Professional Documents
Culture Documents
RENCANA PENELITIAN
OLEH
NOVITASARI
C1C 010 065
OLEH
NOVITASARI
C1C 010 065
Mengetahui:
Baiq Rien Handayani, SP., M.Si., Ph.D. Wiharyani Werdiningsih, SP., M.Si.
NIP. 19681115 199403 2 013 NIP. 19820822 200812 2 001
Mengetahui:
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga rencana penelitian yang berjudul “Kajian Penggunaan
Oven Hock dengan Sistem Suhu Terkontrol terhadap Beberapa Komponen
Mutu Dendeng Sapi Tradisional Siap Makan” ini dapat diselesaikan.
Dalam penulisan rencana penelitian ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Prof. Ir. H. Eko Basuki, M.App.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknologi
Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram.
2. Ir. Moh. Abbas Zaini, MP., selaku Ketua Program Studi Ilmu dan Teknologi
Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram.
3. Baiq Rien Handayani, SP., M.Si., Ph.D., selaku Dosen Penasehat Akademik
dan Pembimbing Utama.
4. Wiharyani Werdiningsih, SP., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Pendamping.
Penulis menyadari penyusunan rencana penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan pihak-pihak yang membutuhkan.
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PENJELASAN ................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................ v
DAFTAR TABEL ................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................... 1
1.2. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ...................................... 2
1.2.1. Tujuan Penelitian ................................................... 2
1.2.2. Kegunaan Penelitian .............................................. 2
1.3. Hipotesis ............................................................................ 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 4
2.1. Dendeng Sapi ...................................................................... 4
2.1.1. Dendeng Sapi Tradisional ....................................... 5
2.1.2. Syarat Mutu Dendeng Sapi ..................................... 6
2.2. Proses Pengolahan Dendeng Sapi ........................................ 7
2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Mutu
Dendeng Sapi Tradisional Siap Makan ............................... 10
2.3.1. Mutu Daging Sapi .................................................... 11
2.3.2. Bumbu Dendeng ..................................................... 12
2.3.3. Cara Pengolahan ...................................................... 12
2.3.4. Water Activity (Aw) dan Relative Humidity (RH) ... 14
2.4. Pengaruh Pengovenan terhadap Mutu Dendeng ................. 15
2.5. Jenis Oven yang Digunakan dalam Pembuatan Dendeng ... 17
2.5.1. Oven Modern .......................................................... 17
2.5.2. Oven Tradisional Skala Rumah Tangga (Hock) ..... 18
BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................... 19
3.1. Metode dan Rancangan Penelitian ..................................... 19
3.1.1. Metode Penelitian..................................................... 19
3.1.2. Rancangan Penelitian ............................................... 19
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 20
3.3. Bahan dan Alat Penelitian .................................................. 20
3.3.1. Bahan Penelitian....................................................... 20
3.3.2. Alat Penelitian ......................................................... 20
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Spesifikasi Persyaratan Mutu Dendeng Sapi
(SNI 01-2908-1992) .................................................................... 6
Tabel 2. Batas Maksimum Cemaran Mikroba pada Dendeng Sapi .......... 7
Tabel 3. Komposisi Daging Sapi Segar .................................................... 11
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Dendeng Sapi .......................................................................... 4
Gambar 2. Dendeng Sapi Tradisional Siap Makan Berbagai Rasa ........... 6
Gambar 3. Diagram Alir Proses Pembuatan Dendeng Sapi
Tradisional Siap Makan .......................................................... 24
Gambar 4. Diagram Warna Nilai L, a, b .................................................. 29
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuisioner Uji Organoleptik Dendeng Sapi
Tradisional Siap Makan ....................................................... 34
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Hipotesis
Untuk mengarahkan jalannya penelitian ini, maka digunakan hipotesis
sebagai berikut: Diduga bahwa pengovenan dengan sistem suhu 135°C yang
terkontrol selama 10 menit menggunakan oven Hock dapat menghasilkan dendeng
sapi tradisional siap makan dengan sifat kimia, fisik, organoleptik dan
mikrobiologis yang baik sehingga aman konsumsi serta memiliki daya simpan
yang lebih lama.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
makan rasa abon dan rasa sop. Usaha dendeng sapi tradisional siap makan dengan
berbagai rasa tersebut mulai diperkenalkan di tahun 2012 (Handayani, dkk.,
2013). Adapun contoh produk dendeng sapi tradisional siap makan dengan
berbagai citarasa yang diproduksi oleh Handayani di tahun 2012 yaitu, seperti
yang terlihat pada gambar 2.
Salah satu upaya peningkatan mutu aman konsumsi dendeng sapi yaitu
dengan cara meminimalkan semaksimal mungkin cemaran mikroorganisme yang
dapat merusak dendeng sapi. Jika dendeng sapi tidak ditangani dengan baik, maka
dalam jumlah tertentu mikroorganisme dapat bersifat toksin atau racun. Untuk
mendapatkan dendeng yang aman dari cemaran mikroorganisme tersebut harus
memenuhi persyaratan cemaran mikroba, seperti yang terlihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 2. Batas Maksimum Cemaran Mikroba pada Dendeng Sapi
Jenis Cemaran Mikroba Batas Maksimal
ALT (30ºC, 72 jam) 1x105 koloni/gram
APM Escherichia coli < 3/gram
Salmonela Negatif/25 gram
Staphylococcus aureus 1x102 koloni/gram
Bacillus cereus 1x103 koloni/gram
Keterangan : Angka Lempeng Total (ALT)
Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2009)
7. Pembekuan
Daging yang telah dibungkus menggunakan aluminium foil/plastik
kemudian dibekukan di dalam freezer selama ±4 jam. Pembekuan daging
dilakukan untuk mempermudah pengirisan dengan alat pengiris daging beku.
8. Thawing
Daging beku harus dithawing untuk memudahkan pengirisan. Thawing
dilakukan dengan cara mengalirkan air bersih di permukaan kemasan daging.
9. Pengirisan II
Daging beku diiris dengan ketebalan seragam ± 4 mm sehingga diperoleh
ukuran relatif seragam 10 cm x 5 cm x 0,4 cm.
10. Persiapan bumbu tradisional
Takaran bumbu dasar (dendeng manis – Seganteng Cakranegara) yang
digunakan untuk membuat dendeng dari 1 kg daging adalah 8,85 gram
(0,885%) ketumbar, 0,51 gram (0,051%) kayu manis, 1,25 gram (0,125%)
adas manis, 0,5 gram (0,05%) jinten, 0,16 gram (0,016%) cengkeh, 0,23 gram
(0,023%) supawantu, 17 gram (1,7%) bawang putih, 2,5 gram (0,25%) Merica
bubuk, 65 gram (6,5%) lengkuas, 10,50 gram (1,05%) garam dan 200 gram
(20%) gula merah. Persiapan bumbu dilakukan beberapa tahap, sebagai
berikut:
a. Disangrai ketumbar selama ±5 menit, lalu kemudian digiling kasar.
b. Disangrai kayu manis, adas manis, jinten dan cengkeh, kemudian digiling
halus.
c. Dihaluskan bawang putih, gula merah, merica, garam dan lengkuas.
d. Dicampur semua bumbu, lalu disangrai selama 5 menit.
e. Bumbu yang telah dipersiapkan untuk 1 kg daging kemudian ditimbang
dan dibagi 4 untuk masing-masing sampel daging seberat 250 gram.
Pencampuran dilakukan dengan cara mengaduk dan melumuri seluruh
permukaan daging secara merata dengan bumbu dan asap cair.
11. Marinasi
Marinasi adalah proses perendaman daging irisan dalam bumbu tradisional
yang sudah disiapkan. Perendaman dilakukan dalam bumbu yang dipersiapkan
10
sebagai berikut dan ditambah dengan 2.5% asap cair. Selanjutnya campuran
daging dan bumbu direndam paling singkat selama 3 jam pada suhu kamar
dalam wadah tertutup.
12. Penjemuran
Daging yang telah direndam, diletakkan di atas kampu (alas berupa ulatan
bambu yang digunakan sebagai alas untuk mengeringkan dendeng), kemudian
dijemur di bawah sinar mata hari selama ±7 jam saat matahari terik.
13. Pengovenan
Pengovenan dilakukan dengan memanaskan daging mentah hasil jemuran
didalam oven yang bisa diatur suhunya. Pengovenan dilakukan pada suhu
135oC, selama 15 menit. Teknik pemasukan daging ke dalam oven dengan
cara menunggu suhu oven stabil terlebih dahulu pada suhu 135oC.
14. Pengemasan
Pengemasan dilakukan dengan cara memasukkan dendeng matang siap
makan secara aseptis ke dalam kemasan plastik-aluminium foil. Tindakan
aseptis tingkat rumah tangga dapat dilakukan dengan memanaskan penjepit
daging di atas panas selama ±2 menit dan menggunakannya untuk menjepit
daging dan memasukkan ke dalam kemasan tanpa menyentuh daging dengan
tangan. Selanjutnya silica gel bisa ditambahkan di bawah lapisan daging untuk
meningkatkan daya simpan dendeng.
Standar operasional prosedur tersebut sudah diperkenalkan secara nasional,
guna meningkatkan mutu baik secara fisik, kimia, mikrobiologis maupun
organoleptik dendeng sapi siap makan yang diolah secara tradisional.
(2012) bahwa dendeng sapi yang dioven pada suhu 135°C selama 15 menit
menggunakan oven skala laboratorium menghasilkan dendeng sapi tradisional
siap makan yang memiliki masa simpan mencapai 2 tahun.
Hasil penelitian Pratama (2013) bahwa dendeng sapi tradisional siap
makan yang dioven menggunakan oven skala rumah tangga (Hock) dengan suhu
135°C selama 10 menit menghasilkan dendeng dengan masa simpan produk
selama 7 minggu dan jenis mikroba yang nampak tumbuh yaitu jamur. Hal ini
dikarenakan suhu selama pengovenan tidak terkontrol. Sehingga dendeng yang
dihasilkan mengalami kematangan yang kurang sempurna (case hardning). Selain
proses pengeringan (pengovenan) dan pemasakan, proses pengemasan akan
mempengaruhi mutu dendeng sapi. Penggunaan jenis kemasan dan udara dalam
kemasan harus disesuaikan dengan jenis produk. Dendeng merupakan produk
semi basah yang dalam kondisi penyimpanannya perlu diperhatikan. Jika udara
dalam kemasan terlalu banyak, maka kondisi udara untuk mikroba tumbuh akan
tercukupi, oleh karena itu pengemasan dendeng sebaiknya dilakukan dengan
pengemasan vakum.
Menurut Handayani, dkk., (2013) jika kebersihan selama proses
pengolahan tidak dijaga dengan baik, maka mikroorganisme yang tidak
didinginkan akan tumbuh sehingga kualitas produk akan cepat rusak
mengakibatkan produk tidak terjamin mutunya sehingga bagi pengusaha dendeng
mengalami kerugian.
Menurut Huang dan Nip (2001) bahwa dendeng sayat memiliki Aw 0,52 -
0,67. Tetapi dendeng yang beredar di pasaran pada umumnya memiliki Aw 0,40 -
0,50 (Purnomo 1996). Winarno dan Fardiaz (1980) menyatakan kadar air dalam
daging berkisar antara 60-70% dan apabila bahan (daging) mempunyai aktivitas
air (Aw) tidak terlalu tinggi atau tidak terlalu rendah yaitu antara kisaran 15-50%
maka bahan (daging) tersebut dapat tahan lama selama penyimpanan. Hal ini
diperkuat oleh Purnomo (1996), bahwa bahan pangan semi basah seperti dendeng
berkadar air 20-40% tidak memerlukan penyimpanan dingin, stabil dalam suhu
kamar, dan perkembangbiakan mikroorganisme terhambat. Standar Nasional
Indonesia (SNI) Nomor 01–6366–2000 merekomendasikan bahwa aktivitas air
(Aw) air dalam daging berkisar antara 0,40 - 0,90 dan apabila bahan (dendeng)
mempunyai aktivitas air (Aw) tidak terlalu tinggi atau tidak terlalu rendah yaitu
antara kisaran 0,50 - 0,90 maka bahan (dendeng) tersebut dapat tahan lama selama
penyimpanan.
Aktivitas air dalam bahan pangan yang diawetkan akan berpengaruh
terhadap uap air yang ada dalam bahan pangan tersebut. Istilah uap air dalam
bahan pangan biasanya dikenal dengan Relative Humidity (RH). Istilah ini
menggambarkan kandungan air total yang dikandung oleh udara yang biasanya
juga dinyatakan dalam persen. Untuk menentukan jumalah air yang dikandung di
udara maka kita dapat menggunakan metode Kelembapan spesifik. Kelembapan
spesifik adalah metode untuk mengukur jumlah uap air di udara dengan rasio
terhadap uap air di udara kering (Nielsen, 1998).
warna, aroma, rasa dan tekstur diterima secara oraganoleptik, serta memenuhi
standar keamanan mikrobiologis sehingga aman untuk dikonsumsi. Namun masa
simpan produk dendeng sapi ini hanya selama 7 minggu, hal ini dikarenakan suhu
selama pengovenan tidak terkontrol, selama pengovenan dengan waktu selama
beberapa menit suhu oven mengalami kenaikan mencapai 150°C sehingga
dendeng yang dihasilkan mengalami kematangan yang kurang sempurna (case
hardning). Akibat dari kondisi dendeng yang tidak matang dengan sempurna,
kandungan atau kadar air dendeng tidak memenuhi persyaratan mutu, sehingga
dendeng mudah ditumbuhi mikroorganisme seperti jamur.
BAB III
METODE PENELITIAN
Tahap proses pembuatan dendeng sapi tradisional siap makan dapat dilakukan
dalam 4 tahap, yaitu sebagai berikut:
3.4.1. Persiapan Alat
a. Semua alat-alat dipersiapkan untuk kebutuhan pembuatan dendeng.
b. Box untuk mengangkut daging dibersihkan dengan cara dicuci dan disterilkan
dengan air panas.
c. Alat pengiris daging dibersihkan dari segala jenis kotoran dengan cairan
desinfektan dan alkohol.
menit. Pengovenan ini dilakukan untuk mendapatkan dendeng sapi yang siap
untuk dikonsumsi.
Penirisan
Penggilingan halus Penggilingan kasar
Pembungkusan
Pencampuran Pembekuan
Pengirisan
Penyangraian tebal 0,4 mm
Perendaman ± 3 jam
Analisa:
Kadar air
Penjemuran ± 4 jam Kadar protein
RH
Kontrol I : 15 menit (Oven MEMERT) Aw
Kontrol II : 10 menit Organoleptik (Rasa,
Pengovenan suhu 135°C
(Oven Hock, suhu Tidak Terkontrol) aroma dan warna)
Perlakuan: 5, 10, 15 dan 20 menit (Oven HOCK) Colorimeter
TPC
Dendeng sapi siap makan
Koliform
Total Jamur
Gambar 3. Diagram alir Proses Pembuatan Dendeng Sapi Tradisional Siap Makan
(Metode Handayani dkk., 2012)
25
Kadar Protein
Penentuan kadar protein dilakukan dengan menggunakan metode Kjeldahl
(Rohman dan Sumantri, 2007) dengan prosedur sebagai berikut:
1. Ditimbang 0,5 g bahan yang telah ditumbuk halus.
2. Dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl dan ditambahkan campuran selenium 1 g,
25 ml H2SO4 pekat dan didiamkan selama 2 hari.
3. Destruksi dalam lemari asam sampai larutan berwarna jernih.
4. Didinginkan dan dimasukkan larutan jernih hasil destruksi kedalam labu 100
mL, ditambahkan aquades hingga tanda batas kemudiah digojok.
5. Dipipet 25 mL dan dimasukkan kedalam labu kjeldahl.
6. Didinginkan dan ditambahkan indikator pp sebanyak 2 tetes dan ±20 mL
larutan NaOH 45% hingga cairan bersifat basa (berwarna merah muda).
7. Didestilasi dan destilat ditampung dalam erlenmeyer 250 ml yang telah berisi
25 mL H3BO3 ditambahkan indikator campuran BCG : MM.
8. Dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N yang telah distandarisasi.
9. Dilakukan langkah 1-7 untuk blanko dengan mengganti bahan menggunakan
aquadest.
10. Perhitungan:
𝑆−𝐵
Kadar N total = x N x 14,008 x FP x100%
𝑊
% protein = % N x faktor koreksi (6,25)
Keterangan:
B = volume titrasi blanko (ml)
S = volume titrasi sampel (ml)
W = berat sampel (mg)
N = normalitas titran (0,1 N)
FP = Faktor Pengenceran
27
Total Bakteri
Pengamatan untuk total bakteri pada mikroba dilakukan dengan
memodifikasi metode tuang atau pour plate (Fardiaz, 1992), adapun langkah-
langkahnya sebagai berikut:
1. Sampel dendeng dihaluskan secara aseptis dengan menggunakan mortar yang
telah disterilkan.
2. Sampel dendeng yang telah halus sebanyak 1 gram diencerkan hingga
pengenceran 10-6.
3. Dipipet 1 ml sampel dari pengenceran 10-4, 10-5 dan 10-6, kemudian
dimasukkan ke dalam cawan petri masing-masing secara duplo.
4. Ditambah media PCA (47-50°C) sebanyak 15-20 ml.
5. Digoyangkan supaya sampelnya menyebar.
6. Didiamkan sampai agar membeku.
7. Diinkubasi pada suhu ruang selama 24 - 48 jam.
8. Koloni pada cawan dihitung dengan kisaran jumlah 25 - 250 koloni.
30
Total Koliform
Pengamatan untuk Koliform dilakukan dengan memodifikasi metode tuang
atau pour plate (Fardiaz, 1992), adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Sampel dendeng dihaluskan secara aseptis dengan menggunakan mortar yang
telah disterilkan.
2. Sampel dendeng yang telah halus sebanyak 1 gram diencerkan hingga
pengenceran 10-3.
3. Dari pengenceran 10-1, 10-2 dan 10-3 dipipet sebanyak 1 ml ke dalam cawan
petri secara duplo.
4. Dituang kira-kira 10 ml Violet Red Bile Agar (VRBA) dan dibiarkan
membeku.
5. Diinkubasi cawan petri secara terbalik pada suhu 35°C selama 18 sampai 24-
48 jam.
6. Bakteri koliform akan membentuk koloni dengan ukuran diameter kira-kira
0,5 mm atau lebih besar, berwarna merah-ungu, dikelilingi oleh areal yang
menunjukkan pengendapan garam bile.
Total Jamur
Pengamatan untuk total jamur dilakukan dengan memodifikasi metode sebar
atau spread plate (Fardiaz, 1992), adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Sampel dendeng dihaluskan secara aseptis dengan menggunakan mortar yang
telah disterilkan.
2. Sampel dendeng yang telah halus sebanyak 1 gram diencerkan hingga
pengenceran 10-3.
3. Dari pengenceran 10-1, 10-2 dan 10-3 dipipet sebanyak 0,1 ml ke dalam cawan
petri berisi media Potato Dextrose Agar (PDA) secara duplo.
4. Diratakan dengan menggunakan drigalski.
5. Diinkubasi pada suhu 30°C selama 1-2 hari.
Jumlah koloni jamur yang tumbuh dihitung dengan mengalikan faktor
pengenceran yang digunakan dikalikan 10 karena hanya 0,1 ml suspensi yang
digunakan untuk memperoleh CFU/ml (CFU = Colony Forming Units).
31
DAFTAR PUSTAKA
Azman dan Aswardi. 2001. Laporan hasil penelitian tahun 2000 – 2001. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian. Sukarami.
Hanafiah, K. A., 2002. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT. Raja
Grafindo Permata. Jakarta.
Handayani, B. R., Kartanegara., Margana, C. C. E. dan Hidayati, A., 2012.
Laporan Penelitian Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2012-2015, Koridor V ke Peternakan dan
Perikanan: Diversivikasi Dendeng Sapi “Jerky” Tradisional Siap Saji
Menggunakan Asap Cair Sebagai Pengawet Alami Untuk Meningkatkan
Keamanan Pangan dan Perekonomian Masyarakat NTB. Universitas
Mataram. Mataram.
Huang, T. C. dan Nip, W. K., 2001. Intermediate moisture Meat and Dehydrate
Meat. Dalam: Meat Science and Aplications. Hui, Y. H., Nip, W. K.,
Rogers, R. W. dan Young, O. A. Edisi Marcel Dekker. New York.
Nielsen, S. S., 1998. Food Analysis Second Edition. Aspen Publication. Maryland.
Pratama, A. A., 2013. Pengaruh Lama Pengovenan Dengan Oven Skala Rumah
Tangga terhadap Beberapa Komponen Mutu Dendeng Sapi Tradisional
Siap Makan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri
Universitas Mataram. Mataram.
Standar Nasional Indonesia (SNI 3932 : 2008). Mutu Karkas Dan Daging Sapi.
Badan Standar Nasional (BSN). Jakarta.
Sudarmadji, S., Haryono, B. dan Suhardi, 2007. Prosedur Analisa Untuk Makanan
dan Pertanian. Penerbit Liberty. Yogyakarta.
Suharyanto, 2009. Aktivitas Air (Aw) dan Warna Dendeng Daging Giling Terkait
Cara Pencucian (Leaching) dan Jenis Daging yang Berbeda. Jurnal Sain
Peternakan Indonesia 4(2) : 133 – 120.
Usmiati, S., 2010. Pengawetan Daging Segar dan Olahan. Balai Besar Penelitian
dan Pengembanan Pascapanen Pertanian. Bogor.
Wariyanto, A., 1987. Penanganan dan Pengawetan Daging Ayam dan Telur. Edisi
Juli No.17. Yogyakarta.
Nama panelis :
Tanggal pengujian :
Instruksi : -Berikan penilaian terhadap warna, aroma tekstur dan rasa
-Untuk setiap penilaian rasa harus dinetralisir dengan air.
-Nyatakan penilaian saudara sebagai berikut:
Komentar: