You are on page 1of 28

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada saat ini banyak kita temukan kasus penyakit yang menyerang kulit yang
salah satunya adalah gatal dan kudis .Salah satu penyebab penyakit ini adalah
karena kurangnya kesadaran dari seseorang karena kesibukan sehingga kurang
memperhatikan kesehatan kulit dan lingkungan sekitar.Dalam masyarakat
penyakit ini biasa disebut kudis atau gudik.Sedangkan dalam dunia kedokteran
Scabies.
Salah satu obat yang efektif untuk penyakit gatal adalah salep 24, sebab efek
terapinya berlangsung pada luar kulit.Selain itu salep itu diperuntuhkan untuk
orang dewasa dan anak-anak dan lansia.Salep juga mudah digunakannya cukup
dioleskan pada kulit yang gatal.
Dalam pembuatan salep harus diperhatikan beberapa factor antara lain sifat
partikel dan pengawet yang digunakan.
Denagn demikian sangatlah pentig bagi kita sebagi tenaga teknis farmasi untuk
mengetahui dan mempelajari pembuatan sediian dalam bentuk salep yang sesuai
dengan persyaratan salep yang ideal agar selanjutnya dapat diterapkan pada
pelayanan kefarmasian dalam masyarakat.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Tujuan umum pada penelitian tersebut terdiri atas :
1. Menerapkan pembuatan salep untuk antiseprik loka
2. Menjelaskan pengaruh sediaan salpe pada kulit manusia

1.2.2 Tujuan khusus


Tujuan khusus penelitian tersebut terdiri atas :
1. Merancang formulasi bentuk sedian salep untuk antiseptikum local.
2. Mengaplikasikan sediaan formulasi salep dengan zat aktif acid salicycl dan
sulfur untuk penyakit kulit.
3. Mengevaluasi hasil bentuk sedian salep
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Bagi peneliti
1. Dapat mengetahui formulasi sediaan salep untuk antiseptikum lokal.
2. Dapat mengetahui jenis-jenis sediaan salep
3. Dapat mengetahui cara kerja salep

1.3.2 Manfaat bagi masyarakat


1. Dapat membantu masyarakat memahami sediaan salep
2. Masyarakat dapat menetapkan sediaan salep terhadap masing-masing
individu

1.3.3 Manfaat bagi institusi


1. Institusi semakin dikenal oleh masyrakat karena memiliki mahasiswa yang
berkompeten dalam bidangnya.

1.3.4 Manfaat bagi industri


1. Dapat mengembangkan dan memproduksi sedian salep yang berkhasiat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Tentang Penyakit


2.1.1. Definisi Scabies
Penyakit Scabies (kudis) adalah penyakit gatal pada kulit yang disebakan oleh
tungau atau kutu kecil yang bernama Sarcotes scabei varian hominis, ditandai
dengan kulit menjadi sangat gatal, terutama dumalam hari , yang akhirnya
membentuk ruam dengan ditandai timbul bintik yang menyerupai bintik alergi
dengan berisi cairan.

2.1.2. Penyebab Scabies


Penyebab penyakit ini disebabkan oleh kutu atau tungau Sarcroptes
scabei.Tungau berukuran sangat kecil dan tampak oleh mata telanjang sehinnga
melihatnya haru menggunakan lat bantu mikroskop. Ukuran kutu netina 0,3-0,4
mm ,sedangkan jantan setenga dari ukuran betina.

2.1.3. Gejala Scabies


Kudis biasnya memeliki masa inkubasi sekitar 30-60 hari sebelum rasa gatal
dan ruam. Tetapi jika sudah pernah mengidap sebelumnya, waktu kemunculan
gejala akan lebih cepat.
Kudis pada anak-anak sering muncul di leher, telapak tangan, telapak kaki,
dan kulit kepala.Sementara pada dewasa sering terjadi di sela-sela jari,
pergelangan tangan, siku, telapak tangan dan kaki, dan ketiak.
Tungau ini tahan terhadap air dan sabun dan tungau ini sangat menyukai
tempat yang lembab, tungau ini juga menempel pada kain seperti seprei, kasur,
baju, selimut , dan yang lainnya.

2.1.4. Pengobatan Scabies


Penyakit kudis ini tidak akan sembuh dengan sendirinya. Untuk
menghilangkannya dan agar tidak menyebar ke orang lain, maka perlu
menggunakan obat scabies. Berbentuk salep atau krim yang dioles di kulit.
Oleskan obat merata ke seluruh permukaan kulit yang gatal.Tapi hindari
daerah sekitar mata dan mulut. Setelah dioleskan biarkan, jangan terkena air
selama 8 – 14 jam(tergantung obatnya) baru dibersihkan atau mandi. Antihistimin
(eperti interhistin, cetirizine, dll) dapat mengurangi rasa gatal.

2.2. Karakteristik zat aktif dan zat tambahan


a. Acid salicylic
Nama latin : Acidum Salyclicum
Sinonim :Asam Salisilat
Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih, jampir
tidak berbau, rasa agak manis dan tajam
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dalam 4 bagian etanol 95%, mudah
larut dalam ammonium asetat Pdinatrium hihdrogenfosfat P,
kalium sitrat P dan natrium sitrat P.
Khasiat : Keratolikum, anti fungi.
Alasan :Karena asam salisilat memiliki khasiat sebagi anti fungi sehingga
cocok untuk sedian yang berkhasiat sebagai obat gatal.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

