Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
SUMADI
NIM : 7220 05S0 7113
RIWAYAT HIDUP
Nama : Sumadi
NIM : 7220 05S0 7113
Tempat, tanggal lahir : Bontang 03 November 1989
Suku/bangsa : jawa / Indonesia
Alamat : Jl. Labu putih Blok.B RT. 12
Riwayat pendidikan : SDN 002 Bontang lulus tahun 2001
SLTP Negeri 3 Sangatta lulus tahun 2004
SMK Muhammadiyah 1 Sangatta lulus tahun 2007
Akper Yarsi Samarinda Angkatan VIII
Cita-cita : Selalu berusaha melakukan yang terbaik
Motto : Orang yang sukses adalah karena punya banyak cara, sedangkan orang yang gagal
karena punya banyak alasan.
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman judul i
Lembar Persetujuan ii
Lembar Pengesahan iii
Daftar Riwayat Hidup iv
Kata Pengantar v
Daftar Isi vii
Daftar tabel ix
Daftar lampiran x
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang 1
1.2 Tujuan 3
1.3 Manfaat 4
1.4 Ruang lingkup 5
1.5 Metode Penulisan 5
1.6 Sistematika Penulisan 6
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasa Keperawatan Diabetes Melitus 8
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus 19
BAB 3 : METODE STUDI KASUS
3.1 Lokasi dan waktu pengambilan kasus ...................................39
3.2 Metode pengambilan kasus ...................................................39
3.3 Prosedur pengambilan atau pengumpulan data......................39
BAB 4 : TINJAUAN KASUS
4.1 Pengkajian 44
4.2 Diagnosa Keperawatan 61
4.3 Intervensi 63
4.4 Implementasi 67
4.5 Evaluasi 76
BAB 5 : PEMBAHASAN
5.1 Pengkajian 83
5.2 Diagnosa Keperawatan 85
5.3 Intervensi 88
5.4 Implementasi 88
5.5 Evaluasi 90
BAB 6 : PENUTUP
6.1 Kesimpulan 91
6.2 Saran 92
Daftar Pustaka ...................................................................................................94
Lampiran-lampiran ...........................................................................................95
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Hasil Laboratorium darah lengakp ................................................45
Tabel 4.2 : Hasil Laboratorium kimia darah ...................................................47
Tabel 4.3 : Terapi obat ....................................................................................48
Tabel 4.4 : Klasifikasi data pada Tn. A di Ruang Ulin....................................54
Tabel 4.5 : Analisa Data Pada Tn. A di Ruang Ulin........................................59
Tabel 4.6 : Perencanaan Keperawatan pada Tn. A di Ruang Ulin...................63
Tabel 4.7 : Implementasi Keperawatan pada Tn. A di Ruang Ulin.................67
Tabel 4.8 : Evaluasi pada Tn. A di Ruang Ulin...............................................76
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 penyimpangan KDM Diabete Melitus ..............................................19
Gambar 4.1 Genogram Tn. A.................................................................................45
Luka ganggrene
asidosis
ketidak mampuan Perkembangan bakteri Deurisis osmotic
melakukan ADL
secara mandiri Perfusi jaringan kulit poliuria ketoasidosis bersifat asam terganggunya
hidrogen pada
Terjadinya infeksi kehilangan asidosis HCl me sel otak
Cairan metabolik
Hipotonik Nyeri abdomen terjadi
Hiperventilasi mual,muntah pada sel
Penipisan volume pe nafsu makan
sesak napas anoreksia terjadinya
Dehidrasi koma
Pernapasan masukan nutrisi diabetik . kusmaul inadekuat
Kegagalan sirkulasi
Perifer
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 3 Manfaat Penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini dibuat dengan harapan agar dapat memberikan manfaat berupa :
1.3.1 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi akademik keperawatan yayasan rumah
sakit islam samarinda.
1.3.2 Manfaat bagi IPTEK
Dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi sejalan dengan pengembangan yang
sangat pesat.
1.3.3 Manfaat bagi masyarakat, Keluarga dan klien
Dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit Diabetes Melitus dan cara
perawatannya.
1.3.4 Manfaat bagi perkembangan profesi keperawatan
Dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dalam melakukan asuhan keperawatan serta penulisan
karya tulis ilmiah sesuai dengan ilmu dan data yang di dapatkan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Etiologi
a Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi penyakit itu sendiri melainkan mewarisi suatu factor
predisposisi atau kecenderungan kearah terjadinya penyakit genetic diabetes. (Smeltzer &
Bare, 2002)
b Faktor Imunologi
Terdapat bukti adanya suatu respon otoimun merupakan jaringan abnormal yang mana
antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang seolah-olah dianggap sebagai suatu jaringan yang asing. (Smeltzer & Bare, 2002)
2.1.6 Patofisiologi
Insulin di sekresikan oleh sel beta yang merupakan salah satu dari 4 sel yang ada dalam pulau
langerhans pankreas. Insulin merupakan hormon anabolik atau hormon menyimpan kalori,
apabila sesorang mengkosumsi makanan sekresi insulin akan meningkat dan menggerakkan
glukosa ke dalam sel otot, hati dan lemak. Dalam sel-sel tersebut insulin menimbulkan efek
yaitu : menstimulasi penyimpanan glukosa dalam hati dan otot, meningkatkan penyimpanan
lemak dari makanan, mempercepat pengangkutan asam amino yang berasal dari protein ke
dalam sel. Insulin juga menghambat pemecahan glukosa protein dan lemak yang disimpan.
