Professional Documents
Culture Documents
Menurut Damono sebagaimana dikutip oleh Oman Sukmana, kata “adab” berasal
dari bahasa Arab yang berarti akhlak atau kesopanan dan kehalusan budi pekerti.
Adab erat hubungannya dengan:
Moral yaitu nilai – nilai dalam masyarakat yang hubungannya dengan kesusilaan
Norma yaitu aturan, ukuran atau pedoman yang dipergunakan dalam menentukan
sesuatu yang baik atau salah.
Etika yaitu nilai-nilai dan norma moral tentang apa yang baik dan buruk yang
menjadi pegangan dalam mengatur tingksh laku manusia.
Estetika yaitu berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam keindahan,
kesatuan, keselarasan dan kebalikan.
Menurut Fairchild sebagaimana yang dikutip oleh Oman Sukmana, “peradaban”
adalah perkembangan kebudayaan yang telah mencapai tingkat tertentu yang diperoleh
manusia pendukungnya.
Menurut Bierens De Hans “peradaban” adalah seluruh kehidupan sosial, ekonomi,
politik dan teknik. Jadi, peradaban adalah bidang kehidupan untuk kegunaan yang
praktis, sedangkan kebudayaan adalah sesuatu yang berasal dari hasrat dan gairah yang
lebih murni diatas tujuan yang praktis hubungannya dengan masyarakat.
Menurut Prof. Dr. Koentjaraningrat “peradaban” adalah bagian-bagian
kebudayaan yang halus dan indah seperti kesenian. Dengan demikian “peradaban” adalah
tahapan tertentu dari kebudayaan masyarakat tertentu pula, yang telah mencapai
kebudayaan tertentu pula, yang telah mencapai kemajuan tertentu yang dicirikan oleh
tingkat ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang telah maju. Masyarakat tersebut dapat
dikatakan telah mengalami proses perubahan sosial yang berarti, sehingga taraf
kehidupannya makin kompleks.
2. Pengertian Manusia sebagai Makhluk Beradab dan Masyarakat Adab
Manusia disamping sebagai makhluk Tuhan, sebagai makhluk individu juga
sebagai makhluk sosial budaya, dimana saling berkaitan satu dengan yang lain. Sebagai
makhluk Tuhan manusia memiliki kewajiban mengabdi kepada Sang Kholik, sebagai
makhluk individu manusia harus memenuhi segala kebutuhan pribadinya dan sebagai
makhluk sosial budaya manusia harus hidup berdampingan dengan manusia lain dalam
kehidupan yang selaras dan saling membantu.
Manusia sebagai makhluk sosial disini merupakan anggota masyarakat yang
tentunya mempunyai tanggungjawab seperti anggota masyarakat lain, agar dapat
melangsungkan hidupnya dalam masyarakat tersebut. Oleh karena itu, manusia yang
bertanggungjawab adalah manusia yang dapat menyatakan bahwa tindakannya itu baik
dalam arti menurut norma umum.Untuk menjadi makhluk yang beradab, manusia
senantiasa harus menjunjung tinggi aturan-aturan, norma-norma, adat-istiadat, ugeran dan
wejangan atau nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat yang diwujudkan dengan
menaati berbagai pranata sosial atau aturan sosial, sehingga dalam kehidupan di
masyarakat itu akan tercipta ketenangan, kenyamanan, ketentraman dan kedamaian. Dan
inilah sesungguhnya makna hakiki sebagai manusia beradab.
Konsep masyarakat adab dalam pengertian yang lain adalah suatu kombinasi yang
ideal antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Dalam suatu masyarakat yang
adil, setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasarnya dianggap paling
cocok bagi setiap orang tersebut, yang tentunya perlu adanya keselarasan dan
keharmonisan. Namun demikian keinginan manusia untuk mewujudkan keinnginannya
atau haknya sebagai salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan hidup, tidak boleh
dilakukan secara berlebihan bahkan merugikan manusia lain. Manusia dalam
menggunakan hak untuk memenuhi kepentingan pribadinya tidak boleh melampaui batas
atau merugikan kepentingan orang lain. Sebagai suatu anggota masyarakat yang beradab
manusia harus bisa menciptakan adanya keseimbangan antara kepentingan pribadi dan
kepentingan umum. Jadi, perlu adanya suatu kombinasi yang ideal antara kepentingan
pribadi dan kepentingan umum.
