Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Kelas : 3B
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O : satu molekul air yang tersusun
atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak
berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1
bar) dan temperatur 273,15K (0 °C). Senyawa ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang
memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula,
asam, beberapa jenis gas dan molekul organik lainnya (Wikipedia, 2016).
Falling Film Evaporator adalah suatu jenis alat untuk meningkatkan konsentrasi suatu
larutan dengan mekanisme evaporasi. Alat ini telah lama digunakan misalnya pada produksi
pupuk organik, proses desalinasi, industri kertas, dan bubur kertas, industri bahan pangan dan
bahan biologi, dan lain-lain. Peningkatan konsentrasinya dilakukan dengan penguapan
pelarutnya yang umumnya air. Proses ini ini sering digunakan untuk penguapan larutan
kental, larutan sensitif terhadap panas, larutan yang mudah terdekomposisi, dan penguapan
perbedaan temperatur rendah.
Air digolongkan menjadi 3 jenis yaitu : air permukaan, air angkasa (hujan) dan air
tanah (Yulia, 2015).
Air Permukaan terdiri dari : air sungai, air danau dan air laut.
Air Angkasa terdiri dari : air hujan, air salju, air es.
Air Tanah terdiri dari : air tanah freatik , air tanah artesis, air
tanah meteorit (VADOS), dan air tanah magma (JUVENIL).
Air tersengkap (Konat).
Setiap jenis air memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pada praktikum ini, air yang
digunakan sebagai umpan dalam proses Falling Film Evaporator yaitu air keran (air tanah)
yang masih banyak mengandung mineral dan pengotor. Alat Falling Film Evaporator akan
memisahkan air umpan menjadi fasa ringan dan fasa berat, serta dihasilkan air produk (fasa
berat) yaitu air yang mengandung banyak mineral dan pengotor selain itu dihasilkan air
destilat (fasa ringan) yang diambil dari uap yang dikondensasikan. Kandungan mineral dan
pengotor pada air destilat lebih rendah dibanding air produk. Salah satu parameter yang dapat
diukur adalah nilai daya hantar listrik (DHL) fasa ringan dan fasa beratnya.
Pada Falling Film Evaporator (FFE), umpan mengalir ke bawah sebagai lapisan film
pada bagian tube yang dipanasi dengan media pemanas yaitu steam. Pemisahan uap dan
cairan biasanya pada bagian bawah. Film liquid yang terbentuk tergantung pada gaya
gravitasi, viskositas liquid serta kecepatan alir liquid. Film evaporator dirancang untuk
menguapkan suatu liquid yang mengalir membentuk suatu film tipis pada permukaan yang
dipanasi. Panas dipindahkan secara konduksi dan konveksi. Falling Film Evaporator
menghasilkan film yang tipis dan mengalir cepat, sehingga koefisien perpindahan panasnya
tinggi. Dalam perpindahan panas Falling Film Evaporator, salah satu hal utama yang
berperan penting adalah laju penguapan film (Hewitt, dkk, 1994).
Pada dasarnya evaporator adalah alat yang berperan sebagai tempat pertukaran panas
terjadi. Laju perpindahan panas dinyatakan dalam persamaan umum :
Q = U A dT
dengan U = koefisien keseluruhan perpindahan panas dalam sistem.
Falling Film Evaporator memiliki kelebihan dan kelemahan (Hewitt, dkk, 1994) :
Penguapan pada FFE akan memerlukan kalor yang lebih sedikit untuk umpan yang
memang sedikit karena umpan mengalir dalam bentuk lapisan tipis (film). Tujuan dari setiap
proses evaporasi menaikkan konsentrasi atau kadar kepekatan suatu larutan yang terdiri dari
zat terlarut yang tidak mudah menguap dari zat pelarutnya yang relatif mudah menguap.
Penguapan beberapa posisi pelarut tersebut akan memberikan produk berupa larutan pekat
dan kental, sedangkan hasil kondensasi uap pelarutnya bisa dibuang langsung sebagai limbah,
yang seharusnya diberi perlakuan kimia jika pelarut tersebut berbahaya atau didaur ulang dan
digunakan lagi sebagai pelarut. Hal-hal ini yang membedakan proses penguapan (evaporasi)
dengan pengeringan (drying) atau penyulingan (destilasi) ataupun proses pemisahan
(separasi) lainnya. Falling Film Evaporator (FFE) adalah salah satu jenis alat proses
penguapan yang diklasifikasikan dalam kelas long tube vertical evaporator (LTVE) bersama-
sama dengan climbing film evaporator (CFE). Sedangkan berdasarkan tipe pemanasan dapat
diklasifikasikan ke dalam system pemanasan dipisahkan oleh dinding pertukaran panas yaitu
antara lain jenis kolom calandria dan shell and tube, untuk FFE ada di laboratorium proyek
percontohan Politeknik termasuk jenis yang kedua. Temperatur operasi yang rendah dalam
hal ini catu kukus relatif lebih kecil.
