Professional Documents
Culture Documents
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
dan rahmat-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan. Melalui makalah ini, kita
dapat mengetahui tentang Asuhan Keperawatan Anak
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian .......................................................................................... 3
B. Etiologi .............................................................................................. 4
C. patofisiologi ....................................................................................... 5
D. Komplikasi ......................................................................................... 6
E. Tanda Dan Gejala ............................................................................... 7
F. Pemeriksaan Diagnostik ..................................................................... 8
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 40
B. Saran ................................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Proses hemolisis darah, infeksi berat, ikterus yang berlangsung lebih dari 1
minggu serta bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl juga merupakan keadaan yang
menunjukkan kemungkinan adanya ikterus patologik. Dalam keadaan tersebut
penatalaksanaan ikterus harus dilakukan sebaik-baiknya agar akibat buruk
ikterus dapat dihindarkan.
B. Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud dengan hiperbilirubin ?
b. Apakah yang menjadi penyebab terjadinya hiperbilirubin ?
c. Bagaimana manifestasi klinis penyakit hiperbilirubin?
d. Bagaimana komplikasi yang terjadi pada penyakit hiperbilirubini?
e. Bagaimana patofisiologi terjadinya penyakit hiperbilirubin, ?
f. Apa saja pemeriksaan penunjang pada penyakit hiperbilirubin?
g. Bagaimana diagnosis dan penatalaksanaan pada penyakit hiperbilirubin?
4
h. Bagaimana proses asuhan keperawatan pada penyakit hiperbilirubin?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui deskripsi tentang definisi hiperbilirubin.
2. Untuk mengetahui deskripsi tentang penyebab terjadinya hiperbilirubin
3. Untuk mengetahui gambaran tentang manifestasi klinis penyakit
hiperbilirubin.
4. Untuk mengetahui gambaran tentang komplikasi yang terjadi pada
penyakit hiperbilirubin.
5. Untuk mengetahui gambaran tentang patofisiologi terjadinya penyakit
hiperbilirubin.
6. Untuk mengetahui deskripsi tentang pemeriksaan penunjang pada
penyakit hiperbilirubin.
7. Untuk mengetahui gambaran tentang penatalaksanaan penyakit
hiperbilirubin.
8. Untuk mengetahui gambaran tentang proses asuhan keperawatan pada
bayi dengan penyakit hiperbilirubin.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. HIPERBILIRUBIN
1. DEFINISI
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah
yang kadar nilainya lebih dari normal (Suriadi, 2001).
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam
darah melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum.Hiperbilirubin
adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam darah
berlebihan sehingga menimbulkan joundice pada neonatus (Dorothy R.
Marlon, 1998)
Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin
dalam darah yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek
patologis pada neonatus ditandai joudince pada sclera mata, kulit,
membrane mukosa dan cairan tubuh (Adi Smith, G, 1988).
Hiperbilirubin adalah keadaan icterus yang terjadi pada bayi baru
lahir, yang dimaksud dengan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir
adalah meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler
sehingga terjadi perubahaan warna menjadi kuning pada kulit,
konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya. (Ngastiyah, 2000) Nilai
normal: bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
Hiperbilirubin merupakan gejala fisiologis (terdapat pada 25 – 50%
neonatus cukup bulan dan lebih tinggi pada neonatus kurang bulan). (IKA
II, 2002).
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum
(hiperbilirubinemia) yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat
menimbulkan ikterus. (Suzanne C. Smeltzer, 2002).
6
Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan
efek pathologis. (Markum, 1991:314)
B. METABOLISME BILIRUBIN
Pada BBL bilirubin direk dapat di ubah menjadi bilirubin indirek didalam
usus karena disini terdapat beta-glukoronidase yang berperan penting
terhadap perubahan tersebut. bilirubin indirek ini diserap kembali oleh usus
selanjutnya masuk kembali ke hati (inilah siklus enterohepatik).
75%dari bilirubin yang ada pada BBL yang berasal dari penghancuran
hemoglobin ,dan 25%dari mioglobin ,sitokrom ,katalase dan tritofan pirolase
.satu gram bilirubin yang hancur menghasilkan 35 mg bilirubin .bayi cukup
bulan akan menghancurkan eritrosit sebanyak satu gram/hari dalam bentuk
bilirubin indirek yang terikat dengan albumin bebas (1 gram albumin akan
mengikat 16 mg bilirubin). Bilirubin indirek larut dalam lemak dan bila sawar
otak terbuka, bilirubin akan masuk kedalam otak dan
terjadilah kernikterus. yang memudahkan terjadinya hal tersebut ialah
imaturitas, asfiksia/hipoksia, trauma lahir, BBLR (kurang dari 2500 gram),
infeksi, hipoglikemia, hiperkarbia.didalam hepar bilirubin akan diikat oleh
enzim glucuronil transverse menjadi bilirubin direk yang larut dalam air,
kemudian diekskresi kesistem empedu, selanjutnya masuk kedalam usus dan
menjadi sterkobilin. sebagian di serap kembali dan keluar melalui urin
sebagai urobilinogen.
7
gangguan fungsi hepar akibat asidosis,hipoksia, dan infeksi atau tidak
terdapat enzim glukuronil transferase (G-6-PD).
c) Gangguan tranportasi bilirubin dalam darah terikat oleh albumin
kemudian di angkut oleh hepar. Ikatan ini dapat di pengaruhi oleh obat
seperti salisilat dan lain-lain. Defisiensi albumin menyebabkan lebih
banyak bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat
pada otak (terjadi krenikterus).
d) Gangguan dalam ekskresi akibat sumbatan dalam hepar atau di luar
hepar. Akibat kelainan bawaan atau infeksi, atau kerusakan hepar oleh
penyebab lain.
D. KLASIFIKASI
Terdapat 2 jenis ikterus yaitu yang fisiologis dan patologis.
Ikterus fisiologi
Ikterus fisiologi adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga
serta tidak mempunyai dasar patologi atau tidak mempunyai potensi menjadi
karena ikterus. Adapun tanda-tanda sebagai berikut :
8
Ikterus Patologi
Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar
bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Adapun tanda-
tandanya sebagai berikut:
9
8. Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun
dapat disebabkan oleh beberapa faktor:
9. Produksi yang berlebihan
Hal ini melebihi kemampuannya bayi untuk mengeluarkannya, misal
pada hemolisis yang meningkat pada inkompabilitas darah Rh, ABO,
golongan darah lain, defisiensi enzim G6PD, piruvat kinase,
perdarahan tertutup dan sepsis.
10. Gangguan proses “uptake” dan konjugasi hepar.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh immturitas hepar, kurangnya
substrat untuk konjugasi bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat
asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil
transferase (sindrom Criggler-Najjar) penyebab lain atau defisiensi
protein Y dalam hepar yang berperan penting dalam “uptake”
bilirubin ke sel hepar.
11. Gangguan transportasi.
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke
hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin dapat dipengaruhi oleh obat
misalnya salisilat, dan sulfaforazole. Defisiensi albumin menyebabkan
lebih banyak terdapat bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang
mudah melekat ke sel otak.
12. Gangguan dalam ekskresi.
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar
hepar. Kelainan di luar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan
bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi/kerusakan
hepar oleh penyebab lain.
B. Faktor resiko terjadinya hiperbilirubin antara lain:
Faktor Maternal
- Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani)
- Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)
- Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik ASI
10
Faktor Perinatal
- Prematuritas
- Faktor genetic
- Polisitemia
- Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)
- Rendahnya asupan ASI
- Hipoglikemia
- Hipoalbuminemia
F. MANIFESTASI KLINIS
Bayi baru lahir(neonatus) tampak kuning apabila kadar bilirubin serumnya
kira-kira 6mg/dl(Mansjoer at al, 2007). Ikterus sebagai akibat penimbunan
bilirubin indirek pada kulit mempunyai kecenderungan menimbulkan warna
kuning muda atau jingga. Sedangkan ikterus obstruksi(bilirubin direk)
memperlihatkan warna kuning-kehijauan atau kuning kotor. Perbedaan ini
hanya dapat ditemukan pada ikterus yang berat(Nelson, 2007).
11
c) Bisa disertai anemia
d) Menghilang lebih dari 2 minggu
e) Ada faktor resiko
f) Dasar: proses patologis (Sarwono et al, 1994)
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat ditimbulkan penyakit ini yaitu terjadi kern ikterus
yaitu keruskan otak akibat perlangketan bilirubin indirek pada otak. Pada kern
ikterus gejala klinik pada permulaan tidak jelas antara lain : bayi tidak mau
menghisap, letargi, mata berputar-putar, gerakan tidak menentu (involuntary
movements), kejang tonus otot meninggi, leher kaku, dan akhirnya
opistotonus. Selain itu dapat juga terjadi Infeksi/sepsis, peritonitis, pneumonia.