b. Sulfur
Nama latin : Sulfur Praecypitatum
Sinonim : Belerang endap
Permerian : Tidak bebrbau, tidak berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam
kardondisulpisa P, sukar larut dalam minyak zaitun P, sangant
sukar larut dalam etanol 95% P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Antiskabies
Alasan : Karena sulfur mempunyai fungsi sebagi keratolitik agent yaitu
sebagai zat yang dapat menghilangkan sisik kulit yang kasar atau
melunakan dan menipiskan lapisan keratin.
c. Vaselin album
Nama latin : Vaselinum Album
Sinonim : Vaselin Putih
Pemerian : Massa lunak, lengket, bening, putih; sifat ini tetap setelah zat
dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk.
Kelarutan : Prakis tidak larut dalam air, dan dalam etanol 95% P, larut dalam
kloroform P, dalam eter P dan eter minyak tanah P, larutan kadang-
kadang beropalesensi lemah.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Zat tambahan
2.3. Sediaan salep
2.3.1. Pengertian salep
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III: Salep adalah sediaan setengah padat
berupa massa lunak yang mudah dioleskan dan digunaka untuk pemakaian luar.
Menurut farmakope edisi IV sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian
topical pada kulit atau selaput lendir. .
Menurut Formularium Nasional salep adalah sedian berupa masa lembek,
mudah dioleskan, umumnya lembek dan mengandung obat, digunakan sebagai
obat luar untuk melindungi atau melemaskan kulit, tidak berbau tengik.
Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat
dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotik adalah 10% (Anief, 2005).
Kerugian salep misalnya pada salep basis hidrokarbon, sifatnya yang
berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci oleh air
sehingga sulit dibersihkan dari permukaan kulit
Hal ini menyebabkan penerimaan pasien yang rendah terhadap basis hidrokarbon
jika dibandingkan dengan basis yang menggunakan emulsi seperti krim dan
lotion.
Sedangkan pada basis lanonin, kekurangan dasar salep ini ialah kurang tepat
bila dipakai sebagai pendukung bahan-bahan antibiotik dan bahan-bahan lain yang
kurang stabil dengan adanya air.
Keuntungan salep misalnya salep dengan dasar salep lanonin yaitu, walaupun
masih mempunyai sifat-sifat lengket yang kurang menyenangkan, tetapi
mempunyai sifat yang lebih mudah tercuci dengan air dibandingkan dasar salep
berminyak.

A. Fungsi salep adalah


a) Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit
b) Sebagai bahan pelumas pada kulit
c) Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit
dengan larutan berair dan rangsang kulit ( Anief, 2005).

B. Persyaratan salep menurut FI ed III:


a) Pemerian tidak boleh berbau tengik.
b) Kadar, kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat
keras atau narkotik, kadar bahan obat adalah 10 %.
c) Dasar salep
d) Homogenitas, Jika salep dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.
e) Penandaan,pada etiket harus tertera “obat luar” (Syamsuni, 2005).

C. Salep yang baik memiliki sifat – sifat sebagai berikut :


a) Stabil : Baik selama distribusi, penyimpanan, maupun pemakaian.
Stabilitas terkait dengan kadaluarsa, baik secara fisik (bentuk, warna, bau, dll)
maupun secara kimia ( kadar/kandungan zat aktif yang tersisa ). Stabilitas
dipengaruhi oleh banyak factor, seperti suhu, kelembaban, cahaya, udara, dan
lain sebagainya.
b) Lunak : Walaupun salep pada umumnya digunakan pada daerah/wilayah
kulit yang terbatas, namun salep harus cukup lunak sehingga mudah untuk
dioleskan.
c) Mudah digunakan: supaya mudah dipakai, salep harus memiliki
konsistensi yang tidak terlalu kental atau terlalu encer. Bila terlalu kental,
salep akan sulit dioleskan, bila terlalu encer maka salep akan mudah
mengalir/meleleh ke bagian lain dari kulit.
d) Protektif : salap – salep tertentu yang diperuntukkan untuk protektif, maka
harus memiliki kemampuan melindungi kulit dari pengaruh luar misal dari
pengaruh debu, basa, asam, dan sinar matahari.
e) Memiliki basis yang sesuai : basis yang digunakan harus tidak
menghambat pelepasan obat dari basis, basis harus tidak mengiritasi, atau
menyebabkan efek samping lain yang tidak dikehendaki.
f) Homogen : kadar zat aktif dalam sediaan salep cukup kecil, sehingga
diperlukan upaya/usaha agar zat aktif tersebut dapat terdispersi/tercampur
merata dalam basis. Hal ini akan terkait dengan efek terapi yang akan terjadi
setelah salep diaplikasikan ( Saifullah, 2008 : 63, 64 ).

D. Kualitas dasar salep meliputi:


a) Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam
kamar.
b) Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi
lunak dan homogen. Sebab salep digunakan untuk kulit yang
teriritasi,inflamasi dan ekskloriasi.
c) Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang paling mudah
dipakai dan dihilangkan dari kulit.
d) Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep harus kompatibel secara fisika
dan kimia dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh merusak
atau menghambat aksi terapi dari obat yang mampu melepas obatnya pada
daerah yang diobati.
e) Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep
padat atau cair pada pengobatan (Anief, 2005).

2.3.4 Menurut Konsistensi


a) Unguenta : Salep yang memiliki konsistensi seperti mentega, tidak
mencair pada suhu biasa, tetapi mudah dioleskan
b) Krim ( cream ): Salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit,
suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.
c) Pasta : Salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat ( serbuk) berupa
suatu salep tebal karena merupakan penutup/pelindung bagian kulit yang
diolesi.
d) Cerata Salep berlemak yang mengandung persentase lilin ( wax) yang
tinggi sehingga konsistensinya lebih keras ( ceratum labiale ).
e) Gelones / spumae/ jelly : Salep yang lebih halus, umumnya cair , dan
sedikit mengandung atau tidak mengandung mukosa ; sebagai pelicin atau
basis, biasanya berupa campuran sederhana yang terdiri dari minyak dan
lemak dengan titik lebur rendah. Contoh : starch jelly ( amilum 10% dengan
air mendidih).
2.3.5 Menurut Sifat Farmakologi / Terapetik Dan Penetrasinya
a) Salep epidermik ( epidermic ointment, salep penutup)
Salep ini berguna untuk melindungi kulit, menghasilkan efek lokal dan untuk
meredakan rangsangan / anestesi lokal ; tidak diabsorbsi ; kadang-kadang
ditambahkan antiseptik atau astringent. Dasar salep yang baik untuk jenis
salep ini adalah senyawa hidrokarbon.
b) Salep endodermik
Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh melalui kulit, tetapi
tidak melalui kulit ; terabsorbsi sebagian dan digunakan untuk melunakkan
kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang terbaik adalah minyak lemak.
c) Salep diadermik
Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh melalui kulit untuk
mencapai efek yang diinginkan. Misalnya, salep yang mengandung senyawa
merkuri iodida atau belladona.
2.3.6 Menurut Dasar Salepnya
a) Dasar salep hidrofobik.
Salep yang tidak suka air atau salep yang dasar salepnya berlemak (greassy
bases): tidak dapat dicuci dengan air. Misalnya, campuran lemak-lemak ,
minyak lemak, malam.
b) Dasar salep hidrofilik.
Salep yang suka air atau kuat menarik air, biasanya mempunyai dasar salep
tipe o/w.
2.3.7 Bahan Pembuatan Salep
Salep dasar adalah zat pembawa dengan massa lembek, mudah dioleskan,
umumnya berlemak, dapat digunakan bahan yang telah mempunyai massa lembek
atau zat cair, zat padat yang terlebih dahulu diubah menjadi massa yang lembek.
Jika dalam komposisi tidak disebutkan salep dasar, maka dapat digunakan vaselin
putih.Jika dalam komposisi disebutkan salep dasar yang cocok.
Pemilihan salep dasar yang dikehendaki harus disesuaikan dengan sifat obatnya
dan tujuan penggunaannya.
a) Salep Dasar-I
Salep dasar –I umunya digunakan vaselin putih, vaselin kuning, campuran terdiri
dari 50 bagian Malam putih dan 950 bagian vaselin putih, campuran terdiri dari 50
bagiian Malam kuning dan 950 bagian vaselin kuning atau salep dasar lemak
lainnya seperti minyak lemak nabati, lemak hewan atau campuran Parafin cairr
dan Parafin padat. Salep dasar-I sangat lengket pada kulit dan sukar dicuci; agar
mudah dicuci dapat ditambahkan surfaktan dalam jumlah yang sesuai.
b) Salep Dasar-II
Salep Dasar-II umumnya digunakan lemak bulu domba, zat utama lemak bulu
domba terutama kolesterol, campuran terdiri dari 30 bagian kolesterol, 30 bagian
stearilalkohol, 80 bagian Malam putih dan 860 bagian vaselin putih, atau salep
dasar sarap lainnya yang cocok. Salep dasar-II mudah menyerap air.
c) Salep Dasar-III
Salep dasar-III dapat digunakan ca,puran yang terdiri dari 0,25 bagian Metil
paraden, 0,15 bagian Propil parapen, 10 bagian Natrium laurilsulfat, 120 bagian
Propilenglikol, 20 bagian Sterilalkohol, 20 bagian vaselin putih dan air
secukupnya hingga 1000 bagian, atau salep dasar emulsi lainnya yang cocok.
Salep dasar-III mudah dicuci.
d) Salep Dasar-IV
Salep dasar-IV dapat digunakan campuran yang terdiri dari 25 bagian poliglikol
1500, 40 bagian poliglikol 4000 dan propilenglikol atau gliserol secukupnya
hingga 100 bagian, atau salep dasar larut lainnya yang cocok.
Campuran 30 bagian malam kuning dan 70 bagian minyak wijen Hydrophilic
petrolatum 86 Vaselin Alba,8 Cera Alba,3 Stearyl alcohol, dan 3 kolesterol
(IMO,52-53)
Zat-zat yang dapat dilarutkan dalam dasar salep,Umumnya kelarutan obat
dalam minyak lemak lebih besar daripada dalam vaselin. Champora, Mentholum,
Phenolum, Thymolum dan Guayacolum lebih mudah dilarutkan dengan cara
digerus dalam mortir dengan minyak lemak. Bila dasar salep mengandung vaselin,
maka zat-zat tersebut digerus halus dan tambahkan sebagian (+ sama
banyak) Vaselin sampai homogen, baru ditambahkan sisa vaselin dan bagian dasar
salep yang lain. Champoradapat dihaluskan dengan tambahan Spiritus fortior atau
eter secukupnya sampai larut setelah itu ditambahkan dasar salep sedikit demi
sedikit, diaduk sampai spiritus fortiornya menguap. Bila zat-zat tersebut bersama-
sama dalam salep, lebih mudah dicampur dan digerus dulu biar meleleh baru
ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit (IMO,hal 55).
Salah satu macam salep adalah salep mata yang digunakan pada mata.Dasar
salep yang dipilih tidak boleh mengiritasi mata, memungkinkan difusi obat dalam
cairan mata dan tetap mempertahankan aktivitas obat dalam jangka waktu tertentu
pada kondisi penyimpanan yang tepat.Vaselin merupakan dasar salep mata yang
sering banyak digunakan.Beberapa dasar salep yang dapat menyerap, bahan dasar
yang mudah dicuci dengan air dan bahan dasar larut dalam air dapat digunakan
untuk obat yang larut dalam air. Bahan dasar seperti ini memungkinkan dispersi
obat larut air yang lebih baik, tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi pada mata
(Anonim,1995 : 12, 13 )
Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk
mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secara
tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunaan; kecuali dinyatakan lain
dalam monografi atau formulanya sendiri sudah bersifat baktriostatik. Bahan obat
yang ditambahkan ke dalam dasar salep berbentuk larutan atau serbuk
halus.Wadah untuk salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian
dan penutupan. Wadah salep harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin
sterilitas pada pemakaian pertama (Anonim, 1995 : 12 ).
Sulfasetamid adalah senyawa antibakteri golongan sulfonamide yang
mempunyai spectrum luas dan banyak digunakan terhadap bermacam – macam
penyakit infeksi oleh kuman gram positif maupun negative, salahsatunya pada
infeksi mata yang disababkan oleh kuman – kuman yang peka terhadap
sulfonamide. Sulfasetamid merupakan sulfonamide aksi pendek yang mempunyai
aktivitas bakterisid ( Tjay, 2002 : 22 ).
2.3.8 Cara Pembuatan
Salep umumnya dibuat dengan melarutkan atau mensuspensikan obat ke
dalam salep dasar.
Ada beberapa metode pembuatan salep, yaitu;
a) Metode Pelelehan: zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama
dan diaduk sampai membentuk fasa yang homogeny.
b) Metode Triturasi : zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis yang
akan dipakai atau dengan salah satu zat pembantu, kemudian dilanjutkan dengan
penambahan sisa basis
c) Zat yang dapat larut dalam basis salep :(Camphora, Menthol, Fenol,
Thymol, Guaiacol)àmudah larut dalam minyak lemak (vaselin) Zat berkhasiat
sebagian basis (sama banyak)àdihomognekanàditambah sisa basis
d) Zat yang mudah larut dalam air dan stabil : Bila masa salep mengandung
air dan obatnya dapat larut dalam air yang tersedia, maka obatnya dilarutkan dulu
dalam air dan dicampur dengan basis salep yang dapat menyerap air.
e) Salep yang dibuat dengan peleburan
 Dalam cawan poreslen
 Salep yang mengandung air tidak ikut dilelhkan tetapi diambil bagian
lemaknya
 Bila bahan bahan dari salep mengandung kotoran, maka salep yang
meleleh perlu dikolir (disaring dengan kasa) dan dilebihkan 10-20%

2.4 Cara pembuatan obat yang baik (CPOB)


Di industri farmasi membuat sedian farmasi secara manual.Produksi dalam
perusahaan farmasi terdiri dari hasil karya dan pemeliharaan organisasi yang jelas
pembatasanya, secara efektif menggunkan dan mengkordinasikan karywan, lahan,
gedung dan peralatan, termasuk manajemen invetstaris. Semua ini dilakukan
sesuai CPOB antara lain untuk menghasilkan obat bermutu tinggi, keselamatan
dan kesehatan kerja, efisiensi proses, produksivitas kinerja, dan lain-lain.
Parameter obat yang baik yaitu
a. Keamanan (safety) : yaitu terbebas dari bahan kimia berbahaya dan bebas
mikroba
b. Efektivitas : efektif, dosis sesuai,kualitas bahan baku, disolusi memenuhi
syarat dan sebagainya.
c. Stabilitas : berapa lama dapat disimpan dan stabil
d. Penampilan : rasa, bau, warna, kelembutan, dan sebagainya

A. Manajemen mutu
Industri farmasi harus membuat obat sedemekian rupa agar sesuai dengan
tujuan penggunaannya, memmpenuhi persyaratan yang tercantum dalam dukomen
izin edar (registrasi) dan tidak menibulkan resiko yang berbahaya penggunaanya,
Karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Unsur dasar manajemen mutu
adalah:
a) Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang dapat mencakup struktur
organisasi, prosedur, proses dan sumber daya.
b) Tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan
tingkat kepercayaan tinggi, sehingga produk yang dihasilkan akan selalu
memenuhui persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut
disebut pemastian mutu.
B. Personalia
a) Prisnsip
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
system pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar.Oleh
sebab industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai utuk melaksanakan semua
tugas.Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh
pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai hygiene yang
berkaitan dengan perkerjaannya.
b) Umum
Industri farmasi hendaklah mempunyai personil yang terkualifikasi dan
berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai.Tiap personil hendaklah
dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindarkan resiko terhadap
mutu obat.
Industri harus memiliki struktru organisasi.Tugas spesifik dan kewenangan
dari personil pada posisi penanggung jawab hendaklah dicantumkan dengan
uraian tugas tertulis.Tugas merka boleh didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk
serta mempunyai kualifikasi yang memadai.Hendaklah aspek penerapan CPOB
tidak ada terlewatkan ataupun tumpang tindih dalam tanggung jawab yang
tercantum pada urain tugas.
C. Bangunan dan fasilitas
a) Prinsip
Bangunan dan fasilitas pembuatan obat harus memiliki desain kontruksi dan
letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk
melaksanakan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat
sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadinya kekeliruan, pencemaran
silang dan kesalaha lain, serta memudahkan pembersihaan sanitasi dan perwatan
yang efektif untuk menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu atau
kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat.
b) Umum
Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindarkan
perncemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah,
dan air serta kegiatan industry lainya yang berdekatan. Apabila letak bangunan
tidak sesuai, hendaklah diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap
pencemaraan tersebut
Bangunan dan fasilitas hendaklah didesain, dikontruksi, dilengkapi dan
dirawat sedemikian agar memperoleh perlindungan maksimal terhadap pengaruh
cuaca, banjir, rembesan tanah serta masuk dan berasarang serangga, burung,
binatang pengerat, kutu atau hewan lain. Hendaklah tersedia prosedur untuk
pengendalian binatang pengerat atau hama.
Bangunan dan fasilitas hendaklah dirwat dengan ceramt, dibersihakan dan,
bila perlu , didinfeksikan sesuai prosedur. Catatan pembersihan dan disinfeksi
hendakla disimpan.Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi,
labotarium, area penyimpanan, koridor, dan lingkungan sekeliling banguna
hendaklah dirawat dalam kondisi bersih dan rapi.Kondisi banguna hendaklah
ditinjau secara teratur dan dipebaiki dimana perlunya.Perbaikan serta perawatan
bangunan dan fasilitas hendakalah dilakukan hati-hati afgar kegiatan tidak
mempengaruhui mutu obat.
Tenaga listrik, lampu penerangan, suhu, kelembapan dan ventilasi hendaklah
tepat agar tidak mengakibatkan dampak yang merugikan baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap produk selama proses pembuatan dan
penuimpanan.

D. Produksi
Untuk memperkecil resiko bahaya medis yang serius akibat terjadi
pencemaran silang. Suatu sara khusus dan self- contained harus disediakan untuk
produksi obat tertentu seperyi produk yang dapat menimbulkan senitasi tinggi
(golongan penicillin) atau preparan biologis. Produk lain seperti antibioka
tertentu, hormone tertentu, sintoksika tertentu, produk mengandung bahan aktif
tertentu yang berpontesi tinggi, dan produk nonobat hendaklah diproduksi
dibangunan terpisah. Dalam kasus pengecualian, bagi produk diatas, prinsip
memproduksi bets produk secara campaign di dalam fasilitas yang sama dapat
dibenarkan asal telah mengambil tindakan pencegahan yang spesifik dan validasi
yang diperlukan telah dilakukan.
Pembuatan produk yang diklasifikasikan sebagai racun seperti pestisida dan
herbisida tidak boleh dibuat di fasilitas pembuatan produk obat.
Tatak letak ruang produksi sebaiknya dirancang sedemikian rupa untuk ;
a) Memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang saling
berhubungan antara suatu ruangan dengan ruangan lain mengikuti urutan
tahap produksi dan menurut kelas kebersihan yang dipersyaratkan.
b) Mencegah kesesakan dan ketidakteraturan
c) Memungkinkan komunnikasi dan pengawasan yang efektif terlaksana.
Luas area kerja dan are penyimpanan bahan atau produk yang sedang dalam
proses hendaklah memadai untuk memungkinkan penempatan peralatan dan
bahan secara teratur dan sesuai dengan alur proses, sehingga dapat memperkecil
resiko terjadi kekeliruan antara produk obat atau komponen obat yang berbeda,
mencegah pencemaran silang dan memperkecil resiko terlewat atau salah
melaksanakan tahapan proses produksi atau pengawasan.
Permukaan dinding, lantai dan langit-langit bagian dalam ruangan di mana
terdapat bahan baku dan pengemas primer, produk antara atau produk ruahan
yang terpapar ke lingkungan hendaklah halus, bebas reatak dan sambungan
terbuka, tidak melepaskan partikulat, serta memungkinkan pelaksanaan
pembersihan (bila perlu disinfeksi) yang mudah dan efektif.
Kontruksi lantasi di area pengelolohan hendaklah dibuat dari bahan yang
kedap air, permukaanya rata dan memungkinkan permberishan yang cepat dan
efesien apabila terjadi tumpahan bahan. Sudut antara diniding dan lantai di area
pengelolahan hendaklah berbentuk lengkungan.
Pipa, fiting lampu, titik ventilasi dan instalasi area sarana penunjang lain
hendaklah didesain dan dipasang sedemikian rupa untuk menghindarkan
pembentukan ceruk yang sulit dibersihkan. Untuk kepentingan perawatan, sedapat
mungkin instalasi saran penunjang seperti ini hendaklah dapat diakses dari luar
pengelolahan.
Lubang udara masuk dan keluar serta pipa-pipa dan saluranya hendaklah
dipasang sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran terhadap produk. Saluran
pembuangan air hendaklah cukup besar, didesain dan dilengkapi bak control
untuk mencegah ir bali. Sedapat mungkin saluran terbuka dicegah tetapi bila
perlu hendaklah dangkal untukmemudahkan pembersihan dan disfeksi.
Area produksi hendaklah diventilasi secara efektif dengan menggunakan
system pengendali udara ermasuk filter uadar dengan tingkat efisiensi yang dapat
mencegah pencemaran dan pencemaran silang, pengendali suhu dan, bila perlu,
pengendali kelembaban udara sesuai kebutuhan produk yang diproses dan
kegiatan yang dilakukan didalam ruangan dandampaknya terdapat lingkungan luar
paabrik. Area produksi hendaklah dipantau memastikan pemenuhan terhadap
spedifikasi yang dirancang sebelumnya.
Macam-macam alat produksi dalam pembuatan sedian salep :
1. Timbangan
Timbangan merupakan alat yang pasti ditemui di industri faramasi. Industri
farmasi menggunakan banyak dan macam-macam timbangan untuk berbagai
keperluan. Timbangan ada di bagian penimbangan, IPC, labotarium dan gudang.
Timbanagn harus dikalibrasi secara periodik untuk menjaga kondisi instrument
timbangan agar tetap sesuai dengan spesifikasinya. Periode kalibrasi macam-
macam ada yang per 3 bulan,per 6 bulan, atau setahun sekali. Periode ini
ditentukan oleh industri yang bersangkutan, penentuan periode dapat memlaui
suatu kaijian. Kalibrasi dapat dilakukan internal oleh industri eksternal olehpihak
ke 3.

Gambar 1. Timbangan
2. Homogenizer
Homogenizer paling efektif dalam memperkecil ukuran fase dispers
kemudian meningkatkan luas permukaan fase minyak dan akhirnya meningkatkan
viskositas emulsi sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya ”creaming”.
Homogenizer bekerja dengan cara menekan cairan dimana cairan tersebut dipaksa
melalui suatu celah yang sangat sempit lalu dibenturkan ke suatu dinding atau
ditumbuhkan pada peniti-peniti metal yang ada di dalam celah tersebut.
Homogenizer umumnya terdiri dari pompa yang menaikkan tekanan dispersi pada
kisaran 500-5000 psi, dan suatu lubang yang dilalui cairan dan mengenai katup
penghomogenan yang terdapat pada tempat katup dengan suatu spiral yang kuat.
Ketika tekanan meningkat, spiral ditekan dan sebagian dispersi tersebut bebas di
antara katup dan tempat (dudukan) katup. Pada titik ini, energi yang tersimpan
dalam cairan sebagian tekanan dilepaskan secara spontan sehingga produk
menghasilkan turbulensi yang kuat dan shear hidrolik. Cara kerja homogenizer ini
cukup efektif sehingga bisa didapatkan diameter partikel rata-rata kurang dari 1
mikron tetapi homogenizer dapat menaikkan temperatur emulsi sehingga
dibutuhkan pendinginan (Lieberman HA & Lachmann, 1994).

gambar no.2 homogonizer

3. Double planetary mixers


Double planetary mixers mencakup dua bilah yang berputar pada sumbu
mereka sendiri, sementara mereka mengorbit tempat mencampur pada sumbu
umum. Bilah terus maju di sepanjang pinggiran tempat, menghapus bahan dari
dinding tempat dan membawanya ke bagian interior. Berlawanan
dengan conventional planetary mixer, negosiasi kedua konsfigurasi bilah
menyapu dinding tempat searah jarum jam dan memutar dalam arah yang
berlawanan pada sekitar tiga kali kecepatan perjalanan. Shear
blades menggantikan bahan dari dinding tempat dan oleh aksi tumpang tindih
mereka pusat membawa partikel ke arah agitator shafts, sehingga menghasilkan
gaya geser yang luas. Dengan menggunakan bahan ini bahkan bahan yang sangat
kental dan kohesif dapat dicampur secara efisien (Bhatt & Agrawal, 2007).
gambar no.3 double planetary mixers
4. Colloid mill
Colloid mill berguna untuk penggilingan, dispersi, homogenisasi dan
merusak aglomerat dalam pembuatan pasta makanan, emulsi, coating, salep, krim,
pulp, minyak, dll. Fungsi utama dari colloid mill adalah untuk memastikan
kerusakan aglomerat atau dalam kasus emulsi untuk menghasilkan tetesan halus
yang berukuran sekitar 1 mikron. Bahan yang diproses diisi oleh gravitasi untuk
dipompa sehingga lewat di antara elemen rotor dan stator dimana ia mengalami
gaya geser dan hidrolik tinggi. Bahan dibuang melalui gerbong dimana ia dapat
diresirkulasi untuk perlewatan kedua, biasanya untuk bahan yang memiliki
kepadatan lebih tinggi dan isi serat cakram beralur berbentuk kerucut. Terkadang
pengaturan pendinginan dan pemanasan juga ditentukan dalam penggilingan ini
yang tergantung pada jenis bahan yang diproses. Kecepatan rotasi rotor bervariasi
dari 3.000-20.000 rpm dengan jarak kemampuan penyesuaian yang sangat halus
antara rotor dan stator bervariasi dari 0.001-0.005 inci tergantung pada ukuran
alat. Colloid mills memerlukan pengisian air yang banyak, cairan dipaksa melalui
celah sempit dengan aksi sentrifugal dan jalur spiral. Dalam penggilingan ini
hampir semua energi yang diberikan diubah menjadi panas dan gaya geser terlalu
dapat meningkatkan suhu produk. Oleh karena itu, sebagian besar colloid
mills dilengkapi dengan jaket air dan itu adalah juga diperlukan untuk
mendinginkan bahan sebelum dan setelah melewati penggilingan (Bhatt &
Agrawal, 2007).
gambar no.4 colloid mill
5. Pengemasan
Stelah semua bahan tercampur dan sudah lulus uji salep siap dimasukan ke
dalam wadah. Proses pengemasa merupakan salah satu tahpan penting dalam
pembuatan farmasi Karena pengemasan dapat membantu pencegahan
terjadinya kerusakan pada bahan. Setelah dikemas produk dapat diberi label.

gambar no.5 pengemasan

E. Peralatan
Prinsip perlatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan
kontruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi
dengantepat, agar mutu obat terjamin serta seragam dan untuk memudahkan
pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah kontiminasi silang,
peneumpukan debu atau kotoran dan hal-hal umumnya berdampak buruk pada
mutu produk.
F. Sanitasi dan higine
Prinsip tingkat sanitasi dan higine yang tinggi hendaklah diterapkan pada
setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higine meliputi personil,
banguna, peralatan dan perlengkapan, bahan produk serat wadahnya, bahan
pembersih dan desinfeksi, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber
pencemaran produk. Sumber pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui
progam sanitasi dan higine yang terpadu.

G. Pengawasan mutu
Prinsip pengawasan mutu merupakan bagiuan yang esensial dari cara
pembuatan obat yang baik untuk memberikan kepastaian bahwa produk secar
konsisten memppunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakainnya.
Keterlibatan daan komitmen semua pihak pada semua tahap merupakan keharusan
untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada
distribusi produk jadi. Pengawasan mutu mencakup pengambilan sampel,
spesifikasi, pengujiaan serta termasuk pengaturan, dukomentasi dan prosedur
pelulusan yang memastian bahwa semua penguji yang relevan telah dilakukan,
dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produkdiluluskan untuk dijual,
sampai mutunya telah dibuktkan memenuhi persyartan. Pengawasan mutu tidak
terbatas pada labotarium, tapi juga harus terlibat dalm semua keputusan yang
terkait dengan mutu produk.

