You are on page 1of 20

PRESENTASI KASUS

GLAUKOMA AKUT

Disusun Oleh :
Inneke Jasmine
1102009142

Pembimbing :
dr. Amalia Yuli L.S Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT
GATOT SOEBROTO

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 15 APRIL – 20 MEI 2017
LEMBAR PENGESAHAN

HIFEMA

Disusun oleh :

Inneke Jasmine 1102009142

Referat ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu prasyarat mengikuti ujian
Kepanitraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Mata

Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto

Mengetahui Pembimbing Jakarta, April


2017

Dr. Juniati V. Pattiasina, Sp. M


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia
Nya sehingga referat yang berjudul “Hifema” dapat diselesaikan. Referat yang merupakan
salah satu pemenuhan syarat kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit
Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto dan Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
Terima kasih saya ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan referat, terutama dr. Juniati Victoria Pattiasina, Sp.M selaku narasumber yang
telah memberikan saran, bimbingan serta dukungan dalam penyusunan referat ini.
Menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu saya
mengharapkan kritik dan saran sebagai masukan untuk perbaikan demi kesempurnaan referat
ini, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, April 2017

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu di antara sekian banyak penyebab kebutaan, yang sering dijumpai
adalah persentuhan mata dengan benda tumpul, misalnya traumatic hifema. Walaupun
rudapaksa yang mengenai mata tidak selalu merupakan penyebab utama dari kebutaan,
namun merupakan faktor yang cukup sering mengakibatkan hilangnya penglihatan
unilateral. Maka dari itu, masalah rudapaksa pada mata masih menjadi salah satu
masalah yang perlu mendapat perhatian menganggapnya sebagai salah satu ocular
emergencies. Hal ini disebabkan oleh karena masih seringnya timbul komplikasi-
komplikasi yang tidak diinginkan disamping cara perawatan yang terbaik masih
diperdebatkan.

Walaupun mata mempunyai pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita,
kelopak mata dengan bulu matanya, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya
refleks memejam dan mengedip, juga dengan telah dibuatnya macam-macam alat untuk
melindungi mata, tetapi mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar,. Terlebih-
lebih dengan bertambah banyaknya kawasan industri, kecelakan akibat pekerjaan
bertambah pula, juga dengan bertambah ramainya lalu lintas, kecelakaan di jalan raya
bertambah pula, serta kecelakaan mata biasanya terjadi akibat mainan, seperti panahan,
ketapel, senapan angin, atau akibat lemparan, juga tusukan dari gagang mainan. Trauma
dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga
orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga
mengganggu fungsi penglihatan.

Trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan benda yang keras atau benda yang
tidak keras, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras ataupun lambat.
Bila mata terkena benda keras,maka akan terjadi :

