You are on page 1of 26

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT

DARURAT PADA KLIEN DENGAN

NYERI DADA

A. Pendahuluan
Jantung adalah organ berupa otot berbentuk kerucut. Fungsi utama jantung
adalah untuk memompakan darah ke seluruh tubuh dengan cara mengembang dan
menguncup yang disebabkan oleh karena adanya rangsangan yang berasal dari
susunan saraf otonom. Nyeri dada merupakan suatu yang menandakan adanya
masalah pada organ jantung.
Nyeri dada merupakan keluhan yang sering dijumpai pada praktek klinik. Di
Amerika Serikat, kasus nyeri dada diperkirakan sekitar satu persen dari 8,9 juta
kunjungan ke tenaga medis dan rumah sakit. Sebanyak 5,4 persen dari 5,8 juta
kunjungan ke instaiasi gawat darurat (IGD) di Amerika Serikat disebabkan adanya
keluhan nyeri dada.
Di Inggris, kasus dengan nyeri dada mencapai 2-4 persen dari setiap kasus baru
kunjungan ke IGD.
Di Indonesia, data tentang keluhan nyeri dada belum mendapatkan angka yang
jelas karena fasilitas kesehatan di Indonesia belum dapat menjangkau seluruh rakyat
Indonesia. Namun demikian, ada perkiraan keluhan nyeri dada juga banyak dialami
rakyat Indonesia karena pola hidup sehat masih sulit diterapkan oleh banyak rakyat
Indonesia, bertambahnya umur harapan hidup, dan meningkatnya kasus penyakit
Jantung dan masalah metabolisme di Indonesia.
Di dada, terdapat banyak organ yaitu Jantung, pembuluh darah besar, paru-paru,
kerongkongan, tulang, otot, payudara, dan kulit Tiap organ tersebut memiliki
persarafan. Persarafan ini dapat berupa reseptor nyeri yang berperan dalam
memberitakan keadaan organ tersebut ke otak. Pada titik tertentu, persarafan dari
beberapa organ akan berkumpul dalam satu berkas saraf.
Nyeri dada biasanya terlokalisasi pada dinding dada. Nyeri dada dapat berupa
nyeri yang berlalu singkat dan tajam, rasa terjepit yang terputus oleh tarikan napas,
atau beberapa bentuk nyeri lainnya. Selain masalah jantung, penyebab nyeri dada
berasal dari kelainan/penyakit pada paru-paru, saluran cema, kulit, otot, dan atau
tulang. Kelainan jantung, paru-paru, pembuluh darah besar, dan kerongkongan
menghasilkan kualitas dan lokasi nyeri yang sama. Kualitas nyeri disebabkan kelainan
otot dan tulang (25 persen) disusul oleh kelainan jantung (19 persen), saluran
penceraaan (11 persen), dan paru-paru (9 persen).
Penderita dengan keluhan nyeri dada sering dijumpai pada praktek sehari-hari.
Keluhan ini sering menimbulkan rasa kawatir pada penderita akan adanya gangguan
pada organ vital di dalam dada seperti jantung, paru dan lain-lain, sedangkan dari pihak
dokter, keluhan nyeri dada bukanlah merupakan persoalan yang sederhana. Dokter
perlu mengadakan evaluasi untuk menentukan penyebab nyeri dada, apakah
penyebabnya tunggal ataukah masih ada penyebab yang lain, apakah penyebabnya
merupakan keadaan gawat atau tidak. Memahami patogenesis terjadinya nyeri dada
serta makna klinisnya secara baik akan membantu menentukan diagnosis lebih tepat
dan selanjutnya akan mengarahkan kepada terapi yang lebih rasional. Tulisan berikut
akan menyoroti tentang patogenesis beberapa jenis nyeri dada dan makna klinisnya.
KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA KLIEN DENGAN

NYERI DADA
A. Pengertian
Nyeri dada adalah perasaan nyeri / tidak enak yang mengganggu daerah dada
dan seringkali merupakan rasa nyeri yang diproyeksikan pada dinding dada (referred
pain).
Nyeri Coroner adalah rasa sakit akibat terjadinya iskemik miokard karena suplai
aliran darah koroner yang pada suatu saat tidak mencukupi untuk kebutuhan
metabolisme miokard.
Nyeri dada akibat penyakit paru misalnya radang pleura (pleuritis) karena lapisan
paru saja yang bisa merupakan sumber rasa sakit, sedang pleura viseralis dan
parenkim paru tidak menimbulkan rasa sakit (Himawan, 1996)

B. Etiologi
Nyeri dada dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Nyeri dada pleuritik
Nyeri dada pleuritik biasa lokasinya posterior atau lateral. Sifatnya tajam dan
seperti ditusuk. Bertambah nyeri bila batuk atau bernafas dalam dan berkurang bila
menahan nafas atau sisi dada yang sakit digerakan. Nyeri berasal dari dinding dada,
otot, iga, pleura perietalis, saluran nafas besar, diafragma, mediastinum dan saraf
interkostalis. Nyeri dada pleuritik dapat disebakan oleh Difusi pelura akibat infeksi paru,
emboli paru, keganasan atau radang subdiafragmatik pneumotoraks dan
penumomediastinum
2. Nyeri dada non pleuretik
Nyeri dada non-pleuritik biasanya lokasinya sentral, menetap atau dapat
menyebar ke tempat lain. Plaing sering disebabkan oleh kelainan di luar paru :

a. Kardial
i. Iskemik miokard akan menimbulkan rasa tertekan atau nyeri substernal yang menjalar ke
aksila dan turun ke bawah ke bagian dalam lengan terutama lebih sering ke lengan kiri.
Rasa nyeri juga dapat menjalar ke epigasterium, leher, rahang, lidah, gigi, mastoid
dengan atau tanpa nyeri dada substernal.
Nyeri disebabkan karena saraf eferan viseral akan terangsang selama iekemik miokard,
akan tetapi korteks serebral tidak dapat menentukan apakah nyeri berasal sari miokard.
Karena rangsangan saraf melalui medula spinalis T1-T4 yang juga merupakan jalannya
rangsangan saraf sensoris dari sistem somatis yang lain. Iskemik miokard terjadi bila
kebutuhan 02 miokard tidak dapat dipenuhi oleh aliran darah koroner. Pda penyakit
jantung koroner aliran darah ke jantung akan berkurang karena adanya penyempitan
pembuluh darah koroner.
Ada 3 sindrom iskemik yaitu :
1. Angina stabil ( Angina klasik, Angina of Effort) : Serangan nyeri dada khas yang timbul
waktu bekerja. Berlangsung hanya beberapa menit dan menghilang dengan nitrogliserin
atau istirahat. Nyeri dada dapat timbul setelah makan, pada udara yang dingin, reaksi
simfatis yang berlebihan atau gangguan emosi.
2. Angina tak stabil (Angina preinfark, Insufisiensi koroner akut) : Jenis Angina ini dicurigai
bila penderita telah sering berulang kali mengeluh rasa nyeri di dada yang timbul waktu
istirahat atau saat kerja ringan dan berlangsung lebih lama.
3. Infark miokard : Iskemik miokard yang berlangsung lebih dari 20-30 menit dapat
menyebabkan infark miokard. Nyeri dada berlangsung lebih lama, menjalar ke bahu kiri,
lengan dan rahang. Berbeda dengan angina pektoris, timbulnya nyeri dada tidak ada
hubungannya dengan aktivitas fisik dan bila tidak diobati berlangsung dalam beberapa
jam. Disamping itu juga penderita mengeluh dispea, palpitasi dan berkeringat. Diagnosa
ditegakan berdasarkan serioal EKG dan pemeriksa enzym jantung.
ii. Prolaps katup mitral dapat menyebabkan nyeri dada prekordinal atau substernal yang dapat
berlangsung sebentar maupun lama. Adanya murmur akhir sisttolik dan mid sistolik-
click dengan gambaran echokardiogram dapat membantu menegakan diagnose.
iii. Stenosis aorta berat atau substenosis aorta hipertrofi yang idiopatik juga dapat
menimbulkan nyeri dada iskemik.

b. Perikardial
Saraf sensoris untuk nyeri terdapat pada perikardium parietalis diatas
diafragma. Nyeri perikardila lokasinya di daerah sternal dan area preokordinal, tetapi
dapat menyebar ke epigastrium, leher, bahu dan punggung. Nyeri bisanya seperti
ditusuk dan timbul pada aktu menarik nafas dalam, menelan, miring atau bergerak.
Nyeri hilang bila penderita duduk dan berdandar ke depan. Gerakan tertentu
dapat menambah rasa nyeri yang membedakannya dengan rasa nyeri angina.
Radang perikardial diafragma lateral dapat menyebabkan nyeri epigastrum dan
punggung seperti pada pankreatitis atau kolesistesis

c. Aortal
Penderita hipertensi, koartasio aorta, trauma dinding dada merupakan resiko
tinggi untuk pendesakan aorta. Diagnosa dicurigai bila rasa nyeri dada depan yang
hebat timbul tiba- tiba atau nyeri interskapuler. Nyeri dada dapat menyerupai infark
miokard akan tetapi lebih tajam dan lebih sering menjalar ke daerah interskapuler serta
turun ke bawah tergantung lokasi dan luasnya pendesakan.
d. Gastrointestinal
Refluks geofagitis, kegansan atau infeksi esofagus dapat menyebabkan nyeri
esofageal. Neri esofageal lokasinya ditengah, dapat menjalar ke punggung, bahu dan
kadang – kadang ke bawah ke bagian dalam lengan sehingga seangat menyerupai
nyeri angina. Perforasi ulkus peptikum, pankreatitis akut distensi gaster kadang –
kadang dapat menyebabkan nyeri substernal sehingga mengacaukan nyeri iskemik
kardinal. Nyeri seperti terbakar yang sering bersama – sama dengan disfagia dan
regurgitasi bila bertambah pada posisi berbaring dan berurang dengan antasid adalah
khas untuk kelainan esofagus, foto gastrointestinal secara serial, esofagogram, test
perfusi asam, esofagoskapi dan pemeriksaan gerakan esofageal dapat membantu
menegakan diagnosa.

e. Muskuloskletal
Trauma lokal atau radang dari rongga dada otot, tulang kartilago sering
menyebabkan nyeri dada setempat. Nyeri biasanya timbul setelah aktivitas fisik,
berbeda halnya nyeri angina yang terjadi waktu exercis. Seperti halnya nyeri pleuritik.
Neri dada dapat bertambah waktu bernafas dalam. Nyeri otot juga timbul pada gerakan
yang berpuitar sedangkan nyeri pleuritik biasanya tidak demikian.

f. Fungsional
Kecemasan dapat menyebabkan nyeri substernal atau prekordinal, rasa tidak
enak di dada, palpilasi, dispnea, using dan rasa takut mati. Gangguan emosi tanpa
adanya klealinan objektif dari organ jantung dapat membedakan nyeri fungsional
dengan nyeri iskemik miokard.
g. Pulmonal
Obstruksi saluran nafas atas seperti pada penderita infeksi laring kronis dapat
menyebakan nyeri dada, terutama terjadi pada waktu menelan. Pada emboli paru akut
nyeri dada menyerupai infark miokard akut dan substernal. Bila disertai dengan infark
paru sering timbul nyeri pleuritik. Pada hipertensi pulmoral primer lebih dari 50%
penderita mengeluh nyeri prekordial yang terjadi pada waktu exercise. Nyeri dada
merupakan keluhan utama pada kanker paru yang menyebar ke pleura, organ medianal
atau dinding dada.

C. Patofisiologi
Terjadi penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan ejection
fraction, isi sekuncup (stroke volume) dan peningkatan volume akhir distolik ventrikel
kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik dengan akibat tekanan atrium kiri juga
naik. Peningkatan tekanan atrium kiri di atas 25 mmHg yang lama akan menyebabkan
transudasi cairan ke jaringan interstisium paru (gagal jantung). Pemburukan
hemodinamik ini bukan saja disebakan karena daerah infark, tetapi juga daerah iskemik
di sekitarnya. Miokard yang masih relatif baik akan mengadakan kompensasi,
khususnya dengan bantuan rangsangan adrenergeik, untuk mempertahankan curah
jantung, tetapi dengan akibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard Kompensasi ini
jelas tidak akan memadai bila daerah yang bersangkutan juga mengalami iskemia atau
bahkan sudah fibrotik. Bila infark kecil dan miokard yang harus berkompensasi masih
normal, pemburukan hemodinamik akan minimal. Sebaliknya bila infark luas dan
miokard yang harus berkompensasi sudah buruk akibat iskemia atau infark lama,
tekanan akhir diastolik ventrikel kiri akan naik dan gagal jantung terjadi. Sebagai akibat
sering terjadi perubahan bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan tebal jantung ventrikel
baik yang terkena infark maupun yang non infark. Perubahan tersebut menyebabkan
remodeling ventrikel yang nantinya akan mempengaruhi fungsi ventrikel dan timbulnya
aritmia.
Perubahan-perubahan hemodinami ini tidak statis. Bila makin tenang fungsi
jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan karena daerah-
daerah yang tadinya iskemik mengalami perbaikan. Daerah-daerah diskinetik akan
menjadi akinetik, karena terbentuk jaringan parut yang kaku. Miokard sehat dapat
pula mengalami hipertropi. Sebaliknya perburukan hemodinamik akan terjadi bila
iskemia berkepanjangan atau infark meluas. Terjadinya penyulit mekanis seperti
ruptur septum ventrikel, regurgitasi mitral akut dan aneurisma ventrikel akan
memperburuk faal hemodinamik jantung.

Aritmia merupakan penyulit tersering dan terjadi terutama pada menit-menit


atau jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh perubahan-
perubahan masa refrakter, daya hantar rangsangan dan kepekaaan terhadap
rangsangan.

D. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala yang biasa menyertai nyeri dada adalah :
- Nyeri ulu hati
- Sakit kepala
- Nyeri yang diproyeksikan ke lengan, leher, punggung
- Diaforesis / keringat dingin
- Sesak nafas
- Takikardi
- Sesak nafas
- Kulit pucat
- Sulit tidur (insomnia)
- Mual, Muntah, Anoreksia
- Cemas, gelisah, fokus pada diri sendiri
- Kelemahan
- Wajah tegang, merintih, menangis
- Perubahan kesadaran
E. Pemeriksaan penunjang
a. EKG 12 lead selama episode nyeri
i. Takhikardi / disritmia
ii. Rekam EKG lengkap : T inverted, ST elevasi / depresi, Q Patologis
iii. Pemeriksaan darah rutin, kadar glukosa, lipid dan EKG waktu istirahat perlu dilakukan.
Hasilnya meungkin saja normal walaupun ada penyakit jantung koroner yang berat.
EKG bisa didapatkan gambaran iskemik dengan infark miokard lama atau depresi ST
dan T yang terbalik pada penyakit yang lanjut.

Gambaan EKG IMA


Gambaran EKG angina pectoris

b. Laboratorium
i. Kadar enzim jantung : CK, CKMB, LDH
ii. Fungsi hati : SGOT, SGPT
iii. Fungsi Ginjal : Ureum, Creatinin
iv. Profil Lipid : LDL, HDL

c. Foto Thorax
d. Echocardiografi
e. Kateterisasi jantung

F. Terapi / penatalaksanaan
a. Pengobatan
i. Nitrat
Nitrat meningkatkan pemberian D2 miokard dengan dialatasi arteri epikardial
tanpa mempengaruhi, resistensi arteriol arteri intramiokard. Dilatasi terjadi pada arteri
yang normal maupun yang abnormal juga pada pembuluh darah kolateral sehingga
memperbaiki aliran darah pada daerah isomik. Toleransi sering timbul pada pemberian
oral atau bentuk lain dari nitrat long-acting termasuk pemberian topikal atau
transdermal. Toleransi adalah suatu keadaan yang memerlukan peningkatan dosis
nitrat untuk merangsang efek hemodinamik atau anti-angina. Nitrat yang short-acting
seperti gliseril trinitrat kemampuannya terbatas dan harus dipergunakan lebih sering.
Sublingual dan jenis semprot oral reaksinya lebih cepat sedangkan jenis buccal
mencegah angina lebih dari 5 am tanpa timbul toleransi

ii. Beta bloker


Beta –Bloker tetap merupakan pengobatan utama karena pada sebagian besar
penderita akan mengurangi keluhan angina. Kerjanya mengurangi denyut jantung,
kontasi miokard, tekanan arterial dan pemakaian O2. Beta Bloker lebih jarang dipilih
diantara jenis obat lain walaupun dosis pemberian hanya sekali sehari. Efek samping
jarang ditemukan akan tetapi tidak boleh diberikan pada penderita dengan riwayat
bronkospasme, bradikardi dan gagal jantung.

iii. Ca-antagonis
Kerjanya mengurangi beban jantung dan menghilangkan spasma koroner,
Nifedipin dapat mengurangi frekuensi serangan anti-angina, memperkuat efek nitrat oral
dan memperbaiki toleransi exercise. Merupakan pilihan obat tambahan yang
bermanfaat terutama bila dikombinasi dengan beta-bloker sangat efektif karena dapat
mengurangi efek samping beta bloker. Efek anti angina lebih baik pada pemberian
nifedipin ditambah dengan separuh dosis beta-bloker daripada pemberian beta-bloker
saja.
Jadi pada permulaan pengobatan angina dapat diberikan beta-bloker di samping
sublingual gliseril trinitrat dan baru pada tingkat lanjut dapat ditambahkan nifedi-pin.
Atau kemungkinan lain sebagai pengganti beta-bloker dapat diberi dilti azem suatu jenis
ca-antagonis yang tidak merangsang tahikardi. Bila dengan pengobatan ini masih ada
keluhan angina maka penderita harus direncanakan untuk terapi bedah koroner.
Pengobatan pada angina tidak stabil prinsipnya sama tetapi penderita harus dirawat di
rumah sakit. Biasanya keluhan akan berkurang bila ca-antagonis ditambah pada beta-
bloker akan tetapi dosis harus disesuaikan untuk mencegah hipertensi. Sebagian
penderita sengan pengobatan ini akan stabil tetapi bila keluhan menetap perlu
dilakukan test exercise dan arteriografi koroner. Sebagian penderita lainnya dengan
risiko tinggi harus diberi nitrat i.v dan nifedipin harus dihentikan bila tekanan darah
turun. Biasanya kelompok ini harus segera dilakukan arteriografi koroner untuk
kemudian dilakukan bedah pintas koroner atau angioplasti.

iv. Antipletelet dan antikoagulan


Segi lain dari pengobatan angina adalah pemberian antipletelet dan
antikoagulan. Cairns dkk 1985 melakukan penelitian terhadap penderita angina tak
stabil selama lebih dari 2 tahun, ternyata aspirin dapat menurunkan mortalitas dan
insidens infark miokard yang tidak fatal pada penderita angina tidak stabil. Pemberian
heparin i.v juga efeknya sama dan sering diberikan daripada aspirin untuk jangka
pendek dengan tujuan menstabilkan keadaan penderita sebelum arteriografi. Terdapat
obat-obatan pada angina pektoris tak stabil secara praktis dapat disimpulkan sebagai
berikut:
 Heparin i.v dan aspirin dapat dianjurkan sebagai pengobatan rutin selama fase akut
maupun sesudahnya
 Pada penderita yang keadaannya cenderung tidak stabil dan belum mendapat
pengobatan, beta-bloker merupakan pilihan utama bila tidak ada kontra indikasi. Tidak
ada pemberian kombinasi beta-bloker dengan ca-antagonis diberikan sekaligus pada
permulaan pengobatan.
 Pada penderita yang tetap tidak stabil dengan pemberian beta-bloker dapat ditambah
dengan nifedipin.
 Pengobatan tunggal dengan nifedipin tidak dianjurkan.

b. Pembedahan
Bedah pintas koroner (Coronary Artery Bypass Graft Surgery) Walupun
pengobatan dengan obat-obatan terbaru untuk pengobatan angina dapat
memeperpanjang masa hidup penderita, keadaan tersebut belum dapat dibuktikan
pada kelompok penderita tertentu terutama dengan penyakit koroner proksimal yang
berat dan gangguan fungsi ventrikel kiri dengan risiko kerusakan mikardium yang luas
(Rahimtoola 1985).
Pembedahan lebih bagus hasilnya dalam memperbaiki gejala dan kapasitas
exercise pada angina sedang sampai berat. Perbaikan gejala angina didapatkan pada
90% penderita selama 1 tahun pertama dengan kekambuhan setelah itu 6% pertahun.
Kekambuhan yang lebih cepat biasanya disertai dengan penutupan graft akibat
kesulitan teknis saat operasi sedangkan penutupan yang lebih lama terjadi setelah 5 –
12 tahun sering karena adanya graft ateroma yang kembali timbul akibat pengaruh
peninggian kolesterol dan diabetes.
Penelitian selama 10 tahun mendapatkan kira-kira 60% graft vena tetap baik
dibandingkan dengan 88% graft a. mamaria interna. Mortalitas pembedahan tidak lebih
dari 2% akibat risiko yang besar pada penderita angina tak stabil dengan fungsi
ventrikel kiri yang buruk. Resiko meninggi pada umur lebih dari 65 tahun akibat penyakit
yang lebih berat terutama pada kerusakan ventrikel kiri walaupun memberikan respons
yang baik dengan graft dan sekarangpun pembedahan biasa dilakukan pada penderita
umur 20 tahun. Morbiditas pembedahan juga tidak sedikit yaitu sering didapatkan
perubahan neuropsikiatrik sementara dan insidens stroke 5%. Akan tetapi kebanyakan
penderita lambat laun akan kembali seperti semula.

Pathways

Suplai O2 dan nutrisi jaringan menurun

Nyeri dada
Metabolism anaerob

Perubahan perfusi jaring asam laktat meningkat

Fatique

Intoleransi aktivitas
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
NYERI DADA

A. PENGKAJIAN

1. Pengkajian Primer

a. Airway

- Bagaimana kepatenan jalan nafas

- Apakah ada sumbatan / penumpukan sekret di jalan nafas?

- Bagaimana bunyi nafasnya, apakah ada bunyi nafas tambahan?

b. Breathing

- Bagaimana pola nafasnya ? Frekuensinya? Kedalaman dan iramanya?

- Aapakah menggunakan otot bantu pernafasan?

- Apakah ada bunyi nafas tambahan?

c. Circulation

- Bagaimana dengan nadi perifer dan nadi karotis? Kualitas (isi dan tegangan)

- Bagaimana Capillary refillnya, apakah ada akral dingin, sianosis atau oliguri?

- Apakah ada penurunan kesadaran?

- Bagaimana tanda-tanda vitalnya ? T, S, N, RR, HR?

2. Pengkajian Sekunder
Hal-hal penting yang perlu dikaji lebih jauh pada nyeri dada (koroner) :

a. Lokasi nyeri

Dimana tempat mulainya, penjalarannya (nyeri dada koroner : mulai dari sternal

menjalar ke leher, dagu atau bahu sampai lengan kiri bagian ulna)

b. Sifat nyeri

Perasaan penuh, rasa berat seperti kejang, meremas, menusuk, mencekik/rasa

terbakar, dll.

c. Ciri rasa nyeri

Derajat nyeri, lamanya, berapa kali timbul dalam jangka waktu tertentu.

d. Kronologis nyeri

Awal timbul nyeri serta perkembangannya secara berurutan

e. Keadaan pada waktu serangan

Apakah timbul pada saat-saat / kondisi tertentu

f. Faktor yang memperkuat / meringankan rasa nyeri misalnya sikap/posisi tubuh,

pergerakan, tekanan, dll.

g. Gejala lain yang mungkin ada atau tidaknya hubungan dengan nyeri dada.

Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu


dikaji adalah:
1. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
- Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur
- Riwayat pola hidup menetap, jadual olahraga tak teratur
Tanda: Takikardia, dispnea pada istirahat/kerja
2. Sirkulasi:
Gejala:
- Riwayat IM sebelumnya, penyakit arteri koroner, GJK, masalah TD, DM.
Tanda:
 TD dapat normal atau naik/turun; perubahan postural dicatat dari tidur sampai
duduk/berdiri.
 Nadi dapat normal; penuh/tak kuat atau lemah/kuat kualitasnya dengan pengisian
kapiler lambat; tidak teratur (disritmia) mungkin terjadi.
 BJ ekstra (S3/S4) mungkin menunjukkan gagal jantung/penurunan kontraktilitas atau
komplian ventrikel
 Murmur bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot papilar.
 Friksi; dicurigai perikarditis
 Irama jantung dapat teratur atau tak teratur.
 Edema, DVJ, edema perifer, anasarka, krekels mungkin ada dengan gagal
jantung/ventrikel.
 Pucat atau sianosis pada kulit, kuku dan membran mukosa.
3. Integritas ego:
Gejala:
 Menyangkal gejala penting.
 Takut mati, perasaan ajal sudah dekat
 Marah pada penyakit/perawatan yang ‘tak perlu’
 Kuatir tentang keluarga, pekerjaan dan keuangan.
Tanda:
 Menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata
 Gelisah, marah, perilaku menyerang
 Fokus pada diri sendiri/nyeri.
4. Eliminasi:
Tanda:
 Bunyi usus normal atau menurun
 Makanan/cairan:
Gejala:
 Mual, kehilangan napsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati/terbakar.
 Penurunan turgor kulit, kulit kering/berkeringat
 Muntah,
 Perubahan berat badan

5. Hygiene:
Gejala/tanda:
 Kesulitan melakukan perawatan diri.

6. Neurosensori:
Gejala:
 Pusing, kepala berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk/istirahat)
Tanda:
 Perubahan mental
 Kelemahan

7. Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala:
 Nyeri dada yang timbul mendadak (dapat/tidak berhubungan dengan aktifitas), tidak
hilang dengan istirahat atau nitrogliserin.
 Lokasi nyeri tipikal pada dada anterior, substernal, prekordial, dapat menyebar ke
tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang,
abdomen, punggung, leher.
 Kualitas nyeri ‘crushing’, menusuk, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat.
 Instensitas nyeri biasanya 10 pada skala 1-10, mungkin pengalaman nyeri paling buruk
yang pernah dialami.
 Catatan: nyeri mungkin tak ada pada pasien pasca operasi, dengan DM, hipertensi dan
lansia.
Tanda:
 Wajah meringis, perubahan postur tubuh.
 Menangis, merintih, meregang, menggeliat.
 Menarik diri, kehilangan kontak mata
 Respon otonom: perubahan frekuensi/irama jantung, TD, pernapasan, warna
kulit/kelembaban, kesadaran.

8. Pernapasan:
Gejala:
 Dispnea dengan/tanpa kerja, dispnea nokturnal
 Batuk produktif/tidak produktif
 Riwayat merokok, penyakit pernapasan kronis
Tanda:
 Peningkatan frekuensi pernapasan
 Pucat/sianosis
 Bunyi napas bersih atau krekels, wheezing
 Sputum bersih, merah muda kental

9. Interaksi sosial:
Gejala:
 Stress saat ini (kerja, keuangan, keluarga)
 Kesulitan koping dengan stessor yang ada (penyakit, hospitalisasi)
Tanda:
 Kesulitan istirahat dengan tenang, respon emosi meningkat
 Menarik diri dari keluarga

10. Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
 Riwayat keluarga penyakit jantung/IM, DM, Stroke, Hipertensi, Penyakit Vaskuler
Perifer
 Riwayat penggunaan tembakau

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perubahan kenyamanan nyeri (nyeri akut) b.d iskemia jaringan sekunder terhadap

sumbatan arteri, inflamasi jaringan

2. Perubahan perfusi jaringan (otot jantung) b.d penurunan aliran darah

3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai O2 dan kebutuhan

metabolisme jaringan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Prinsip-prinsip Tindakan :

1. Tirah baring (bedrest) dengan posisi fowler / semi fowler

2. Melakukan EKG 12 lead kalau perlu 24 lead

3. Mengobservasi tanda-tanda vital

4. Kolaborasi pemberian O2 dan pemberian obat-obat analgesik, penenang, nitrogliserin,

Calcium antagonis dan observasi efek samping obat.

5. Memasang infus dan memberi ketenangan pada klien


6. Mengambil sampel darah

7. Mengurangi rangsang lingkungan

8. Bersikap tenang dalam bekerja

9. Mengobservasi tanda-tanda komplikasi

DX. 1

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Pantau nyeri (karakteristik, lokasi, 1. Nyeri adalah pengalaman subyektif
intensitas, durasi), catat setiap yang tampil dalam variasi respon
respon verbal/non verbal, perubahan verbal non verbal yang juga bersifat
hemo-dinamik individual sehingga perlu digambarkan
secara rinci untuk menetukan
2. Berikan lingkungan yang tenang dan intervensi yang tepat.
tunjukkan perhatian yang tulus 2. Menurunkan rangsang eksternal yang
kepada klien. dapat memperburuk keadaan nyeri
yang terjadi.
3. Bantu melakukan teknik relaksasi
3. Membantu menurunkan persepsi-
(napas dalam/perlahan, distraksi,
respon nyeri dengan memanipulasi
visualisasi, bimbingan imajinasi)
adaptasi fisiologis tubuh terhadap
nyeri.
4. Kolaborasi pemberian obat sesuai
4. Nitrat mengontrol nyeri melalui efek
indikasi:
vasodilatasi koroner yang
- Antiangina seperti nitogliserin (Nitro-
meningkatkan sirkulasi koroner dan
Bid, Nitrostat, Nitro-Dur)
perfusi miokard.
- Beta-Bloker seperti atenolol
Agen yang dapat mengontrol nyeri
(Tenormin), pindolol (Visken),
melalui efek hambatan rangsang
propanolol (Inderal)
simpatis.(Kontra-indikasi: kontraksi
- Analgetik seperti morfin, meperidin
miokard yang buruk)
(Demerol)
Morfin atau narkotik lain dapat dipakai
- Penyekat saluran kalsium seperti untuk menurunkan nyeri hebat pada
verapamil (Calan), diltiazem fase akut atau nyeri berulang yang tak
(Prokardia). dapat dihilangkan dengan nitrogliserin.
Bekerja melalui efek vasodilatasi yang
dapat meningkatkan sirkulasi koroner
dan kolateral, menurunkan preload dan
kebu-tuhan oksigen miokard. Beberapa
di antaranya bekerja sebagai
antiaritmia.

DX. 2

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Pantau perubahan 1. Perfusi serebral sangat dipengaruhi
kesadaran/keadaan mental yang oleh curah jantung di samping kadar
tiba-tiba seperti bingung, letargi, elektrolit dan variasi asam basa,
gelisah, syok. hipoksia atau emboli sistemik.

2. Pantau tanda-tanda sianosis, kulit 2. Penurunan curah jantung


dingin/lembab dan catat kekuatan menyebabkan vasokonstriksi sistemik
nadi perifer. yang dibuktikan oleh penurunan perfusi
perifer (kulit) dan penurunan denyut
3. Pantau fungsi pernapasan (frekuensi,
nadi.
kedalaman, kerja otot aksesori, bunyi
napas) 3. Kegagalan pompa jantung dapat
menimbulkan distres pernapasan. Di
4. Pantau fungsi gastrointestinal
samping itu dispnea tiba-tiba atau
(anorksia, penurunan bising usus,
berlanjut menunjukkan komplokasi
mual-muntah, distensi abdomen dan
tromboemboli paru.
konstipasi)
4. Penurunan sirkulasi ke mesentrium
5. Pantau asupan caiaran dan haluaran
dapat menimbulkan disfungsi
urine, catat berat jenis. gastrointestinal

6. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium5. Asupan cairan yang tidak adekuat


(gas darah, BUN, kretinin, elektrolit) dapat menurunkan volume sirkulasi
yang berdampak negatif terhadap
7. Kolaborasi pemberian agen
perfusi dan fungsi ginjal dan organ
terapeutik yang diperlukan:
lainnya.

 Hepari / Natrium Warfarin (Couma-


6. BJ urine merupakan indikator status
din) hidrsi dan fungsi ginjal.
 Simetidin (Tagamet), Ranitidin
(Zantac), Antasida. 7. Penting sebagai indikator perfusi/fungsi

 Trombolitik (t-PA, Streptokinase) organ.

 Heparin dosis rendah mungkin


diberikan mungkin diberikan secara
profilaksis pada klien yang berisiko
tinggi seperti fibrilasi atrial,
kegemukan, anerisma ventrikel atau
riwayat tromboplebitis. Coumadin
merupakan antikoagulan jangka
panjang.
 Menurunkan/menetralkan asam
lambung, mencegah ketidaknyamanan
akibat iritasi gaster khususnya karena
adanya penurunan sirkulasi mukosa.
 Pada infark luas atau IM baru,
trombolitik merupakan pilihan utama
(dalam 6 jam pertama serangan IMA)
untuk memecahkan bekuan dan
memperbaiki perfusi miokard.
DX. 3

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Pantau HR, irama, dan perubahan 1. Menentukan respon klien terhadap
TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas.
aktivitas sesuai indikasi.
2. Menurunkan kerja miokard/konsumsi
2. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas oksigen, menurunkan risiko komplikasi.

3. Anjurkan klien untuk menghindari 3. Manuver Valsava seperti menahan


peningkatan tekanan abdominal. napas, menunduk, batuk keras dan
mengedan dapat mengakibatkan
4. Batasi pengunjung sesuai dengan
bradikardia, penurunan curah jantung
keadaan klinis klien.
yang kemudian disusul dengan
takikardia dan peningkatan tekanan
5. Bantu aktivitas sesuai dengan
darah.
keadaan klien dan jelaskan pola
peningkatan aktivitas bertahap.
4. Keterlibatan dalam pembicaraan
panjang dapat melelahkan klien tetapi
6. Kolaborasi pelaksanaan program
kunjungan orang penting dalam
rehabilitasi pasca serangan IMA.
suasana tenang bersifat terapeutik.

5. Mencegah aktivitas berlebihan; sesuai


dengan kemampuan kerja jantung.

6. Menggalang kerjasama tim kesehatan


dalam proses penyembuhan klien.
http://yuflihul.blogspot.com/2011/01/chest-painnyeri-dada.html
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI DADA (CHEST PAIN)

A. PENGERTIAN

• Nyeri dada adalah perasaan nyeri / tidak enak yang mengganggu daerah dada dan seringkali
merupakan rasa nyeri yang diproyeksikan pada dinding dada (referred pain)
• Nyeri Coroner adalah rasa sakit akibat terjadinya iskemik miokard karena suplai aliran darah koroner
yang pada suatu saat tidak mencukupi untuk kebutuhan metabolisme miokard.
• Nyeri dada akibat penyakit paru misalnya radang pleura (pleuritis) karena lapisan paru saja yang bisa
merupakan sumber rasa sakit, sedang pleura viseralis dan parenkim paru tidak menimbulkan rasa sakit
(Himawan, 1996)

B. ETIOLOGI
Nyeri Dada:
a. Cardial
- Koroner
- Non Koroner
b. Non Cardial
- Pleural
- Gastrointestinal
- Neural
- Psikogenik (Abdurrahman N, 1999)

C. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala yang biasa menyertai nyeri dada adalah :
- Nyeri ulu hati
- Sakit kepala
- Nyeri yang diproyeksikan ke lengan, leher, punggung
- Diaforesis / keringat dingin
- Sesak nafas
- Takikardi
- Kulit pucat
- Sulit tidur (insomnia)
- Mual, Muntah, Anoreksia
- Cemas, gelisah, fokus pada diri sendiri
- Kelemahan
- Wajah tegang, m erintih, menangis
- Perubahan kesadaran
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. EKG 12 lead selama episode nyeri
- Takhikardi / disritmia
- Rekam EKG lengkap : T inverted, ST elevasi / depresi, Q Patologis
b. Laboratorium
- Kadar enzim jantung : CK, CKMB, LDH
- Fungsi hati : SGOT, SGPT
- Fungsi Ginjal : Ureum, Creatinin
- Profil Lipid : LDL, HDL
c. Foto Thorax
d. Echocardiografi
e. Kateterisasi jantung
F. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Primer
a. Airway
- Bagaimana kepatenan jalan nafas
- Apakah ada sumbatan / penumpukan sekret di jalan nafas?
- Bagaimana bunyi nafasnya, apakah ada bunyi nafas tambahan?
b. Breathing
- Bagaimana pola nafasnya ? Frekuensinya? Kedalaman dan iramanya?
- Aapakah menggunakan otot bantu pernafasan?
- Apakah ada bunyi nafas tambahan?
c. Circulation
- Bagaimana dengan nadi perifer dan nadi karotis? Kualitas (isi dan tegangan)
- Bagaimana Capillary refillnya, apakah ada akral dingin, sianosis atau oliguri?
- Apakah ada penurunan kesadaran?
- Bagaimana tanda-tanda vitalnya ? T, S, N, RR, HR?
2. Pengkajian Sekunder
Hal-hal penting yang perlu dikaji lebih jauh pada nyeri dada (koroner) :
a. Lokasi nyeri
Dimana tempat mulainya, penjalarannya (nyeri dada koroner : mulai dari sternal menjalar ke leher, dagu
atau bahu sampai lengan kiri bagian ulna)
b. Sifat nyeri
Perasaan penuh, rasa berat seperti kejang, meremas, menusuk, mencekik/rasa terbakar, dll.
c. Ciri rasa nyeri
Derajat nyeri, lamanya, berapa kali timbul dalam jangka waktu tertentu.
d. Kronologis nyeri
Awal timbul nyeri serta perkembangannya secara berurutan
e. Keadaan pada waktu serangan
Apakah timbul pada saat-saat / kondisi tertentu
f. Faktor yang memperkuat / meringankan rasa nyeri misalnya sikap/posisi tubuh, pergerakan, tekanan,
dll.
g. Gejala lain yang mungkin ada atau tidaknya hubungan dengan nyeri dada.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan kenyamanan nyeri (nyeri akut) b.d iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri,
inflamasi jaringan
2. Perubahan perfusi jaringan (otot jantung) b.d penurunan aliran darah
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai O2 dan kebutuhan metabolisme jaringan

H. INTERVENSI KEPERAWATAN
Prinsip-prinsip Tindakan :
1. Tirah baring (bedrest) dengan posisi fowler / semi fowler
2. Melakukan EKG 12 lead kalau perlu 24 lead
3. Mengobservasi tanda-tanda vital
4. Kolaborasi pemberian O2 dan pemberian obat-obat analgesik, penenang, nitrogliserin, Calcium
antagonis dan observasi efek samping obat.
5. Memasang infus dan memberi ketenangan pada klien
6. Mengambil sampel darah
7. Mengurangi rangsang lingkungan
8. Bersikap tenang dalam bekerja
9. Mengobservasi tanda-tanda komplikasi

http://asuhankeperawatans.blogspot.com/2010/12/asuhan-keperawatan-nyeri-dada-chest.html

Asuhan Keperawatan Pasien dengan Chest Pain


Asuhan keperawatan nyeri dada (chest pain)

A. PENGERTIAN
• Nyeri dada adalah perasaan nyeri / tidak enak yang mengganggu daerah dada dan seringkali
merupakan rasa nyeri yang diproyeksikan pada dinding dada (referred pain)
• Nyeri Coroner adalah rasa sakit akibat terjadinya iskemik miokard karena suplai aliran darah koroner
yang pada suatu saat tidak mencukupi untuk kebutuhan metabolisme miokard.
• Nyeri dada akibat penyakit paru misalnya radang pleura (pleuritis) karena lapisan paru saja yang bisa
merupakan sumber rasa sakit, sedang pleura viseralis dan parenkim paru tidak menimbulkan rasa sakit
(Himawan, 1996)

B. ETIOLOGI
Nyeri Dada:
a. Cardial
- Koroner
- Non Koroner
b. Non Cardial
- Pleural
- Gastrointestinal
- Neural
- Psikogenik (Abdurrahman N, 1999)

C. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala yang biasa menyertai nyeri dada adalah :
- Nyeri ulu hati
- Sakit kepala
- Nyeri yang diproyeksikan ke lengan, leher, punggung
- Diaforesis / keringat dingin
- Sesak nafas
- Takikardi
- Kulit pucat
- Sulit tidur (insomnia)
- Mual, Muntah, Anoreksia
- Cemas, gelisah, fokus pada diri sendiri
- Kelemahan
- Wajah tegang, m erintih, menangis
- Perubahan kesadaran
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. EKG 12 lead selama episode nyeri
- Takhikardi / disritmia
- Rekam EKG lengkap : T inverted, ST elevasi / depresi, Q Patologis
b. Laboratorium
- Kadar enzim jantung : CK, CKMB, LDH
- Fungsi hati : SGOT, SGPT
- Fungsi Ginjal : Ureum, Creatinin
- Profil Lipid : LDL, HDL
c. Foto Thorax
d. Echocardiografi
e. Kateterisasi jantung

http://nantongga-kesehatan.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-chest.html

You might also like