H. PATOFISIOLOGI
Bilirubin adalah produk penguraian heme. Sebagian besar(85-90%) terjadi
dari penguraian hemoglobin dan sebagian kecil(10-15%) dari senyawa lain
seperti mioglobin. Sel retikuloendotel menyerap kompleks haptoglobin
dengan hemoglobin yang telah dibebaskan dari sel darah merah. Sel-sel ini
kemudian mengeluarkan besi dari heme sebagai cadangan untuk sintesis
berikutnya dan memutuskan cincin heme untuk menghasilkan tertapirol
bilirubin, yang disekresikan dalam bentuk yang tidak larut dalam air(bilirubin
tak terkonjugasi, indirek). Karena ketidaklarutan ini, bilirubin dalam plasma
terikat ke albumin untuk diangkut dalam medium air. Sewaktu zat ini beredar
dalam tubuh dan melewati lobulus hati ,hepatosit melepas bilirubin dari
albumin dan menyebabkan larutnya air dengan mengikat bilirubin ke asam
glukoronat(bilirubin terkonjugasi, direk)(Sacher,2004).
Dalam bentuk glukoronida terkonjugasi, bilirubin yang larut tersebut
masuk ke sistem empedu untuk diekskresikan. Saat masuk ke dalam usus
,bilirubin diuraikan oleh bakteri kolon menjadi urobilinogen. Urobilinogen
dapat diubah menjadi sterkobilin dan diekskresikan sebagai feses. Sebagian
urobilinogen direabsorsi dari usus melalui jalur enterohepatik, dan darah porta
12
membawanya kembali ke hati. Urobilinogen daur ulang ini umumnya
diekskresikan ke dalam empedu untuk kembali dialirkan ke usus, tetapi
sebagian dibawa oleh sirkulasi sistemik ke ginjal, tempat zat ini diekskresikan
sebagai senyawa larut air bersama urin(Sacher, 2004).
Pada dewasa normal level serum bilirubin <1mg/dl. Ikterus akan muncul
pada dewasa bila serum bilirubin >2mg/dl dan pada bayi yang baru lahir akan
muncul ikterus bila kadarnya >7mg/dl(Cloherty et al, 2008).
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh pembentukan bilirubin yang
melebihi kemampuan hati normal untuk ekskresikannya atau disebabkan oleh
kegagalan hati(karena rusak) untuk mengekskresikan bilirubin yang dihasilkan
dalam jumlah normal. Tanpa adanya kerusakan hati, obstruksi saluran ekskresi
hati juga akan menyebabkan hiperbilirubinemia.
13
14
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan bilirubin serum
a. Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl antara
2-4 hari setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl tidak
fisiologis.
b. Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl
antara 5-7 hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl
tidak fisiologis.
2. Pemeriksaan radiology.
Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan
diafragma kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma
3. Ultrasonografi
Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan
ekstra hepatic.
4. Biopsy hati
Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar
seperti untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic
selain itu juga untuk memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hati,
hepatoma.
5. Peritoneoskopi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto
dokumentasi untuk perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada
penderita penyakit ini.
6. Laparatomi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto
dokumentasi untuk perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada
penderita penyakit ini
15
J. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan
Hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek da
ri Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :
1. Menghilangkan Anemia
Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi
Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada
cahaya dengan intensitas yang tinggi ( a bound of fluorencent light bulbs or
bulbs in the blue-light spectrum) akan menurunkan Bilirubin dalam kulit.
Fototherapi menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi
Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi
jaringan mengubah Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang
disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah
melalui mekanisme difusi.
Tranfusi Pengganti
16
6. Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
7. Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
8. Bayi dengan Hidrops saat lahir.
9. Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
Transfusi Pengganti digunakan untuk :
1. Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan)
terhadap sel darah merah terhadap Antibodi Maternal.
2. Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi
(kepekaan)
3. Menghilangkan Serum Bilirubin
4. Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan
dengan Bilirubin
Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera
(kurang dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak
mengandung antigen A dan antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam
kadar
Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari sampai
stabil.
