Professional Documents
Culture Documents
KARDIOVASKULER
KELOMPOK 7 ( IPUH )
1. SUARNI SARAGIH
2. ROSMA SIHOMBING
3. DESMIYANTI
4. LIMARCE PENTASTI
5. YENI LESTARI
6. MIELDA SUSANTI
7. EMILIANA
8. ANDRIA
9. SUMARNI
10. RENI HERWANI
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT,karena berkat rahmat dan
karuniaNya,penulis diberikan kesehatan dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan
makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.yang mana makalah ini
penulis beri judul “Gangguan sistem kardiovaskuler”.
Dalam penyusunan makalah ini penulis medapatkan banyak tantangan dan
hambatan, akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak baik berupa masukan
materi bahan makalah maupun dorongan semangat,masalah tersebut dapat
teratasi.Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi.Mengingatakan kemampuan
yang dimiliki penulis, untuk itu penulis mengharapkan sekali adanya kritikan dan
saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Penulis berharap sekali semoga makalah ini dapat bermanfaat da nmanjadi
sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan,khususnya bagi penulis sendiri
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.Amiin.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Penatalaksanaan
Pasien perlu dirawat dan istirahat total selama 2 sampai 6 minggu
sampai infeksi teratasi. Untuk menurunkan demam, diberikan antibiotika
piretika. Bila terjadi gagal jantung atau kerusakan ginjal maka harus
dilakukan pemeriksaan diagnostic lebih lanjut. Beritahu aktifitas yang
sesuai untuk pasien. Diet harus mempunyai nilai gizi yang cukup, dan
aktivitas serta istirahat harus seimbang.
Penyebab
Demam rematik biasanya terjadi akibat infeksi streptokokus pada
tenggorokan. Demam rematik bukan merupakan suatu infeksi, tetapi
merupakan suatu reaksi peradangan terhadap infeksi, yang menyerang
berbagai bagian tubuh (misalnya persendian, jantung, kulit)
Gejala
Gejalanya bervariasi, tergantung kepada bagian tubuh yang
meradang. Biasanya gejala timbul beberapa minggu setelah nyeri
tenggorokan akibat streptokokus menghilang.
2. Faktor mekanik
Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat
menyebabkan kelainan hentuk organ tubuh hingga menimbulkan
deformitas organ cersebut. Faktor predisposisi dalam pertumbuhan organ
itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu organ.
Sebagai contoh deformitas organ tubuh ialah kelainan talipes pada kaki
sepcrti talipes varus, talipes valgus, talipes equinus dan talipes
equinovarus (clubfoot).
3. Faktor infeksi
Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi
yang terjadi pada periode organogenesis yakni dalam trimester pertama
kehamilan. Adanya infeksi tertentu dalam periode organogenesis ini
dapat menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan suatu organ rubuh.
Infeksi pada trimesrer pertama di samping dapat menimbulkan kelainan
kongenital dapat pula meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus.
Sebagai contoh infeksi virus pada trimester pertama ialah infeksi oleb
virus Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi
Rubella pada trimester pertama dapat menderita kelainan kongenital
pada mata sebagai katarak, kelainan pada sistem pendengaran sebagai
tuli dan ditemukannya kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi lain
pada trimester pertama yang dapat menimbulkan kelainan kongenital
antara lain ialah infeksi virus sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis,
kelainan-kelainan kongenital yang mungkin dijumpai ialah adanya
gangguan pertumbuhan pada system saraf pusat seperti hidrosefalus,
mikrosefalus, atau mikroftalmia.
4. Faktor Obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada
trimester pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan
terjadinya kelainan kongenital pada bayinya. Salah satu jenis obat yang
telah diketahui dagat menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomide
yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia.
Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum wanita hamil muda dengan
tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya dengan terjadinya
kelainan kongenital, walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak
diketahui secara pasti. Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester
pertama, dihindari pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali;
walaupun hal ini kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu
memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya pada pemakaian
trankuilaiser untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik atau prepaat
hormon yang tidak dapat dihindarkan; keadaan ini perlu
dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan akibatnya
terhadap bayi.
6. Faktor hormonal
Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan
kejadian kelainan kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu
hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes mellitus kemungkinan untuk
mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan
bayi yang normal.