 Benda keras yang kecil dan lembut seperti mimis senapan mainan yang tidak
tajam membentur daerah mata dan bila mata dalam keadaan terbuka akan
mengenai kornea yang menimbulkan erosi yaitu lecetnya sel epitel. Pasien akan
merasa kesakitan yang sangat pedih pada mata, penlihatan menurun dan bila
lecet lebih dalam maka dalam penyembuhannya akan terjadi jaringan parut yang
mebekas keputihan di kornea, sehingga penglihatan akan turun.
 Lebih lanjut, benturan yang cukup kuat akan mengakibatkan pembuluh-
pembuluh darah dalam bola mata pecah dan timbul perdarahan dalam bilik
mata, yang biasa tampak dari luar disebut dengan hifema. Akan terasa sakit pada
bola mata yang sertai penglihatan yang menurun. Perlu diketahui pula bahwa
hifema bisa saja terjadi tidak seketika setelah benturan, tetapi akan muncul pada
hari-hari berikutnya sampai hari ke 5.
 Pada keadaan lain bisa saja benda tersebut secara keras membentur skera dan
meskipun hifema tidak terjadi, bisa menyebabkan perdarahan pada retina
dengan segala akibatnya.
 Penggumpalan pada perdarahan dibilik mata, bisa mengakibatkan hifema
sekunder yang juga disertai dengan rasa sakit pada bola mata dan bila tekanan
pada bola mata meninggi akan mengakibatkan rasa mual dan muntah-muntah.
 Akibat dari benturan-benturan keras tadi tidak berhenti disitu saja, bisa juga
terjadi pada bagian iris yang terlepas dari dasarnya dan bila iridodiliasis ini
cukup besar akan dapat mengakibatkan pandangan monoklear yang ganda.
 Sedangkan pada lensa bisa menyebabkan terjadinya katarak traumatika lensa
bisa lepas dari ikatannya dan terjadi luksasi sebagian ataupaun luksasi penuh.
Akibat lanjut dari benturan pada kornea adalah gangguan pada sudut bilik mata
yang lebih dalam , dan pada gilirannya nanti bila terjadi pembentukan jaringan
ikat bisa timbul peninggian tekanan bola mata yang bersangkutan.
 Bisa pula terjadi uveitis yang disertai dengan peninggian tekanan bola mata
yang memerlukan pengobatan yang serius.
 Pada bagian belakang bola mata, gangguan bisa terjadi adalah edema pada
makula yang menyebabkan penglihatan menurun, robekan pada koroid yang
mengakibatkan gangguan atau penurunan penglihatan.
 Bila terjadi robekan pada bagian-bagian mata, maka akibatnya akan lebih buruk
lagi, robekan bagian-bagia mata memerlukan tindakan koreksi bedah dengan
berbagai akibat sampingnya , mulai kornea di depan iris, lensa, badan kaca,
koroid, retina, sklera dan saraf optik.
 Bila benda yang membentur bola mata berukuran besar, misalnya bola tenis,
maka struktur orbita ini terjadi didasar rongga orbita bisa menimbulkan celah
dimana otot-otot mata terjepit dan sehingga gerakan bola mata terhambat dan
pada gilirannya pandangan menjadi ganda karena aksis penglihatan tidak
sejajar lagi. Selain itu juga tampak mata yang cekung.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai kajian keilmuan dalam hal
penyakit mata yaitu hifema, sehingga akhirnya dapat dihasilkan pemahaman materi
secara lebih mendalam dalam rangka menunjang kegiatan praktek di lapangan dengan
pasien.

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah definisi hifema,
klasifikasi hifema, gejala hifema, faktor resiko hifema, diagnosis hifema,
penatalaksanaan serta prognosis hifema.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Mata [1]

Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di
bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat
bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda.

Bola mata dibungkus oleh 3 lapisan jaringan, yaitu:

 Sklera, merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada
mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan
sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk
ke dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar dibandingkan sklera.
 Jaringan uvea, merupakan jaringan vaskuler. Jaringan sklera dan uvea dibatasi
oleh ruang yan potensial yang mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan
pada ruda paksa yang disebut perdarahan suprakhoroid. Jaringan uvea ini terdiri
atas iris, badan siliar, dan khoroid. Pada iris didapatkan pupil, dan oleh 3
susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata. Otot
dilatator dipersarafi oleh parasimpatis. Otot siliar yang terletak di badan siliar
mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi. Badan siliar yang terletak
di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuor humor) yang dikeluarkan
melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris yang dibatasi kornea dan
sklera.
 Retina, terletak paling dalam dan mempunyai susunan sebanyak 10 lapisan yang
merupakan membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi
rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang
potensial antara retina dan khoroid sehingga retina dapat terlepas dari khoroid
yang disebut ablasi retina. Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan
bersifat gelatin yang hanya menempel pada papil saraf optik, makula dan pars
plana. Bila terdapat jaringan ikat di dalam badan kaca disertai dengan tarikan
pada retina, maka retina akan robek dan akan terjadi ablasi retina. Lensa terletak
di belakang pupil yang dipegang di daerah akuatornya pada badan siliar melalui
zonula zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada akomodasi atau melihat
dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula lutea. Terdapat 6 otot
penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal yang terletak di daerah
temporal atas di dalam rongga orbita. Sistem sekresi air mata atau lakrimal
terletak di daerah temporal bola mata. Sistem ekskresi dimulai pada punctum
lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus nasolakrimal, dan meatus
inferior

Untuk bisa mempelajari dan memahami mengenai anatomi mata, ada baiknya
kita lihat penampang melintang dari mata kita.