Selama masa puasa pankreas akan melepaskan sejumlah kecil insulin secara terus menerus
bersama dengan hormon pankreas lain yang disebut glukagon, insulin dan glukagon secara
bersama-sama mempertahankan kadar glukosa dalam darah yang konstan dengan
menstimulasi pelepasan glukosa dalam hati. Pada mulanya hati menghasilkan glukosa
melalui pemecahan glikogen, setelah 8-12 jam tanpa makanan hati akan membentuk glukosa
dari pemecahan zat lain.
Terjadinya proses auto imun menyebabkan ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
dikarenakan sel beta pada pankreas telah dihancur oleh proses auto imun sehingga produksi
glukosa tidak dapat terukur oleh hati, jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi
ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urine (Glukosuria) ketika glukosa yang dilepaskan pada urine ekskresi
ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotik) dan
sebagai kehilangan cairan yang berlebihan pasien akan mengalami peningkatan dalam
berkemih (Poliuria) dan rasa haus (Polidipsia)
Pada penderita defisiensi insulin proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut
menimbulkan hiperglikemia, disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang
mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping
pemecahan lemak. (Price, 2002)
2.1.7 Komplikasi
Diabetes Mellitus jika ditangani dengan tidak baik akan mengakibatkan timbulnya
komplikasi yang pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh bagian tubuh
(angiopatik diabetik).
a. Komplikasi akut DM
1) Hiperglikemia dan ketoasidosis diabetikum
Meskipun hiperglikemia dan ketoadsidosis telah teratasi , pasien tetap berisiko mengalami
serangan ulang. Oleh karena itu kadar glukosa darah serta krton urin perlu dipantau.
2) Ketidakseimbangan elektrolit
Kelebihan cairan dapat terjadi akibat pemberian cairan dalam jumlah besar dengan kecepatan
tinggi yang sering dilakukan mengatasi ketoasidosis diabetik atau sindrom hiperglikemik
hiperosmoler nonketotik ( HHNK ) untuk menghindari kelebihan cairan dan gagal jantung
kongestif serta edema pulmoner yang diakibatkan kelebihan cairan
3) Hiperglikemia, hiperosmolar
Perubahan tingkat kesadaran ( sense of awarenness ), kelainan dasar biokimia pada sidrom ini
berupa kekurangan insulin efektif. Keadaan hiperglikemia menyebabkan diuresis osmotik
sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit untuk mempertahankan keseimbangan
osmotik cairan dan akan berpindah dari ruangan intrasel kedalam ruangan ekstrasel.
4) Hipoglikemia (reaksi insulin)
Hipoglikemia dapat terjadi pasien melewatkan atau menunda waktu makan, tidak mengikuti
diet yang telah diprogramkan. Disamping itu, baik pasien yang dirawat inap maupun pasien
rawat jalan, yang berpuasa sebelum pemeriksaan diagnostik, berisiko mengalami
hipoglikemia
b. Komplikasi kronik DM :
1) Komplikasi makrovaskuler
komplikasi makrovaskuler adalah : Coronary anteri disease (CAD) atau perubahan
arterosklerotik dalam pembuluh arteri koroner akibat penurunan aliran darah, hipertensi,
infeksi, cerebro vaskuler disease dan penyakit vaskuler perifer. Penyakit makrovaskuler
menunjukkan aterosklerosis dengan pengumpulan lemak di dinding pembuluh darah lapisan
dalam.
2) Komplikasi mikrovaskuler
mikrovaskuler berhubungan dengan perubahan pada kapiler mata dan ginjal. Pada mata dapat
terjadi retinopati diabetik, pandangan kabur dan katarak. Pada ginjal dapat terjadi neupropati.
Neupropati adalah komplikasi diabetes melitus yang paling umum.
Neupropati perifer adalah komplikasi tersering, pada awalnya menyebabkan hilangnya
sentakan di pergelangan kaki dan tidak adanya sensasi getar pada ekstermitas bawah
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dimana data / informasi tentang klien yang dibutuhkan
dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan. Tujuan pengkajian
keperawatan adalah mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data
sehingga ditemukan diagnosa keperawatan. Manfaat pengkajian keperawatan adalah
membantu mengidentifikasi status kesehatan, pola pertahanan klien, kekuatan serta
kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan, yang terdiri dari 3 tahap, yaitu
pengumpulan, pengelompokkan dan pengorganisasian serta menganalisa dan merumuskan
diagnosa keperawatan ( Gaffar, 1999 ).
g. Nyeri Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang atau berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati.
h. Pernafasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanda sputum purulen (tergantung
adanya infeksi atau tidak).
Tanda : Demam, diaforesis. Menurunnya kekuatan umum / rentang gerak. Parestesia/paralisis
otot termasuk otot-otot pernafasan.
i. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)
Tanda : Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita.
j. Penyuluhan atau Pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga; DM, penyakit Jantung, Stroke, Hipertensi, fenobarbital
penyembuhan yang lambat. Penggunaan obat sepertisteroid, diuretik (tiazid); Dilantin dan
dapat meningatkan kadar glukosa darah).
Pertimbangan :
Rencana Pemulangan :
Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diet, pengobatan, perawatan diri,
pemantauan terhadap glukosa darah.
2.2.2 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau masalah kesehatan
aktual atau potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi masalah aktual berdasarkan respon
klien terhadap masalah atau penyakit, faktor – faktor yang berkonstribusi atau menghilangkan
masalah. Manfaat diagnosa keperawatan adalah sebagai pedoman pemberian asuhan
keperawatan dan menggambarkan suatu masalah kesehatan dan penyebab adanya masalah
(Hidayat,2001).
Langkah – langkah menentukan diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Klasifikasi dan analisa data.
b. Interpretasi data.
c. Validasi data.
d. Perumusan diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan menurut Carpenito ( 2000 ), dapat dibedakan menjadi 5 kategori yaitu
:
a. Aktual : Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan klinik yang ditemukan. Syarat
menegakkan diagnosa aktual harus ada unsur PES ( Problem, Etiologi, Sign dan Symptom ),
harus memenuhi kriteria mayor ( 80 % - 100 % ) dan sebagai kriteria minor dari pedoman
diagnosa NANDA.
b. Risiko : Menjelaskan masalah nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi. Syarat
menegakkan diagnosa keperawatan risiko, adanya PE ( Problem dan Etiologi ). Penggunaan
istilah “ risiko dan risiko tinggi ” tergantung dari tingkat keparahan / kerentanan terhadap
penyakit.
c. Kemungkinan : Menjelaskan perlu adanya data tambahan untuk memastikan masalah
keperawatan kemungkinan. Pada keadaan ini masalah dan faktor pendukung, yang dapat
menimbulkan masalah. Syarat menegakkan diagnosa keperawatan kemungkinan adanya
unsur respon ( problem ) dan faktor yang mungkin dapat menimbulkan masalah.
d. Masalah keperawatan Wellness ( sejahtera ) adalah keputusan klinik tentang keadaan
individu, keluarga dan atau masyarakat dalam transisi dari tingkat kesejahteraan tertentu ke
tingkat sejahtera yang lebih tinggi. Ada 2 kunci yang harus ada, yaitu sesuatu yang
menyenangkan pada tingkat kesejahteraan tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi dan
adanya status dan fungsi yang efektif.
e. Diagnosa keperawatan Syndrome adalah diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa
keperawatan aktual dan risiko tinggi yang diperkirakan akan muncul / timbul karena suatu
kejadian / situasi tertentu. Manfaat diagnosa keperawatan sindrom adalah agar perawat selalu
waspada dan memerlukan keahlian perawat dalam setiap melakukan pengkajian dan tindakan
keperawatan.
Menurut Marylin E. Doenges tahun, 2000 diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada
klien diabetes mellitus adalah :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik (dari hiperalikemia).
b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan
insulin (penurunan ambilan dan penggunaanglukosa oleh jaringan mengakibatkan
peningkatan metabolisme protein atau lemak).
c. Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,
penurunan fungsi leukosit, perubahan sirkulasi.
d. Perubahan sensori-perseptual berhubungan dengan perubahan kimia endosen =
ketidakseimbangan glukosa/insulin dan/atau elektrolit.
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolik.
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang atau progresif yang tidak
dapat diobati.
g. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang informasi
2.2.3. Perencanaan
Setelah perumusan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat perencanaan intervensi
keperawatan dan aktivitas keperawatan. Tujuan intervensi keperawatan adalah untuk
menghilangkan, mengurangi dan mencegah masalah keperawatan klien .( Hidayat,2001).
Langkah – langkah perencanaan untuk mengevaluasi rencana tindakan keperawatan, maka
ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan :
a. Menentukan prioritas masalah.
Melalui pengkajian, perawat akan mampu mengidentifikasi respon klien yang aktual atau
potensial sehingga melakukan suatu tindakan. Dalam menentukan perencanaan perlu
menyusun suatu sistem untuk menentukan diagnosa yang akan diambil tindakan pertama kali.
Salah satu sistem yang biasa digunakan adalah hirarki “ kebutuhan manusia“.
b. Menulis Kriteria hasil.
Tujuan keperawatan adalah standar atau ukuran yang digunakan untuk mengevaluasi
kemajuan klien atau keterampilan perawat.
Pedoman penulisan kriteria hasil :
1) Berfokus pada klien
2) Singkat dan jelas.
3) Dapat diobservasi dan diukur.
4) Ada batasan waktu.
5) Realistik.
6) Ditentukan oleh perawat dan klien.
Pedoman penulisan kriteria hasil berdasarkan “ SMART “
S : Spesifik ( tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda)
M : Measurable ( tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang prilaku klien,
dapat dilihat, didengar, diraba, dirasakan
A : Achievable ( tujuan harus dapat dicapai ).
R : Reasonable (( tujuan harus dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah ).
T : Time ( waktu keperawatan ).
c. Rencana Tindakan.
Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk membantu klien dalam membantu
mencapai kriteria hasil. Rencana tindakan dilaksanakan berdasar komponen penyebab dari
diagnosa keperawatan. Oleh karena itu rencana mendefinisikan sesuatu aktifitas yang
diperlukan untuk membatasi faktor - faktor pendukung terhadap suatu permasalahan.
Kriteria rencana tindakan :
1) Konsisten dengan rencana tindakan.
2) Berdasarkan prinsip – prinsip ilmiah ( rasional ).
3) Berdasarkan situasi individu klien.
4) Digunakan untuk menciptakan suatu situasi yang aman dan terapuetik.
5) Menciptakan suatu situasi pengajaran.
6) menggunakan sarana yang sesuai.
4) Tindakan Medis.
Pelaksanaan adalah tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang tepat dan akurat
terhadap suatu kejadian dalam keperawatan. Dokumentasi klien memberikan bukti tindakan
keperawatan mandiri maupun kolaboratif yang dilakukan perawat .
c. Fase terminasi
Merupakan terminasi perawat dengan klien setelah implementasi dilakukan.
Selama tahap implementasi, perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan. Intervensi
keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil. Pelaksanaan
intervensi keperawatan dengan Diabetes Melitus dilakukan berdasarkan standar intervensi
dari masing-masing masalah keperawatan.
2.2.5 Evaluasi
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan. Hal – hal yang dievaluasi adalah keakuratan, kelengkapan dan kualitas data,
teratasi atau tidaknya masalah klien, serta pencapaian tujuan serta ketepatan intervensi
keperawatan Komponen evaluasi hasil dapat dibagi menjadi 5 komponen, yaitu sebagai
berikut :
a. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.
b. Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru.
c. Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.
d. merangkum hasil dan membuat keimpulan.
e. melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.