Therapi Obat
17
1. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI
HIPERBILIRUBIN
Untuk memberikan keperawatan yang paripurna digunakan proses
keperawatan yang meliputi Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,
Perencanaan,Pelaksanaan dan Evaluasi.
A. Pengkajian
1. Riwayat orang tua :
Ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak seperti Rh, ABO,
Polisitemia,
Infeksi, Hematoma, Obstruksi Pencernaan dan ASI.
a. Riwayat kehamilan dengan komplikasi(obat-obatan, ibu DM,
gawat janin, malnutrisi intrauterine, infeksi intranatal)
b. Riwayat persalinan dengan tindakan/komplikasi
c. Riwayat ikterus/terapi sinar/transfusi tukar pada bayi
sebelumnya
d. Riwayat inkompatibilitas darah
e. Riwayat keluarga yang menderita anemia, pembesaran hepar
dan limpa(Etika et al, 2006).
2. Pemeriksaan Fisik :
Kuning, Pallor Konvulsi, Letargi, Hipotonik, menangis melengking,
refleks menyusuiyang lemah, Iritabilitas.
3. Pengkajian Psikososial :
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang
tua merasabersalah, masalah Bonding, perpisahan dengan anak.
18
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul :
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Risiko /defisit volume cairan b/d tidak adekuatnya intake cairan
serta peningkatan IWL dan defikasi sekunder fototherapi
Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam
diharapkan tidak terjadi deficit volume cairan dengan kriteria :
- Jumlah intake dan output seimbang
- Turgor kulit baik, tanda vital dalam batas normal
- Penurunan BB tidak lebih dari 10 % BBL
Intervensi & Rasional :
19
(R: menjamin keadekuatan intake )
c. Catat jumlah intake dan output , frekuensi dan konsistensi
faeces
( R : mengetahui kecukupan intake )
d. Pantau turgor kulit, tanda- tanda vital ( suhu, HR ) setiap 4 jam
(R : turgor menurun, suhu meningkat HR meningkat adalah
tanda-tanda dehidrasi )
e. Timbang BB setiap hari
(R : mengetahui kecukupan cairan dan nutrisi).
20
Intervensi :
21
(R: mempererat kontak dan stimulasi sosial ).
d. Libatkan orang tua dalam perawatan bila memungkinkan
( R: meningkatkan peran orangtua untuk merawat bayi ).
e. Dorong orang tua mengekspresikan perasaannya
(R: mengurangi beban psikis orangtua)
22
b. Biarkan neonatus dalam keadaan telanjang, kecuali pada mata dan
daerah genetal serta bokong ditutup dengan kain yang dapat
memantulkan cahaya usahakan agar penutup mata tidak menutupi
hidung dan bibir
(R : mencegah paparan sinar pada daerah yang sensitif )
23
f. Pantau tanda-tanda vital, adanya perdarahan, gangguan cairan dan
elektrolit, kejangselama dan sesudah tranfusi
(R : Meningkatkan kewaspadaan terhadap komplikasi dan dapat
melakukan tindakan lebih dini )
g. Jamin ketersediaan alat-alat resusitatif
(R : dapat melakukan tindakan segera bila terjadi kegawatan )
24
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK (NEONATAL)
PADA BAYI Ny. F DENGAN DIAGNOSA HIPERBILIRUBIN
DI RUANG PERINATOLOGI RSUD PRINGSEWU
I. Identitas
Nama : By. Ny. F
Tempat / Tanggal Lahir : Pringsewu (RS Surya Asih) / 25 – 8 – 2017
Nama Ayah / Nama Ibu : DebiAlfian / Fitri
Pekerjaan Ayah : TNI
Pendidikan : SMA
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Alamat : Sukoharjo / 0853 8379 6660
Kultur / Suku : Sunda
Agama : Islam
25
bidan sebanyak 7x dan selama kunjungan ibu klien mendapatkan
pendidikan kesehatan tentang nutrisi dan obat – obatan.
