Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
b. Sulfur
Nama latin : Sulfur Praecypitatum
Sinonim : Belerang endap
Permerian : Tidak bebrbau, tidak berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam
kardondisulpisa P, sukar larut dalam minyak zaitun P, sangant
sukar larut dalam etanol 95% P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Antiskabies
Alasan : Karena sulfur mempunyai fungsi sebagi keratolitik agent yaitu
sebagai zat yang dapat menghilangkan sisik kulit yang kasar atau
melunakan dan menipiskan lapisan keratin.
c. Vaselin album
Nama latin : Vaselinum Album
Sinonim : Vaselin Putih
Pemerian : Massa lunak, lengket, bening, putih; sifat ini tetap setelah zat
dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk.
Kelarutan : Prakis tidak larut dalam air, dan dalam etanol 95% P, larut dalam
kloroform P, dalam eter P dan eter minyak tanah P, larutan kadang-
kadang beropalesensi lemah.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Zat tambahan
2.3. Sediaan salep
2.3.1. Pengertian salep
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III: Salep adalah sediaan setengah padat
berupa massa lunak yang mudah dioleskan dan digunaka untuk pemakaian luar.
Menurut farmakope edisi IV sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian
topical pada kulit atau selaput lendir. .
Menurut Formularium Nasional salep adalah sedian berupa masa lembek,
mudah dioleskan, umumnya lembek dan mengandung obat, digunakan sebagai
obat luar untuk melindungi atau melemaskan kulit, tidak berbau tengik.
Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat
dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotik adalah 10% (Anief, 2005).
Kerugian salep misalnya pada salep basis hidrokarbon, sifatnya yang
berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci oleh air
sehingga sulit dibersihkan dari permukaan kulit
Hal ini menyebabkan penerimaan pasien yang rendah terhadap basis hidrokarbon
jika dibandingkan dengan basis yang menggunakan emulsi seperti krim dan
lotion.
Sedangkan pada basis lanonin, kekurangan dasar salep ini ialah kurang tepat
bila dipakai sebagai pendukung bahan-bahan antibiotik dan bahan-bahan lain yang
kurang stabil dengan adanya air.
Keuntungan salep misalnya salep dengan dasar salep lanonin yaitu, walaupun
masih mempunyai sifat-sifat lengket yang kurang menyenangkan, tetapi
mempunyai sifat yang lebih mudah tercuci dengan air dibandingkan dasar salep
berminyak.
A. Manajemen mutu
Industri farmasi harus membuat obat sedemekian rupa agar sesuai dengan
tujuan penggunaannya, memmpenuhi persyaratan yang tercantum dalam dukomen
izin edar (registrasi) dan tidak menibulkan resiko yang berbahaya penggunaanya,
Karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Unsur dasar manajemen mutu
adalah:
a) Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang dapat mencakup struktur
organisasi, prosedur, proses dan sumber daya.
b) Tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan
tingkat kepercayaan tinggi, sehingga produk yang dihasilkan akan selalu
memenuhui persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut
disebut pemastian mutu.
B. Personalia
a) Prisnsip
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
system pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar.Oleh
sebab industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai utuk melaksanakan semua
tugas.Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh
pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai hygiene yang
berkaitan dengan perkerjaannya.
b) Umum
Industri farmasi hendaklah mempunyai personil yang terkualifikasi dan
berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai.Tiap personil hendaklah
dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindarkan resiko terhadap
mutu obat.
Industri harus memiliki struktru organisasi.Tugas spesifik dan kewenangan
dari personil pada posisi penanggung jawab hendaklah dicantumkan dengan
uraian tugas tertulis.Tugas merka boleh didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk
serta mempunyai kualifikasi yang memadai.Hendaklah aspek penerapan CPOB
tidak ada terlewatkan ataupun tumpang tindih dalam tanggung jawab yang
tercantum pada urain tugas.
C. Bangunan dan fasilitas
a) Prinsip
Bangunan dan fasilitas pembuatan obat harus memiliki desain kontruksi dan
letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk
melaksanakan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat
sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadinya kekeliruan, pencemaran
silang dan kesalaha lain, serta memudahkan pembersihaan sanitasi dan perwatan
yang efektif untuk menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu atau
kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat.
b) Umum
Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindarkan
perncemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah,
dan air serta kegiatan industry lainya yang berdekatan. Apabila letak bangunan
tidak sesuai, hendaklah diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap
pencemaraan tersebut
Bangunan dan fasilitas hendaklah didesain, dikontruksi, dilengkapi dan
dirawat sedemikian agar memperoleh perlindungan maksimal terhadap pengaruh
cuaca, banjir, rembesan tanah serta masuk dan berasarang serangga, burung,
binatang pengerat, kutu atau hewan lain. Hendaklah tersedia prosedur untuk
pengendalian binatang pengerat atau hama.
Bangunan dan fasilitas hendaklah dirwat dengan ceramt, dibersihakan dan,
bila perlu , didinfeksikan sesuai prosedur. Catatan pembersihan dan disinfeksi
hendakla disimpan.Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi,
labotarium, area penyimpanan, koridor, dan lingkungan sekeliling banguna
hendaklah dirawat dalam kondisi bersih dan rapi.Kondisi banguna hendaklah
ditinjau secara teratur dan dipebaiki dimana perlunya.Perbaikan serta perawatan
bangunan dan fasilitas hendakalah dilakukan hati-hati afgar kegiatan tidak
mempengaruhui mutu obat.
Tenaga listrik, lampu penerangan, suhu, kelembapan dan ventilasi hendaklah
tepat agar tidak mengakibatkan dampak yang merugikan baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap produk selama proses pembuatan dan
penuimpanan.
D. Produksi
Untuk memperkecil resiko bahaya medis yang serius akibat terjadi
pencemaran silang. Suatu sara khusus dan self- contained harus disediakan untuk
produksi obat tertentu seperyi produk yang dapat menimbulkan senitasi tinggi
(golongan penicillin) atau preparan biologis. Produk lain seperti antibioka
tertentu, hormone tertentu, sintoksika tertentu, produk mengandung bahan aktif
tertentu yang berpontesi tinggi, dan produk nonobat hendaklah diproduksi
dibangunan terpisah. Dalam kasus pengecualian, bagi produk diatas, prinsip
memproduksi bets produk secara campaign di dalam fasilitas yang sama dapat
dibenarkan asal telah mengambil tindakan pencegahan yang spesifik dan validasi
yang diperlukan telah dilakukan.
Pembuatan produk yang diklasifikasikan sebagai racun seperti pestisida dan
herbisida tidak boleh dibuat di fasilitas pembuatan produk obat.
Tatak letak ruang produksi sebaiknya dirancang sedemikian rupa untuk ;
a) Memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang saling
berhubungan antara suatu ruangan dengan ruangan lain mengikuti urutan
tahap produksi dan menurut kelas kebersihan yang dipersyaratkan.
b) Mencegah kesesakan dan ketidakteraturan
c) Memungkinkan komunnikasi dan pengawasan yang efektif terlaksana.
Luas area kerja dan are penyimpanan bahan atau produk yang sedang dalam
proses hendaklah memadai untuk memungkinkan penempatan peralatan dan
bahan secara teratur dan sesuai dengan alur proses, sehingga dapat memperkecil
resiko terjadi kekeliruan antara produk obat atau komponen obat yang berbeda,
mencegah pencemaran silang dan memperkecil resiko terlewat atau salah
melaksanakan tahapan proses produksi atau pengawasan.
Permukaan dinding, lantai dan langit-langit bagian dalam ruangan di mana
terdapat bahan baku dan pengemas primer, produk antara atau produk ruahan
yang terpapar ke lingkungan hendaklah halus, bebas reatak dan sambungan
terbuka, tidak melepaskan partikulat, serta memungkinkan pelaksanaan
pembersihan (bila perlu disinfeksi) yang mudah dan efektif.
Kontruksi lantasi di area pengelolohan hendaklah dibuat dari bahan yang
kedap air, permukaanya rata dan memungkinkan permberishan yang cepat dan
efesien apabila terjadi tumpahan bahan. Sudut antara diniding dan lantai di area
pengelolahan hendaklah berbentuk lengkungan.
Pipa, fiting lampu, titik ventilasi dan instalasi area sarana penunjang lain
hendaklah didesain dan dipasang sedemikian rupa untuk menghindarkan
pembentukan ceruk yang sulit dibersihkan. Untuk kepentingan perawatan, sedapat
mungkin instalasi saran penunjang seperti ini hendaklah dapat diakses dari luar
pengelolahan.