dalam kolom evaporator akan terdapat campuran antara larutan pada temperatur penguapan
pelarut atau sedikit lebih tinggi atau rendah dari uap pelarut. Karena temperatur pada tangki
pemisah dan pendingin (kondensor) lebih rendah dari pada temperatur pada bagian bawah
kolom maka sistem pada bagian kolom tersebut akan mengalami evakuasi yang dalam arti
sebenarnya terjadi penurunan tekanan sehingga kondisi seperti vakum terjadi oleh karena
campuran tersebut akan terhisap menuju tangki dimana bagian campuran yang berupa larutan
produk yang lebih berat dan pekat turun menuju tangki pengumpul produk, sehingga uap
pelarut menuju kondensor dikondensasikan uap akan menuju tangki destilat.
o Kadar kepekatan, konsentrasi produk, dan distilat atau kondensat dari umpan.
o Persentase produk.
Untuk tujuan teknik dan karakteristik evaporator yang perlu diperhatikan yaitu :
o Neraca massa dan neraca energi.
o Efisiensi.
Neraca Massa :
m1 = m2 + m3 → m3 = m1 – m2
∆𝑇1 − ∆𝑇2
∆𝑇𝑚 =
∆𝑇
𝐿𝑛 ∆𝑇1
2
3. Steam Ekonomi
𝑚3
𝑆𝐸 =
𝑚𝑠
BAB III
METODOLOGI
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1.2 Bahan yang digunakan
No. Nama Bahan Spesifikasi Jumlah
1. Air kran - -
2. Pewarna Merah Muda - -
3.2 Prosedur Kerja
A. Pemanasan Langsung
Panel pengendali dinyalakan dan diatur tekanannya sebesar 0,25 bar pada
run pertama, 0,5 bar pada run kedua, 0,75 bar pada run ketiga dan 1 bar
pada run keempat. Setiap run dilakukan percobaan dengan lima variasi laju
alir yaitu 100, 150, 200, 250 dan 300 L/jam.
Mencatat suhu yang terdapat pada panel pengendali (T4) serta T11 yang
berada pada termometer aliran produk.
Dilakukan pengukuran laju alir massa umpan dan steam pada setiap laju
alir.
Membuka katup V6 untuk mengisi pipa dengan air, kendurkan tutup odol dan
tutup V6 jika air dari tutup odol sudah meluap.
Panel pengendali dinyalakan dan diatur tekanannya sebesar 0,1 bar pada run
pertama, 0,2 bar pada run kedua dan 0,3 bar pada run ketiga. Setiap run dilakukan
percobaan dengan lima variasi laju alir yaitu 100, 150, 200, 250 dan 300 L/jam.
Mencatat suhu yang terdapat pada panel pengendali T4, T14, T8 dan T11 pada
termometer aliran produk.
Setelah selesai dilakukan pengukuran pada tekanan 0.1 bar, selanjutnya dilakukan
prosedur yang sama untuk variasi tekanan yang berbeda.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
400
350 y = 1.0788x + 18.36
R² = 0.9925
300
Laju Alir (L/h)
250
200
150
100
50
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Laju Alir Nyata (L/h)
120
100
80
Efisiensi (%)
60
40
20
0
50 100 150 200 250 300 350
Laju Alir (L/h)
Grafik 4.1.b Kurva Hubungan Efisiensi Pada Pemanasan Langsung P = 0,25 atm terhadap Laju
Alir Umpan.
120
100
Efisiensi (%) 80
60
40
20
0
50 100 150 200 250 300 350
Laju Alir (L/h)
Grafik 4.1.c Kurva Hubungan Efisiensi Pada Pemanasan Langsung P = 0,5 atm terhadap Laju
Alir Umpan.
70
60
50
Efisiensi (%)
40
30
20
10
0
50 100 150 200 250 300 350
Laju Alir (L/h)
Grafik 4.1.d Kurva Hubungan Efisiensi Pada Pemanasan Langsung P = 0,75 atm terhadap Laju
Alir Umpan.