2. Natal
Ibu klien melahirkan di RS Surya Asih pada tanggal 25-8-2017 pukul
11. Liter, UFD DS ¼ NS Mikro 6 tts / mnt
Apgar Skor 0 1 2
Apperance Pucat Badan merah Seluruh tubuh
(ekstremitas kemerah-
biru) merahan
Fulse rate Tidak ada < 100 > 100
(frekuensi
jantung
Grimace Tidak ada Sedikit gerakan Batuk / bersin
(reaksi mimic (grimace)
rangsangan)
Activity (tonus Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif
otot) dalam saedikit
fleksi
Respiratory Tidak ada Lemah atau Baik, menangis
(pernafasan) tidak teratur
26
No Aspek yang dinilai Skor menit 1 Skor menit 2
1 Frekuensi jantung 2 2
2 Usaha nafas 1 2
3 Tonus otot 2 2
4 Reflex 1 1
5 Warna 1 1
Jumlah 7 8
Terapi yang diberikan pada klien adalah injeksi cefotaxim 75 mg/12 jam,
injeksi gentamicin 6 mg/hr, IVFD KaCn / B XII tpm, kualitas intearksi ibu
dan anak baik, lamanya + 5 menit setiap interaksi. Tidak ada trauma lahir,
tidak ada nekrosis, klien BAK + 4-5 kali / hari. Respon fisiologis baik, saat
ada rangsangan atau cahaya.
27
V. Riwayat Sosial
1) System pendukung / keluarga tersedia yang dapat dihubungi sistem
pendukung sangat baik karena ibu dan ayah klien selalu ada di RS dan
selalu siaga bila dihubungi kapanpun
2) Hubungan orang tua dengan bayi
Hubungan bayi dengan kedua orangtua baik, ibu klien selalu menemani
klien dan terkadang bergantian dengan ayah klien.
3) Anak yang lain
Klien merupakan anak pertama
4) Lingkungan ramah yang berhubungan dengan kesehatan ibu klien
mengatakan rumahnya jauh dari pabrik, rumah disapu 1 hari 2x, dipel 2
hari sekali, rumah klien juga jauh dari sungai dan jauh dari tempat
pembuangan sampah sehingga dapat terhindar dari bahaya demam
berdarah dan diare dll.
5) Problem sosial yang penting
Tidak terdapat masalah pada sistem pendukung, bahasa dan keuangan.
Tidak ada penyalahgunaan zat adiktif.
2. Tindakan Operasi
Tidak dilakukan tindakan operasi
3. Status Nutrisi
Berat badan saat lahir 1500 gr, berat badan saat pengkajian 1950 gr,
klien mendapatkan nutrisi 20 cc/jam
28
4. Status Cairan
Pada saat pengkajian, klien tidak terpasang IUFD, klien haya mendapat
asupan ASI 20 cc/2jam.
5. Obat-obatan
Saat ini klien tidak mendapatkan terapi obat-obatan.
6. Aktivitas
Aktivitas klien terbatas karena klien hanya di dalam incubator saja.
7. Tindakan
- Menjaga kehangatan bayi
- Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi
- Bersihkan jalan nafas
- Beri O2 sesuai kebutuhan
8. Hasil Laboratorium
Tgl : 6 – 9 – 2017
Cek GDS – hasil 67 mg/dl, normal : 70 : 12 mg/dl
Tgl 7 – 9 – 2017
Kimia klinik Hasil Normal
Total bilirubin 16,2 < 1.1 mg / dl
Direct bilirubin 8,10 < 0.6 mg / dl
Indirect Bilirubin 8,1 < 0.5 mg / dl
Tgl 10 – 9 – 2017
Kimia klinik Hasil Normal
Total bilirubin 11,6 < 1.1 mg / dl
Direct bilirubin 4,8 < 0.6 mg / dl
Indirect Bilirubin 6,8 < 0.5 mg / dl
29
Tgl 13 – 9 – 2017
Kimia klinik Hasil Normal
Total bilirubin 9,46 < 1.1 mg / dl
Direct bilirubin 1,16 < 0.6 mg / dl
Indirect Bilirubin 8,3 < 0.5 mg / dl
Tgl 16 – 9 – 2017
Kimia klinik Hasil Normal
Total bilirubin 11,15 < 1.1 mg / dl
Direct bilirubin 0,90 < 0.6 mg / dl
Indirect Bilirubin 10,25 < 0.5 mg / dl
9. Pemeriksaan Penunjang
Fisioterap dan fototerapi
1) Reflek
Moro, menggenggam, menghisap (+) tapi lemah
2) Tonus otot
Tonus otot aktif, klien menangis
3) Kepala / leher
Fontanel lunak menonjol, gambaran wajah simetris, molding caput
suksadenum
30
4) Mata
Mata klien bersih tidak ada sekresi
5) THT
Telinga normal, hidung bilateral, tidak ada obstruksi ataupun pernafasan
cuping hidung, palatum normal.
6) Abdomen
Abdomen klien lunak cembung, lingkar perut …… cm, liver kurang dari
2 cm.
7) Thorax
Thorax simetris, klavikula normal
8) Paru-paru
Suara nafas sama kanan kiri, bersih, bunyi nafas terdenar di semua paru-
paru
Respirasi spontan , RR “ 48 x/ menit, Head box : x/m
9) Jantung
Jantung normal, capillary refill : < 3 detik, nadi perifer 135 x/menit.
10) Ekstremitas
Ekstremitas simetris dan ROM bebas
31
11) Umbilikus
Umbilicus normal, tidak ada tanda/tanda inflamasi
12) Genital
Laki-laki normal
13) Anus
Anus klien paten
14) Spina
Normal
15) Integument
Warna kulit klien pucat kekuningan tidak ada tanda lahir
16) Suhu
Klien berada di dalam incubator, suhu kulit : 36,5oC
2. Motorik halus
Gerakan tangan aktif missal menggenggam
4. Motorik kasar
32
Klien hanya mampu menggerakkan tangan dan kaki tangan klien sudah
mampu menggengam, tersenyum.
Kesimpula perkembangan
Jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan klien adalah menangis bila
merasa tidak nyaman, dapat tersenyum, memberikan reaksi dengan
melihat ke arah sumber cahaya, menggerakkan kaki dan tangan tapi
hanya sebatas menggenggam.
33
2 DS : Resiko tinggi Fototerapi
- Ibu klen kekurangan
mengatakan volume
anaknya hanya cairan
minum ASI
DO :
- Klien minum ASI
20 cm/20 jam
34
RENCANA KEPERAWATAN
35
kuning/ atau bersisik
warnakuning
mulai berkurang
2 17/09/2017 Setelah dilakukan 1. Pantau masukan dan haluan 1. Peningkatan kehilangan air melalui
08.30 wib asuhan keperawatan cairan;timbang berat badan bayi 2 fesesdan evaporasi dapt
selama 3x24 jam kalisehari. menyebabkan dehidrasi.
diharapkan resiko
kekurangan volume
2. Perhatikan tanda- tanda 2. Bayi dapat tidur lebih lama
cairan dapat teratasi
dehidrasi(mis: penurunan haluaran dalamhubungannya dengan
dengan criteria hasil :
urine,fontanel tertekan, kulit fototerapi,meningkatkan resiko
1. Tugor kulit
hangat ataukering dengan turgor dehidrasi bila
baik
buruk, danmata cekung). jadwal pemberian makan yang sering
2. Membran
tidak di pertahankan.)
mukosa
3. Perhatikan warna dan frekuensi
lembab
defekasi dan urine 3. Defeksi encer, sering dan kehijauan
3. Intake dan
sertaurine kehijauan menandakan
output cairan
4. Tingkatkan masukan cairan per keefektifan fototerapi dengan
seimbang
oral sedikitnya 25%. pemecahan dan ekskresi bilirubin.
36
4. Nadi, respira Beri air diantara menyusui atau Feces yang encer meningkatkatkan
si dalam bata memberi susu botol. risiko kekurangan volume cairan
s normal(N: akibat pengeluaran cairan berlebih.
120-160 5. Pantau turgor kulit
x/menit, RR : 4. Meningkatkan input cairan
35x/menit ), 6. Berikan cairan per parenteral sebagaikompensasi pengeluaran feces
suhu ( 36,5- sesuai indikasi yang encersehingga mengurangi
37,5 C) risiko bayikekurangan cairan.
37
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
38
2 17/09/2017 1. Memantau masukan dan haluan S : ibu klien mengatakan kulit anaknya kering
cairan;timbang berat badan bayi 2 kali
09.20 wib sehari. O : - kulit kering
R :- - Turgor kulit kurang elastis
H : BB : 1950 gram - Kulit keriput
39
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Hiperbilirubin ini berkaitan erat dengan riwayat kehamilan ibu dan prematuritas.
Selain itu, asupan ASI pada bayi juga dapat mempengaruhi kadar bilirubin dalam
darah.
40
DAFTAR PUSTAKA
http://www.docstoc.com/myoffice/recommendations?docId=48037619&downloa
d=1
http://www.klinikku.com/pustaka/dasar/hati/hiperbilirubinemia3.html.
41