di bawah intelegensi normal
dengan skor IQ sama atau lebih rendah dari 70. Tuna grahita dapat diklasifikasikan kedalam tiga
kelompok :
1) Kelompok mampu didik, IQ 68-78
2) Kelompok mampu latih, IQ 52-55
3) Kelompok mampu rawat, IQ 30-40
Tunagrahita adalah kondisi kelainan/keterbelakangan mental, (retardasi mental) atau
tingkah laku akibat kecerdasan yang terganggu, yang disebabkan oleh fungsi-fungsi kognitif
yang sangat lemah. Adakalanya cacat mental dibarengi dengan cacat fisik sehingga disebut cacat

Psikologi Pendidikan Page 11


ganda . Misalnya, cacat intelegensi yang mereka alami disertai dengan keterbelakangan
penglihatan (cacat pada mata), ada juga yang disertai dengan gangguan pendengaran. Adanya
cacat lain selain cacat intelegensi inilah yang menciptakan istilah lain untuk anak tunagrahita
yakni cacat ganda.
American Association on Mental Retardation mendefinisikan anak dengan keterbelakang
mental adalah anak-anak yang memiliki fungsi intelektual di bawah rata-rata, terlihat memiliki
kesulitan dalam perilaku adaptif yang dimunculkan melalui kesulitan membuat konsep,
keterampilan sosial dan praktik perilaku adaptif dan terjadi pada rentang usia perkembangannya
yaitu di bawah 18 tahun. Penyebab terjadinya keterbelakangan mental ini terbagi atas:
1) Saat prenatal, biasanya dikarenakan adanya abnormalitas dari kromosom. Contohnya
adalah Down Syndrome, Fragile X Syndrome, Prader-Willi syndrome, Fetal alcohol
syndrome, Phenylketonuria, infeksi yang disebabkan oleh virus Toxoplasmosis.
2) Saat Perinatal, biasanya terjadi selama atau seketika setelah anak lahir. Anak yang lahir
prematur dengan berat badan lahir rendah, sangat kecil, kekurangan oksigen pada waktu
lahir, penggunaan alat bantu seperti forcep yang kurang tepat.
3) Post natal, bisa saja ketika selama kehamilan dan saat kelahiran anak tidak mengalami
gangguan apapun namun setelah itu anak terkena radang otak seperti encephalitis,
keracunan timbal dan gangguan lain yang menyebabkan kerusakan otak maka kondisi ini
dapat menyebabkan terjadinya keterbelakangan mental pada anak.

Anak dengan retardasi mental

2) Anak dengan kelainan fisik ( Tuna Daksa)


Merupakan gangguan fisik yang berkaitan dengan tulang, otot, sendi dan sistem
persarafan, sehingga memerlukan pelayanan khusus. Salah satu contoh adalah Cerebral Palsy.
Cerebral Palsy (CP, Kelumpuhan Otak Besar) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan

Psikologi Pendidikan Page 12


buruknya pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan dan gangguan fungsi saraf lainnya. CP
bukan merupakan penyakit dan tidak bersifat progresif (semakin memburuk).
CP bisa disebabkan oleh cedera otak yang terjadi pada saat bayi masih berada dalam
kandungan, proses persalinan berlangsung, bayi baru lahir, anak berumur kurang dari 5 tahun.
Akan tetapi kebanyakan penyebabnya tidak diketahui. Sebagian lagi kasus terjadi akibat cedera
lahir dan berkurangnya aliran darah ke otak sebelum, selama dan segera setelah bayi lahir. Bayi
prematur sangat rentan terhadap CP, kemungkinan karena pembuluh darah ke otak belum
‘berkembang secarasempurna dan mudah mengalami perdarahan atau karena tidak dapat
mengalirkan oksigen dalam jumlah yang memadai ke otak.
Gangguan ini biasanya berpengaruh pada gerakan kasar dan gerakan halus dari
seseorang. Gangguan ini bisa bersifat ringan hingga yang berat. Contoh Tuna Daksa lainnya
adalah :
1) Kelainan bawaan yang menyebabkan terjadinya telapak kaki rata, jumlah anggota tubuh
yang tidak lengkap atau berlebih.
2) Penyakit seperti poliomyelitis, TBC tulang dll
3) Penyebab lain seperti gangguan neurologis dan lingkungan, yang menyebabkan cerebral
palsy, spina bifida, amputasi, retak atau terbakar). Cerebral palsy merupakan gangguan
pada fisik yang cukup banyak dikenal orang. Jenis-jenis dari Cerebral Palsy adalah:

Anak dengan kelainan fisik / Tuna Daksa

3) Anak unggul dan berbakat istimewa


Definisi menurut IDEA adalah anak yang memiliki kemampuan yang melebihi dari
kemampuan orang lain pada umumnya dan mampu untuk menunjukkan hasil kerja yang sangat
tinggi. Keberbakatan ini dapat dilihat dari berbagai area seperti: kemampuan intelektual secara
umum, akademis yang khusus, berfikir kreatif, kepemimpinan, seni, dan psikomotor. Seorang
anak dapat dikatakan berbakat apabila ia memiliki kemampuan yang diatas rata-rata, memiliki
komitment terhadap tugas yang tinggi dan juga kreatif.

Psikologi Pendidikan Page 13


3. Ciri-ciri anak berkebutuhan khusus

Agar guru atau orang tua dapat mengidentifikasi jenis kebutuhan yang ada pada anak,
berikut dijabarkan beberapa ciri-ciri umum yang muncul pada masing-masing jenis anak
berkebutuhan khusus.
1) Anak retardasi mental
Ciri-ciri anak yang mengalami retardasi mental adalah sebagai berikut:
1) Secara kognitif anak tersebut sangat berbeda dengan anak normal, dari penggolongan IQ
nya saja mereka dapat dikategorikan sebagai: Keterbelakangan mental ringan (IQ= 55–
69); Keterbelakangan mental sedang (IQ = 40-54); Keterbelakangan mental berat (IQ =
25–39); Keterbelakangan mental sangat berat (IQ = di bawah 25). Dengan derajat
keterbelakang mental yang berbeda ini maka tingkatan dari layanan dukungan buat
merekapun menjadi berbeda pula (tabel terlampir). Kemampuan memori,
menggeneralisasi, motivasi, bahasa dan keterampilan akademisnya menjadi terbatas.
2) Secara sosial, banyak anak dengan keterbelakangan mental mengalami kesulitan dalam
menjalin hubungan dengan orang lain.
3) Tingkah laku adaptifnyapun ada mengalami gangguan terutama dalam hal komunikasi,
merawat diri sendiri, keterampilan sosial, kehidupan sehari-hari, menikmati waktu
senggang, kesehatan dan keselamatan, kemampuan mengarahkan diri, fungsi akademis,
dan keterlibatan dimasyarakat.
4) Secara emosional, mereka seringkali terperosok dalam kondisi kesepian, depresi.
5) Secara fisik dan medis, biasanya tidak ada kondisi fisik dan medis yang sangat berbeda
dengan anak kebanyakan.
Proses identifikasi anak dengan keterbelakangan mental dilakukan dengan asesmen dari fungsi
intelektualnya, tingkah laku adaptif, faktor medis semua ini dilakukan oleh ahlinya dan
kemudian diberikan penanganan yang sesuai.

2) Anak dengan kelainan fisik

Ciri-ciri anak yang mengalami kelainan fisik adalah :


1) Secara kognitif dan akademik, anak dengan gangguan fisik akan memiliki fungsi kognitif
dengan rentang dari yang rendah hingga yang tinggi. Sehingga anak-anak yang
mengalami gangguan fisik namun memiliki kemampuan kognitif yang baik maka ia akan

Psikologi Pendidikan Page 14


dapat berkembang dengan baik, asalkan gangguan fisiknya dapat ditangani dengan baik.
Misalkan anak yang tidak memiliki kaki yang lengkap namun pintar ia dapat masuk
sekolah dimana sekolah itu memberikan fasilitas yang cukup sehingga anak tersebut tidak
memperoleh kesulitan mengakses kelas dan ruang-ruang lainnya.
2) Secara perilaku, anak dapat terganggu apabila gangguan yang dimilikinya itu
menghambat gerakan, interaksi dengan orang lain. Sehingga anak perlu mendapat
keterampilan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan dan diperlukannya.
3) Secara emosional, pada umumnya anak dengan gangguan fisik ini akan memiliki konsep
diri yang rendah. Oleh karena itu harus terus didukung dan dikembangkan konsep diri
yang positif pada anak tersebut.
4) Secara sosial, anak dengan gangguan fisik sangat memerlukan bantuan orang lain untuk
dapat berinteraksi dengan teman sebayanya. Mereka memerlukan akses yang sesuai
sehingga gangguan fisik yang dimilikinya tidak terhambat.
5) Secara fisik dan medis, anak dengan gangguan ini akan memiliki kondisi fisik dan medis
yang berbeda dengan anak secara umum dan memerlukan perhatian yang khusus.
Cara mengidentifikasi anak dengan gangguan fisik adalah dengan melakukan asesmen
terhadap kondisi medis dan fungsi fisiknya. Selain itu perlu juga dilakukan asesment terhadap
fungsi intelektual, prestasi akademik, bahasa dan area-area lain yang terkait. Semua asesmen ini
dilakukan oleh ahlinya.
Apabila telah diketahui kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh anak dengan
gangguan fisik ini maka penanganan harus segera dilakukan sejak dini dan menyeluruh, agar
anak dapat berkembang secara optimal.

3) Anak unggul dan berbakat istimewa

Karakteristik yang dimiliki oleh anak berbakat adalah:


1) Secara kognitif. Secara umum, anak-anak berbakat memiliki kemampuan dalam
memanipulasi dan memahami simbol abstrak, konsentrasi dan ingatan yang baik,
perkembangan bahasa yang lebih awal dari pada anak-anak seusianya, rasa ingin tahu
yang tinggi, minat yang beragam, lebih suka belajar dan bekerja secara mandiri, serta
memunculkan ide-ide yang original.

Psikologi Pendidikan Page 15


2) Secara akademis, mereka sangat termotivasi untuk belajar di area-area dimana menjadi
minat mereka. Namun mereka bisa kehilangan motivasinya apabila dihadapkan pada area
yang tidak mereka minati.
3) Secara sosial emosional, mereka terlihat sebagai anak yang idealis, perfeksionis dan
kepekaan terhadap rasa keadilan. Selalu terlihat bersemangat, memiliki komitmen yang
tinggi, dan peka terhadap seni.
Untuk mengetahui keberbakatan seorang anak maka ia harus mengikuti serangkaian asesmen
yang dilakukan oleh psikolog, dan apabila anak tersebut memang dikategorikan sebagai anak
berbakat maka ia harus memperoleh pendidikan yang sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya agar dapat berkembang dengan optimal.

C. CARA MEMBANTU ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (IMPLEMENTATIF)

1) Cara membantu anak retardasi mental

Upaya yang dapat dilakukan pada anak retardasi mental antara lain :
a. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
 Pendidikan kesehatan pada masyarakat
 Perbaikan keadaan sosio-ekonomi
 Perawatan pre-natal
 Pertolongan persalinan yang baik
 Mengurangi kehamilan pada wanita di bawah 20 tahun dan di atas 40 tahun
b. Latihan
 Mengajarkan keterampilan hidup (seperti makan, berpakaian, menjaga kebersihan badan)
 Melibatkan anak dalam pergaulan sosial dengan teman sebaya atau orang yang lebih tua
 Memberi kegiatan sesuai minat dan kebutuhan anak
 Memperkenalkan hal-hal yang baik dan tidak baik sejak usia dini

2) Cara membantu anak dengan kelainan fisik

Psikologi Pendidikan Page 16


Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu anak dengan kelainan fisik, antara
lain :
a. Bina Mandiri :
 Kenali kondisi anak. Kondisi anak dapat dikenali dengan melakukan diagnosa dan
perawatan yang tepat. Dengan mengenali kondisi anak, guru dapat menentukan perlakuan
yang tepat sesuai kekurangan pada fisik anak.
 Bersikap positif. Selalu memberi dukungan dan pengertian pada anak tetapi tidak
memberi harapan palsu.
 Selalu memberi cinta. Cinta dan kasih sayang orang di sekeliling menjadi kekuatan
terbesar bagi anak untuk mengatasi kekurangannya. Tunjukkan rasa cinta tanpa pamrih
melalui pelukan, ciuman, genggaman tangan, meluangkan waktu untuk meberi bantuan.
 Menghadirkan keadaan normal. Selalu menciptakan kegiatan yang normal. Kegiatan
yang disusun tidak terlalu memanjakan atau melindungi anak, karena akan menghambat
perkembangan anak.
 Selalu menghargai anak melalui kata-kata maupun tindakan. Memberitahu kelebihan
anak yang dapat digunakan untuk menghadapi permasalahan anak.
 Memberikan fasilitas berupa berbagai alat bantu untuk menambah dan mempermudah
anak beraktivitas.
 Membantu anak berinteraksi. Bagaimana menghadapi dan menerima kehadiran anak lain.
Melibatkan anak secara aktif pada berbagai kegiatan.