3. Evolusi dan Tahapan-tahapan Peradaban
Evolusi diajukan sebagai faktor kebudayaan pada sekitar pertengahan abad ke –
19 dan dengan segera pula menjadi kategori budaya yang sangat populer. Mereka yang
menerapkan gagasan evolusi pada pertumbuhan kebudayaan tidak begitu melukiskan
proses yang sungguh-sungguh terjadi, melainkan hanya menyusun sebuah artificial
selection diantara ratusan peristiwa dan kejadian yang laludiurutkan menurut skema
evolusi. Menurut JWM Baker SJ, mereka tidak sampai menerangkan jalan kebudayaan
dengan teori evolusi, tetapi mencoba membuktikan evolusi dengan data budaya yang ada.
Proses evolusi kebudayaan hanya dipandang dari jauh, yakni dengan mengambil
jangka waktu yang panjang, misalnya beberapa ribu tahun yang lalu, maka akan
menampakkan perubahan-perubahan besar yang seolah menentukan arah (directional)
dari sejarah perkembangan kebudayaan yang bersangkutan. Perubahan – perubahan
tersebut direkonstruksi dengan menganalisa sisa-sisa dari benda hasil kebudayaan
manusia pada jaman dahulu yang antara lain digali dari lapisan bumi diberbagai tempat.
Menurut Alfin Tofler tahapan peradaban dapat dibagi atas tiga tahapan, yaitu :
1. Gelombang pertama sebagai tahap peradaban pertanian, dimana dimulai kehidupan baru
dari budaya meramu ke bercocok tanam (revolusi agraris).
2. Gelombang kedua sebagai tahap peradaban industri penemuan mesin uap, energi listrik,
mesin untuk mobil dan pesawat terbang (revolusi industri).
3. Gelombang ketiga sebagai tahap peradaban informasi. Penemuan teknologi informasi dan
komunikasi (ICT) dengan komputer atau alat komunikasi digital.
4. Menurut John Naisbitt mengemukakan bahwa era informasi menimbulkan gejala mabuk
teknologi, yang ditandai dengan beberapa indikator, yaitu :
5. Masyarakat lebih menyukai penyelesaian masalah secara kilat.
6. Masyarakat takut sekaligus memuja teknologi.
7. Masyarakat mengaburkan perbedaan antar yang nyata dan yang semu.
8. Masyarakat menerima kekerasan sebagai sesuatu yang wajar.
9. Masyarakat mencintai teknologi dalam bentuk mainan, dan
10. Masyarakat menjalani kehidupan yang berjarak dan terenggut.
4. Peradaban dan Perubahan Sosial
Perubahan sosial merupakan gejala yang akan menimbulkan ketidaksesuaian antara
unsur-unsur yang ada didalam masyarakat, sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan
yang tidak sesuai fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan.
Willbert Moore memandang perubahan sosial sebagai “perubahan struktur sosial,
pola perilaku, dan interaksi sosial”. Perubahan sosial berbeda dengan perubahan
kebudayaan. Perubahan kebudayaan mengarah pada perubahan unsur-unsur kebudayaan
yang ada.
William F. Ogburn mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahan-perubahan
sosial mencakup unsur-unsur kebudayaan yang materiil maupun immateriil.
Gillin dan Gillin mengatakan bahwa perubahan – perubahan sosial untuk sesuatu
variasi dari cara hidup yang lebih diterima yang disebabkan baik karena perubahan
kondisi geografis, kebudayaan materiil, kompetisi penduduk, ideologi maupun karena
adanya difusi ataupun peubahan-perubahan baru dalam masyarakat tersebut.
Menurut Selo Sumardjan, perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada
lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosial,
termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola perilaku diantaranya kelompok
dalam masyarakat. Menurutnya antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan
memiliki satu aspek yang sama, yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu
penerimaan cara –cara baru atau suatu perbaikan cara masyarakat memenuhi
kebutuhannya.
Perubahan sosial yaitu perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau dalam
hubungan interaksi yang meliputi berbagai aspek kehidupan. Cara yang paling
sedderhana untuk memahami terjadinya perubahan sosial dan budaya adalah membuat
rekapitulasi dari semua perubahan yang terjadi dalam masyarakat sebelumnya. Perubahan
yang terjadi dalam masyarakat yang dianalisis dari berbagai segi :
a. Kearah mana perubahan dalam masyarakat bergerak (derection of change) bahwa
perubahan tersebut meninggalkan faktor yang diubah. Akan tetapi setelah
meninggalkan faktor tersebut, mungkin perubahan itu bergerak kepada sesuatu yang
baru sama sekali, akan tetapi mungkin pula bergerak kearah suatu bentuk yang sudah
adda pada waktu yang lampau.
b. Bagaimana bentuk dari perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi
dalam masyarakat.