Lubang udara masuk dan keluar serta pipa-pipa dan saluranya hendaklah
dipasang sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran terhadap produk. Saluran
pembuangan air hendaklah cukup besar, didesain dan dilengkapi bak control
untuk mencegah ir bali. Sedapat mungkin saluran terbuka dicegah tetapi bila
perlu hendaklah dangkal untukmemudahkan pembersihan dan disfeksi.
Area produksi hendaklah diventilasi secara efektif dengan menggunakan
system pengendali udara ermasuk filter uadar dengan tingkat efisiensi yang dapat
mencegah pencemaran dan pencemaran silang, pengendali suhu dan, bila perlu,
pengendali kelembaban udara sesuai kebutuhan produk yang diproses dan
kegiatan yang dilakukan didalam ruangan dandampaknya terdapat lingkungan luar
paabrik. Area produksi hendaklah dipantau memastikan pemenuhan terhadap
spedifikasi yang dirancang sebelumnya.
Macam-macam alat produksi dalam pembuatan sedian salep :
1. Timbangan
Timbangan merupakan alat yang pasti ditemui di industri faramasi. Industri
farmasi menggunakan banyak dan macam-macam timbangan untuk berbagai
keperluan. Timbangan ada di bagian penimbangan, IPC, labotarium dan gudang.
Timbanagn harus dikalibrasi secara periodik untuk menjaga kondisi instrument
timbangan agar tetap sesuai dengan spesifikasinya. Periode kalibrasi macam-
macam ada yang per 3 bulan,per 6 bulan, atau setahun sekali. Periode ini
ditentukan oleh industri yang bersangkutan, penentuan periode dapat memlaui
suatu kaijian. Kalibrasi dapat dilakukan internal oleh industri eksternal olehpihak
ke 3.
Gambar 1. Timbangan
2. Homogenizer
Homogenizer paling efektif dalam memperkecil ukuran fase dispers
kemudian meningkatkan luas permukaan fase minyak dan akhirnya meningkatkan
viskositas emulsi sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya ”creaming”.
Homogenizer bekerja dengan cara menekan cairan dimana cairan tersebut dipaksa
melalui suatu celah yang sangat sempit lalu dibenturkan ke suatu dinding atau
ditumbuhkan pada peniti-peniti metal yang ada di dalam celah tersebut.
Homogenizer umumnya terdiri dari pompa yang menaikkan tekanan dispersi pada
kisaran 500-5000 psi, dan suatu lubang yang dilalui cairan dan mengenai katup
penghomogenan yang terdapat pada tempat katup dengan suatu spiral yang kuat.
Ketika tekanan meningkat, spiral ditekan dan sebagian dispersi tersebut bebas di
antara katup dan tempat (dudukan) katup. Pada titik ini, energi yang tersimpan
dalam cairan sebagian tekanan dilepaskan secara spontan sehingga produk
menghasilkan turbulensi yang kuat dan shear hidrolik. Cara kerja homogenizer ini
cukup efektif sehingga bisa didapatkan diameter partikel rata-rata kurang dari 1
mikron tetapi homogenizer dapat menaikkan temperatur emulsi sehingga
dibutuhkan pendinginan (Lieberman HA & Lachmann, 1994).
E. Peralatan
Prinsip perlatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan
kontruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi
dengantepat, agar mutu obat terjamin serta seragam dan untuk memudahkan
pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah kontiminasi silang,
peneumpukan debu atau kotoran dan hal-hal umumnya berdampak buruk pada
mutu produk.
F. Sanitasi dan higine
Prinsip tingkat sanitasi dan higine yang tinggi hendaklah diterapkan pada
setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higine meliputi personil,
banguna, peralatan dan perlengkapan, bahan produk serat wadahnya, bahan
pembersih dan desinfeksi, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber
pencemaran produk. Sumber pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui
progam sanitasi dan higine yang terpadu.
G. Pengawasan mutu
Prinsip pengawasan mutu merupakan bagiuan yang esensial dari cara
pembuatan obat yang baik untuk memberikan kepastaian bahwa produk secar
konsisten memppunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakainnya.
