You are on page 1of 41

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK (NEONATAL)

PADA BAYI Ny. F DENGAN DIAGNOSA HIPERBILIRUBIN


DI RUANG PERINATOLOGI RSUD PRINGSEWU

KELOMPOK 2 RSUD PRINGSEWU :

1. GUSTIRA ANGGRAENI, S.Kep 149012017080 (ANGGOTA)


2. HESTY YUNINGSIH, S.Kep 149012017082 (ANGGOTA)
3. LIA HARTATI, S.Kep 149012017085 (ANGGOTA)
4. MEGA WARDHANI, S.Kep 149012017087 (ANGGOTA)
5. NUNGKI RAHAYU, S.Kep 149012017089 (ANGGOTA)
6. RISZKI PERDANA PUTRI,S.Kep 149012017091 (KETUA)
7. DEWI LESTARI, S.Kep 149012017177 (ANGGOTA)

PRODI NERS KEPERAWATAN

STIKes MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

TAHUN AJARAN 2017 / 2018

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
dan rahmat-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan. Melalui makalah ini, kita
dapat mengetahui tentang Asuhan Keperawatan Anak

Saya menyadari akan kelemahan dan kekurangan dari makalah ini.Oleh


sebab itu,saya membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun,agar
makalah ini akan semakin baik sajiannya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pembaca.

Pringsewu, September 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
C. Manfaat Penulisan .............................................................................. 2

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian .......................................................................................... 3
B. Etiologi .............................................................................................. 4
C. patofisiologi ....................................................................................... 5
D. Komplikasi ......................................................................................... 6
E. Tanda Dan Gejala ............................................................................... 7
F. Pemeriksaan Diagnostik ..................................................................... 8

BAB III KASUS

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 40
B. Saran ................................................................................................. 40

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Proses hemolisis darah, infeksi berat, ikterus yang berlangsung lebih dari 1
minggu serta bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl juga merupakan keadaan yang
menunjukkan kemungkinan adanya ikterus patologik. Dalam keadaan tersebut
penatalaksanaan ikterus harus dilakukan sebaik-baiknya agar akibat buruk
ikterus dapat dihindarkan.

Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada


sebagian neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama
kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60%
bayi cukup bulan dan pada 80% bayi kurang bulan. Ikterus merupakan salah
satu penyakit yang berkaitan dengan sistem imun. Ikterus ini pada sebagian
lagi mungkin bersifat patologik yang dapat menimbulkan gangguan yang
menetap atau menyebabkan kematian, karenanya setiap bayi dengan ikterus
harus mendapat perhatian terutama apabila ikterus ditemukan dalam 24 jam
pertama kehidupan bayi atau kadar bilirubin meningkat lebih dari 5 mg/dl
dalam 24 jam.

B. Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud dengan hiperbilirubin ?
b. Apakah yang menjadi penyebab terjadinya hiperbilirubin ?
c. Bagaimana manifestasi klinis penyakit hiperbilirubin?
d. Bagaimana komplikasi yang terjadi pada penyakit hiperbilirubini?
e. Bagaimana patofisiologi terjadinya penyakit hiperbilirubin, ?
f. Apa saja pemeriksaan penunjang pada penyakit hiperbilirubin?
g. Bagaimana diagnosis dan penatalaksanaan pada penyakit hiperbilirubin?

4
h. Bagaimana proses asuhan keperawatan pada penyakit hiperbilirubin?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui deskripsi tentang definisi hiperbilirubin.
2. Untuk mengetahui deskripsi tentang penyebab terjadinya hiperbilirubin
3. Untuk mengetahui gambaran tentang manifestasi klinis penyakit
hiperbilirubin.
4. Untuk mengetahui gambaran tentang komplikasi yang terjadi pada
penyakit hiperbilirubin.
5. Untuk mengetahui gambaran tentang patofisiologi terjadinya penyakit
hiperbilirubin.
6. Untuk mengetahui deskripsi tentang pemeriksaan penunjang pada
penyakit hiperbilirubin.
7. Untuk mengetahui gambaran tentang penatalaksanaan penyakit
hiperbilirubin.
8. Untuk mengetahui gambaran tentang proses asuhan keperawatan pada
bayi dengan penyakit hiperbilirubin.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. HIPERBILIRUBIN
1. DEFINISI
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah
yang kadar nilainya lebih dari normal (Suriadi, 2001).
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam
darah melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum.Hiperbilirubin
adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam darah
berlebihan sehingga menimbulkan joundice pada neonatus (Dorothy R.
Marlon, 1998)
Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin
dalam darah yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek
patologis pada neonatus ditandai joudince pada sclera mata, kulit,
membrane mukosa dan cairan tubuh (Adi Smith, G, 1988).
Hiperbilirubin adalah keadaan icterus yang terjadi pada bayi baru
lahir, yang dimaksud dengan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir
adalah meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler
sehingga terjadi perubahaan warna menjadi kuning pada kulit,
konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya. (Ngastiyah, 2000) Nilai
normal: bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
Hiperbilirubin merupakan gejala fisiologis (terdapat pada 25 – 50%
neonatus cukup bulan dan lebih tinggi pada neonatus kurang bulan). (IKA
II, 2002).
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum
(hiperbilirubinemia) yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat
menimbulkan ikterus. (Suzanne C. Smeltzer, 2002).

6
Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan
efek pathologis. (Markum, 1991:314)

B. METABOLISME BILIRUBIN
Pada BBL bilirubin direk dapat di ubah menjadi bilirubin indirek didalam
usus karena disini terdapat beta-glukoronidase yang berperan penting
terhadap perubahan tersebut. bilirubin indirek ini diserap kembali oleh usus
selanjutnya masuk kembali ke hati (inilah siklus enterohepatik).