Dalam penulisan karya tulis ilimiah ada beberapa cara yang dapat
digunakan untuk dokumentasi evaluasi yaitu : SOAP, SOAPIER, DAR.
S : Data subjektif merupakan masalah yang diutarakan klien
O : Data objektif merupakan tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan diagnosa
keperawatan
A : Pengkajian merupakan analisa data subjektif dan objektif
P : Perencanaan merupakan pengembangan rencana untuk yang akan datang dari intervensi.
Tiga kategori berikut ini kadang-kadang ditambahkan pada daftar SOAP
I : Intervensi, catat implementasi jika belum tercakup dalam plan atau perencanaan.
E : Evaluasi, catat dampak dari rencana ( plan ) ( dan intervensi jika menggunakan kategori )
pada analisis ( diagnosis ) dan dapat dicatat dalam waktu yang berbeda dari pencatatan daftar
SOAP awal.
R : Revisi, diagnosa keperawatan, intervensi, tujuan atau
tanggal hasil dapat di revisi pada bagian ini.
DAR adalah singkatan huruf pertama dari “ Data, Aksi, Respons “ juga dikenal sebagai
pencatatan FOKUS.
D : Data, setiap hasil pengamatan yang signifikan dapat dimasukan. Berbeda dengan
dokumentasi pada format SOAP, data subyektif tidak dipisahkan dari data objektif.
A : Aksi, mendokumentasi intervensi yang sedang dan akan dilakukan ( direncanakan ).
R : Respons, mendokumentasi respons pasien terhadap aksi.
BAB 3
METODE STUDI KASUS
BAB 4
TINJAUAN KASUS
4.1 Pengkajian
4.1.1 Data Demografi
a. Biodata
Klien bernama Tn. A, berusia 56 tahun, berjenis kelamin laki – laki, bersuku jawa, beragama
islam, pekerjaan swasta di salah salah satu perusahaan di bidang kelapa sawit daerah
Tenggarong, alamat klien di Dusun jahab RT 09 Tenggarong, diagnosa medik : Diabetes
Melitus, nomor RM : 33.20.92, tanggal masuk : 16 Agustus 2010, tanggal pengkajian : 17
Agustus 2010
b. Penanggung jawab
Bernama Ny. A, berusia 53 tahun, berjenis kelamin perempuan, pekerjaan ibu rumah tangga,
hubungan dengan klien adalah istri.
4.1.2. Keluhan utama
“ Badan saya lemas”
4.1.3 Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Klien masuk Rumah Sakit Islam pada tanggal 16 Agustus 2010 pada pukul 23.00 wita
dengan keluhan badan lemah dan pusing, oleh keluarga klien dibawa ke UGD Rumah Sakit
Islam, oleh pihak UGD Tn. A di diagnosa Diabetes Melitus dan dianjurkan rawat inap di
Ruang Ulin. Pada saat dikaji tanggal 17 Agustus 2010 pada pukul 09.00 wita klien
mengeluhkan bahwa badan lemas sehingga aktivitas di bantu oleh keluarga dan perawat.
Klien juga mengatakan tidak selera makan dan mengeluh susah tidur, klien hanya tidur
kurang lebih 4-5 jam perhari. Klien juga sering mengalami pusing, skala nyeri 6, kualitas
sedang dan nyeri timbul seperti berdenyut – denyut.
b. Riwayat kesehatan lalu
Dari kecil klien tidak pernah mengalami penyakit yang serius maupun kecelakaan. Klien
tidak ada alergi pada suhu dan klien tidak pernah mengkonsumsi obat – obatan bebas.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang mengalami penyakit keturunan maupun penyakit menular
lainnya.
Genogram
Keterangan:
: Laki-laki : Tinggal satu rumah
: Perempuan : Klien
: Meninggal Dunia : Hubungan keluarga
Interpretasi:
klien merupakan anak ke 3 dari 7 bersaudara klien telah berumah tangga. Klien dirumah
tinggal bersama istrinya.
4.1.4 Riwayat psikososial
Klien dapat berhubungan baik dengan tetangga disekitar rumahnya, klien mengatakan tidak
memikirkan biaya Rumah Sakit karena sudah ditanggung oleh keluarga. Klien mengatakan “
Apakah penyakit saya ini bisa sembuh”. Klien sering bertanya tentang penyakitnya dan
tampak bingung.
4.1.5 Riwayat spiritual
Klien jarang melaksanakan ibadah dan saat di rumah sakit klien hanya berdo’a agar cepat
sembuh.
4.1.6 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum klien
Klien lemah. Tidak ada tanda-tanda distress, penampilan sesuai dengan usia. Bicara dan
mood baik/sesuai. Dalam penampilan dan berpakaian klien cukup bersih.
b. Tanda-tanda vital
Suhu : 36 ºC
Nadi : 88x/menit
Pernapasan : 22x/menit
Tekanan darah : 140/80mmHg
GDS : 191 mg/dl
c. Sistem pernafasan
1) Hidung : Hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada
secret atau polip yang menghalangi pernapasan.
2) Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjer, tidak ada tumor, letak trachea lurus.
3) Dada : Bentuk dada normochest. Gerakan dada kiri dan kanan sama, tidak ada retraksi
dinding dada, tidak ada suara nafas tambahan.
d. Sistem kardiovakuler
Conjungtiva tidak anemis, bibir tidak pucat, arteri carotis teraba, suara jantung S1 lup dan S2
dup dan Capillary Refilling Time (CRT ) < 3 detik. e. Sistem pencernaan Sklera tidak ikterik,
bibir lembab, tidak ada stomatitis, bentuk abdomen rounded, tidak ada massa pada abdomen,
tidak ada nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan kuadran kiri atas, keadaan anus baik. f.