Keterlibatan daan komitmen semua pihak pada semua tahap merupakan keharusan
untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada
distribusi produk jadi. Pengawasan mutu mencakup pengambilan sampel,
spesifikasi, pengujiaan serta termasuk pengaturan, dukomentasi dan prosedur
pelulusan yang memastian bahwa semua penguji yang relevan telah dilakukan,
dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produkdiluluskan untuk dijual,
sampai mutunya telah dibuktkan memenuhi persyartan. Pengawasan mutu tidak
terbatas pada labotarium, tapi juga harus terlibat dalm semua keputusan yang
terkait dengan mutu produk.
J. Dokumetasi
Prinsip dokumentasi adalah bagian dari system informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang essensial dari pemastian mutu.
Dokumetasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa setiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehinnga
memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekliruana yang biasayna timbul
karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dukomen produksi
induk atau formula pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan catatan
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tulis. Keterbacaan dukomentasi
adalah sangat penting.
B. Kandungan air
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk menetukan kandungan air dalam
salep.
a) Penentuan kehilanagn akibat pengeringan
Sebagai kandungan air digunakan ukuran kehilangan massa maksimum (%)
yang dihitung pada saat pengeringan disuhu tertentu (umumnya 100-110⁰C)
b) Cara penyulinagan
Prinsip metode ini terletak pada penyulingan menggunakan bahan pelarut
menguap yang tidak dapat bercampur dengan air.Dalam hal ini digunakan
trikloretan, toluene, atatu silen yang disuling sebagi campuran azeotrop
dengan air.
c) Cara titrasi menurut karl fischer
Penetuannya berdasarkan atas perubahab belerang oksida dan iod serta air
dengan adanyan piridin den menthol menurut persamaan reaksi.
C. Konsistensi
Merupakan suatu cara menetukan sifat berulang, sperti sifat lunak dari setiap
jenis salep, melalui angkaa ukur untuk memperoleh konsistensi dpat digunak
metode penetrometer dan penetuan batas mengalir praktis.
D. Penyebaran
Penyebaransalep diartikan sebagai kemampuan penyebaran pada kulit,
penetuannnya dilakukan dengan menggunakan entesometer.
E. Termoresitensi
Dihasilkan melalui tes berayun, digunakan untuk mempertimbangkan daya
simpan salep dia daerah dengan perubahan iklim terjadi secar terus menerus.
F. Ukuran partikel
Untuk melakukan penelitian orientasi, digunakan grindometer yang banyak
dipakai dalam industri bahan pewarna.
Metode tersebut hanya menghasilkan pendekatan yang tidak sesuai dengan
harga yang diperoleh dari mikroskopik,akan tetapi setelah dilakukan peneraan
yang tepat, metode tersebut daat menjadi metode rutin yang baik dan cepat
pelaksanaannya.
METODOLOGI
3.1 Formula
R/Salep 2-4 20
Champora 0,5
Mf la ungt
Sue
3.3 Alat
1) Timbangan besar
2) Timbangan halus
3) Anak timbangan
4) Sendok tanduk
5) Mortir dan stamper
6) Kertas perkamen
3.4 Bahan
1) Acid salicyl
2) Sulfur pra.
3) Chrampora
4) Vaselin album
3.5 Cara kerja
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Disetarakan timbangan
3) Ditimbang asam salisilat 0,4 g dan champora 0,5 g, kemudian dimasukan ke
dalam mortar ditetesi etanol 95% lalu gerus ad larut
4) Ditimbang sulfur praecip. 0,8 g, masukan mortir lalu gerus ad homogen
5) Ditimbang vaselin album 18,8 g, tambahkan sedikit demi sedikit kedalam
mortir lalu gerus ad homogen
6) Dikeluarkan dari mortir dan dimasukan ke dalam pot salep
Anief, Moh, 2002, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta. 53.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta. 12.
Anonim, 1978, Formularium Nasional, Edisi Kedua, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
Saifullah, T.N, dan Rina Kuswahyuning, 2008, Teknologi dan Formulasi Sediaan
Semipadat, Pustaka Laboratotium Teknologi Farmasi UGM, Yogyakarta. 59. 63.
64
Syamsuni, 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta.
Tjay, Tan Hoan , et all, 2000, Obat – Obat Penting, Elex Media Computindo,
Jakarta. 132.
Bhatt B, Agrawal SS. 2007. Pharmaceutical Engineering. New Delhi: Delhi
Institute of Pharmaceutical Science and Research.
Lieberman HA, Lachmann L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi I.
Jakarta: UI Press.