75%dari bilirubin yang ada pada BBL yang berasal dari penghancuran
hemoglobin ,dan 25%dari mioglobin ,sitokrom ,katalase dan tritofan pirolase
.satu gram bilirubin yang hancur menghasilkan 35 mg bilirubin .bayi cukup
bulan akan menghancurkan eritrosit sebanyak satu gram/hari dalam bentuk
bilirubin indirek yang terikat dengan albumin bebas (1 gram albumin akan
mengikat 16 mg bilirubin). Bilirubin indirek larut dalam lemak dan bila sawar
otak terbuka, bilirubin akan masuk kedalam otak dan
terjadilah kernikterus. yang memudahkan terjadinya hal tersebut ialah
imaturitas, asfiksia/hipoksia, trauma lahir, BBLR (kurang dari 2500 gram),
infeksi, hipoglikemia, hiperkarbia.didalam hepar bilirubin akan diikat oleh
enzim glucuronil transverse menjadi bilirubin direk yang larut dalam air,
kemudian diekskresi kesistem empedu, selanjutnya masuk kedalam usus dan
menjadi sterkobilin. sebagian di serap kembali dan keluar melalui urin
sebagai urobilinogen.

Keadaan ikterus di pengaruhi oleh :

a) Faktor produksi yang berlebihan melampaui pengeluaran nya terdapat


pada hemolisis yang meningkat seperti pada ketidakcocokan
golongandarah (Rh, ABO antagonis,defisiensi G-6-PD dan sebagai nya).
b) Gangguan dalam uptake dan konjugasi hepar di sebabkan imaturitas
hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi (mengubah) bilirubin,

7
gangguan fungsi hepar akibat asidosis,hipoksia, dan infeksi atau tidak
terdapat enzim glukuronil transferase (G-6-PD).
c) Gangguan tranportasi bilirubin dalam darah terikat oleh albumin
kemudian di angkut oleh hepar. Ikatan ini dapat di pengaruhi oleh obat
seperti salisilat dan lain-lain. Defisiensi albumin menyebabkan lebih
banyak bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat
pada otak (terjadi krenikterus).
d) Gangguan dalam ekskresi akibat sumbatan dalam hepar atau di luar
hepar. Akibat kelainan bawaan atau infeksi, atau kerusakan hepar oleh
penyebab lain.

D. KLASIFIKASI
Terdapat 2 jenis ikterus yaitu yang fisiologis dan patologis.

Ikterus fisiologi

Ikterus fisiologi adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga
serta tidak mempunyai dasar patologi atau tidak mempunyai potensi menjadi
karena ikterus. Adapun tanda-tanda sebagai berikut :

1. Timbul pada hari kedua dan ketiga


2. Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg% pada neonatus cukup
bulan.
3. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5% per hari.
4. Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg%.
5. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.
6. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis.

8
Ikterus Patologi

Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar
bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Adapun tanda-
tandanya sebagai berikut:

1. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.


2. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau
melebihi 12,5% pada neonatus kurang bulan.
3. Pengangkatan bilirubin lebih dari 5 mg% per hari.
4. Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama.
5. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%.
6. Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik.
(Arief ZR, 2009. hlm. 29)

E. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO


A. Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1. Pembentukan bilirubin yang berlebihan.
2. Gangguan pengambilan (uptake) dan transportasi bilirubin dalam hati.
3. Gangguan konjugasi bilirubin.
4. Penyakit Hemolitik, yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel
darah merah.
5. Disebut juga ikterus hemolitik. Hemolisis dapat pula timbul karena
adanya perdarahan tertutup.
6. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan,
misalnya Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obatan
tertentu.
7. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme
atau toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah
seperti : infeksi toxoplasma. Siphilis.

9
8. Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun
dapat disebabkan oleh beberapa faktor:
9. Produksi yang berlebihan
Hal ini melebihi kemampuannya bayi untuk mengeluarkannya, misal
pada hemolisis yang meningkat pada inkompabilitas darah Rh, ABO,
golongan darah lain, defisiensi enzim G6PD, piruvat kinase,
perdarahan tertutup dan sepsis.
10. Gangguan proses “uptake” dan konjugasi hepar.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh immturitas hepar, kurangnya
substrat untuk konjugasi bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat
asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil
transferase (sindrom Criggler-Najjar) penyebab lain atau defisiensi
protein Y dalam hepar yang berperan penting dalam “uptake”
bilirubin ke sel hepar.
11. Gangguan transportasi.
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke
hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin dapat dipengaruhi oleh obat
misalnya salisilat, dan sulfaforazole. Defisiensi albumin menyebabkan
lebih banyak terdapat bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang
mudah melekat ke sel otak.
12. Gangguan dalam ekskresi.
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar
hepar. Kelainan di luar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan
bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi/kerusakan
hepar oleh penyebab lain.
B. Faktor resiko terjadinya hiperbilirubin antara lain:
Faktor Maternal
- Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani)
- Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)
- Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik ASI

10
Faktor Perinatal

- Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)


- Infeksi (bakteri, virus, protozoa)
Faktor Neonatus

- Prematuritas
- Faktor genetic
- Polisitemia
- Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)
- Rendahnya asupan ASI
- Hipoglikemia
- Hipoalbuminemia
F. MANIFESTASI KLINIS
Bayi baru lahir(neonatus) tampak kuning apabila kadar bilirubin serumnya
kira-kira 6mg/dl(Mansjoer at al, 2007). Ikterus sebagai akibat penimbunan
bilirubin indirek pada kulit mempunyai kecenderungan menimbulkan warna
kuning muda atau jingga. Sedangkan ikterus obstruksi(bilirubin direk)
memperlihatkan warna kuning-kehijauan atau kuning kotor. Perbedaan ini
hanya dapat ditemukan pada ikterus yang berat(Nelson, 2007).