Sistem indera 1) Mata Kelopak mata tidak bengkak, keadaan bulu mata tidak terlipat masuk
ke dalam, visus 6/6 lapang pandang > 180o
2) Hidung
Tidak ada perih pada hidung, tidak ada trauma maupun mimisan, tidak ada secret yang
menghalangi penciuman.
3) Telinga
Daun telinga lengkap, tidak ada bekas operasi ditelinga, fungsi pendengaran baik, klien tidak
memakai alat bantu pendengaran.
4) Lidah
Klien dapat membedakan asin dan manis.
5) Kulit
Klien dapat merasakan rangsangan nyeri.
g. Sistem Persyarafan
1) Fungsi serebral
Kesadaran compos mentis dengan GCS : 14 : E4 M6 V4 ( E4: dapat membuka mata secara
spontan, M6: dapat bergerak dan mengikuti perintah, V4: orientasi kurang)
2) Status mental
a) Orientasi : - klien dapat menjawab dengan benar tanggal, bulan, tahun dan hari ( hari
Selasa tanggal 17 Agustus 2010 ).
b) Daya ingat : - Post memory ( klien dapat menyebutkan dimana ia sekolah dulu : SD )
- Recent memory ( klien dapat mengulangi
kembali nama benda yang telah disebutkan
oleh perawat : bantal, guling, selimut )
c) Fungsi bahasa : - klien dapat menyebutkan 2 benda : guling dan selimut
- klien dapat mengulangi kata-kata “tidak jika”.
- Klien mengikuti perintah dengan benar “tutup mata Anda”.
h. Bicara : ekspresive : bicara jelas.
i. Fungsi cranial
N.I / olfaktorius : klien dapat membedakan bau minyak kayu putih dan minyak kapak
N.II / optikus : lapang pandang meluas > 180°, klien dapat melihat dengan visus 6/6.
N. III / oculomotorius : ada respon pupil terhadap cahaya.
N. IV / Trochlear : klien dapat menggerakkan bola mata keatas dan kebawah.
N. V (trigeminus) : otot temporal dan masseter teraba pada saat mengunyah.
N. VI (abdusen) : klien bisa melihat kekiri dan kekanan tanpa menengok.
N. VII (fasialis) : klien dapat mengerutkan dahi, tersenyum menutup mata.
N. VIII (acusticus) : klien dapat mendengar bisikan perawat.
N. X (vagus) : gerakan ufula simetris saat klien mengatakan kata “ah”
N. XI (assesorius) : klien dapat melawan tahanan pada saat menoleh kesamping dan
mengangkat bahu.
N. XII (hypoglosus) : klien dapat menelan, klien dapat mengerluarkan dan memasukkan
lidah.
j. Fungsi motorik
Massa otot : Tidak terjadi atropi.
Tonus otot : Klien mengalami kesulitan untuk mengerakkan otot tangan dan kaki.
Kekuatan otot : 4 4
44
k. Fungsi sensorik
Klien dapat merasakan suhu panas dan dingin serta dapat merasakan rangsangan nyeri.
l. Fungsi cerebelum
Koordinasi baik dengan test telunjuk hidung.
m. Refleks
Ekstremitas atas ( ++ ).
Ekstermitas bawah ( ++ ).
n. Test meningen
Klien tidak mengalami kekakuan / kaku kuduk (-)
o. Sistem muskuloskeletal
Bentuk kepala normochepal, tidak ada kekakuan pada sendi tidak ada nyeri, tapi pada saat
bergerak klien lemas. Klien tidak dapat berjalan hanya duduk dan berbaring di tempat tidur.
p. Sistem integumen
Rambut warna hitam merata diseruluh bagian kepala, kulit teraba hangat, turgor kulit baik,
warna kuku merah muda, bentuk kuku normal dan bersih.
q. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada odema. sekresi urine berlebih terkadang air
seni dikelilingi semut.
r. Sistem perkemihan
Tidak ada edema palpebra, wajah tidak ada moonface, tidak ada dysuria dan penyakit
hubungan seksual.
s. Sistem reproduksi
Belum dikaji
t. Sistem imun
Klien tidak alergi terhadap cuaca, debu, bulu binatang maupun zat kimia.
- tonus otot : klien mengalami kesulitan untuk menggerakkan otot tangan dan kaki/terjadi
kelemahan otot,
Kekuatan otot : 4 4
44
- Klien hanya berbaring ditempat tidur
- Aktivitas klien di bantu istrinya dan perawat
4.
3.
4.
DS: “ Saya tadi malam kurang tidur karna kepala saya pusing”
DO:
- klien tidur ± 4 -5 jam perhari
- mata merah
- Klien terlihat mengantuk
- Kepala klien pusing skala nyeri 6 sedang
Kelemahan fisik
Hiperglikemia
Pemecahan lemak
Ketoasidosis
Mual muntah
Intake inadekuat
Nyeri
Merangsang RAS
Otak siaga
sadar
Hospitalisasi
Kurang pengetahuan
3
4
Klien akan dapat melakukan mobilitas secara mandiri pada tgl 18 Agustus 2010 dengan
kriteria hasil:
S : klien me-
laporkan peningkatan melakukan aktivitas sederhana sendiri (makan dan minum)
O : Klien dapat beraktivitas walaupun di atas tempat tidur
- massa otot : normal
Klien akan dapat menunjukkan masukan nutrisi yang adekuat dalam waktu
1 X 24 jam dengan KH:
S : Klien dapat
melaporkan
nafsu makan
meningkat
O:- Klien dapat
Menghabiskan
Semua porsi
makanan
yang diberikan
- periksa GDS
BB meningkat
Klien akan dapat menunjukkan pola tidur adekuat dalam waktu 1x24 jam dengan kriteria
hasil :
S: Klien Me-
laporkan
peningkatan
kualitas
tidurnya
O : - Klien tenang
- Wajah klien rileks
- Tidak terdapat lingkaran hitam dibawah mata
- Klien tidur kurang lebih 6-8 jam perhari
Klien akan dapat mengungkapkan pemahaman ttg penyakitnya pada tgl 19/08/10 dengan
kreteria hasil :
S: Klien men-
gatakan bahwa
klien sudah
mengerti apa
yang telah
disampaikan
O: -klien mengerti
tentang
penyakitnya
- klien tidak
bertanya-
Tanya lagi
1.1 Diskusikan dengan pasien akan kebutuhan aktifitas
1.4.Diskusikan cara menghemat energi ketika ke kamar mandi atau berpindah tempat.