90
80
70
Efisiensi (%) 60
50
40
30
20
10
0
50 100 150 200 250 300 350
Laju Alir (L/h)
Grafik 4.1.e Kurva Hubungan Efisiensi Pada Pemanasan Langsung P = 1 atm terhadap Laju
Alir Umpan.
4
3.5
3
Efisiensi (%)
2.5
2
1.5
1
0.5
0
50 100 150 200 250 300 350
Laju Alir (L/h)
Grafik 4.1.f Kurva Hubungan Efisiensi Pada Pemanasan Tak Langsung P = 0,1 atm terhadap
Laju Alir Umpan.
2.5
2
Efisiensi (%)
1.5
0.5
0
50 100 150 200 250 300 350
Laju Alir (L/h)
Grafik 4.1.g Kurva Hubungan Efisiensi Pada Pemanasan Tak Langsung P = 0,2 atm terhadap
Laju Alir Umpan.
3.5
3
2.5
Efisiensi (%)
2
1.5
1
0.5
0
50 100 150 200 250 300 350
Laju Alir (L/h)
Grafik 4.1.h Kurva Hubungan Efisiensi Pada Pemanasan Tak Langsung P = 0,3 atm terhadap
Laju Alir Umpan.
6000
5000
U (W/m2.oC) 4000
3000
2000
1000
0
50 100 150 200 250 300 350
Laju Alir (L/h)
Grafik 4.1.i Kurva Hubungan Koefisien Pindah Panas Keseluruhan Pada Pemanasan Tak
Langsung P = 0,1 atm terhadap Laju Alir Umpan.
2600
2300
U (W/m2.oC)
2000
1700
1400
1100
800
50 100 150 200 250 300 350
Laju Alir (L/h)
Grafik 4.1.j Kurva Hubungan Koefisien Pindah Panas Keseluruhan Pada Pemanasan Tak
Langsung P = 0,2 atm terhadap Laju Alir Umpan.
3600
3400
3200
U (W/m2.oC)
3000
2800
2600
2400
2200
2000
50 100 150 200 250 300 350
Laju Alir (L/h)
Grafik 4.1.k Kurva Hubungan Koefisien Pindah Panas Keseluruhan Pada Pemanasan Tak
Langsung P = 0,3 atm terhadap Laju Alir Umpan.
4.2 Pembahasan
5.1 Simpulan
5.1.1 Fadil Hardian (151411039)
5.1.2 Fajar Nugraha (151411040)
5.1.3 Febri Pitra Pratama D (151411041)
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, Christie J. 1978. “Transport Processes and Unit Operations 3rd edition”. London :
Prentice-Hall International, Inc.
Hewitt. 1994. ”Perpindahan Panas Dan Massa Di Dalam Falling Film Evaporator Campuran
Black Liquor – Udara”. Laboratorium Perpindahan Panas dan Massa, Teknik
Kimia, Insitut Teknologi Sepuluh Nopember.
Tim Pengajar Jurusan Teknik Kimia. 1996. “Panduan Praktikum Operasi Teknik Kimia II”.
Bandung : Pusat pengembangan Pendidikan Politeknik.
Yulia. 2015. “15 Jenis Jenis Air di Bumi : Tanah, Permukaan, Air Angkasa dan Manfaatnya”.
http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hidrologi/jenis-jenis-air [diakses 14/11/2017].
LAMPIRAN
1. Data Pengamatan
1.1 Data Kalibrasi
D. Tekanan = 1 atm
2. Pengolahan Data
2.1 Pemanasan Langsung
A. Tekanan = 0,25 atm
D. Tekanan = 1 atm
Laju Alir Q feed Q steam Efisiensi
(L/h) (kJ/h) (kJ/h) (%)
100 20518.6 49816.78 41.2
150 30440.59 39045.58 78.0
200 24530.69 52509.58 46.7
250 27346.79 53855.98 50.8
300 33815.88 61934.37 54.6
2.2 Pemanasan Tak Langsung
A. Tekanan = 0,1 atm
Laju Alir Q feed Q steam Efisiensi U Steam
Δ T1 Δ T2 Δ Tm
(L/h) (kJ/h) (kJ/h) (%) (W/m2.oC) Ekonomi
100 286312.3 13004712 65.8 76.1 70.8 2.20 5347.25 2.41
150 149007.6 15710184 78.1 63.5 70.5 0.95 2793.83 1.95
200 138378.2 3695328 29.1 48.7 38.1 3.74 4808.92 1.07
250 78714.7 8322804 44.1 41.2 42.6 0.95 2442.21 1.04
300 54673.9 6213312 33.8 38 35.9 0.88 2016.79 1.19
Oleh :
Kelas : 3B
2017