Gambaran klinis ikterus fisiologis:

a) Tampak pada hari 3,4


b) Bayi tampak sehat(normal)
c) Kadar bilirubin total <12mg%
d) Menghilang paling lambat 10-14 hari
e) Tak ada faktor resiko
f) Sebab: proses fisiologis(berlangsung dalam kondisi fisiologis)(Sarwono et
al, 1994)
Gambaran klinik ikterus patologis:

a) Timbul pada umur <36 jam


b) Cepat berkembang

11
c) Bisa disertai anemia
d) Menghilang lebih dari 2 minggu
e) Ada faktor resiko
f) Dasar: proses patologis (Sarwono et al, 1994)

G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat ditimbulkan penyakit ini yaitu terjadi kern ikterus
yaitu keruskan otak akibat perlangketan bilirubin indirek pada otak. Pada kern
ikterus gejala klinik pada permulaan tidak jelas antara lain : bayi tidak mau
menghisap, letargi, mata berputar-putar, gerakan tidak menentu (involuntary
movements), kejang tonus otot meninggi, leher kaku, dan akhirnya
opistotonus. Selain itu dapat juga terjadi Infeksi/sepsis, peritonitis, pneumonia.
H. PATOFISIOLOGI
Bilirubin adalah produk penguraian heme. Sebagian besar(85-90%) terjadi
dari penguraian hemoglobin dan sebagian kecil(10-15%) dari senyawa lain
seperti mioglobin. Sel retikuloendotel menyerap kompleks haptoglobin
dengan hemoglobin yang telah dibebaskan dari sel darah merah. Sel-sel ini
kemudian mengeluarkan besi dari heme sebagai cadangan untuk sintesis
berikutnya dan memutuskan cincin heme untuk menghasilkan tertapirol
bilirubin, yang disekresikan dalam bentuk yang tidak larut dalam air(bilirubin
tak terkonjugasi, indirek). Karena ketidaklarutan ini, bilirubin dalam plasma
terikat ke albumin untuk diangkut dalam medium air. Sewaktu zat ini beredar
dalam tubuh dan melewati lobulus hati ,hepatosit melepas bilirubin dari
albumin dan menyebabkan larutnya air dengan mengikat bilirubin ke asam
glukoronat(bilirubin terkonjugasi, direk)(Sacher,2004).
Dalam bentuk glukoronida terkonjugasi, bilirubin yang larut tersebut
masuk ke sistem empedu untuk diekskresikan. Saat masuk ke dalam usus
,bilirubin diuraikan oleh bakteri kolon menjadi urobilinogen. Urobilinogen
dapat diubah menjadi sterkobilin dan diekskresikan sebagai feses. Sebagian
urobilinogen direabsorsi dari usus melalui jalur enterohepatik, dan darah porta

12
membawanya kembali ke hati. Urobilinogen daur ulang ini umumnya
diekskresikan ke dalam empedu untuk kembali dialirkan ke usus, tetapi
sebagian dibawa oleh sirkulasi sistemik ke ginjal, tempat zat ini diekskresikan
sebagai senyawa larut air bersama urin(Sacher, 2004).
Pada dewasa normal level serum bilirubin <1mg/dl. Ikterus akan muncul
pada dewasa bila serum bilirubin >2mg/dl dan pada bayi yang baru lahir akan
muncul ikterus bila kadarnya >7mg/dl(Cloherty et al, 2008).
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh pembentukan bilirubin yang
melebihi kemampuan hati normal untuk ekskresikannya atau disebabkan oleh
kegagalan hati(karena rusak) untuk mengekskresikan bilirubin yang dihasilkan
dalam jumlah normal. Tanpa adanya kerusakan hati, obstruksi saluran ekskresi
hati juga akan menyebabkan hiperbilirubinemia.

13
14
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan bilirubin serum
a. Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl antara
2-4 hari setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl tidak
fisiologis.
b. Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl
antara 5-7 hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl
tidak fisiologis.
2. Pemeriksaan radiology.
Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan
diafragma kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma

3. Ultrasonografi
Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan
ekstra hepatic.

4. Biopsy hati
Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar
seperti untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic
selain itu juga untuk memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hati,
hepatoma.

5. Peritoneoskopi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto
dokumentasi untuk perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada
penderita penyakit ini.

6. Laparatomi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto
dokumentasi untuk perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada
penderita penyakit ini

15
J. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan
Hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek da
ri Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :

1. Menghilangkan Anemia

2. Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi

3. Meningkatkan Badan Serum Albumin

4. Menurunkan Serum Bilirubin

Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi Peng


ganti, Infus Albumin dan Therapi Obat.

Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi
Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada
cahaya dengan intensitas yang tinggi ( a bound of fluorencent light bulbs or
bulbs in the blue-light spectrum) akan menurunkan Bilirubin dalam kulit.
Fototherapi menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi
Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi
jaringan mengubah Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang
disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah
melalui mekanisme difusi.

Tranfusi Pengganti

Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :


1. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
2. Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
3. Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
4. Tes Coombs Positif
5. Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.

16
6. Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
7. Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
8. Bayi dengan Hidrops saat lahir.
9. Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
Transfusi Pengganti digunakan untuk :
1. Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan)
terhadap sel darah merah terhadap Antibodi Maternal.
2. Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi
(kepekaan)
3. Menghilangkan Serum Bilirubin
4. Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan
dengan Bilirubin
Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera
(kurang dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak
mengandung antigen A dan antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam
kadar
Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari sampai
stabil.
Therapi Obat

Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk menghasilkan enzim yang


meningkatkan konjugasi Bilirubin dan mengekresinya. Obat ini efektif
baik diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa
minggu
sebelum melahirkan. Penggunaan penobarbital pada post natal masih
menjadi
pertentangan karena efek sampingnya (letargi).Colistrisin dapat
mengurangi Bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine
sehingga menurunkan siklus Enterohepatika.

17
1. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI
HIPERBILIRUBIN
Untuk memberikan keperawatan yang paripurna digunakan proses
keperawatan yang meliputi Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,
Perencanaan,Pelaksanaan dan Evaluasi.
A. Pengkajian
1. Riwayat orang tua :
Ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak seperti Rh, ABO,
Polisitemia,
Infeksi, Hematoma, Obstruksi Pencernaan dan ASI.
a. Riwayat kehamilan dengan komplikasi(obat-obatan, ibu DM,
gawat janin, malnutrisi intrauterine, infeksi intranatal)
b. Riwayat persalinan dengan tindakan/komplikasi
c. Riwayat ikterus/terapi sinar/transfusi tukar pada bayi
sebelumnya
d. Riwayat inkompatibilitas darah
e. Riwayat keluarga yang menderita anemia, pembesaran hepar
dan limpa(Etika et al, 2006).

2. Pemeriksaan Fisik :
Kuning, Pallor Konvulsi, Letargi, Hipotonik, menangis melengking,
refleks menyusuiyang lemah, Iritabilitas.
3. Pengkajian Psikososial :
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang
tua merasabersalah, masalah Bonding, perpisahan dengan anak.

4. Pengetahuan Keluarga meliputi :


Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut, apakah
mengenalkeluarga lain yang memiliki yang sama, tingkat
pendidikan, kemampuanmempelajari Hiperbilirubinemia (Cindy
Smith Greenberg. 1988)

18
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul :

1. Risiko/ defisit volume cairan berhubungan dengan tidak


adekuatnya intake cairan, serta peningkatan Insensible Water Loss
(IWL) dan defikasi sekunder fototherapi.
2. Risiko /gangguan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi
bilirubin, efek fototerapi.
3. Risiko hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi.
4. Gangguan parenting ( perubahan peran orang tua ) berhubungan
dengan perpisahan dan penghalangan untuk gabung.
5. Kecemasan meningkat berhubungan dengan therapi yang diberikan
pada bayi.
6. Risiko tinggi injury berhubungan dengan efek fototherapi
7. Risiko tinggi komplikasi (trombosis, aritmia, gangguan elektrolit,
infeksi) berhubungan dengan tranfusi tukar.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Risiko /defisit volume cairan b/d tidak adekuatnya intake cairan
serta peningkatan IWL dan defikasi sekunder fototherapi
Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam
diharapkan tidak terjadi deficit volume cairan dengan kriteria :
- Jumlah intake dan output seimbang
- Turgor kulit baik, tanda vital dalam batas normal
- Penurunan BB tidak lebih dari 10 % BBL
Intervensi & Rasional :

a. Kaji reflek hisap bayi


( Rasional/R : mengetahui kemampuan hisap bayi )
b. Beri minum per oral/menyusui bila reflek hisap adekuat

19
(R: menjamin keadekuatan intake )
c. Catat jumlah intake dan output , frekuensi dan konsistensi
faeces
( R : mengetahui kecukupan intake )
d. Pantau turgor kulit, tanda- tanda vital ( suhu, HR ) setiap 4 jam
(R : turgor menurun, suhu meningkat HR meningkat adalah
tanda-tanda dehidrasi )
e. Timbang BB setiap hari
(R : mengetahui kecukupan cairan dan nutrisi).

2. Risiko/hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi


Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam
diharapkan tidak terjadi hipertermi dengan kriteria suhu aksilla stabil
antara 36,5-37 0 C.
Intervensi dan rasionalisasi :
a. Observasi suhu tubuh ( aksilla ) setiap 4 - 6 jam
(R : suhu terpantau secara rutin )
b. Matikan lampu sementara bila terjadi kenaikan suhu, dan berikan
kompres dingin serta ekstra minum
( R : mengurangi pajanan sinar sementara )
c. Kolaborasi dengan dokter bila suhu tetap tinggi
( R : Memberi terapi lebih dini atau mencari penyebab lain dari
hipertermi ).

3. Risiko /Gangguan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi bilirubin,


efek fototerapi
Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam
diharapkan tidak terjadi gangguan integritas kulit dengan kriteria :
· tidak terjadi decubitus
· Kulit bersih dan lembab

20
Intervensi :

a. Kaji warna kulit tiap 8 jam


(R : mengetahui adanya perubahan warna kulit )

b. Ubah posisi setiap 2 jam


(R : mencegah penekanan kulit pada daerah tertentu dalam waktu
lama ).

c. Masase daerah yang menonjol


(R : melancarkan peredaran darah sehingga mencegah luka tekan di
daerah tersebut ).
d. Jaga kebersihan kulit bayi dan berikan baby oil atau lotion pelembab
( R : mencegah lecet )

e. Kolaborasi untuk pemeriksaan kadar bilirubin, bila kadar bilirubin


turun menjadi 7,5 mg% fototerafi dihentikan
(R: untuk mencegah pemajanan sinar yang terlalu lama )