 Ini adalah potongan melintang dari anatomi mata. Dapat kita baca di sini
ternyata ada banyak sekali bagian-bagian dari bola mata itu, mulai dari; kornea,
iris,pupil, lensa, badan siliaris, cairan aquous humour, cairan vitreous
humour, retina, sclera dan nervus optikus.
 Setiap bagian dari mata ini mempunyai fungsi dan kegunaan yang berbeda-beda
sesuai dengan tempatnya.
1. Sklera
 Sklera dikenal juga sebagai putih mata, merupakan 5/6 dinding luar bola mata
dengan ketebalan sekitar 1 mm. Sklera mempunyai struktur jaringan fibrosa
yang kuat sehingga mampu mempertahankan bentuk bola mata dan
mempertahankan jaringan-jaringan halus pada mata. Pada anak-anak, sklera
akan terlihat berwarna biru sedangkan pada orang dewasa akan terlihat seperti
warna kuning.
2. Konjungtiva
 Konjungtiva adalah membrana mukosa (selaput lendir) yang melapisi kelopak
& melipat ke bola mata untuk melapisi bagian depan bola mata sampai limbus.
Konjungtiva ada 2, yaitu konjungtiva palpebra (melapisi kelopak) dan
konjungtiva bulbi (menutupi bagian depan bola mata). Fungsi konjungtiva:
memberikan perlindungan pada sklera dan memberi pelumasan pada bola mata.
Konjungtiva mengandung banyak sekali pembuluh darah.
3. Kornea
 Kornea adalah jaringan bening, avaskular, yang membentuk 1/6 bagian depan
bola mata, dan mempunyai diameter 11mm. Kornea merupakan kelanjutan dari
sklera.
4. Lensa
 Lensa terletak di depan badan kaca dan di belakang iris. Merupakan bangunan
lunak, bening, dan bikonveks (cembung), yang dilapisi oleh kapsul tipis yang
homogen. Titik pusat permukan anterior dan posterior disebut polus anterior &
polus posterior, garis yg melewati kedua polus disebut sumbu (aksis). Lensa
dibungkus suatu kapsul, yang merupakan membran bening yg menutup lensa
dengan erat dan tebal pada permukaan anterior. Fungsi dari kapsul ini adalah
untuk mengubah bentuk lensa dan melindungi dr badan kaca dan humor akuos.
Lensa berperan penting pd pembiasan cahaya.
5. Iris
 Iris terdiri dari otot
polos yang tersusun
sirkuler dan radier. Otot
sirkuler bila kontraksi
akan mengecilkan
pupil, dirangsang oleh
cahaya sehingga
melindungi retina
terhadap cahaya yang
sangat kuat. Otot radier dari tepi pupil, bila kontraksi menyebabkan dilatasi
pupil. Bila cahaya lemah, otot radier akan kontraksi, shg pupil dilatasi utk
memasukkan cahaya lebih banyak. Fungsi iris: mengatur jml cahaya yang
masuk ke mata dan dikendalikan oleh saraf otonom.
6. Badan siliar
 Badan siliar menghubungkan koroid dengan iris. Tersusun dalam lipatan-
lipatan yang berjalan radier ke dalam, menyusun prosesus siliaris yang
mengelilingi tepi lensa. Prosesus ini banyak mengandung pembuluh darah dan
saraf. Badan siliaris ini berfungsi untuk menghasilkan aquous humour.
7. Koroid
 Koroid adalah membran berwarna coklat, yang melapisi permukaan dalam
sklera. Koroid mengandung banyak pembuluh darah dan sel-sel pigmen yang
memberi warna gelap. Fungsi koroid: memberi nutrisi ke retina dan badan kaca,
dan mencegah refleksi internal cahaya.
8. Vitreous Humour dan Aquous Humour
 Tekanan mata dipengaruhi tekanan vitreous humour pada posterior mata dan
aquous humour yang mengisi kamera anterior (bilik depan). Normalnya volume
vitreous humour (badan kaca) adalah tetap.
9. Aquous humour
 Cairan ini bertanggung jawab mengatur tekanan intraokuler. Perubahan
kecepatan masuknya aquous humour ke dalam mata dari prosesus siliaris atau
kecepatan keluarnya humor akuos dari sudut filtrasi akan mempengaruhi
tekanan intraokuler.
10. Vitreous Humour (Badan Kaca)
 Merupakan jaringan albuminosa setengah cair yang bening, yang mengisi ruang
antara lensa dan retina. Cairan ini mengisi 4/5 bagian belakang bola mata dan
mempertahankan bentuk bola mata serta mempertahankan retina untuk
mengadakan aposisi dg koroid. Badan kaca tidak mengandung pembuluh darah
dan hanya mendapat nutrisi dari jaringan sekitarnya.
11. Retina
 Retina merupakan lapisan paling dalam pada mata, merupakan lapisan penerima
cahaya. Retina terdiri dari membran lunak, rapuh, tipis. Tebal dari 0,4 mm dekat
masuknya saraf optikus smpai 0,1 mm pada orra serata. Warna merah ungu
karena adanya rodopsin. Retina mempunyai bintik kuning (makula lutea).
Elemen peka cahaya mengandung sel-sel batang dan kerucut.
 Sel batang untuk intensitas cahaya rendah, sedangkan sel kerucut digunakan
pada penglihatan cahaya terang untuk penglihatan warna. Letak di pusat retina.
Sistemnya adalah dengan mengubah rangsang cahaya mjd impuls listrik yang
berjalan sepanjang serabut saraf sensoris menuju pusat penglihatan di otak.

