You are on page 1of 19
Buku Saku PATOFISIOLOGI Elizabeth J. Corwin PENERBIT BUKU KEDOKTERAN ¢ vad BUKU ASLI BERSTIKER HOLOGRAM 3 DIMENSI | EGC 1795 This is a translation of HANDBOOK OF PATHOPHYSIOLOGY, 3" Ed. by Elizabeth J. Corwin Published by arrangement with Lippincott Williams & Wilkins, USA Copyright © 2008 by Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer business. BUKUSAKU PATOFISIOLOGI, Ed.3 Alih bahasa: Nike Budhi Subekti Editor edisi bahasa Indonesia: Egi Komara Yudha, Esty Wahyuningsih, Devi Yulianti, & Pamilih Eko Karyuni Hak cipta terjemahan Indonesia © 2007 Penerbit Buku Kedokteran EGC P.O. Box 4276/Jakarta 10042 Telepon: 6530 6283 Anggota IKAPI Desain kulit muka: Isanta Penata letak: Rio Nugroho Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin (ertulis dari penerbit. Cetakan I: 2009 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Corwin, Elizabeth J. Patofisiologi : buku saku/ Elizabeth J. Corwin ; alih bahasa, Nike Budhi Subekti ; editor edisi bahasa Indonesia, Egi Komara Yudha.... [et al.]. — Ed. 3. — Jakarta : EGC, 2009, xiv, 842 him. ; 15,5 x 24 em. Judul asli: Handbook of pathophysiology. ISBN 978-979-448-988-8 1. Fisiologi patologis. 1. Judul. 11. Nike Budhi Subekti. IL. Egi Komara_ Yudha. 616.07 Indikasi akurat, reakst merugikan, dan jadwal dosis untuk obat disajikan pada buku iri, tetapi hal ini dapat saja berubah. Pembaca disarankan mengacu data informasi dari pabrik tentang obat yang ditulis pada kemasannya. isi dlluar tanggung jawab pereetakan MEKANISME DASAR KESEHATAN DAN PENYAKIT 8 UNIT 1 MEKANISME DASAR KESEHATAN DAN PENYAKIT Osmosis Difusi air ke dalam sel disebut osmosis. Osmosis terjadi secara terus- menerus diantara ruang intrasel dan ekstrasel, seiring dengan pergerakan air ke gradien konsentrasi yang lebih rendah (yaitu dari konsentrasi tinggi ke rendah). Dorongan yang menggerakan air ke satu arah atau ke arah lain disebut Tekanan osmotik. Tekanan os- motik suatu larutan bergantung pada jumlah partikel atau ion yang terdapat di dalam larutan air tersebut. Semakin banyak ion dalam Jarutan semakin sedikit konsentrasi airnya dan semakin besar tekan- an osmotiknya (yaitu, tekanan yang mendorong air untuk berdifusi ke dalam larutan). Sebuah sel juga memiliki tekanan osmotik. Sebuah sel yang meng- alami dehidrasi memiliki tekanan osmotik yang tinggi, yaitu konse! trasi air rendah dan konsentrasi partikel tinggi. Pada kondisi demil an maka air akan berdifusi ke dalam sel tersebut jika memungkinkan. Sel yang mengalami hidrasi berlebihan (overhydrated) memiliki tekan- an osmotik yang rendah yaitu konsentrasi air tinggi dan konsentrasi partikel rendah. Air akan berdifusi keluar dari sel ini, jika me- mungkinkan. Difusi Sederhana Melalui Pori-pori Protein Ion-ion kecil, seperti hidrogen, natrium, kalium, dan kalsium memiliki muatan listrik yang terlalu besar untuk dapat berdifusi menembus membran lipid sel. Sebagai gantinya, ion-ion tersebut akan berdifusi melalui pori-pori yang disediakan oleh protein integral. Saluran pro- tein ini biasanya selektif terhadap ion-ion yang akan melaluinya. Selektivitas tersebut didasarkan pada bentuk dan ukuran saluran serta sifat muatan listrik ion yang bersangkutan. Banyak saluran protein yang memiliki pintu/gerbang; saluran- saluran tersebut dapat terbuka atau tertutup terhadap suatu ion. Terbuka atau tertutupnya pintu tersebut biasanya bergantung pada potensial listrik yang melintasinya (yaitu, voltase di pintu saluran natrium), atau pada pengikatan pintu oleh suatu ligan. Salah satu contoh pengikatan ligan ke pintu saluran protein adalah saat asetilko- lin berikatan dengan protein-protein di pertautan neuromuskular, se- hingga membuka pintu bagi banyak molekul kecil, terutama ion natrium dan dalam jumlah yang lebih sedikit, ion kalsium. Seperti semua jenis difusi sederhana, difusi melalui suatu pintu akan terus berlangsung sampai konsentrasi di kedua sisi membran setara atau pintunya tertutup. Beberapa penyakit pada manusia berhubungan dengan disfungsi saluran protein transmembran. Fibrosis kistik adalah contoh penyakit yang disebabkan oleh protein transmembran yang defektif yang paling terkenal yang menghasilkan abnormalitas pergerakan ion melalui pori-pori sel. BAB 1 STRUKTUR DAN FUNGSI SEL 9 Transpor dengan Perantara Bagi banyak zat misalnya glukosa dan berbagai asam amino, difusi sederhana tidak mungkin terjadi. Molekul-molekul ini terlalu besar untuk melewati bagian lipid membran dan/atau terlalu besar untuk melintasi pori-pori sel. Sebagai gantinya zat-zat ini, yang disebut substrat, dibawa menembus membran dengan bantuan sebuah peng- angkut karier. Jenis pergerakan ini disebut transpor dengan perantara (mediated transport), dan mungkin memerlukan energi yang berasal dari pemecahan adenosin trifosfat (ATP) (linat Pembentukan Energi di halaman selanjutnya). Transpor aktif adalah transpor dengan perantara yang memerlu- kan energi (Gambar 1.5A). Pada transpor aktif, energi digunakan oleh sel untuk mempertahankan konsentrasi suatu zat agar lebih tinggi di salah satu sisi membran dibandingkan konsentrasi di sisi lain. Contoh-contoh zat yang dipindahkan dengan transpor aktif ini adalah natrium, kalium, kalsium, dan asam amino. Masing-masing zat ter- sebut ditransportasikan secara aktif, dengan bantuan sebuah karier, dalam sebuah arah yang melawan gradien konsentrasi. Zat-zat terse- but kemudian menurunkan gradien konsentrasinya melalui proses difusi sederhana dalam arah yang berlawanan. Difusi terfasilitasi adalah transpor dengan perantara yang tidak memerlukan energi (Gambar 1.5B). Difusi terfasilitasi (facilitated diffusion) serupa dengan difusi sederhana dalam hal bahwa tidak ada energi yang digunakan oleh sel untuk mentransportasikan suatu zat; dengan demikian, zat tidak dapat ditransportasikan melawan gradien konsentrasinya. Difusi terfasilitasi berbeda dengan difusi sederhana, dalam hal bahwa suatu molekul yang kemampuannya terbatas untuk melintasi membran sel dibantu (difasilitasi) oleh sebuah karier sehingga kemudian dapat melintasi membran. Glukosa berpindah masuk ke sebagian besar sel melalui difusi terfasilitasi. Karakteristik Karier Transpor aktif dan difusi terfasilitasi memerlukan karier (zat peng- angkut). Semua karier dipengaruhi oleh sifat spesifisitas, saturasi, dan kompetisi. Spesifisitas karier berarti bahwa hanya subtrat tertentu yang dapat dipindahkan oleh sebuah karier tertentu. Tampaknya karier dan sub- stratnya memiliki konfigurasi yang cocok satu sama lain seperti gem- bok dan anak kuncinya. Saturasi karier berarti bahwa pada substrat dengan konsentrasi tertentu, semua karier akan berpasangan dengan subtrat tersebut dan transpor akan stabil. Penambahan substrat tidak akan meningkat- kan transpor melintasi membran. BAB 1 STRUKTUR DAN FUNGSI SEL 13 dibutuhkan oleh sel, ATP dapat segera diuraikan menjadi adenosin difosfat (ADP) melalui pemecahan enzimatik ikatan antara dua fosfat terakhir. Reaksi ini menyebabkan pembebasan energi, yang kemudi- an digunakan oleh sel untuk menjalankan tugas lain yaitu transpor- tasi zat terlarut, sintesis protein, reproduksi, dan pergerakan. Walaupun sel memperoleh energi melalui sintesis (pembentukan) dan penguraian ATP, sangat sedikit ATP yang disimpan di dalam sel. Sebaliknya, energi tersimpan dalam bentuk substrat untuk pemben- tukan ATP, yaitu karbohidrat, lemak, protein, dan produk-produk metaboliknya. Komponen esensial lain untuk membentuk ATP, yaitu oksigen, secara terus-menerus disalurkan ke sel melalui kerja sama antara sistem kardiovaskular dan pernapasan. Pompa Natrium Kalium Salah satu contoh penting transpor aktif adalah pemompaan natrium dan kalium melewati membran sel. Transpor ini bergantung pada pro- tein karier integral yang dikenal sebagai pompa natrium kalium. Ener- gi yang diperlukan bagi kerja pompa ini, didapatkan dari pemecahan ATP oleh suatu enzim. Enzim ini dikenal sebagai natrium kalium ATPase. Pompa natrium kalium memindahkan ion natrium keluar sel dan ion kalium masuk ke dalam sel. Hal ini menyebabkan peningkat- an konsentrasi natrium di cairan ekstrasel (142 miliekuivalen per liter) dibandingkan dengan di cairan intrasel (14 miliekuivalen per liter), dan menyebabkan peningkatan konsentrasi kalsium di cairan intrasel (140 miliekuivalen per liter) dibandingakan dengan di cairan ekstrasel (4 miliekuivalen per liter). Pompa natrium kalium mengangkut tiga molekul natrium keluar sel untuk setiap dua molekul kalium yang diangkut masuk ke dalam sel. Efek Pemompaan Natrium dan Kalium Karena natrium dan kalium adalah kation (membawa muatan positif), maka pemindahan tiga natrium Keluar sel dan hanya dua kalium ke dalam sel menciptakan suatu gradien listrik di antara kedua sisi membran. Potensial membran listrik inilah yang memungkinkan sel saraf dan otot berfungsi dan menimbulkan potensial aksi (lihat Bab 8). Pompa natrium kalium sangat penting untuk mengontrol volume sel. Keberadaan protein dan zat organik lain di intrasel yang tidak dapat melewati membran sel meningkatkan tekanan osmotik intrasel dan menciptakan kecenderungan air untuk berdifusi ke dalam sel. Difusi air ini, apabila tidak dibatasi, dapat menyebabkan sel mem- bengkak dan akhirnya pecah. Dengan transpor aktif tiga ion natrium keluar sel, tekanan osmotik di dalam sel berkurang, dan difusi air ke dalam sel tertahan. 14 UNIT 1 MEKANISME DASAR KESEHATAN DAN PENYAKIT Transpor Gabungan Banyak zat ditranspor bersama dengan transpor aktif natrium. Zat tersebut termasuk glukosa, asam amino, ion hidrogen, dan kalsium. Energi yang dibutuhkan untuk pemindahan zat-zat tersebut secara tidak langsung disuplai oleh penguraian ATP oleh natrium kalium ATPase. Jenis trasnpor ini disebut transpor aktif sekunder. Transpor gabungan ini dapat memiliki arah yang sama dengan transpor natrium (kotranspor), atau berlawanan dengan arah transpor natrium (kontratranspor) (Gambar 1.6). Kedua jenis transpor tersebut bergantung pada difusi natrium, yang bergerak ke arah gradien kon- sentrasi yang lebih rendah, yang pada akhirnya bergantung pada transpor aktif natrium oleh pompa natrium kalium. Pada kotranspor, natrium berikatan dengan sebuah karier yang membantunya ber- gerak ke arah gradien konsentrasi yang lebih rendah dari luar ke dalam sel. Zat lain berikatan dengan karier yang sama, juga berada di luar sel, dan ketika natrium bergerak masuk ke dalam sel, zat terse- but juga masuk bersama natrium, Pada kontratranspor, zat gabung- an berikatan dengan pembawa natrium di dalam membran sel dengan natrium pada bagian luarnya. Dengan demikian, sewaktu natrium dibawa ke dalam sel, zat tersebut dibawa keluar sel. Pemindahan Kalsium Kalsium dapat berpidah dengan difusi sederhana melalui membran sel, dipindahkan melalui mekanisme transpor gabungan bersama A Kotranspor Asamaminog ( )" Nat Kontratranspor GAMBAR 1.6. Kotranspor (A) dan kontratranspor (B) melintasi membran sel. BAB 1 STRUKTUR DAN FUNGS! SEL 15 natrium, atau dengan transpor aktif primer melalui pompa kalsium. Terdapat dua pompa kalsium. Salah satunya adalah bagian dari pro- tein integral yang terdapat di membran sel, yang memindahkan kal- sium keluar sel. Pompa lain adalah pompa intrasel, yang memompa kalsium keluar dari sitoplasma, masuk ke dalam ruangan intrasel misalnya retikulum sarkoplasma, yang menyebabkan kalsium ter- isolasi di dalam sel. Kedua pompa ini menyebabkan konsentrasi kalsium bebas di intraselular tetap rendah. Pompa kalsium berperan sebagai ATPase, yang memperoleh energi dari pemecahan ATP, untuk memompa kalsium melawan gradien konsentrasinya. GENETIK SEL Materi genetik pada setiap manusia terkandung dalam 46 kromosom atau 23 pasang kromosom, dan pada setiap pasang salah satunya berasal dari Masing-masing orang tua. Setiap sel di dalam tubuh memiliki 46 kromosom yang sama jenisnya. Duapuluhdua pasang di antaranya mempunyai jenis yang sama baik pada laki laki maupun perempuan. Pasangan kromosom ke-23 adalah kromosom seks, X atau Y. Wanita mempunyai 2 kromosom X, sedangkan laki laki memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y. DNA Setiap kromosom terdiri atas ratusan ribu molekul DNA. DNA terbentuk dari asam fosforat, sebuah molekul gula yang disebut deoksiribosa, dan salah satu dari empat basa nitrogen: adenin, guanin, timin, atau sitosin. Molekul DNA berjajar di dalam sel dalam bentuk heliks ganda (Gambar 1.7), dengan asam fosforat dan gula deoksiri- bosa yang membentuk rangka utama heliks. Pasangan basa dari dua molekul DNA terletak di antara dua untai heliks, berhadapan satu sama lain. Adenin selalu berikatan dengan timin, dan sitosin selalu berikatan dengan guanin. Ikatan tersebut longgar, sehingga heliks dapat memisah sewaktu terjadi pembelahan sel atau sewaktu sintesis protein dimulai. REPRODUKSI SEL Banyak sel tubuh bereproduksi dan menggandakan diri di sepanjang kehidupan makhluk hidup. Untuk bereproduksi, sel harus melaku- kan replikasi bahan genetiknya dan kemudian membelah menjadi dua. Replikasi dan pembelahan sel terjadi selama siklus sel (lihat Bab 2). 16 UNIT 1 MEKANISME DASAR KESEHATAN DAN PENYAKIT ROX GAMBAR 1.7. Heliks ganda DNA. Replikasi Agar dapat bereplikasi, untaian heliks ganda DNA terurai dan masing- masing untai berfungsi sebagai cetakan untuk untai baru. Dalam pembentukan untai baru DNA, setiap adenin hanya akan berikatan dengan timin dan setiap sitosin hanya akan berpasangan dengan guanin. Dengan demikian, hanya satu untai, yang berfungsi sebagai cetakan bayangan cermin (mirror image template) bagi untai lainnya, yang dibutuhkan untuk mereplikasikan keseluruhan heliks ganda. Replikasi pasangan-pasangan kromosom dan DNA terjadi di inti sel. Berbagai enzim berperan dalam replikasi DNA, yang pada akhirnya’ menghasilkan salinan atau duplikasi setiap kromosom. Untuk me- mastikan tidak terjadi kesalahan dalam proses replikasi, maka proses tersebut diperiksa ulang oleh beberapa enzim “proofreading” (pengorek- si). Apabila ditemukan adanya kesalahan, maka enzim tersebut akan menyingkirkan dan memperbaikinya atau sel akan memulai proses BAB 1 STRUKTUR DAN FUNGSI SEL 17 kematiannya sendiri melalui suatu proses yang dinamakan apoptosis. Apabila kesalahan tersebut tidak diperbaiki, dan sel tidak mengalami apoptosis, maka akan terjadi mutasi DNA. Pembelahan Sel Setelah diduplikasi pasangan kromosom akan menjauh dan sel awal akan terbelah menjadi dua buah sel setiap sel baru mengandung se- luruh informasi genetik dalam 23 pasang kromosom. Proses pembelah- an sel yang menghasilkan dua sel baru yang identik disebut mitosis. Secara ringkas, proses tersebut melibatkan aktivitas faktor pemer- cepat maturasi, kondensasi kromosom, penghilangan nukleolus dan membran nuklear, pembentukan struktur gelendong (spindle), per- gerakan kromosom ke lempeng kutub, dan akhirnya, segregasi dan pembentukan dua nuklei baru, masing-masing dikelilingi oleh sito- plasma yang terpisah, Pembelahan mitosis dicapai dengan koordinasi antara siklus kromosom, sentrosom, dan sitoplasma. Meiosis, adalah jenis pembelahan sel yang lain, yang berlangsung di sel-sel reproduktif, yaitu sel telur dan sperma. Meiosis terdiri atas dua pembelahan sel yang menghasilkan total empat sel baru dan ma- sing-masing mengandung 23 kromosom tunggal, bukan 23 pasang. Meiosis dan mitosis dijelaskan di Bab 2. Pengontrolan Replikasi dan Pembelahan Sel Beberapa sel, misalnya sel hati, sumsum tulang belakang, dan saluran cerna, mengalami replikasi dan mitosis secara sering. Sel lain, misal- nya sel saraf dan sel otot jantung, tidak mengalami replikasi atau pembelahan kecuali pada masa perkembangan janin atau pada perio- de neonatus. Faktor pertumbuhan, hormon, dan produk sel lain me- nentukan berjalan tidaknya siklus sel dan menentukan seberapa sering suatu sel akan bereplikasi dan membelah. Faktor tersebut dapat memengaruhi replikasi dan pembelahan sel yang menghasil- kannya, atau dapat bersikulasidan memengaruhi sel berbeda. Faktor fisik seperti crowding, dapat juga memengaruhi pembelahan sel. SINTESIS PROTEIN Pembentukan atau sintesis protein berlangsung di semua sel, Proses ini terjadi sewaktu potongan-potongan DNA diaktifkan, yang membuat sel mulai memproduksi protein tertentu. Walaupun setiap sel mengandung DNA yang identik pada 46 kromosomnya, namun beberapa sel mengalami pengaktifan DNA di bagian yang berbeda beda pada suatu waktu tertentu dibandingkan dengan sel lain. Bagian DNA yang diaktifkan dan di nonaktifkan disel-sel yang berbeda di- sebut gem. Terdapat sekitar 20.000-40.000 gen di dalam tubuh manusia yang terdistribusi di antara 46 kromosom, Masing-masing 18 UNIT 1 MEKANISME DASAR KESEHATAN DAN PENYAKIT gen mengandung 90 sampai 3000 molekul DNA. Masing-masing gen mengkode protein atau enzim tertentu. Menonaktifkan atau mengin- aktifkan gen yang berbeda menyebabkan sel membentuk protein yang berbeda dibandingkan dengan sel lain. Walaupun gen yang mengontrol sintesis protein terletak di inti sel (nukleus), protein dibuat di sitoplasma dalam struktur khusus yang disebut ribosom. Pesan dari gen yang telah diaktifkan di inti sel harus dibawa ke ribosom. Proses ini berlangsung melalui pembentukan se- buah salinan gen di inti sel, dan kemudian dibawa ke ribosom, dan kemudian diterjemahkan menjadi suatu protein. Transkripsi DNA Menjadi RNA Messenger Untuk mentranskripsikan atau membuat salinan sebuah gen, maka rantai heliks ganda pada kromosom yang mengandung gen, harus diuraikan terlebih dahulu. Setelah terurai, sebuah enzim khusus, yang disebut RNA polimerase, melekat pada gen di bagian tertentu, dan disebut sekuens pengontrol atau promotor. Sewaktu RNA poli- merase melekat pada tempat tersebut, gen disalin seperti sebuah ba- yangan cermin, dengan cara yang sama seperti pada proses replikasi DNA. Salinan yang baru tersebut bukan suatu potongan DNA baru, tetapi suatu molekul yang serupa dan disebut asam ribonukleat (RNA). RNA, seperti DNA, mengandung asam fosforat, tetapi berbeda dari DNA, RNA mengandung gula ribosa bukan deoksiribosa dan basa urasil bukan timin. Sewaktu gen disalin sebagai RNA, setiap basa sitosin menjadi guanin, setiap guanin menjadi sitosin, setiap timin menjadi adenin, dan setiap adenin menjadi urasil. Keseluruhan gen ditranskripsikan dengan cara ini. Setelah gen disalin, RNA polimerase akan mencapai sekuens khusus di DNA (disebut sekuens terminasi/ akhir) dan proses akan berhenti. Salinan RNA kemudian dibebaskan dari gen dan bergerak menuju sitoplasma. RNA yang menyampaikan pesan DNA dari inti sel disebut messenger RNA (mRNA). mRNA kemu- dian bergerak melewati sitoplasma ke ribosom. Adenin, guanin, sitosin, dan urasil dibawa sebagai mRNA ke ribo- som dalam beberapa kelompok yang masing-masing terdiri dari tiga basa, yang disebut triplet atau kodon. Masing-masing triplet meng- kode sebuah asam amino. Terdapat 20 asam amino yang digunakan di dalam tubuh manusia yang saling berkombinasi melalui berbagai cara untuk membentuk semua protein di dalam tubuh. Untaian pan- jang triplet mRNA dapat terpotong di setiap titik tertentu sebelum molekul meninggalkan inti sel, sehingga dapat tercipta protein yang berbeda dari sebuah gen. RNA Transfer Sebelum ribosom membentuk protein dari cetakan mRNA, suatu jenis RNA lain, yang disebut RNA transfer (tRNA), berikatan dengan mRNA, BAB 1 STRUKTUR DAN FUNGS! SEL 19 dengan menghubungkan basa basa sesuai bayangan cermin (disebut antikodon) untuk setiap triplet basa mRNA. Di bagian ujung antikodon terletak asam amino yang telah diberi kode oleh ketiga basa tersebut. Terdapat paling sedikit 20 jenis tRNA, masing-masing membawa satu asam amino di salah satu ujungnya dan antikodon untuk asam amino tersebut di ujung yang lain. Translasi RNA Messenger Menjadi Protein Setelah mRNA menemukan tRNA pasangannya, kedua molekul ter- sebut berikatan menuju ribosom, yang menyusun setengah bagian dari jenis RNA ketiga yaitu, RNA ribosom. Asam amino yang diangkut oleh tRNA ditambahkan ke rantai asam amino yang sedang tumbuh di ribosom, sampai ribosom diberi sinyal agar asam amino berhenti ditambahkan ke rantai, oleh suatu kodon khusus yang disebut kodon stop. Protein kemudian selesai dibentuk dan dibebaskan dari ribo- som. Proses ini disebut translasi. Proses transkripsi dan translasi ditunjukkan dalam Gambar 1.8. Kontrol Atas Sintesis Protein Protein pengatur (regulatory proteins) menghambat atau mengaktifkan bagian promotor dari Masing-masing gen di dalam sel, menentukan gen-gen mana yang akan diaktifkan, ditranskripsikan menjadi mRNA, dan dibuat menjadi sebuah protein. Apabila protein pengatur meng- hambat bagian promotor dari suatu gen, maka dari gen tersebut tidak akan mensitesis protein. Apabila suatu protein pengatur berikatan atau dekat dengan daerah promotor, sehingga dapat dicapai oleh RNA polimerase, maka terjadi pengaktifan transkripsi gen tersebut men- jadi mRNA. Jenis protein ini dipertimbangkan sebagai suatu faktor transkripsi atau pemacu; sebaliknya, jika protein pengatur mengham- bat area promotor suatu gen sehingga tidak terjadi transkripsi gen menjadi mRNA, protein pengatur akan bertindak sebagai represor. Pembentukan dan pengaktifan protein pengatur tampaknya berkait- an dengan gen-gen yang berespons terhadap sinyal umpan balik, isyarat kimiawi, dan berbagai hormon misalnya hormon tiroid dan hormon pertumbuhan. Sinyal-sinyal ini menyebabkan pembentukan protein dengan fungsi represi atau aktivator. Faktor lain yang meng- ubah fungsi histon yang merupakan penentu pelipatan dan pem- bukaan bagian berbeda dalam DNA juga dapat memengaruhi tran- skripsi DNA. Metilasi (menambahkan kompleks CH,) atau asetilasi histon yang berhubungan dengan suatu gen, atau metilasi area pro- motor gen tertentu; dapat menghambat transkripsi gen tersebut. Penghambatan transkripsi tersebut “menonaktifkan” gen dan merupa- kan suatu contoh “epigenetik”, istilah yang digunakan untuk men- deskripsikan perubahan reversibel dalam material genetik yang me- micu perubahan ekspresi gen. 20 UNIT 1 MEKANISME DASAR KESEHATAN DAN PENYAKIT JENIS SEL Sel Epitel Jaringan yang membungkus sebagian besar struktur internal dan eksternal tubuh tersusun dari sel-sel epitel. Sel-sel ini bergabung ber- sama, menjadi penunjang bagi struktur di bawahnya. Jaringan epitel juga berfungsi sebagai sawar pelindung dan medium bagi absorpsi dan sekresi. Contoh jaringan epitel adalah kulit (epidermis), jaringan yang membungkus semua organ internal dan tubulus, mikrovili usus, dan silia yang melapisi saluran pernapasan. Sel-sel kelenjar yang mensekresikan berbagai zat ke dalam duktus (kelenjar eksokrin) atau Tu Doiakan gula-fostat Inti Set Sitoptasma / ‘Asam amino , tRNA Ribosom Antikodon GAMBAR 1.8. Transkripsi (salinany DNA menjadi mRNA terjadi di inti sel. MRNA bergerak ke dalam sitoplasma dan menempel ke ribosom, Pada ribosom, antikodon yang sesuai dibawa ke ujung salah satu tRNA dan asam amino pasangannya ke ujung yang lain. Rantai asam amino terbentuk ketika ribosom bergerak di sepanjang mRNA. BAB 1 STRUKTUR DAN FUNGSI SEL 23 bagai contoh, aplikasi terapi sel stem yang baru-baru ini sedang diteliti adalah untuk mengatasi infark jantung. Terapi ini dilakukan dengan menanam (transplant) sel stem ke dalam area jantung yang mengalami infark. Tujuannya adalah meningkatkan atau memelihara jumlah sel otot jantung, memperbaiki suplai darah, dan memperbaiki fungsi kontraktil miokardium yang mengalami cedera. Hambatan dalam penggunaan terapi sel stem meliputi potensi berkembangnya tumor (tumorigenicity), rejeksi imunologis terhadap sel yang ditanam, dan risiko penularan infeksi. Pengambilan sel stem embrionik masih menjadi masalah etis bagi beberapa orang dan be- lum bisa diterapkan di AS pada saat ini. KONSEP PATOFISIOLOGIS _ Sel selalu terpajan terhadap kondisi yang terus-menerus berubah dan terhadap rangsangan yang berpotensi merusak. Apabila perubahan dan rangsangan bersifat ringan atau singkat, maka se] akan mudah beradaptasi. Rangsangan yang lebih lama’ atau lebih kuat dapat menyebabkan cedera pada sel atau bahkan kematian. ATROFI Atrofi adalah berkurangnya ukuran suatu sel atau jaringan. Atrofi dapat menjadi suatu respons adaptif yang timbul sewaktu terjadi penurunan beban kerja sel atau jaringan. Dengan menurunnya beban kerja, maka kebutuhan akan oksigen dan gizi juga berkurang. Hal ini menyebabkan sebagian besar struktur intrasel, termasuk mitokondria, retikulum endoplasma, vesikel intrasel, dan protein kontraktil, menyusut. Atrofi dapat terjadi akibat sel/jaringan tidak digunakan misalnya, otot individu yang mengalami imobilisasi atau pada keadaan tanpa berat (gravitasi nol). Atrofi juga dapat timbul sebagai akibat penurunan rangsang hormon atau saraf terhadap sel atau jaringan. Hal ini tampak pada payudara wanita pascamenopause atau atrofi pada otot rangka setelah pemotongan korda spinalis. Atrofi lemak dan otot terjadi sebagai respons terhadap defisiensi nutrisi dan dijumpai pada orang yang mengalami malnutrisi atau kelaparan. Atrofi dapat juga terjadi akibat insufisiensi suplai darah ke sel, sehingga pemberian zat gizi vital dan oksigen terhambat. HIPERTROFI Hipertrofi adalah bertambahnya ukuran suatu sel atau jaringan. Hipertrofi adalah suatu respons adaptif yang terjadi apabila terdapat peningkatan beban kerja suatu sel. Kebutuhan sel akan oksigen dan 24 UNIT 1 MEKANISME DASAR KESEHATAN DAN PENYAKIT zat gizi meningkat, menyebabkan pertumbuhan sebagian besar struktur intrasel, termasuk mitokondria, retikulum endoplasma, vesikel intrasel, dan protein kontraktil. Kondisi ini membuat sintesis protein meningkat. . Hipertrofi terutama dijumpai-pada sel-sel yang tidak dapat beradaptasi terhadap peningkatan beban kerja dengancara meningkat- kan jumlah mereka (hiperplasia) melalui mitosis. Contoh sel yang tidak dapat mengalami mitosis, tetapi mengalami hipertrofi, adalah sel otot rangka dan jantung. Otot polos dapat mengalami hipertrofi maupun hiperplasia. Terdapat tiga jenis utama hipertrofi: fisiologis, patologis, dan kompensasi. Hipertrofi fisiologis, terjadi sebagai akibat dari peningkatan beban kerja suatu sel secara sehat (yi.. peningkatan massa/ukuran otot setelah berolahraga). Hipertrofi patologis terjadi sebagai respons terhadap suatu keadaan sakit, misalnya, hipertrofi ventrikel kiri sebagai respons terhadap hipertensi kronik dan peningkatan beban kerja jantung. Hipertrofi kKompensasi terjadi sewaktu sel tumbuh untuk meng- ambil alih peran sel lain yang telah mati, Contoh, hilangnya satu ginjal menyebabkan sel-sel di ginjal yang masih ada mengalami hipertrofi sehingga terjadi peningkatan ukuran ginjal secara bermakna. HIPERPLASIA Hiperplasia adalah peningkatan jumlah sel yang terjadi pada suatu organ akibat peningkatan mitosis. Hiperplasia dijumpai pada sel-sel yang dirangsang oleh peningkatan beban kerja, sinyal hormon, atau sinyal yang dihasilkan secara lokal sebagai respons terhadap penu- runan kepadatan jaringan. Hiperplasia hanya dapat terjadi pada sel- sel yang mengalami mitosis, misalnya sel, hati, ginjal, dan jaringan ikat. Hiperplasia dapat bersifat fisiologis, patologis, atau dapat terjadi sebagai kompensasi terhadap kehilangan atau cedera jaringan. Hiperplasia fisiologis terjadi setiap bulan pada sel endometrium uterus selama stadium folikular pada siklus menstruasi. Hiperplasia patologis dapat terjadi akibat perangsangan hormon yang berlebihan. Hal ini dijumpai pada akromegali, suatu penyakit jaringan ikat yang ditandai oleh kelebihan hormon pertumbuhan. Hiperplasia kompensasi terjadi ketika sel jaringan bereproduksi untuk mengganti jumiah sel yang sebelumnya mengalami penurunan. Hiperplasia ini dijumpai di sel hati, setelah pengangkatan sebagian jaringan hati melalui pembedahan. Hiperplasia kompensasi terjadi dengan kecepatan yang sangat mencolok. . 34 UNIT 1 MEKANISME DASAR KESEHATAN DAN PENYAKIT Efek Radiasi Nonionisasi Radiasi nonionisasi mencakup radiasi gelombang mikro (microwave) dan ultra-sonografi. Radiasi ini memiliki energi yang terlalu kecil untuk dapat memutuskan ikatan DNA atau merusak membran sel, tetapiradiasi ini dapatmeningkatkan suhu suatu sistem, menyebabkan perubahan dalam fungsi transportasi. Radiasi nonionisasi tampaknya tidak membahayakan kesehatan, tetapi riset di bidang ini masih terus dilakukan. Gambaran Klinis Radiasi lonisasi * Kemerahan atau kerusakan kulit. * Terjadi mual dan muntah akibat kerusakan saluran cerna, apabila dosis tinggi. + Anemia apabila sumsum tulang belakang rusak. * Kanker, dapat terjadi setelah terpajan beberapa tahun akibat produksi dari kromosom yang pecah, mengalami delesi, atau translokasi. Penatalaksanaan « Kerusakan yang disebabkan oleh radiasi ionisasi dosis rendah akan diperbaiki oleh sel dan tidak memerlukan terapi. + Kanker dapat diobati dengan terapi radiasi, kemoterapi, imuno- terapi, atau pembedahan. Pertimeancan PEDIATRIK Sel-sel janin mengalami replikasi dan pembelahan sel yang sangat cepat serta sangat rentan terhadap efek perusak dari radiasi ionisasi. Bayi dan anak juga mengalami masa pertumbuhan dan proliferasi sel yang cepat sehingga berisiko juga mengalami kerusakan genetik akibat radiasi ionisasi, Studi menunjukkan bahwa tidak tampak adanya risiko kesehatan pada janin yang terpajan radiasi nonionisasi (yi., ketika seorang wanita hamil menggunakan selimut listrik atau terminal dispiai video) setidaknya dalam batas sedang. CEDERA AKIBAT MIKROORGANISME Mikroorganisme yang infeksius bagi manusia mencakup berbagai bakteri, virus, mikeplasma, riketsia, klamidia, jamur, dan protozoa, Sebagian dari organisme ini menginfeksi manusia melalui akses lang- sung, misalnya inhalasi, sedangkan yang lain menginfeksi melalui transmisi oleh vektor perantara, misalnya melalui sengatan/gigitan serangga. Sel tubuh dapat mengalami kerusakan secara langsung oleh mikro- organisme, melalui toksin yang dikeluarkan oleh mikroorganisme, BAB 1 STRUKTUR DAN FUNGSI SEL 35 atau secara tidak Jangsung akibat reaksi imun dan peradangan yang muncul sebagai respons terhadap mikroorganisme (lihat Bab 4). Se- lain itu, seperti telah dibahas sebelumnya, infeksi sel oleh mikro- organisme dapat menurunkan kestabilan sel sehingga terjadi apopto- sis. Bakteri Bakteri adalah organisme bersel tunggal yang hidup bebas dan mampu bereproduksi sendiri tetapi menggunakan hewan sebagai pejamu untuk mendapatkan makanan. Bakteri tidak memiliki inti sel. Bakteri terdiri atas sitoplasma yang dikelilingi oleh sebuah dinding sel yang kaku yang terbuat dari suatu zat khusus yang disebut peptidoglikan. Di dalam sitoplasma terdapat materi genetik, baik DNA maupun RNA, dan struktur intrasel yang diperlukan untuk metabolisme energi. Bakteri bereproduksi secara aseksual melalui replikasi DNA dan pem- belahan sel sederhana. Sebagian bakteri membentuk kapsul yang. mengelilingi dinding sel sehingga bakteri tersebut lebih tahan terhadap serangan sistem imun pejamu. Bakteri lain mensekresi protein yang menurunkan kerentanan terhadap antibiotik standar. Bakteri dapat bersifat aerob atau anaerob. Seringkali bakteri mengeluarkan toksin yang secara spesifik merusak pejamu. Laboratorium sering mengklasifikasikan bakteri sebagai gram negatif atau positif. Bakteri positif-gram mengeluarkan toksin (eksotoksin) yang merusak sel-sel pejamu. Bakteri gram negatif me- ngandung protein di dinding selnya yang merangsang respons peradangan (endotoksin). Bakteri gram negatif juga mensekresi eksotoksin. Bakteri gram positif memberikan warna ungu pada pewarnaan standar laboratorium. Bakteri gram negatif berwarna merah pada pewarnaan laboraterium yang kedua. Contoh penyakit pada manusia yang disebabkan oleh bakteri adalah infeksi stafilokokus atau streptokokus, gonore, sifilis, kolera, sampar, salmonelosis, sigelosis, demam tifoid, penyakit Legionnaire, difteri, Haemophilus influenzae, pertusis, tetanus, dan penyakit Lyme. Suatu subset bakteri yang sulit diterapi adalah mikobakteri. Mikro- organisme golongan ini merupakan penyebab penyakit tuberkulosis dan lepra. Menurut hasil penclitian, individu yang rentan terhadap infeksi beberapa bakteri, termasuk yang disebabkan oleh Mycobacte- rium dan Salmonella, dikendalikan secara genetik. Variabel lain yang meméngaruhi kemampuan infeksius bakteri meliputi status nutrisi pejamu, ko-infeksi, terpajan pada lingkungan yang terinfeksi mikro- ba, dan riwayat vaksinasi. Virus Virus, tidak seperti bakteri, memevlukan pejamu untuk bereproduksi. Virus terdiri atas satu untai DNA atau RNA, yang terkandung dalam 36 UNIT 1 MEKANISME DASAR KESEHATAN DAN PENYAKIT suatu selubung protein yang disebut kapsid. Virus harus berikatan dengan membran sel pejamu, masuk ke dalam sel, dan kemudian bergerak ke inti sel pejamu agar dapat bereproduksi. Setelah berada di dalam inti sel, maka DNA virus kemudian menyatu ke DNA sel pe- jamu untuk memastikan bahwa gen virus akan diwariskan kepada masing-masing sel baru selama mitosis. Setelah berada di DNA, virus mulai mengambil alih fungsi sel. RNA virus juga mulai mengambil alih fungsi sel. RNA virus juga mulai mengendalikan fungsi sel setelah mereka ditranslasikan menjadi protein. Contoh penyakit pada manusia yang disebabkan oleh virus adalah ensefalitis, demam kuning, campak Jerman, rubela, gondongan, po- liomielitis, hepatitis, dan berbagai infeksi virus pada saluran napas. Virus jenis tertentu mampu masuk ke.DNA pejamu dan tersembunyi (laten) selama bertahun-tahun dan hanya kadang kadang menimbul- kan penyakit atau bahkan tidak sama sekali. Virus yang tetap laten adalah semua virus golongan herpes, termasuk virus herpes penyebab varisela (cacar air), zoster (cacar ular), sitemegalovirus, mononukleosis, dan virus herpes simpleks tipe 1 dan 2 yang menyebabkan cold sores (gingivostomatitis herpes) dan herpes genitalis. Retrovirus Jenis virus yang unik adalah retrovirus. Virus ini adalah virus RNA yang mampu menggabungkan diri ke dalam DNA pejamu sebagai aki- bat kerja enzim reverse franscriptase yang mengubah RNA virus men- jadi DNA. Retrovirus membawa reverse transcriptase sebagai bagian dari strukturnya. Contoh penyakit pada manusia yang disebabkan oleh retrovirus adalah acquired immunodeficiency syndrome (AIDS), yang disebabkan aleh human immunodeficiency virus (HIV), dan suatu bentuk leuke- mia, HTLV-1. Retrovirus dapat juga tetap dorman untuk periode yang lama. Mikoplasma Mikoplasma adalah mikroorganisme unisel yang sangat mirip kerjanya dengan bakteri, kecuali ukurannya yang lebih kecil dan tidak memiliki dinding sel peptidoglikan. Banyaknya antibiotik (misalnya, golongan penisilin) yang bekerja dengan cara merusak dinding sel peptido- glikan, menyebabkan mikoplasma tidak peka terhadap antibiotik ini. Contoh penyakit pada manusia yang disebabkan oleh mikoplasma adalah pneumonia mikoplasma, infeksi saluran napas atas, dan sebagian infeksi genitalia. Riketsia Riketsia memerlukan pejamu agar dapat bereproduksi secara aseksual. Mikroorganisme golongan ini mengandung RNA dan DNA di BAB 1 STRUKTUR DAN FUNGS! SEL 39 * Demam pada malaria. * Gatal dan ruam pada infeksi kulit. Penatalaksanaan + Bakteri dan mikoplasma diobati dengan pemberian antibiotik, se- baiknya setelah dilakukan pembiakan kuman untuk menentukan mikroorganisme apa yang menyebabkan infeksi dan terhadap antibiotik mana kuman tersebut rentan. * Infeksi virus tertentu dapat diterapi dengan obat antivirus. Infeksi virus lainnya biasanya dibiarkan sembuh sendiri, dengan pe- rawatan untuk mencegah agar bakteri sekunder tidak menginfeksi daerah infeksi awal atau daerah lain. * Riketsia biasanya diterapi dengan pemberian antibiotik tetrasik- lin. + Jamur diobati dengan antijamur topikal, seperti nistatin untuk in- feksi kulit superfisial, amfoterisin B untuk infeksi sistemik. Obat antijamur oral diberikan untuk mengatasi infeksi kuku, yang sebe- lumnya resisten terhadap obat. Obat baru ini, termasuk terbinafin dan itrakonazol memiliki tingkat penyembuhan yang tinggi bahkan bila diberikan dengan dosis sporadik. Pentamidin digunakan un- tuk Preumacystis carinii. * Infeksi parasit pada saluran cerna (GI) diobati dengan obat spesi- fik, antara lain metronidazol (Flagyl) untuk giardiasis. Malaria diterapi dengan berbagai obat antimalaria. Terapi profilaktik (pen- cegahan) dianjurkan untuk orang yang bepergian ke daerah yang sering dijangkiti malaria. Pes diterapi dengan berbagai antibiotik, termasuk tetrasiklin. Infeksi kulit diterapi dengan berbagai obat topikal. KEPUSTAKAAN PILIHAN Akerstrom, T., Steensberg, A., Keller, P., Keller, C., Penkowa, M., & Pedersen, B.K. (2005). Exercise induces interleukin-8-expression in human skeletal muscle. Journal of Physiology 563, 507.516. Bradley, J.A., Bolton, E.M., & Pedersen, R.A. (2002). Stem cell medicine encounters the immune system. Nature Reviews Immunology 2, 859-871. Brain, J.D., Kavet, R., McCormick, D.L., Poole, C., Silverman, L., et al. (2003). Childhood leukemia; Electrical and magnetic fields as possible risk factors. En- vironment Health Perspectives 111, 962-970, Corwin, E.J. (2004). The concept of epigenetics and its role in the development of cardiovascular disease. Biological Research for Nursing 6, 11-16. Davani, S., Deschaseaux, F., Chalmers, D., Tiberghien, P., & Kantelip, J.P. (2005). Can stem cells mend a broken heart? Cardiovascular Research 65, 305-316. De Wardener, H.E., He, F.J., Macgregor, G.A. (2004). Plasma sodium and hypertension. Kidney international 66, 2454-2466. Guyton, A.C., & Hall, J.B. (2005). Textbook of medical physiology (11th ed). Philadelphia: W.B. Saunders.

You might also like