4. Gangguan parenting ( perubahan peran orangtua) berhubungan dengan


perpisahan dan penghalangan untuk gabung.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam
diharapkan orang tua dan bayi menunjukan tingkah laku “Attachment” ,
orang tua dapat mengekspresikan ketidak mengertian proses Bounding.
Intervensi :

a. Bawa bayi ke ibu untuk disusui


( R : mempererat kontak sosial ibu dan bayi )
b. Buka tutup mata saat disusui
(R: untuk stimulasi sosial dengan ibu )
c. Anjurkan orangtua untuk mengajak bicara anaknya

21
(R: mempererat kontak dan stimulasi sosial ).
d. Libatkan orang tua dalam perawatan bila memungkinkan
( R: meningkatkan peran orangtua untuk merawat bayi ).
e. Dorong orang tua mengekspresikan perasaannya
(R: mengurangi beban psikis orangtua)

5. Kecemasan meningkat berhubungan dengan therapi yang diberikan pada


bayi.
Tujuan : Setelah diberikan penjelasan selama 2x15 menit diharapkan orang
tua menyatakan mengerti tentang perawatan bayi hiperbilirubin dan
kooperatif dalam perawatan.
Intervensi :

a. Kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit pasien


(R : mengetahui tingkat pemahaman keluarga tentang penyakit )
b. Beri pendidikan kesehatan penyebab dari kuning, proses terapi dan
perawatannya
(R : Meningkatkan pemahaman tentang keadaan penyakit )
c. Beri pendidikan kesehatan mengenai cara perawatan bayi dirumah
(R : meningkatkan tanggung jawab dan peran orang tua dalam
erawat bayi)

6. Risiko tinggi injury berhubungan dengan efek fototherapi


Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam
diharapkan tidak terjadi injury akibat fototerapi ( misal ; konjungtivitis,
kerusakan jaringan kornea )
Intervensi :

a. Tempatkan neonatus pada jarak 40-45 cm dari sumber cahaya


( R : mencegah iritasi yang berlebihan).

22
b. Biarkan neonatus dalam keadaan telanjang, kecuali pada mata dan
daerah genetal serta bokong ditutup dengan kain yang dapat
memantulkan cahaya usahakan agar penutup mata tidak menutupi
hidung dan bibir
(R : mencegah paparan sinar pada daerah yang sensitif )

c. Matikan lampu, buka penutup mata untuk mengkaji adanya


konjungtivitis tiap 8 jam
(R: pemantauan dini terhadap kerusakan daerah mata )

d. Buka penutup mata setiap akan disusukan.


(R : memberi kesempatan pada bayi untuk kontak mata dengan ibu ).

e. Ajak bicara dan beri sentuhan setiap memberikan perawatan


( R : memberi rasa aman pada bayi ).

7. Risiko tinggi terhadap komplikasi berhubungan dengan tranfusi tukar


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1x24 jam
diharapkan tranfusi tukar dapat dilakukan tanpa komplikasi
Intervensi :

a. Catat kondisi umbilikal jika vena umbilikal yang digunakan


(R : menjamin keadekuatan akses vaskuler )
b. Basahi umbilikal dengan NaCl selama 30 menit sebelum melakukan
tindakan
( R : mencegah trauma pada vena umbilical ).
c. Puasakan neonatus 4 jam sebelum tindakan
(R: mencegah aspirasi )
d. Pertahankan suhu tubuh sebelum, selama dan setelah prosedur
( R : mencegah hipotermi
e. Catat jenis darah ibu dan Rhesus memastikan darah yang akan
ditranfusikan adalah darah segar
( R : mencegah tertukarnya darah dan reaksi tranfusi yang berlebihan 0

23
f. Pantau tanda-tanda vital, adanya perdarahan, gangguan cairan dan
elektrolit, kejangselama dan sesudah tranfusi
(R : Meningkatkan kewaspadaan terhadap komplikasi dan dapat
melakukan tindakan lebih dini )
g. Jamin ketersediaan alat-alat resusitatif
(R : dapat melakukan tindakan segera bila terjadi kegawatan )

24
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK (NEONATAL)
PADA BAYI Ny. F DENGAN DIAGNOSA HIPERBILIRUBIN
DI RUANG PERINATOLOGI RSUD PRINGSEWU

Nama Mahasiswa : Riski Perdana Putri, S.Kep.


NPM : 149012017091
Tempat Praktik : Ruang Perinatologi RSUD Pringsewu
Tanggal : 17 September 2017

I. Identitas
Nama : By. Ny. F
Tempat / Tanggal Lahir : Pringsewu (RS Surya Asih) / 25 – 8 – 2017
Nama Ayah / Nama Ibu : DebiAlfian / Fitri
Pekerjaan Ayah : TNI
Pendidikan : SMA
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Alamat : Sukoharjo / 0853 8379 6660
Kultur / Suku : Sunda
Agama : Islam

II. Keluhan Utama


Klien datang melalui UGD pada tanggal 6 – 9 – 2017, pukul 22.30 WIB
kiriman Bidan Yusinta. Bayi lahir pervaginam di RS Surya Asih pada
tanggal 25 – 08 – 2017 jam 11.10 WIB. Dengan keluhan warna kulit agak
kuning, bayi tidak mau minum ASI.

III. Riwayat Kehamilan


1. Prenatal
Ibu klien mengatakan selama hamil ibu klien selalu memeriksakan diri /
kehamilannya ke bidan setiap bulannya. Total kunjungan ke rumah

25
bidan sebanyak 7x dan selama kunjungan ibu klien mendapatkan
pendidikan kesehatan tentang nutrisi dan obat – obatan.