H. Inspeksi diri, audit mutu dan audit persetujuan pemasok


Tujuuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semmua aspek
produksi dan pengawsan mutu industry farmasi memenuhui ketentuan CPOB.
Progam inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam
pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang
kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara
objektif. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secar rutin, dan disamping itu, pada
situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan obat jadi atau terjadi
penolakan yang berulang. Semua saranuntuk tindakan perbaikan supaya
dilaksanakan prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokomentasikan dan
dibuat progam tindak lanjut yang efektif.

I. Penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk


Prinsip semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan
kemungkinan terjadi kerusakan obat harus dikaji dengna teliti sesuai dengan
prosedur tertulis. Untuk menangani semua kasusu yang mendesak, hendaklah
disusun suatu system, bila perlu mencakup perbaikan kembali produk yang
diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif.

J. Dokumetasi
Prinsip dokumentasi adalah bagian dari system informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang essensial dari pemastian mutu.
Dokumetasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa setiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehinnga
memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekliruana yang biasayna timbul
karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dukomen produksi
induk atau formula pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan catatan
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tulis. Keterbacaan dukomentasi
adalah sangat penting.

K. Pembuatan dan analisii bedasarkan kontrak


Prinsip pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secar benar,
disetujiu dan dikendalikan untuk menghindarkan kesalahpahaman yang dapat
menyebabkan produk atau pekerjandengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak
tertulis dengn pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara jelas
yang menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak
harus menyatakn seccar jelas prosedur pelulusan tiap bets produk unnutk
diedarkan yang menjadi tanggung jawab bagian manajemen mutu (pemaastian
mutu).

L. Kualifikasi dan validasi


CPOB mensyarakan insusdtri farmasi unutuk mengidentifikasi validasi yang
erlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang
dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peraltan dan proses yang dapat
mempengaruhi mutu produk hendaklah divallidasi. Pendekatan dengan kajian
resiko hendaklah digunakna untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan
validasi.

M. Penendaliaan terhadap perubahan


Sisitem pengendalian perubbahhnn formal hendaklah ditetapkan unutk
mengevaluasi semua perubahan yang mungkin memperngaruhi produksi dan
penegndalian prroduk antara atau BAO.
Hendkalha tersedi prosedu tertulis untuk identifikasi, dukomenntasi,
pengkajian yang tepat dan persetujuan perubahan bahan baku, spesifikasi, metode
analisis, fasilitas, system pendukung, peralatan (termasuk perangkat keras
computer), tahap proses label dan bahan pengemas, serta perangkat lunak
computer.
Tiap pengajuan perubahan yang relevan denaan CPBAOPhendaklah dibuat
draft, dikaji dan distejui oleh unit organisai tyang terkait dengan perubahan
tersebut, serta dikaji oleh uni mutu.
Dampak potensial dari perubahan yang diajukan terhadaapmutu produk anatar
atau BAO hendaklah dievaluai. Suatau prosedur kasifikasi dapat membantu dalam
penentuana tingkat pengajian, validasi dan dukometasi perubahan dapat
diklasifikasikan (missal sebagai minor atau major) tegantung sifat dan besar
perubahan serta daammpak dari perubahan tersebut terhadap proses.
Pertimbanagn ilmiah hendaklah menetapkan pengujian dan studi validasi
tmabahan yang tepat untuk menjustifikasi suatu perubahan dalam proses yang
tervalidasi.
Saat menerepkan perubahan yang disetujui, hendklah diambil tindakan untuk
memmastikan bahwa semua dokumen yang terpengaruh oleh perubahan tersebut
direvisi. Setelah perubahan dimplementasikan hendklah dilakukan evaluasi
terhadap beberapa bets pertama yang dirproduksi atau diuji dengan menggunakna
perubahan tersebut.
Potensi perubahan krisis yang mempengaruhi pengujian ulang atau tanggal
kadaluwarsa yang ditetepkan hendaklah dievaluasi. Jika diperlukan, sampel
produk antara atau BAO yang diproduksi dengan proses yang dimodifikasi
dapatdimasukan ke dalam progam stabilitas dipercepat dan atau dapat
ditambahkan pada progam pemantauan stabilitas. Pabrik pembuat bentuk sedian
yang sedang menggunakan BAO hendkalah diberitahu mengenai perubahan
terhadpa prosedur pengendalian produksi dan proses yang dapat berdampak
terhadap mutu BAO.

2.6 Evaluasi sedian salep


Evaluasi sediaan adalah tahapan akhir produksi ytang menekan pada kegiatan
pemastian dan pemeriksaan.Apakah sudah sesuai dengan spesifikasi mutu standa
sediaan secara nasional maupun internasional.
A. Daya menyerap air
Daya menyerap air dapat diukur sebagi bilangan air yang digunakan untuk
mengkarakteristik basis abrsorpsi. Bilangan air dirumuskan sebagai jumlah
air maksimal, yang maou diikat oleh 100g basis bebas air pada suhu tertentu
(umumnya 15-20⁰C) secara terus menerus atau dalam jangka waktu terbatas
(umumnya 24jam), dimana air tersebut digabungkan secara manual. Kedua
bilanagn tersebut dapat dihitung satu ke dalam yang lain melalui persamaan.

B. Kandungan air
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk menetukan kandungan air dalam
salep.
a) Penentuan kehilanagn akibat pengeringan
Sebagai kandungan air digunakan ukuran kehilangan massa maksimum (%)
yang dihitung pada saat pengeringan disuhu tertentu (umumnya 100-110⁰C)
b) Cara penyulinagan
Prinsip metode ini terletak pada penyulingan menggunakan bahan pelarut
menguap yang tidak dapat bercampur dengan air.Dalam hal ini digunakan
trikloretan, toluene, atatu silen yang disuling sebagi campuran azeotrop
dengan air.
c) Cara titrasi menurut karl fischer
Penetuannya berdasarkan atas perubahab belerang oksida dan iod serta air
dengan adanyan piridin den menthol menurut persamaan reaksi.
C. Konsistensi
Merupakan suatu cara menetukan sifat berulang, sperti sifat lunak dari setiap
jenis salep, melalui angkaa ukur untuk memperoleh konsistensi dpat digunak
metode penetrometer dan penetuan batas mengalir praktis.
D. Penyebaran
Penyebaransalep diartikan sebagai kemampuan penyebaran pada kulit,
penetuannnya dilakukan dengan menggunakan entesometer.
E. Termoresitensi
Dihasilkan melalui tes berayun, digunakan untuk mempertimbangkan daya
simpan salep dia daerah dengan perubahan iklim terjadi secar terus menerus.
F. Ukuran partikel
Untuk melakukan penelitian orientasi, digunakan grindometer yang banyak
dipakai dalam industri bahan pewarna.
Metode tersebut hanya menghasilkan pendekatan yang tidak sesuai dengan
harga yang diperoleh dari mikroskopik,akan tetapi setelah dilakukan peneraan
yang tepat, metode tersebut daat menjadi metode rutin yang baik dan cepat
pelaksanaannya.

2.6 Praformulasi dan formulasi


2.6.1 Definisi praformulasi
Praformulasi adalah kegiatan formulasi yang mengutamakn pada kegiatan
mencari infromaasi karakteristik bahan yang menjadi keunggulan bahan dan
kemuadian dijadikan dasra pemilihian bahan suatu formula
2.6.2 Definisi formulasi
Formulasi saadlah salah satu kegiatan dalam pembuatan sediianyang
mengutamakan pada kegiatn merancang kompisi bahan aktif maupun bahan
tambahan yang diperlukan untuk membuat sediian tertentu.
BAB III

METODOLOGI
3.1 Formula

R/Salep 2-4 20
Champora 0,5
Mf la ungt
Sue

Ket: FMS ungt 2-4 hal 48


R/ Acid salicyl 2
Sulf. Praceipitat 4
Vaselin album ad 100

3.2 Perhitungan bahan


Asam salisilat 20/100 × 2 = 0,4 g
Sulfur 20/100 × 4 = 0,8 g
Champora 0,5 g
Vaselin 20-(0,4+0,8) = 18,8 g

3.3 Alat
1) Timbangan besar
2) Timbangan halus
3) Anak timbangan
4) Sendok tanduk
5) Mortir dan stamper
6) Kertas perkamen

3.4 Bahan
1) Acid salicyl
2) Sulfur pra.
3) Chrampora
4) Vaselin album
3.5 Cara kerja
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Disetarakan timbangan
3) Ditimbang asam salisilat 0,4 g dan champora 0,5 g, kemudian dimasukan ke
dalam mortar ditetesi etanol 95% lalu gerus ad larut
4) Ditimbang sulfur praecip. 0,8 g, masukan mortir lalu gerus ad homogen
5) Ditimbang vaselin album 18,8 g, tambahkan sedikit demi sedikit kedalam
mortir lalu gerus ad homogen
6) Dikeluarkan dari mortir dan dimasukan ke dalam pot salep

3.6 Uji Evaluasi


1. Uji Organoleptis
Organoleptis digunakan untuk mengetahui karakteristik sediaan salep
Evalusai organoleptis menggunakan panca indra,mulai dari
bau,warna, tekstur sedian, konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek
responden(dengan kriteria tertentu) dengan menetapkan kriterianya
pengujianya (macam dan item), menghitung prosentase masing- masing
kriteria yang di peroleh, pengambilan keputusan dengan analisa statistik.
2. Uji daya sebar
Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala.
Kemudian bagian atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan bebanya,
dan di beri rentang waktu 1 – 2 menit. kemudian diameter penyebaran diukur
pada setiap penambahan beban, saat sediaan berhenti menyebar (dengan
waktu tertentu secara teratu ).
3. Uji asepbilitas sediaan
Dilakukan pada kulit, dengan berbagai orang yang di kasih suatu
quisioner di buat suatu kriteria , kemudahan dioleskan, kelembutan, sensasi
yang di timbulkan, kemudahan pencucian. Kemudian dari data tersebut di
buat skoring untuk masing- masing kriteria. Misal untuk kelembutan agak
lembut, lembut, sangat lembut
4. Uji PH
Evaluasi pH menggunakan alat pH meter, dengan cara perbandingan
60 g : 200 ml air yang di gunakan untuk mengencerkan , kemudian aduk
hingga homogen, dan diamkan agar mengendap, dan airnya yang di ukur
dengan pH meter, catat hasil yang tertera pada alat pH meter.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh, 2002, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta. 53.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta. 12.
Anonim, 1978, Formularium Nasional, Edisi Kedua, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
Saifullah, T.N, dan Rina Kuswahyuning, 2008, Teknologi dan Formulasi Sediaan
Semipadat, Pustaka Laboratotium Teknologi Farmasi UGM, Yogyakarta. 59. 63.
64
Syamsuni, 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta.
Tjay, Tan Hoan , et all, 2000, Obat – Obat Penting, Elex Media Computindo,
Jakarta. 132.
Bhatt B, Agrawal SS. 2007. Pharmaceutical Engineering. New Delhi: Delhi
Institute of Pharmaceutical Science and Research.
Lieberman HA, Lachmann L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi I.
Jakarta: UI Press.

You might also like