Pemasok utama orbita dan bagian-bagiannya berasal dari arteri ophtalmica, yaitu cabang besar
pertama arteri karotis interna bagian intrakranial. Cabang ini berjalan di bawah nervus optikus
dan bersamanya melewati kanalis optikus menuju ke orbita. Cabang intraorbital pertama adalah
arteri sentralis retina, yang memasuki nervus optikus sebesar 8-15 mm di belakang bola mata.
Cabang-cabang lain arteri oftalmika adalah arteri lakrimalis, yang memvaskularisasi glandula
lakrimalis dan kelopak mata atas, cabang-cabang muskularis ke berbagai otot orbita, arteri
siliaris posterior longus dan brevis, arteri palpebra medialis ke kedua kelopak mata, dan arteri
supra orbitalis serta supra troklearis.

2.2. Hifema

2.2.1. Definisi Hifema


Hifema adalah akumulasi darah pada kamera okuli anterior pada mata [1]. Hifema dapat
terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Mikrohifema
adalah kata yang digunakan untuk sel darah merah yang bersirkulasi pada aqueous humor di
bilik mata depan, tanpa tampaknya darah secara kasat mata [1]

Hifema

2.2.2. Etiologi
Hifema dapat terjadi akibat trauma tumpul atau laserasi, atau setelah operasi intraocular.
Hifema dapat terjadi secara spontan pada kondisi seperti rubeosis iridis (seperti yang
disebabkan oleh retinopati diabetik, oklusi arteri retina sentral, penyakit oklusi karotis atau
ablasi retina kronik), bercak vascular pada tepi pupil, xantogranuloma juvenil, melanoma iris,
distrofi otot, keratouveitis (seperti herpes zoster), leukemia, hemophilia, trombositopenia, atau
penyakit Von Willebrand. Hifema juga berkaitan dengan penggunaan zat yang dapat
mempengaruhi platelet atau fungsi thrombin (seperti ethanol,aspirin, warfarin). [2]
Koroid dan iris kaya akan pembuluh darah. Pupil dikontrol oleh muskulus iridis, sphincter,
dan dilator. Otot-otot tersebut dapat menjadi ruptur bila terkena trauma tajam ataupun tumpul.
Hal ini merupakan penyebab tersering perdarahan intraokular. Iris dan korpus siliar merupakan
lokasi yang sering terjadi perdarahan pada trauma tumpul. (Sheppard, 2013)

2.2.3 Epidemiologi
Hifema bukan merupakan kelainan intraokular yang jarang terjadi. Insidensi dilaporkan
sebanyak 17-24 kasus per 100.000 populasi. Puncak isnidensi adalah usia dibawah 20 tahun
[3]. Pada suatu studi, rata-rata insidensi tahunan pada laki-laki dan perempuan adalah 20 dan
4 per 100.000 populasi. Mayoritas pasien (80%) dengan hifema disebabkan oleh trauma. [2]
2.2.4 Gambaran Klinik
Pasien akan mengeluh sakit, disertai dengan epifora dan blefarospasme. Penglihatan
pasien akan sangat menurun. Bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul di bagian
bawah bilik mata depan dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Kadang-
kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis. [4]
Bila ditemukan kasus hifema, sebaiknya dilakukan pemeriksaan secara teliti keadaan mata
luar. Hal ini penting karenamungkin saja pada riwayat trauma tumpul akan ditemukan kelainan
berupa kelainan trauma tembus seperti [5] :
a. Laserasi kelopak
b. Ekimosis
c. Proptosis
d. Enoftalmos
e. Fraktura yang disertai gangguan pada gerakan mata

Kadang-kadang bila menemukan kelainan berupa defek epitel, edem kornea dan imbibisi
kornea bila hifema sudah terjadi lebih dari 5 hari. Ditemukan darah dalam bilik mata depan.
Kadang-kadang pada iris dapat terlihat iridodialisis atau robekan iris. Akibat trauma yang
merupakan penyebab hifema mungkin lensa tidak berada ditempatnya lagi atau telah terjadi
dislokasi lensa atau luksasi lensa. [5]

Pada hifema sebaiknya dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata untuk mengetahui
apakah sudah terjadi peninggian tekanan bola mata. [4, 5]

Pemeriksaan funduskopi diperlukan untuk mengetahui akibat trauma pada segmen


posterior bola mata. Kadang-kadang pemeriksaan ini tidak mungkin karena terdapat darah pada
mediapenglihatan. Pada funduskopi kadang-kadang terlihat darah dalam badan kaca. [5]

2.2.5 Klasifikasi
Hifema diklasifikasikan berdasarkan jumlah darah pada bilik mata depan yaitu [1]:
a. Stadium 1: darah memenuhi < 1/3 bilik mata depan
b. Stadium 2: darah memenuhi 1/3-1/2 bilik mata depan
c. Stadium 3: darah memenuhi ½ hingga hampir seluruh bilik mata depan
d. Stadium 4: darah memenuhi seluruh bilik mata depan, yang dikenal dengan black ball
atau 8-ball hyphema.

Klasifikasi Hifema

2.2.6 Tatalaksana

Pada dasarnya pengobatan hifema ditujukan untuk [5] :

a. Menghentikan perdarahan atau mencegah perdarahan ulang


b. Mengeluarkan darah dari bilik mata depan
c. Mengendalikan tekanan bola mata
d. Mencegah terjadinya imbibisi kornea
e. Mengobati uveitis bila terjadi akibat hifema
f. Menemukan sedini mungkin penyulit yang mungkin terjadi
Pasien dianjurkan untuk tidur ditempat tidur dengan kepala sedikit terangkat, dan
membentuk sudut 60 derajat. Pada penderita yang gelisah dapat diberi sedatif. Bila terdapat
rasa sakit diberi analgesik atau asetazolamid bila sakit pada kepala akibat bola mata naik [5]

Bila tekanan intraokular tidak bisa dikontrol, pengobatan sistemik dapat diberikan seperti
asetazolamid 20 mg/kg/hari dapat diberikan dengan 4 dosis terbagi untuk tekanna intraokular
lebih dari 22. Agen osmotik seperti manitol dapat diberikan untuk tekanan intraocular lebih
dari 35 mmHg. Manitol diberikan secara intravena 1,5g/kg dalam 10% larutan dalam 45 menit.
Manitol dapat diberikan 2 kali sehari atau setiap 8 jam pada pasien dengan tekanan yang sangat
tinggi untuk menjaga tekanan intraocular dibawah 35 mmHg. (Sheppard, 2013)

Pada beberapa studi, agen antifibrinolitik (asam traneksamat dan asam aminocaproat)
secara signifikan menurunkan kadar perdarahan sekunder setelah hifema traumatik dan dapat
memperlambat resorpsi bekuan darah. Agen antifibrinolitik bekerja dengan menghambat
digesti bekuan fibrin atau menghambat pengubahan plasminogen menjadi plasmin sehingga
bekuan darah menjadi stabil, mencegah terjadinya perdarahan sekunder hingga pembuluh
darah permanen mulai berfungsi. [2]