HPHT : 13 Januari 2017. Berat badan ibu sebelum hamil 54 kg dan


mengalami kenaikan BB selama hamil sebanyak 9 kg. Obat - obatan
yang didapat selama ibu hamil asam folat, kalsium, dan Fe. Ibu klien
tidak pernah dirawat di RS / Puskesmas selama kehamilannya.
Golongan darah ibu B, selama kehamilan ibu klien melakukan
pemeriksaan dan memperoleh imunisasi TT2.

2. Natal
Ibu klien melahirkan di RS Surya Asih pada tanggal 25-8-2017 pukul
11. Liter, UFD DS ¼ NS Mikro 6 tts / mnt
Apgar Skor 0 1 2
Apperance Pucat Badan merah Seluruh tubuh
(ekstremitas kemerah-
biru) merahan
Fulse rate Tidak ada < 100 > 100
(frekuensi
jantung
Grimace Tidak ada Sedikit gerakan Batuk / bersin
(reaksi mimic (grimace)
rangsangan)
Activity (tonus Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif
otot) dalam saedikit
fleksi
Respiratory Tidak ada Lemah atau Baik, menangis
(pernafasan) tidak teratur

26
No Aspek yang dinilai Skor menit 1 Skor menit 2
1 Frekuensi jantung 2 2
2 Usaha nafas 1 2
3 Tonus otot 2 2
4 Reflex 1 1
5 Warna 1 1
Jumlah 7 8

Terapi yang diberikan pada klien adalah injeksi cefotaxim 75 mg/12 jam,
injeksi gentamicin 6 mg/hr, IVFD KaCn / B XII tpm, kualitas intearksi ibu
dan anak baik, lamanya + 5 menit setiap interaksi. Tidak ada trauma lahir,
tidak ada nekrosis, klien BAK + 4-5 kali / hari. Respon fisiologis baik, saat
ada rangsangan atau cahaya.

IV. Riwayat Keluarga


Ibu klien mengatakan bahwa keluarganya tidak mempunyai riwayat
penyakit menular ataupun penyakit keturuan, dan ibu klien mengatakan di
dalam keluarganya tidak ada riwayat penyakit hiperbilirubin, BBLR dan
Prematur.
Genogram
Ibu Ayah

27
V. Riwayat Sosial
1) System pendukung / keluarga tersedia yang dapat dihubungi sistem
pendukung sangat baik karena ibu dan ayah klien selalu ada di RS dan
selalu siaga bila dihubungi kapanpun
2) Hubungan orang tua dengan bayi
Hubungan bayi dengan kedua orangtua baik, ibu klien selalu menemani
klien dan terkadang bergantian dengan ayah klien.
3) Anak yang lain
Klien merupakan anak pertama
4) Lingkungan ramah yang berhubungan dengan kesehatan ibu klien
mengatakan rumahnya jauh dari pabrik, rumah disapu 1 hari 2x, dipel 2
hari sekali, rumah klien juga jauh dari sungai dan jauh dari tempat
pembuangan sampah sehingga dapat terhindar dari bahaya demam
berdarah dan diare dll.
5) Problem sosial yang penting
Tidak terdapat masalah pada sistem pendukung, bahasa dan keuangan.
Tidak ada penyalahgunaan zat adiktif.

VI. Keadaan Kesehatan Saat Ini


1. Diagnosa Medis
Diagnosa utama : Hiperbilirubin
Diagnosa sekunder : BBLR

2. Tindakan Operasi
Tidak dilakukan tindakan operasi

3. Status Nutrisi
Berat badan saat lahir 1500 gr, berat badan saat pengkajian 1950 gr,
klien mendapatkan nutrisi 20 cc/jam

28
4. Status Cairan
Pada saat pengkajian, klien tidak terpasang IUFD, klien haya mendapat
asupan ASI 20 cc/2jam.

5. Obat-obatan
Saat ini klien tidak mendapatkan terapi obat-obatan.

6. Aktivitas
Aktivitas klien terbatas karena klien hanya di dalam incubator saja.

7. Tindakan
- Menjaga kehangatan bayi
- Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi
- Bersihkan jalan nafas
- Beri O2 sesuai kebutuhan

8. Hasil Laboratorium
Tgl : 6 – 9 – 2017
Cek GDS – hasil 67 mg/dl, normal : 70 : 12 mg/dl

Tgl 7 – 9 – 2017
Kimia klinik Hasil Normal
Total bilirubin 16,2 < 1.1 mg / dl
Direct bilirubin 8,10 < 0.6 mg / dl
Indirect Bilirubin 8,1 < 0.5 mg / dl

Tgl 10 – 9 – 2017
Kimia klinik Hasil Normal
Total bilirubin 11,6 < 1.1 mg / dl
Direct bilirubin 4,8 < 0.6 mg / dl
Indirect Bilirubin 6,8 < 0.5 mg / dl

29
Tgl 13 – 9 – 2017
Kimia klinik Hasil Normal
Total bilirubin 9,46 < 1.1 mg / dl
Direct bilirubin 1,16 < 0.6 mg / dl
Indirect Bilirubin 8,3 < 0.5 mg / dl

Tgl 16 – 9 – 2017
Kimia klinik Hasil Normal
Total bilirubin 11,15 < 1.1 mg / dl
Direct bilirubin 0,90 < 0.6 mg / dl
Indirect Bilirubin 10,25 < 0.5 mg / dl

9. Pemeriksaan Penunjang
Fisioterap dan fototerapi

VII. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Antropometri Saat lahir Saat ini
Berat badan 1500 gr 1950 gr
Panjang badan 41 cm 41 cm
Lingkar kepala - -

1) Reflek
Moro, menggenggam, menghisap (+) tapi lemah

2) Tonus otot
Tonus otot aktif, klien menangis

3) Kepala / leher
Fontanel lunak menonjol, gambaran wajah simetris, molding caput
suksadenum

30
4) Mata
Mata klien bersih tidak ada sekresi

5) THT
Telinga normal, hidung bilateral, tidak ada obstruksi ataupun pernafasan
cuping hidung, palatum normal.

6) Abdomen
Abdomen klien lunak cembung, lingkar perut …… cm, liver kurang dari
2 cm.

7) Thorax
Thorax simetris, klavikula normal

8) Paru-paru
Suara nafas sama kanan kiri, bersih, bunyi nafas terdenar di semua paru-
paru
Respirasi spontan , RR “ 48 x/ menit, Head box : x/m

9) Jantung
Jantung normal, capillary refill : < 3 detik, nadi perifer 135 x/menit.

Keterangan Kuat Lemah Tidak ada


Brachial kanan 
Brachial kiri 
Femoral kanan 

Femoral kiri

10) Ekstremitas
Ekstremitas simetris dan ROM bebas

31
11) Umbilikus
Umbilicus normal, tidak ada tanda/tanda inflamasi

12) Genital
Laki-laki normal

13) Anus
Anus klien paten

14) Spina
Normal

15) Integument
Warna kulit klien pucat kekuningan tidak ada tanda lahir

16) Suhu
Klien berada di dalam incubator, suhu kulit : 36,5oC

VIII. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan / Reflek primitif


1. Kemandirian
Klien umumnya tidur sepanjang waktu, pada saat bangun biasanya
menangis.

2. Motorik halus
Gerakan tangan aktif missal menggenggam

3. Kognitif dan bahasa


Sepanjang waktu klien terlentang dan sering terlihat reflek bayi seperti
tersenyum.

4. Motorik kasar

32
Klien hanya mampu menggerakkan tangan dan kaki tangan klien sudah
mampu menggengam, tersenyum.

Kesimpula perkembangan
Jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan klien adalah menangis bila
merasa tidak nyaman, dapat tersenyum, memberikan reaksi dengan
melihat ke arah sumber cahaya, menggerakkan kaki dan tangan tapi
hanya sebatas menggenggam.

IX. INFORMASI LAIN

X. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN


Klien masih mengalami hiperbilirubin dan BBLR, sudah dilakukan
fototerapi dan pemberian ASI. Perkembangan atau kenaikan BB meningkat.

XI. Analisa Data


No Tanggal / Jam Data Fokus Etiologi Problem
1 Ds : Kerusakan Efek foto
- Ibu klien integritas terapi
mengatakan kulit
anaknya sudah
dirawat selama 11
hari
- Ibu klien
mengatakan
anaknya sudah
mendapat terapi
berupa foto terapi
DO :
- Kulit klien kering
- Kulit klien keriput

33
2 DS : Resiko tinggi Fototerapi
- Ibu klen kekurangan
mengatakan volume
anaknya hanya cairan
minum ASI
DO :
- Klien minum ASI
20 cm/20 jam

Masalah Keperawatan Dan Prioritas


Diagnosa Keperawatan dan Prioritas masalah keperawatan
- Diagnosa keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit b.d. efek foto terapi
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. foto terapi

- Prioritas masalah keperawatan


1. Kerusakan integritas kulit b.d. efek photo terapi
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. phototerapi
-

34
RENCANA KEPERAWATAN

NO TGL/JAM TUJUN DAN INTERVENSI RASIONAL


KRITERIA HASIL
1 17/09/2017 Setelah dilakukan 1. Monitor warna dan keadaan kulit 1. Warna kulit kekuningan sampai
08.00 wib asuhan keperawatan setiap 4-8 jam. jingga yang semakin pekat
selama 3x24 jam menandakan konsentrasi bilirubin
diharapkan kerusakan
indirek dalam darah tinggi.
integritas kulit teratasi
2. Monitor keadaan bilirubin direk dan
dengan criteria hasil : 2. Kadar bilirubin indirek merupakan
indirek ( kolaborasi dengan dokter
1. Tidak ada tanda- indikator berat ringan joundice yang
dan analis )
tanda kemerhan
diderita.
pada kulit
3. Menghindari adanya penekanan pada
2. Kadar bilirubin 3. Ubah posisi miring atau
kulit yang terlalu lama sehingga
dalam batas tengkurap.Perubahan posisi setiap 2
mencegah terjadinya dekubitus atau
normal (0,2 – 1,0 jam.
irtasi pada kuit bayi.
mg/dl )
4. Anjurkan menjaga kebersihan kulit
4. Kulit yang bersih dan lembab
3. Kulit tidak dankelembaban kulit/
membantumemberi rasa nyaman dan
berwarna Memandikan dan pemijatan bayi
menghindarikulit bayi meengelupas

35
kuning/ atau bersisik
warnakuning
mulai berkurang

2 17/09/2017 Setelah dilakukan 1. Pantau masukan dan haluan 1. Peningkatan kehilangan air melalui
08.30 wib asuhan keperawatan cairan;timbang berat badan bayi 2 fesesdan evaporasi dapt
selama 3x24 jam kalisehari. menyebabkan dehidrasi.
diharapkan resiko
kekurangan volume
2. Perhatikan tanda- tanda 2. Bayi dapat tidur lebih lama
cairan dapat teratasi
dehidrasi(mis: penurunan haluaran dalamhubungannya dengan
dengan criteria hasil :
urine,fontanel tertekan, kulit fototerapi,meningkatkan resiko
1. Tugor kulit
hangat ataukering dengan turgor dehidrasi bila
baik
buruk, danmata cekung). jadwal pemberian makan yang sering
2. Membran
tidak di pertahankan.)
mukosa
3. Perhatikan warna dan frekuensi
lembab
defekasi dan urine 3. Defeksi encer, sering dan kehijauan
3. Intake dan
sertaurine kehijauan menandakan
output cairan
4. Tingkatkan masukan cairan per keefektifan fototerapi dengan
seimbang
oral sedikitnya 25%. pemecahan dan ekskresi bilirubin.