b. Rehabilitasi medik :
 Fisioterapi : relaksasi, terapi manipulasi, latihan keseimbangan, latihan koordinasi,
latihan mobilisasi, latihan ambulasi dan latihan Bobath dengan teknik inhibisi, fasilitasi
dan stimulasi latihan dapat diberikan ditempat tidur, di gymnasium, di kolam renang.
 Terapi Okupasi :
o Latihan diberikan dalam bentuk aktifitas permainan, dengan menggunakan
plastisin, manik-manik, puzzle; dengan berbagai bentuk gerakan, ketepatan arah,
permainan yang memerlukan keberanian.
o Aktifitas kehidupan sehari-hari : berpakaian, makan minum, penggunaan alat
perkakas rumah tangga dan aktifitas belajar.

Psikologi Pendidikan Page 17


o Seni dan ketrampilan : menggunting, menusuk, melipat, menempel dan
mengamplas.
 Terapi Wicara : pada anak dengan gangguan komunikasi/bicara dengan latihan dalam
bahasa pasif : anggota tubuh, benda-benda di dalam/diluar rumah dan disekolah dan
dalam bahasa konsonan, suku kata, kata, kalimat. dengan pengucapan huruf hidup/voval,
 Terapi Musik : tujuannya menumbuhkembangkan potensi-potensi pada anak yang
berkelainan baik fisik, mental intelektual maupun sosial emosional sehingga mereka akan
berkembang menjadi percaya diri sendiri. Pelayanan tersebut dengan cara melatih : ritme,
nada dan irama, interfal, tarian, drama, cerita, senam, pengenalan alat musik, pengenalan
lagu, latihan baca sajak/puisi.
 Psikolog : pemeriksaan kecerdasan, psikoterapi, edukasi pada orang tua dan keluarga
agar dapat menghadapi anak dengan kelainan tersebut.
 Sosial Medik : memberikan pelayanan mencari data keluarga, sosial, ekonomi,
pendidikan, lingkungan tempat tinggal, dsb. Yang dapat bermanfaat bagi para dokter dan
terapis dalam menyusun program rehabilitasi. Selain itu pelayanan yang berhubungan
dengan Yayasan-yayasan sosial lainnya, Kantor Departemen sosial, Rumah sakit,
Sekolah, sehingga dapat terjalin hubungan erat dengan berbagai instansi yang sangat
penting untuk keberhasilan program rehabilitasi.
 Ortotik Prostetik : memberikan pelayanan pembuatan alat-alat bantu; misal brace, tongkat
ketiak, kaki tiruan, kursi roda.

3) Cara membantu anak unggul dan berbakat istimewa

Cara membantu anak berbakat diantaranya adalah :


a. Menyusun materi pembelajaran yang selalu menantang bagi anak karena jika terlalu
mudah anak akan cenderung cepat bosan dan membuat keributan.
b. Tidak terlalu sering mengulang materi yang sama sehingga anak tidak merasa jenuh.
c. Merancang model-model pembelajaran yang menghargai sumbangan pemikiran siswa.
d. Pembelajaran harus berbasis pada anak, bahwa setiap anak memiliki kecepatan yang
berbeda, makan harus diperlakukan berbeda pula sesuai tingkat kemampuannya.

Psikologi Pendidikan Page 18


D. Model Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Model Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Pendidikan Inklusif di
sekolah reguler/umum

Pendidikan Khusus di
sekolah luar biasa
(SLB)

Pendidikan di Panti

Menurut Jamaris 3( 2010 : 315), bertitik tolak dari klasifikasi peserta didik berkebutuhan
khusus maka model pendidikan dapat di kembangkan model pendidikan yang dapat mewadahi
kepentingan peserta didik tersebut.

a) Model Pendidikan Inklusif

Menurut UNESCO (2004) pendidikan Inklusif mengandung arti bahwa sekolah perlu
mengakomodasi kebutuhan pendidikan semua anak dengan tidak menghiraukan kondisi fisik,
intelektual, sosial, emosional, bahasa dan kondisi-kondisi lainnya. Dengan demikian anak-anak
nprmal, anak berkebutuhan khusus (disabled dan gifted), anak-anak yang memiliki latar
belakang dan etnik minoritas anak-anak jalanan, anak-anak yang bekerja dan anak-anak yang
berasal dari keluarga yang tidak mampu, anak-anak didaerah terpencil atau anak-anak dari suku
yang berpindah-pindah serta anak-anak yang kirang beruntung lainnya. Oleh sebab itu
pendidikan Inklusif merupakan realisasi dari komitmen yang berkaitan dengan educational for
all seperti yang dicanangkan ole UNESCO di Jomitien, Thailand pada ttahun 1990.

b) Model Pendidikan Khusus di Sekolah Luar Biasa (SLB)

3
Prof.Dr.Martini Jamaris, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan(2010 : 315)

Psikologi Pendidikan Page 19


Pelayanan pendidikan yang di berikan kepada individu berkebutuhan khusus dalam bentuk
sekolah khusus telah dilakukan lebih dari 100 tahun (Johnson, 1962)4. Di Indonesia pendidikan
khusus untuk peserta didik retardasi mental telah dilaksanakan tidak lama setelah kemerdekaan
Republik Indonesia, berarti sudah ada sekitar 68 tahun. Pelayanan pendidikan yang diberikan
dalam bentuk sekolah khusus. Selanjutnya, diiikuti oleh pendidikan khusus untuk kelompok
individu berkebutuhan khusus lainnya, seperti penyandang tunanetra, tunawicara dll.

c) Model Pendidikan di Panti

Pelayanan pendidikan di panti diberikan kepada peserta didik berkebutuhan khusus yang
berat. Sebagai contoh pesert didik penyandang disabilitas intelegensia berat, kelompok ini
membutuhkan perawatan penuh karena hany memiliki kemampuan perkembangan terbatas,
hanya dapat mencapai kemampuan anak berusia 2 tahun dan selalu membutuhkan bantuan orang
lain dalam segala bidang kebutuhan hidup.

E. IMPLIKASI PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA


PRAKTIK PEMBELAJARAN

1. Implikasi bagi Pengelolaan sekolah

Berdasarkan filosofi dan makna pendidikan inklusif, Ford, A., R. Schnorr, L. Meyer, L.
Davern, J. Black, and P. Dempsey. (1989) menegaskan bahwa ada beberapa prinsip pendidikan
inklusif, di antaranya :
 Mendidik semua anak yang berkebutuhan khusus dalam ruang kelas reguler tanpa
memperdulikan jenis kelainannya.
 Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua siswa untuk belajar dari
setiap kontribusinya.
 Memberikan layanan yang diperlukan di sekolah-sekolah reguler.
 Memberikan dukungan bagi guru dan administrator reguler (misalnya dengan
memberikan waktu, latihan, sumber-sumber teamwork dan strateginya).

4
Prof.Dr.Martini Jamaris, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan (2010 : 317)

Psikologi Pendidikan Page 20


 Memungkinkan siswa yang berkebutuhan khusus mengikuti jadwal yang sama seperti
siswa yang tak berkebutuhan khusus.
 Melibatkan siswa yang berkebutuhan khusus dalam kelas-kelas akademik dengan anak
yang seusia dan kegiatan ekstrakulernya, mencakup seni, musik, senam, studi lapangan,
dan latihan wisuda.
 Siswa-siswa berkebutuhan khusus menggunakan kafetaria sekolah, perpustakaan,
lapangan bermain, dan fasilitas lainnya bersama dengan siswa yang tak berkebutuhan
khusus.
 Mendorong persahabatan antara siswa yang berkebutuhan khusus dan tak berkebutuhan
khusus.
 Siswa berkebutuhan khusus menerima pendidikan dan latihan kerjanya di dalam
lingkungan masyarakat pada umumnya jika perlu.
 Mengajar semua anak untuk memahami dan menerima perbedaan manusia.
 Menempatkan anak berkebutuhan khusus di sekolah yang sama dengan anak yang tak
berkebutuhan khusus.
 Meminta kepedulian orangtua secara serius.
 Memberikan suatu program pendidikan yang berdiferensiasi yang sesuai.
Bertitik dari beberapa prinsip itulah, maka dapat dirumuskan sejumlah implikasi pengelolaan
sekolah sebagai berikut:
1) Peserta didik
Pendidikan inklusif memungkinkan bisa mengakomodasi semua anak untuk dapat mengakses
pendidikan di sekolah reguler, tanpa memandang kondisi dan keterbatasan yang dimilikinya,
baik berkenaan dengan kelainan (kekhususan), jenis kelamin, asal daerah, dan sebagainya. Lebih
utamanya, bahwa anak berkebutuhan khusus pada hakekatnya tidak memiliki hambatan yang
berarti untuk mengakses pendidikan di sekolah reguler.
2) Kurikulum atau program pendidikan
Kurikulum atau program pendidikan bagi semua peserta didik, termasuk juga anak
berkebutuhan khusus akan memiliki efektivitas yang tinggi, manakala pada tataran
implementasinya memiliki fleksibilitas sehingga dapat diterapkan bagi siapapun yang memiliki
kebutuhan dan kemampuan yang unik. Dengan demikian Individualized Educational Programs
(IEP) merupakan pendekatan yang memiliki relevansi dan efektivitas yang tinggi. Selain

Psikologi Pendidikan Page 21


program akademik, maka untuk mencapai tujuan institusional yang komprehensif sangatlah
dibutuhkan layanan bimbingan dan konseling yang memadai sehingga dapat menjadikan peserta
didik dapat mencapai kematangan personal, sosial, dan karir.
3) Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Untuk mencapai kesuksesan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif, keberadaan
pendidik dan tenaga kependidikan, terutama guru dan guru pendidikan khusus memiliki arti yang
sangat penting. Tentu saja guru yang diharapkan sekali adalah guru yang mampu memahami
perbedaan individu dan memiliki kecakapan profesional yang diwujudkan dengan kemampuan
mengembangkan materi dan menggunakan metodologi yang relevan dengan kepentingan
kegiatan pendidikan dan instruksional.
4) Sarana-Prasarana
Keberadaan dan pengadaan sarana dan prasarana merupakan sutau komponen yang sangat
penting, terlebih-lebih bagi anak berkebutuhan khusus. Sarana dan prasarana yang memiliki
produktivitas yang tinggi adalah yang mampu menfasilitasi terjadainya kegiatan pendidikan dan
pembelajaran yang mengasikkan dan menyenangkan, di samping sarana dan prasarana yang
dapat diakses (accesable) oleh peserta didik dalam kondisi apapun.
5) Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian yang penting dari suatu proses pendidikan dan pembelajaran.
Evaluasi dalam pendidikan inklusif diharapkan mampu memberikan kontribusi yang berarti,
terutama mampu mendorong (encourage) peserta untuk maju, bukan lagi sebaliknya bahwa
penerapan evaluasi justru mematikan semangat untuk belajar. Evaluasi yang demikian diharpkan
lebih bersifat apresiatif daripada judgmental.
6) Pengawasan
Pengawasan pada dasarnya memiliki kedudukan yang strategis dalam mengantar institusi dan
personnil pendidikan dalam mencapai kinerja yang memenuhi standar pelayanan minimal.
Dalam konteks penerapan pendidikan inklusif, pengawasan perlu terus dilakukan secara
kontinyu yang lebih diorientasikan kepada pengawasan kinerja daripada pengawasan
administratif. Dengan demikian pengawas pendidikan perlu memiliki wawasan tentang ragam
peserta didik berkebutuhan khusus.
7) Partisipasi masyarakat.

Psikologi Pendidikan Page 22


Untuk menjamin keberlangsungan implementasi pendidikan inklusif, sangatlah diperlukan
partisipasi masyarakat dari berbagai pihak terutama orangtua, organisasi profesi, dan para ahli,
sehingga beban penyelenggaraan pendidikan inklusif dapat dijangkau dengan mudah. Tanpa
partisipasi masyarakat yang memadai, kiranya penyelenggaraan pendidikan inklusif tidak akan
mampu menunjukkan hasil yang optimal.

2. Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus (ABK) ini ada dua kelompok, yaitu: ABK temporer (sementara)
dan permanen (tetap). Adapun yang termasuk kategori ABK temporer meliputi: anak-anak yang
berada di lapisan strata sosial ekonomi yang paling bawah, anak-anak jalanan (anjal), anak-anak
korban bencana alam, anak-anak di daerah perbatasan dan di pulau terpencil, serta anak-anak
yang menjadi korban HIV-AIDS. Sedangkan yang termasuk kategori ABK permanen adalah
anak-anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, Autis, ADHD (Attention
Deficiency and Hiperactivity Disorders), Anak Berkesulitan Belajar, Anak berbakat dan sangat
cerdas (Gifted), dan lain-lain. Untuk menangani ABK tersebut dalam setting pendidikan inklusif
di Indonesia, tentu memerlukan strategi khusus. Pendidikan inklusi mempunyai pengertian
yang beragam. Stainback dan Stainback (1990) mengemukakan bahwa sekolah inklusif adalah
sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program
pendidikan yang layak, menantang, tetapi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap
siswa, maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru agar anak-anak
berhasil. Lebih dari itu, sekolah inklusi juga merupakan tempat setiap anak dapat diterima,
menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling membantu dengan guru dan teman sebayanya,
maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan individualnya dapat terpenuhi. Selanjutnya,
Staub dan Peck (1995) menyatakan bahwa: pendidikan inklusif adalah penempatan anak
berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas reguler. Hal ini
menunjukkan bahwa kelas reguler merupakan tempat belajar yang relevan bagi anak
berkelainan, apapun jenis kelainannya dan bagaimanapun gradasinya. Sementara itu, Sapon-
Shevin (O’Neil, 1995) menyatakan bahwa pendidikan inklusif sebagai sistem layanan
pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah
terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya. Oleh karena itu, ditekankan adanya
perombakan sekolah, sehingga menjadi komunitas yang mendukung pemenuhan kebutuhan

Psikologi Pendidikan Page 23


khusus setiap anak, sehingga sumber belajar menjadi memadai dan mendapat dukungan dari
semua pihak, yaitu para siswa, guru, orang tua, dan masyarakat sekitarnya.
Melalui pendidikan inklusi, anak berkelainan di didik bersama-sama anak lainnya (normal)
untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya (Freiberg, 1995). Hal ini dilandasi oleh
kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak normal dan anak berkelainan yang tidak
dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas.
Dalam hal ini, ada empat strategi pokok yang diterapkan pemerintah, yaitu: peraturan
perundang-undangan yang menyatakan jaminan kepada setiap warga negara Indonesia (termasuk
ABK temporer dan permanen) untuk memperoleh pelayanan pendidikan, memasukkan aspek
fleksibilitas dan aksesibilitas ke dalam sistem pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan
informal. Selain itu, menerapkan pendidikan berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
dan mengoptimalkan peranan guru.Di bawah ini beberapa strategi pembelajaran bagi anak
berkebutuhan khusus:
a) Strategi pembelajaran bagi anak tunanetra
Strategi pembelajaran pada dasarnya adalah pendayagunaan secara tepat dan optimal dari
semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran yang meliputi tujuan, materi
pelajaran, media, metode, siswa, guru, lingkungan belajar dan evaluasi sehingga proses
pembelajaran berjalan dengan efektif dan efesien. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam menentukan strategi pembelajaran , antara lain:
1. Berdasarkan pengolahan pesan terdapat dua strategi yaitu strategi pembelajaran deduktif
dan induktf.
2. Berdasarkan pihak pengolah pesan yaitu strategi pembelajaran ekspositorik dan heuristic.
3. Berdasarkan pengaturan guru yaitu strategi pembelajaran dengan seorang guru dan
beregu.
4. Berdasarkan jumlah siswa yaitu strategi klasikal, kelompok kecil dan individual.
5. Beradsarkan interaksi guru dan siswa yaitu strategi tatap muka, dan melalui media.
Selain strategi yang telah disebutkan di atas, ada strategi lain yang dapat diterapkan yaitu
strategi individualisasi, kooperatif dan modifikasi perilaku.
b) Strategi pembelajaran bagi anak berbakat

Psikologi Pendidikan Page 24


Strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat akan mendorong anak
tersebut untuk berprestasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam meneentukan strategi
pembelajaran adalah :
1. Pembelajaran harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas.
2. Tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual semata tetapi juga mengembangkan
kecerdasan emosional.
3. Berorientasi pada modifikasi proses, content dan produk.
Model-model layanan yang bias diberikan pada anak berbakat yaitu model layanan
perkembangan kognitif-afektif, nilai, moral, kreativitas dan bidang khusus.
c) Strategi pembelajaran bagi anak tunagrahita
Strategi pembelajaran anak tunagrahita ringan yang belajar di sekolah umum akan berbeda
dengan strategi anak tunagrahita yang belajar di sekolah luar biasa. Strategi yang dapat
digunakan dalam mengajar anak tunagrahita antara lain;
1. Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan
2. Strategi kooperatif
3. Strategi modifikasi tingkah laku
d) Strategi pembelajaran bagi anak tunadaksa
Strategi yang bias diterapkan bagi anak tunadaksa yaitu melalui pengorganisasian tempat
pendidikan, sebagai berikut:
1. Pendidikan integrasi (terpadu)
2. Pendidikan segresi (terpisah)
3. Penataan lingkungan belajar
e) Strategi pembelajaran bagi anak tunalaras
Untuk memberikan layanan kepada anak tunalaras, Kauffman (1985) mengemukakan model-
model pendekatan sebagai berikut;
1. Model biogenetic
2. Model behavioral/tingkah laku
3. Model psikodinamika
4. Model ekologis
d) Strategi pembelajaran bagi anak dengan kesulitan belajar

Psikologi Pendidikan Page 25


a. Anak berkesulitan belajar membaca yaitu melalui program delivery dan remedial
teaching
b. Anak berkesulitan belajar menulis yaitu melalui remedial sesuai dengan tingkat
kesalahan.
c. Anak berkesulitan belajar berhitung yaitu melalui program remidi yang sistematis
sesuai dengan urutan dari tingkat konkret, semi konkret dan tingkat abstrak.

e) Strategi pembelajaran bagi anak tunarungu

Strategi yang biasa digunakan untuk anak tunarungu antara lain:


a. Strategi deduktif
b. Induktif,
c. Heuristic,
d. Ekspositorik,
e. Klasikal,
f. Kelompok,
g. Individual,
h. Kooperatif dan
i. Modifikasi perilaku.

Psikologi Pendidikan Page 26


BAB III
SIMPULAN

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk menggantikan kata
“Anak Luar Biasa (ALB)” yang menandakan adanya kelainan khusus. Anak berkebutuhan
khusus mempunyai karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Karena
karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan
khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) ini ada dua kelompok, yaitu: ABK temporer
(sementara) dan permanen (tetap). Adapun yang termasuk kategori ABK temporer meliputi:
anak-anak yang berada di lapisan strata sosial ekonomi yang paling bawah, anak-anak jalanan
(anjal), anak-anak korban bencana alam, anak-anak di daerah perbatasan dan di pulau terpencil,
serta anak-anak yang menjadi korban HIV-AIDS. Sedangkan yang termasuk kategori ABK
permanen adalah anak-anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, Autis,
ADHD (Attention Deficiency andHiperactivity Disorders), Anak Berkesulitan Belajar, Anak
berbakat dan sangat cerdas (Gifted), dan lain-lain.

Psikologi Pendidikan Page 27


DAFTAR PUSTAKA

Kebijakan Pendidikan Anak Usia Dini yang Berkebutuhan Khusus. (2008). Jakarta: Dir.
Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Dir. Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah, Depdikdas.
Arifin, Z. (n.d.). Jurnal Assesssment dan Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus.
J. David Smith. Alih Bahasa: Denis dan Enrica. (2006). Inklusi, Sekolah Ramah untuk Semua.
Jakarta: Nuansa.
Jamaris, M. (n.d.). Orientasi Baru dalam Psikologi Kependidikan.
James Le Fanu. Alih Bahasa Irham Ali Saifuddin. (2007). Deteksi Dini Masalah-masalah
Psikologi Anak. Yogyakarta: Think.
Mangungsong, F. (2009). Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.
Pusponegoro, Hardiono D & Purboyo Solek. (2003). Apakah Anak Kita Autis, Deteksi Dini
Tumbuh Kembang Anak. Bandung: Yayasan Sukaryanti.
www.google.com/wikipedia. (n.d.). Retrieved Agustus 15, 2013

Psikologi Pendidikan Page 28

You might also like