Trauma dapat menyebabkan gangguan pada blood-ocular barrier yang menyebabkan


difusi protein plasma pada bilik mata depan termasuk plasminogen yang dapat meningkatkan
risiko perdarahan sekunder. Dengan menstabilkan blood-ocular barrier dan secara langsung
menghambat fibrinolisis, kortikosteroid dapat mengurangi risiko perdarahan sekunder [2].
Tindakan pembedahan parasentese dilakukan bila terlihat tanda-tanda imbibisi kornea,
glaukoma, hifema penuh dan berwarna hitam atau bila darah setelah 5 hari tidak
memperlihatkan tanda-tanda berkurang. [5]

Parasentesis merupakan tindakan pembedahan dengan mengeluarkan darah atau nanah


dari bilik mata depan, dengan teknik sebagai berikut: dibuat insisis kornea 2 mm dari limbus
kearah kornea yang sejajar dengan permukaan iris. Biasanya dilakukan penekanan pada bibir
luka maka koagulum dari bilik mata depan keluar. Bila darah tidak keluar seluruhnya maka
bilik mata depan dibilas dengan garam fisiologik. [4]

Untuk mencegah atrofi papil saraf optik dilakukan pembedahan bila [5] :

a. Tekanan bola mata maksimal > 50 mmHg selama 5 hari


b. Tekanan bola mata maksimal > 35 mmHg selama 7 hari
Untuk mencegah imbibisi kornea dilakukan pembedahan bila (Ilyas, 2009)

a. Tekanan bola mata rata-rata > 25 mmHg selama 6 hari


b. Bila terlihat tanda-tanda dini imbibisi kornea

Untuk mencegah sinekia anterior perifer dilakukan pembedahan bila (Ilyas, 2009):

a. Hifema total bertahan selama 5 hari


b. Hifema difus bertahan selama 9 hari

2.2.7 Komplikasi
Prognosis visual dan komplikasi biasanya buruk pada hifema total dibanding dengan
hifema subtotal. Pemulihan tajam penglihatan (lebih dari 20/50) pada pembersihan hifema
terjadi pada 104/137 (76%) pasien, tetapi pada total hifema, pemulihan tajam penglihatan
terjadi hanya pada 7/20 (35%) pasien. [2]
a. Peningkatan Tekanan Intraokular
Sekitar 1/3 pasien hifema menunjukkan peningkatan tekanan intraokular. Pada
hifema traumatik, tekanan intraocular dapat terjadi akibat: a. oklusi anyaman trabekular
oleh bekuan darah b. penutupan pupil akibat bekuan darah baik pada bilik mata depan dan
belakang.

b. Sinekia Anterior Perifer


Hifema persisten lebih dari 1 minggu dapat menyebabkan pembentukan sinekia
anterior perifer. Insidensi dari sinekia anterior perifer meningkat dengan ukuran dan durasi
hifema lebih dari 8 hari. Pembentukan sinekia merupakan hasil dari inflamasi atau
pembentukan bekuan darah. [2]

c. Atrofi Diskus Optik


Pada hifema traumatik, atrofi diskus optik dapat terjadi akibat peningkatan tekanan
intraokular. Atau karena kontusi nervus optikus. Pada studi prospektif, 8/137 pasien
memiliki atrofi diskus optik yang dicirikan dengan pucatnya papil tanpa glaucomatous
cupping.

d. Imbibisi Kornea
Insidensi imbibisi kornea yang berkaitan dengan trauma berkisar antara 2-11%.
Imbibisi kornea dapat terjadi pada hifema dalam area yang luas, perdarahan sekunder,
durasi bekuan darah yang panjang, dan disfungsi endotel kornea. [2]

Imbibisi Kornea
Imbibisi kornea dapat menyebabkan penurunan tajam penglihatan setelah resolusi
hifema dan dapat menyebabkan ambliopia deprivasi pada anak-anak. (Walton et al., 2002)
Tanda awal imbibisi kornea adalah warna kuning pada stroma, yang dapat dilihat
pada cahaya yang direfleksikan pada permukaan bekuan darah di bilik mata depan. [2]

e. Perdarahan Sekunder
Perdarahan sekunder terjadi jika peningkatan ukuran hifema, jika ditemukan lapisan
darah segar diatas permukaan lama, bekuan darah yang lebih gelap pada bilik mata depan.
Hifema total yang sering terlihat berwarna merah gelap, dapat menjadi merah terang pada
bekuan darah perifer ketika bekuan mulai hilang. Perubahan warna ini disebabkan oleh
lisis bekuan darah dan harus dibedakan dari perdarahan sekunder. Perdarahan sekunder
dapat menyebabkan peningkatan ukuran hifema sehingga dapat terkait dengan
peningkatan tekanan intraocular, imbibisi korna, atrofi optik, dan sinekia anterior perifer.
[2]

2.2.8 Prognosis [5]


Dikatakan bahwa prognosis hifema bergantung pada jumlah darah di dalam bilik mata
depan. Bila darah sedikit dalam bilik mata, maka darah ini akan hilang dan jernih dengan
sempurna. Sedang bila darah lebih dari setengah tingginya bilik mata depan, maka prognosis
buruk dan akan disertai dengan beberapa penyulit. Hifema yang penuh di dalam bilik mata
depan akan memberikan prognosis lebih buruk dibanding hifema sebagian.
Pada hifema akibat trauma bila terjadi kemunduran tajam penglihatan dapat dipikirkan
kemungkinan adanya kerusakan langsung pada mata akibat trauma tersebut, seperti luksasi
lensa, ablasi retina dan edema makula.
Hifema sekunder yang terjadi pada hari ke 5-7 sesudah trauma biasanya lebih masif
dibanding hifema primer dan dapat memberikan rasa sakit sekali.
Dapat terjadi keadaan yang disebut sebagai hemoftalmitis atau peradangan intraocular
akibat adanya darah yang penuh didalam bola mata. Dapat juga terjadi siderosis akibat
hemoglobin atau siderin tersebar dan diikat oleh jaringan mata.
Penyulit lain hifema :
a. Glaukoma sekunder : terutama pada hifema total, terjadi akibat reses sudut pada 10%
kasus kontusi.
b. Gejala hifema sekunder: timbul rasa sakit baru pada mata, hifema segar baru di dalam
bilik mata depan, terlihat garis darah mengalir pada iris.
BAB III

KESIMPULAN

Hifema adalah suatu keadaan di mana di dalam bilik mata depan ditemukan darah.
Darah dalam bilik mata depan ini dapat mengisi seluruh bilik mata depan atau hanya mengisi
bagian bawah bilik mata depan.

Hifema dapat terjadi akibat trauma tembus ataupun trauma tumpul, dapat juga
perdarahan terjadi spontan akibat pembuluh darah iris ataupun badan siliar yang pecah.

Klasifikasi hifema berdasarkan jumlah darah dalam bilik mata depan yaitu stadium 1:
darah memenuhi < 1/3 bilik mata depan, stadium 2: darah memenuhi 1/3-1/2 bilik mata depan,
stadium 3: darah memenuhi ½ hingga hampir seluruh bilik mata depan, stadium 4: darah
memenuhi seluruh bilik mata depan, yang dikenal dengan black ball atau 8-ball hyphema.

Hifema ditatalaksana dengan tirah baring posisi 30°-60°, pemberian agen


antifibrinolitik, steroid, agen yang menurunkan tekanan intraoular, dan parasentesis apabila
terdapat indikasi seperti darah tidak direabsorbsi setelah 5 hari, atau terjadi peningkatan
tekanan intraokular yang menetap.
DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan DG, Taylor A,Paul RE.2000. Oftalmologi Umum.Jakarta : Widya medika.

2. Balatay A., Ibrahim HR., 2008. Traumatic hyphema: a study of 40 cases. Iraq: Dohuk
Medical Journal Vol 2 No 1 : 117-126
3. Ilyas S. 2011. Ilmu Penyakit Mata edisi keempat. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
4. Ilyas, Sidarta. 2009. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
5. Khan BS., Hussain I., Nawaz A., 2007. Management of Traumatic Hyphema With
Raised Intraocular Pressure. Peshawar: Pak Journal of Ophtalmology Vol 23 No 4 : 217
-20
6. Walton W., Hagen SV., Grigorian R., Zabin M., 2002. Management of Traumatic
Hyphema. USA: Survey of Ophtalmology Vol 47 No 4 : 297 - 334

7. Sheppard, JD. 2013. Hifema pada www.emedicine.medscape.com diakses pada tanggal


22 April 2017.

You might also like