36
4. Nadi, respira Beri air diantara menyusui atau Feces yang encer meningkatkatkan
si dalam bata memberi susu botol. risiko kekurangan volume cairan
s normal(N: akibat pengeluaran cairan berlebih.
120-160 5. Pantau turgor kulit
x/menit, RR : 4. Meningkatkan input cairan
35x/menit ), 6. Berikan cairan per parenteral sebagaikompensasi pengeluaran feces
suhu ( 36,5- sesuai indikasi yang encersehingga mengurangi
37,5 C) risiko bayikekurangan cairan.

5. Turgor kult yang buruk, tidak


elastismerupakan indikator adanya
kekuranganvolume cairan dalam
tubuh bayi.

6. Mungkin perlu untuk memperbaiki


ataumencegah dehidrasi berat

37
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


1 17/09/2017 1. Memonitor warna dan keadaan kulit setiap S : ibu klien mengatakan punggung anaknya
08.35 wib 4-8 jam. kemerhan
R:-
H : warna kulit kuning dan keadaan kulit O : - warna kulit kuning
bagian punggung kemerahan - Billirubin direct dan indirect : 0,90 dan
10,25
2. Memonitor keadaan bilirubin direk dan - Kulit kmerahan pada bagian punggung
09.00 wib indirek ( kolaborasi dengan dokter dan
analis ) A: Masalah kerusakan integritas belum teratasi
R :-
H : bilirubin direct :0,90 billirubin indirect : P : lanjutkan intervensi
10,25 (tgl 16/9/2017)

3. Mengubah posisi miring atau


09.10 wib
tengkurap.Perubahan posisi setiap 2 jam
R:-
H : Klien dalam posisi miring

09.15 wib 4. Menganjurkan menjaga kebersihan kulit


dan
kelembaban kulit/ Memandikan dan pemij
atan bayi
R : ibu klien kooperatif
H : klien diolesi baby oil setiap pagi dan
sore

38
2 17/09/2017 1. Memantau masukan dan haluan S : ibu klien mengatakan kulit anaknya kering
cairan;timbang berat badan bayi 2 kali
09.20 wib sehari. O : - kulit kering
R :- - Turgor kulit kurang elastis
H : BB : 1950 gram - Kulit keriput

A : masalah resiko integritas kulit belum


09.30 wib 2. Memantau turgor kulit teratasi
R :-
H : turgor kulit kurang elastis dan kulit P : lanjutkan intervensi
kering serta keriput

10.00 wib 3. Memberikan cairan per parenteral sesuai


indikasi
R: :
H : klien minum ASI 20 cc/2 jam

39
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Hiperbilirubin adalah suatu kedaaan dimana kadar bilirubin serum total


yang lebih dari 10 mg % pada minggu pertama yang ditendai dengan ikterus pada
kulit, sclera dan organ lain. Keadaan ini mempunyai potensi meningkatkan kern
ikterus, yaitu keadaan kerusakan pada otak akibat perlengketan kadar bilirubin
pada otak. Hiperbilirubin ini keadaan fisiologis (terdapat pada 25-50 % neonatus
cukup bulan dan lebih tinggi pada neonates kurang bulan).

Hiperbilirubin ini berkaitan erat dengan riwayat kehamilan ibu dan prematuritas.
Selain itu, asupan ASI pada bayi juga dapat mempengaruhi kadar bilirubin dalam
darah.

Diagnosa keperawatan pada penderita hiperbilirubin, antara lain:

_ Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan joundice yang ditandai dengan


kulit wajah dan dada tampak kuning.

_ Resiko Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan penurunan perfusi O2 ke


jaringan.

_ Resiko Gangguan Intake Nutrisi berhubungan dengan penurunan suplai nutrisi


ke jaringan.

_ Resiko Gangguan Tumbuh Kembang.

Dalam melaksanakan tindakan keperawatn, perawat juga harus


menerapkan universal precaution agar keselamatan penderita dan perawat dapat
terjaga.

40
DAFTAR PUSTAKA

Repository. usu. ac. id/ bitstream /123456789/37957/4/Chapter II.pdf

http://www.docstoc.com/myoffice/recommendations?docId=48037619&downloa
d=1

http://www.klinikku.com/pustaka/dasar/hati/hiperbilirubinemia3.html.

Sukadi, Abdurrachman, dkk. 2000. “ Perinatologi “ .Bandung : FKUP/ RSHS

McCormick, Melisa. 2003. “ ManajemenMasalahBayiBaruLahiruntukDokter,


Perawat, Bidan Di RumahSakitRujukanDasar“. Indonesia : MNH –
JHPIEGO

Khosim, M. Sholeh, dkk. 2008. “ Buku Ajar NeonatologiEdisi I “. Jakarta


:PerpustakaanNasional

Hasan, Rusepno. 1997. “IlmuKesehatanAnak 2 “.Jakarta


:BagianIlmuKesehatanAnakFakultasKedokteran UI.

Sudoyo,Aru.W, dkk, eds., Buku Ajar IlmuPenyakitDalam, Dep.


IlmuPenyakitDalam : Jakarta, 2006, vol. I, hlm. 422-425

41

You might also like