1.5.Tingkatkan partisipasi dalam melakukan aktivitas sehari – hari
3.5.Jelaskan tentang
kebutuhan tidur
3.1Untuk mengetahui
pola tidur klien
3.2.Agar klien mudah
tertidur
3.3.Lingkungan yang
tenang membuat
klien mudah
beristirahat
3.4.Kenyamanan akan
meningkatkan
keinginan untuk
tidur
3.5.Mempermudah
bekerja sama
dengan klien dalam
proses perawatan
4.3.Kesadaran ttg pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan
makan.
1
2.
3.
12.00
09.00
10.20
10.30
12.00
12.30
13.00
14.00
09.05
10.00
11.30
12.00
09.00
12.30
13.00
13.10
14.00
Kamis, 19 Agustus 2010
07.30
09.00
10.00
11.00
12.10
12.30
13..00
13.15
13.30
14.00
I
II
III
IV
II
III
IV
I
II
III
IV
1.Diskusikan dengan pasien akan kebutuhan aktifitas
4.Diskusikan cara menghemat energi ketika ke kamar mandi atau berpindah tempat.
5.Meningkatkan partisipasi dalam melakukan aktivitas sehari – hari
3.Diskusikan bersama tentang rencana diet penggunaan makanan tinggi serat dan cara untuk
melakukan makan di luar rumah
4.Berikan penjelasan tentang penyakit klien
5.gunakan untuk membantu dalam penjelasan, seperti lembar balik, poster
4.Mendiskusikan cara menghemat energi ketika ke kamar mandi atau berpindah tempat.
5.Tingkatkan partisipasi dalam melakukan aktivitas sehari – hari
4.Mendiskusikan cara menghemat energi ketika ke kamar mandi atau berpindah tempat.
5.Meningkatkan partisipasi dalam melakukan aktivitas sehari – hari
2.Menciptakan lingkungan saling percaya mendengarkan penuh perhatian, selalu ada untuk
perasaan
3.Mendiskusikan bersama tentang rencana diet penggunaan makanan tinggi serat dan cara
untuk melakukan makan di luar rumah
4.Memberikan penjelasan tentang penyakit klien
5.Menggunakan untuk membantu dalam penjelasan, seperti lembar balik, poster
- kurangi aktivitas yang menguras energi yang terlalu banyak seperti berjalan
- Membatasi aktivitas klien agar tidak kelelahan
- BB : 69 kg
- Klien mengikuti anjuran perawat
- BB : 69 kg
- Klien mengikuti anjuran perawat
- Klien tidur kurang lebih 5 jam tadi malam, klien sering terbangun saat tidur
- Klien tidur siang kurang lebih 1 jam
- Klien mengurangi aktivitas yang menguras energi seperti mandi dan berpindah tempat
- BB : 69 kg
- Klien mengikuti anjuran perawat
- Klien masih makan ½ porsi yang telah di sediakan
- Klien makan selagi hangat
- Klien merasa nafsu makannya ada
- Klien tidur 6 – 7 jam dan klien tadi malam tidurnya nyenyak sekali
- Memberlakukan jam besuk
- Klien dapat tidur dengan nyaman dan tenang
2
3
4.
1.
2
3.
4.
2
3
Selasa,17 Agustus 2010
Kamis,19
Agustus 2010
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
S:
O:
A:
P:
S:
O:
A:
P:
S:
O:
A:
P:
S:
O:
A:
P:
S:
O:
A:
P:
S:
O:
A:
P:
S:
O:
A:
P:
S:
O:
A:
P:
S:
O:
A:
P:
S:
O:
A:
P:
S:
O:
A:
P:
Lanjutkan intervensi :
1. Timbang BB setiap hari atau sesuai indikasi
2. anjurkan klien makan dg porsi kecil tapi sering
secara bertahap
3. anjurkan makan selagi masih hangat
4. Identifikasi makanan yang disukai / dikehendaki
klien
5. Berkolaborasi dengan pemeriksaan gula darah
BAB 5
PEMBAHASAN
Pada Bab ini penulis akan menguraikan pembahasan kasus yang dilaporkan dan akan
membandingan hasil tinjauan kasus pada klien Diabetes Melitus Laseratum dengan tinjauan
kepustakaan yang ada. Pengamatan kasus ini merupakan kenyataan yang terjadi pada klien
dengan Diabetes Melitus sedangkan tinjauan kepustakaan merupakan konsep dasar dari teori
asuhan keperawatan pada klien Diabetes Melitus.
Pembahasan ini menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi lima tahap yaitu
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
5.1 Pengkajian
Pada pengkajian fisik secara teori sistem aktivitas dan istirahat ditemukan letargi atau koma
namun pada saat pengkajian secara tinjauan kasus tidak ditemukan pada Tn. A, klien hanya
mengalami kesulitan aktivitas dan status kesadaran compus mentis dikarenakan tingkat
keparahan penyakit pada klien belum terlalu parah.
Pada pengkajian fisik secara teori sistem sirkulasi ditemukan takikardia namun pada saat
pengkajian secara tinjauan kasus tidak ditemukan pada Tn. A karena kondisi Tn. A belum
terlalu parah dan aktivitas klien hanya ditempat tidur sehingga aktivitas jantung tidak terlalu
berat
Pada pengkajian fisik secara teori sistem sirkulasi ditemukan hipertensi namun pada saat
pengkajian secara tinjauan kasus tidak ditemukan pada Tn. A dikarenakan klien sering
mengkonsumsi air putih dan adanya terapi cairan sehingga cairan dalam darah klien tidak
mengakibatkan terjadinya hipertensi.
Pada pengkajian fisik secara teori sistem Neurosensori ditemukan nyeri kepala namun pada
saat pengkajian secara tinjauan kasus ditemukan pada klien dikarenakan adanya peningkatan
vaskularisasi serebral sehingga terjadi nyeri kepala tersebut mencakup keluhan pusing atau
vertigo, gangguan penglihatan, dan kelemahan ( Brunner & suddarth, 2002 )
Pada pengkajian fisik secara teori sistem neurosensori ditemukan gangguan penglihatan
namun pada saat pengkajian secara tinjauan kasus tidak ditemukan pada Tn. A, dikarenakan
belum terjadi gangguan pada retina yang membuat klien dapat mengalami gangguan
penglihatan.Mikrovaskuler ditandai oleh penebalan membran basalis mengelilingi sel – sel
endotel kapiler dalam pembuluh darah kecil pada retina mata, retina merupakan bagian mata
yang menerima bayangan dan mengirimkan informasi ke otak. ( Pery & potter, 2005 )
Pada pengkajian fisik secara teori keamanan ditemukan ulkus kulit namun pada saat
pengkajian scara tinjauan kasus tidak ditemukan pada Tn. A dikarnakan belum terjadi
gangguan kulit atau belum terjadinya proses infeksi. Adanya neuropati diabetikum akan
menyebabkan seorang pendetita diabetes mellitus kurang/ tidak merasakan adanya trauma
baik mekanis, lesi atau uiserasi yang kemudian mikrooganisme menyebabkan infeksi atau
gangren yang akan menyebabkan penurunan sensasi ( rasa raba, panas, dingin ,nyeri ) .
Guyton & Hall, 2000 )
Tidak menutup kemungkinan semua tanda dan gejala yang terdapat dalam teori akan
ditemukan juga pada Tn. A karena pada setiap penderita Diabetes Mellitus dapat mengalami
komplikasi.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Tn. A dengan Diabetes Melitus didapatkan 4
(empat) diagnosa, hal ini disebabkan kurangnya data yang muncul dibandingkan data yang
seharusnya ada pada setiap kasus Diabetes Melitus. Adapun diagnosa yang dapat di tegakkan
pada Tn. A adalah :
a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakcukupan insulin (penurunan ambilan dan
penggunaan glukosa oleh jaringan mengakibatkan peningkatan metabolisme protein/lemak)
b. Kelelahan berhubungan penurunan produksi energi metabolik
c. Gangguan pola tidur b/d nyeri pusing pada kepala.
d. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya b/d kurang terpaparnya informasi.
Setelah membandingkan antara diagnosa keperawatan pada tinjauan teori dengan diagnosa
keperawatan yang penulis angkat pada Tn. A dengan Diabetes Melitus di Ruang Ulin Rumah
Sakit Islam Samarinda, maka didapat kesenjangan yaitu ada 4 3 diagnosa yang tidak
ditemukan pada Tn. A dengan Diabetes Melitus yaitu antara lain :
Diagnosa keperawatan pada tinjauan teori klien dengan diabetes mellitus ialah Kekurangan
volume cairan namun pada tinjauan kasus tidak dapat ditegakkan dikarenakan data yang
menunjang untuk ditegakkannya diagnosa tersebut seperti penurunan tekanan darah, turgor
kulit yang jelek, dan membran mukosa yang kering tidak,takikardi.( marilynn E. Doenges.
1999).
Diagnosa keperawatan pada tinjauan teori klien dengan diabetes mellitus ialah perubahan
sensori perseptual namun pada tinjauan kasus tidak dapat ditegakkan dikarenakan klien masih
dalam keadaan sadar secara compos mentis dan tidak mengalami kerusakan sensori.
Diagnosa yang timbul pada waktu pengkajian ialah Gangguan pola tidur berhubungan dengan
kurang dari kebutuhan tubuh sehingga klien kesulitan untuk tidur karena klien merasakan
nyeri sakit kepala kemudian menstimulus pada jaringan proses ini disebut transduksi/ aktivis
reseptor selanjutnya ditransmisikan menuju susunan saraf pusat yang berhubungan dengan
nyeri (ilmu penyakit dalam,edisi IV )
Diagnosa dari kenyataan yang ada di tinjauan teori tidak mutlak sama dengan kasus yang
ditemukan di lahan praktik, hal ini sesuai dengan berat ringannya suatu penyakit dan daya
tahan tubuh penderita khususnya pada penderita Diabetes Mellitus yang sedang dibahas.
5.3 Perencanaan
Perencanaan merupakan tahap yang penting dalam proses keperawatan karena akan
menentukan dalam keberhasilan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, dalam
menentukan prioritas masalah pada klien Tn A. Berdasarkan keadaan klien dan merujuk pada
Hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow, tujuan asuhan keperawatan pada klien Tn A
yang penulis tetapkan pada masing-masing diagnosa keperawatan adalah berdasarkan
penyakit yang sedang dialami klien, dalam menetapkan rencana tindakan penulis merujuk
pada teori yang relevan dan disesuaikan dengan situasi serta kondisi klien.
Pada diagnosa kelelahan berhubungan penurunan produksi energi metabolic kurang energi
yang berlebihan ketidakmampuan mempertahankan rutinitas biasanya. .( marilynn E.
Doenges. 1999).
Pada diagnosa perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh intervensi yang di buat
yaitu mengkaji status nutrisi, menganjurkan makan sedikit tapi sering secara, menganjurkan
makan selagi masih hangat.
Pada diagnosa keperawatan Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang dari kebutuhan
tubuh: semua intervensi yang ada pada teori ditulis
5.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien Vulnus laseratum mengacu pada rencana
keperawatan Doenges, ME (2000) berdasarkan diagnosa yang diangkat sedangkan dalam
pelaksanaan tindakan pada kasus klien Tn A semua juga telah mengacu pada teori.
Dalam pelaksanaan tindakan perawatan ini penulis menemukan beberapa faktor penunjang
diantaranya adalah respon klien yang baik, keluarga bersikap kooperatif dan terbuka, mudah
menerima saran perawat, serta tanggapan yang baik dari dokter dan perawat ruangan kepada
penulis dalam memberikan informasi yang berhubungan dengan klien.
5.5 Evaluasi
Evaluasi adalah akhir proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai hasil akhir dari
keseluruhan tindakan keperawatan, baik berupa evaluasi proses maupun evaluasi hasil .
Hasil akhir yang diharapkan dari pasien Diabetes Melitus pada teori Doenges, ME (2000)
yaitu komplikasi dapat dicegah/minimal, lemas berkurang, kurang pengetahuan pada
pasien/keluarga dapat berkurang atau teratasi.
Sedangkan dalam kasus Tn A dari empat diagnosa keperawatan yang penulis temukan pada
klien Tn A dengan pasien Diabetes Melitus, setelah dilakukan evaluasi seluruh diagnosa
hasilnya sesuai dengan batasan waktu pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Pada diagnosa kelelahan belum teratasi di karenakan klien masih menunjukkan tanda-tanda
kelelahan seperti badan lemah, aktivitas masih dibantu keluarga dan juga klien masih belum
nafsu makan sehingga energi untuk aktivitas klien belum maksimal
Kemudian pada diagnosa kedua, juga belum teratasi karena klien masih kurang nafsu makan,
berat badan belum dalam batas normal di tambah waktu perawatan yang dilakukan penulis
hanya 3 hari, sehingga perawatan tidak maksimal.
Pada diagnosa ke 3 dapat teratasi yaitu kurang tidur teratasi pada tanggal 19 Agustus dengan
analisa data : pola tidur 6 – 8 jam/hari, Klien tidak mengantuk , klien rileks. Sehingga
istirahat/tidur klien sesuai kebutuhan tubuh.
Pada diagnosa keempat, hambatan yang ditemukan oleh perawat dalam tahap evaluasi yaitu
pertanyaan yang diajukan perawat banyak yang dijawab oleh keluarga sedangkan klien
banyak menjawab dengan jawaban singkat (ya / tidak) sehingga penulis tidak jelas dalam
respon subyektif klien.
BAB 6
PENUTUP
Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut :
6.1 Simpulan
Setelah melakukan Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan Diabetes melitus dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang mencakup pengkajian, perumusan
diagnose keperawatan, perencanaaan, penatalaksanaan keperawatan serta evaluasi maka
penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
Pengkajian telah dilakukan pada klien Tn. A dengan Diabetes Mellitus melalui tahap
pengkajian data terdiri dari data demografi, keluhan utama, riwayat penyakit, riwayat
psikososial, riwayat spiritual, pemeriksaan fisik persistem, aktivitas sehari – hari,
mengklasifikasi data dan menganalisa data.
a. Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada Tn. A dengan Diabetes Mellitus disesuaikan
dengan teori dan kondisi klien pada saat itu berjumlah 4 diagnosa keperawatan yaitu: (1)
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, (2) kelelahan, (3) Gangguan pola tidur, (4) Kurang
pengetahuan
b. Pada intervensi atau rencana tindakan pada Tn. A dengan diabetes mellitus, adalah rencana
tindakan atau intervensi yang dibuat berdasarkan dari diagnosa keperawatan yang muncul.
c. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan diabetes mellitus dilakukan
sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat dan dalam melakukan perawatan
membutuhkan perawatan yang baik untuk menghindari terjadinya komplikasi.
d. Evaluasi SOAP terhadap proses yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan dan
kondisi klien
e. Setelah melakukan proses keperawatan selanjutnya adalah pendokumentasian yang
meliputi serangkaian proses keperawatan
6.2 Saran
Saran-saran yang penulis berikan untuk perbaikan dalam meningkatkan mutu asuhan
keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus adalah sebagai berikut :
a. Bagi ilmu pengetahuan ( Akademik dan Ilmiah )
Dapat menambah literatur yang ada diperpustakaan mengenai buku-buku penunjang terutama
buku mengenai tentang Diabetes melitus
b. Bagi Ilmu pengetahuan dan Teknologi
Dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama tentang masalah Diabetes
Melitus
c. Pelayanan kesehatan masyarakat dan klien
Dapat meningkatkan pengetahuan keluarga klien terhadap cara perawatan setelah pulang
kerumah terutama tentang Diabetes Melitus.
2 komentar:
1.
Balas
2.
Balas
Halaman
JUDUL
POST SECTIO CESAREA
Anggota
Arsip Blog
▼ 2010 (5)
o ▼ September (2)
asuhan keperawatan yarsi samarinda: KTI DM
KTI DM
o ► Agustus (3)
data saya
sumad dza
samarinda, kalimantan timur, Indonesia
perawat ramah, baek hati, tidak sombong dan rajin menabung...
Lihat profil lengkapku
sumad dza. Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.