5. Wujud Peradaban
Peradaban adalah wujud kebudayaan sebagai hasil kreatifitas manusia baik yang
bersifat materiil berupa benda-benda yang kasat mata dan dapat diraba, seperti candi
borobudur, bangunan gedung atau rumah, mobil, perlatan kerja, dan sebagainya, maupun
yang bersifat non – materiil dalam bentuk nilai, moral, norma, dan estetika.
Peradaban sebagai wujud kebudayaan yang bersifat non – materiil, seperti adat
sopan santun pergaulan dalam menjalani hidup dan kehidupan ini manusia senantiasa
memegang teguh nilai-nilai yang ada, baik berupa moral, norma, etika, dan estetika.
Menurut Ki Hajar Dewantara, etika adalah ilmu yang mempelajari segala soal
kebaikan dan keburukan didalam hidu manusia semuanya, teristimewa yang mengenai
gerak – gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai
mengenai tujuannya yang dapat merupakan perbuatan.
Etika merupakan suatu ajaran yang melakukan refleksi kritis atas norma ajaran
moral. Tugas etika adalah mencari ukuran baik buruknya bagi tingkah laku manusia.
Secara dikotomisada etika deskriptif yang berusaha mengkaji secara kritis dan rasional
tentang sikap dan pola perilaku manusia, dan apa yang dikerjakan oleh manusia dalam
hidup sebagai sesuatu yang bernilai. Sedangkan etika normatif adalah berusaha
menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku yang ideal yang seharusnya dimiliki oleh
manusia (berupa norma-norma).
Menurut Th. L. Vanhoeven (dalam Oman Sukmana), norma berasal dari kata
“normalis”, yang berarti menurut petunjuk, kaidah, kebiasaan, kelaziman, patokan,
standart, ukuran. Norma – norma mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda – beda,
yaitu :
a. Folkways, yakni norma-norma yang berdasar kebiasaan atau kelaziman dalam
tradisi, dan apabila dilanggar tidak ada sanksinya, tetapi hanya dianggap aneh dan
menjadi sasaran pembicaraan umum saja.
b. Mores (tata kelakuan), yakni norma moral yang menentukan suatu kelakuan
tergolong benar atau salah, baik atau buruk. Individu yang melanggar mores akan
dihukum.
Manusia memiliki sensibilitas esthethis, karena itu manusia tak dapat dilepaskan
dari keindahan. Manusia membutuhkan keindahan dalam kesempurnaan (keutuhan)
pribadinya. Tanpa estetika ini, kemanusiaan tidak lagi mempunyai perasaan dan semua
kehidupan akan menjadi steril.
Kata “adab” berasal dari bahasa Arab yang berarti akhlak atau kesopanan dan kehalusan
budi pekerti. Peradaban adalah tahapan tertentu dari kebudayaan masyarakat tertentu pula, yang
telah mencapai kebudayaan tertentu pula, yang telah mencapai kemajuan tertentu yang dicirikan
oleh tingkat ilmu pngetahuan, teknologi dan seni yang telah maju.
Untuk menjadi makhluk yang beradab, manusia senantiasa harus menjunjung tinggi aturan
– aturan, norma – norma, adat – istiadat, ugeran dan wejangan atau nilai – nilai kehidupan yang
ada di masyarakat yang diwujudkan dengan menaati berbagai pranata sosial atau aturan sosial,
sehingga dalam kehidupan di masyarakat itu akan tercipta ketenangan, kenyamanan, ketentraman
dan kedamaian.
Peradaban sebagai wujud kebudayaan yang bersifat non – materiil, seperti adat sopan
santun pergaulan dalam menjalani hidup dan kehidupan ini manusia senantiasa memegang teguh
nilai-nilai yang ada, baik berupa moral, norma, etika, dan estetika.
3.2 Saran
Dengan pengertian adab dan peradaban yang disampaikan diatas bahwa adab dan
peradaban di masyarakat memiliki peran yang sangat setral dalam kehidupan masyarakat dan
sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Dari makalah ini diharapkan kita bisa belajar dan
mengerti akan peradaban, sehingga bisa diterapkan di kehidupan sehari – hari.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.policy.hu/suharto/modul_a/makindo_16.htm
http://indonetasia.com/definisionline/?p=974
http://ojs.lib.unair.ac.id/index.php/JID/article/view/2154
http://www.google=pengaruhglobalisasiterhadapeksistensikebudayaandaerah.com
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar oleh Suratman, SH., M.Hum, Drs. MBM Munir, MH dan Umi
Salamah, S.Pd.