7. Faktor radiasi
Radiasi ada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat
menimbulkan kelainan kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi
yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan dapat
mengakibatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali dapat
menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi
untuk keperluan diagnostik atau terapeutis sebaiknya dihindarkan dalam
masa kehamilan, khususnya pada hamil muda.
8. Faktor gizi
Pada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa
kehamilan dapat menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada
penyelidikan-penyelidikan menunjukkan bahwa frekuensi kelainan
kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan
makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari
ibu yang baik gizinya. Pada binatang percobaan, adanya defisiensi
protein, vitamin A ribofIavin, folic acid, thiamin dan lain-Iain dapat
menaikkan kejadian &elainan kongenital.
9. Faktor-faktor lain
Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya.
Faktor janinnya sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat
menjadi faktor penyebabnya. Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau
hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Seringkali
penyebab kelainan kongenitai tidak diketahui.
2. Tetralogi Fallot
Nama Tetralogi berdasarkan adanya empat kelainan
kongenital, yakni stenose katup pulmonal, pada valvulus sendiri atau
pada infundibulum biasanya disertai post-stenotik dilatasi Arteri
Pulmonalis, dengan hipertrofi ventrikel kanan. Selain dari dua
kelainan tersebut ada juga lubang dalam septum membranaseum
antara ventrikel kanan dan kiri dengan aorta berawal di atas lubang
tersebut sehingga pada waktu sistole ventrikel, aorta diisi baik dari
ventrikel kiri maupun dari ventrikel kanan, suatu ” Overriding aorta ”.
3. Komplex Eisenmenger
Kelainan kongenital pada komplex ini hampir serupa dengan
Fallot, hanya di sini tidak ada pulmonal stenose melainkan justru ada
dilatasi pada Arteri Pulmonalis serta cabang-cabangnya. Selanjutnya
ada juga hipertrofi ventrikel kanan, hipertensi pulmonal, ventrikel
septum defec dengan ” overriding ” aorta. Sianose baru nampak
setelah bayi menjadi anak kecil, karena berkat tidak adanya pulmonal
stenose oksigenasi darah cukup baik, sehingga walaupun aorta
menerima juga darah langsung dari ventrikel kanan, namun reduced
Hb yang tercampur pada darah peredaran sistemik, mula-mula belum
banyak.
Diagnosa
Pemeriksaan untuk menemukan adanya kelainan kongenital dapat
dilakukan pada pemeriksaan janin intrauterine, dapat pula ditemukan pada
saat bayi sudah lahir. Pemeriksaan pada saat bayi dalam kandungan
berdasarkan atas indikasi oleh karena ibu mempunyai faktor resiko,
misalnya: riwayat pernah melahirkan bayi dengan kelainan kongenital,
riwayat adanya kelainan-kongenital dalam keluarga, umur ibu hamil yang
mendekati menopausePencarian dilakukan pada saat umur kehamilan 16
minggu.
Dengan bantuan alat ultrasonografi dapat dilakukan tindakan
amniosentesis untuk mengambil contoh cairan amnion Beberapa kelainan
kongenital yang dapat didiagnose dengan cara ini misalnya: kelainan
kromosome, phenylketonuria, galaktosemia, defek tuba neralis terbuka
seperti anensefali serta meningocele.
Penanganan
Kelainan kongenital berat dapat berupa kelainan kongenital yang
memerlukan tindakan bedah, kelainan kongenital bersifat medik, dan
kelainan kongenital yang memerlukan koreksi kosmetik.
Setiap ditemukannya kelainan kongenital pada bayi baru lahir, hal ini
harus dibicarakan dengan orang tuanya tentang jenis kemungkinan faktor
penyebab, langkah-langkah penanganan dan prognosisnya.
2.5 Hypertensi
Defenisi
Menurut JNC 7 (Joint National Committee of Hipertension) defenisi
hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di dalam arteri ≥ 140 mmHg
systolic dan ≥ 90mmHg diastolig
Etiologi
Penyebab hipertensi dapat dibagi 2 :
1. Hipertensi Primer atau esensial
a. 90 % penderita hipertensi yang ada di masyarakat
b. Penelitian menyatakan ginjal penyebabnya.
2. Hipertensi Sekunder
a. Kelainan ginjal (GNA, GNC, PNC, penyempitan arteri renalis)
b. Kelainan hormon (DM, pil KB, Tumor, Adrenal)
c. Kelainan neurologis (Polineurotis, Polimyelitis)
d. Lain-lain (obat-obatan)
Pemeriksaan Diagnostik
• Laboratorium : fungsi ginjal: urin lengkap, ureum, creatini, BUN,
asam urat, darah lengkap
• Foto thorax : ditemui pembesaran jantung aorta melebar
• Ekhokardiogram ; tampak penebalan dinding ventrikel kiri.
Pengobatan
2. Nonfarmakologi
Pengubahan cara hidup, mengurangi asupan garam, mengurangi
asupan alkohol, berhenti merokok, kurangi BB, tingkatkan aktifitas fidik,
olah raga teratur, hindari ketegangan, istirahat cukup, berdoa
3. Farmakologi
Diuretik, beta bloker, Kalsium antogonis, ACE inhibitor, Alfa
adrenergik.
Asuhan yang diberikan
a. Pengkajian (identitas pasien, nama umur, jenis kelamin, suku, pekerjaan)
b. Riwayat kesehatan (riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,
riwayat kes, Keluarga, riwayat sosek, faktor resiko, kebiasaan sehari-hari)
c. Pemeriksaan fisik (BB, Kepala & leher, paru, jantung, abdomen,
ekstremitas)
Diagnosa
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung, b/d vasokontriksi, iskemia
miokard
2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan tubuh, ketidak seimbangan suplai
kebutuhan.
3. Tidak efektifnya koping individu b/d tidak adekuatnya relaksasi,
perubahan cara hidup.
4. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, rencana pengobatan hipertensi
b/d kurangnya informasi.
Tujuan
Tujuan yang diharapkan
1. TD terkontrol
2. Tidak terjadi komplikasi
3. Pasien mengerti penyakitb hipertensi
4. Perubahan pandangan hidup
Perencanaan
• Monitor TD, HB
• Auskultasi bunyi jantung dan paru
• Observasi dan catat adanya oedema
• Berikan obat sesuai indikasi
• Berikan penjelasan tentang efek samping obat
• Monitor respon obatan
• Batasi cairan sesuai kebutuhan
• Monitor intake Output
• Beri diet rendah garam
• Hindari makanan berkalori tinggi
• Kolaborasi dengan ahli gizi
• Anjurkan untuk menurunkan BB
• Anjurkan makanan tinggi kalsium
• Bantu pasien hindari faktor resiko
• Anjurkan berhenti merokok
• Anjurkan berhenti alkohol
• Hindari stress
• Anjurkan olah raga optimal dan teratur
• Anjurkan teknik relaksasi
• Anjurkan Pasien istirahat cukup dan teratur
• Anjurkan berdoa kepada sang pencipta.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Infeksi endokarditis merupakan peradangan endokardium atau katup-
katup jantung. Penyakit ini diklasifikasikan berdasarkan keganasan dan
penyebab yaitu endokarditis bakterial akut dan endokarditis bakterial
subakut.
Katup jantung berfungsi mengendalikan arah aliran darah dalam jantung.
Kelainan katup jantung merupakan keadaan dimana katup jantung
mengalami kelainan yang membuat aliran darah tidak dapat diatur dengan
maksimal oleh jantung
Penyakit jantung rematik adalah kerusakan pada katup jantung karena
demam rematik, yang disebabkan oleh bakteri streptokokus.
Adapun yang dimaksud Demam Rematik adalah suatu peradangan pada
persendian (artritis) dan jantung (karditis).
Penyakit Jantung Kongenital merupakan suatu penyakit jantung bawaan atau
suatu penyakit jantung yang dibawa oleh seorang bayi yang berlaku sejak
dalam kandungan seperti jantung berlubang dan kecacatan pada jantung
Menurut JNC 7 (Joint National Committee of Hipertension) defenisi
hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di dalam arteri ≥ 140 mmHg
systolic dan ≥ 90mmHg diastolig
3.2 Saran
Dalam ilmu kesehatan maupun ilmu alam lainnya penting sekali
memahami anatomi sistem kardiovaskuler secara tepat agar terhindar dari
kelalaian baik itu Puskesmas maupun di alam yang berkaitan dengan perubahan
fungsi tubuh akibat kurangnya aktifitas positif untuk memberikan kesehatan
terhadap jantung sebagai pusat kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA