You are on page 1of 4

Administrasi Pajak pada Bisnis Jasa Konstruksi

Disadur dari Buku Panduan Pajak 2010-2011 yang diterbitkan oleh Koperasi Pegawai Kantor Pusat Direktorat Jendral Pajak

Jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan
pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi.

Persyaratan Usaha Konstruksi


1. Usaha Konstruksi bisa dijalankan baik oleh perseorangan maupun badan usaha
2. Perncanaan konstruksi, pelaksana konstruksi dan pengawas konstruksi yang berbentuk badan usaha harus :
 Memenuhi ketentuan tentang perizinan usaha di bidang jasa konstruksi
 Memiliki sertifikat, klasifikasi dan kualifikasi perusahaan jasa konstruksi
3. Usaha Pereorangan
 Perncana konstruksi dan pengawas konstruksi harus memiliki sertifikat keahlian
 Pelaksana konstruksi orang perseorangan harus memiliki sertifikat ketermpilan kerja dan sertifikat keahlian
kerja.
4. Pengusaha jaso konstruksi wajin memiliki izin usaha yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah di tempat
domisilinya. Izin usaha ini berlaku untuk melaksanakan kegiatan usaha jasa konstruksi di seluruh wilayah RI
5. pengusaha harus memiliki registrasi setelah memiliki sertifikat klasifikasi dan kualifikasi
 usaha perseorangan harus memiliki Nomor Registrasi yang tercantum dalam Tanda Daftar Usaha Orang
Perseorangan ( TDUP )
 badan usaha harus memiliki Nommor Registrasi usaha jasa konstruksi yang tercantum dalam Sertifikat Badan
Usaha ( SBU )
6. Proses Sertifikasi dan Registrasi
 Mengajukan permohonan klasifikasi dan kualifikasi ke BSAN/BSAD untuk anggota asosiasi terakreditasi,
atau ke BSLN/BSLD untuk non asosiasi. Uraian mengenai persyaratan dan proses sertifikasi dijelaskan
dalam lampiran tersendiri.
 Setelah dievaluasi melalui tim pemutus, dikeluarkan keputusan mengenai persetujuan atau penolakan
permohonan sertifikasi.
 Penyerahan hasil sertifikasi pada BPRU nasional/daerah untuk diproses registrasinya
 Setelah proses penelitian di BPRU, maka jika memenuhi persyaratan, registrasi diproses, SBU diterbitkan
dan disahkan, dikembalikan ke BSLN/BSLD untuk selanjutnya diserahkan ke pemohon.

Klasifikasi Usaha Jasa Konstruksi


Klasifikasi usaha jasa konstruksi dikelompokkan dalam suatu bidang, sub bidang, sebagaimana diatur dalam
peraturan LPJK no 11a dan 12a tahun 2008:
1. Jasa Perencanaan dan Pengawas Konstruksi

Gol Usaha Kualifikasi Kekayaan bersih Batasan nilai


Perorangan Gred 1 Xxxxx 0 s.d 50 juta
Kecil Gred 2 ≤Rp.200 juta 0 s.d 400 juta
Menengah Gred 3 Rp. 200 juta s/d 1 M >400 juta s.d 1M
Besar Gred 4 >Rp. 1 M >400 juta s.d tak
terbatas

2. Jasa Pelaksanaan Konstruksi

No Gol kualifik Batasan nilai satu Jml Kekayaan bersih ( Kemampuan


usaha asi pekerjaan ( juta ) pak juta rupiah ) keuangan sesaat
1 Perorangan Gred 1 0 s.d 50 2 - s.d - - s.d -
2 Kecil Gred 2 0 s.d 300 3 50 s.d 600 90 s.d 1080
Gred 3 0 s.d 600 3 100 s.d 800 180 s.d 1440
Gred 4 0 s.d 1000 3 400 s.d 1000 720 s.d 1800
3 Menengah Gred 5 >1000 s.d 10000 5 1000 s.d 10000 4200 s.d 42000
4 besar Gred 6 >1000 s.d 25000 8 3000 s.d 25000 64000 s.d 160000
Gred 7 >1000 s.d 8 8 ata 10000 s.d 8 64000 s.d 8

Perlakuan akuntansi Usaha Konstruksi


Usaha konstruksi tidak mengikuti ketentuan umum dalam pengakuan penghasilan dalam akuntansinya. Akuntansi
untuk usaha konstruksi mengikuti PSAK no. 34, dimana pengakuan penghasilan tidak menunggu selesainya
pekerjaan dan diserahkan ke pengguna jasa, namun memakai metode prosentase penyelesaian pekerjaan. Akan
tetapi, karena sifat PPh nya adalah PPh final, maka proses akuntansi tersebut tidak terlalu berpengaruh dalam
perlakuan PPh nya.

Aspek Perpajakan Real Estate


Dasar Hukum
1. PP no 51 Tahun 2008 diubah terakhir dengan PP 40 Tahun 2009
2. PMK no 187/PMK.03/2008 diubah terkhir dengan PMK153/PMK.03/2009

Pajak Penghasilan
Usaha Jasa Konstruksi dikenakan PPh final dengan tarif sbb :
1. Pelaksanaan Konstruksi
a. 2% Penyedia jasa konstruksi dengan kualifikasi usaha kecil
b. 4% Penyedia jasa Konstruksi tidak memiliki Kualifikasi Usaha
c. 3% selain a dan b
2. Perencanaan konstruksi atau pengawasan Konstruksi
a. 4% Penyedia jasa memiliki Klasifikasi Usaha
b. 6% Penyedia jasa tidak memiliki Klasifikasi Usaha

Dasar Pengenaan Pajaknya adalah jumlah pembayaran ( tidak termasuk PPN )


1. Jumlah pembayaran, tidak termasuk PPN
2. Jumlah penerimaan pembayaran, tidak termasuk PPN, dalam hal Pajak Penghasilan disetor sendiri oleh
Penyedia jasa

Cara Pelunasan PPh Final


1. dipotong oleh pengguna jasa pada saat pembayaran dalam hal pengguna jasa memrupakan pemotong pajak
2. Disetor sendiri oleh penyedia jasa, dalam hal pengguna jasa bukan merupakan pemotong pajak.

Cara penyetoran PPh Final


1. Disetor ke kas negara melalui Kantor Pos atau bank persepsi paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah
dilakukan pemotongan pajak
2. Tanggal 15 bulan berikutnya setelah penerimaan pembayaran dalam hal pengguna jasa bukan merupakan
pemotong pajak.

Jika jumlah yang dipotong berbeda dengan kewajiban yang sebeenarnya


1. Namun jika terdapat selisih kekurangan Pajak Penghasilan yang terutang berdasarkan Nilai Kontrak Jasa
Konstruksi dengan PPh berdasarkan pembayaran yang telah dipotong atau disetor sendiri oleh penyedia jasa
2. Dalam hal Nilai Kontark Jasa Konstruksi tidak dibayar sepenuhnya oleh pengguna jasa, atas Nilai Kontrak Jasa
Konstruksi yang tidak dibayar tersebut tidak terutang Pajak Penghasilan yang bersifat final, dengan syarat Nilai
Kontrak Jasa Konstruksi yang tidak dibayar tersebut dicatat sebagai piutang yang tidak dapat tertagih
3. Dalam hal piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih tersebut ditagih kembali, tetap dikenakan Pajak
Penghasilan yang bersifat final.

PPN
 Jasa kontruksi termasuk jasa kena pajak
 Pengusaha jasa kontruksi wajib memungut PPN atas jasa yang diberikannya
 Tarif yang dikenakan tarif normal 10 % kali Dasar Pengenaan Pajak.
 Dasar pengenaan pajak adalah nilai transaksi / nilai kontrak.
 Saat pembuatan faktur adalah saat pembayaran atau saat penyerahan, mana yang lebih dahulu
 Jika terjadi pembayaran uang muka atau pembayaran bertahap, maka jumlah pembayaran tresebut dikalikan 10
% sebagai PPN nya. PPN ini akan diperhitungkan sebagai bagian dari keseluruhan PPN yang terutang.
 PPN yang dipungut merupakan Pajak Keluaran. Adapun PPN yang dibayar pengusaha jasa konstruksi saat
melakukan pembelian bahan atau alat untuk usaha jasa konstruksi berfungsi sebagai pajak masukan yang dapat
dikreditkan sesuai ketentuan umum yang berlaku di PPN

You might also like