You are on page 1of 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Wajah atau muka adalah bagian depan dari kepala, pada manusia meliputi

wilayah dari dahi hingga dagu, termasuk rambut, dahi, alis, mata, hidung, pipi,

mulut, bibir, gigi, kulit, dan dagu. Wajah terutama digunakan untuk ekspresi

wajah, penampilan, serta identitas

Masker wajah adalah salah satu produk kecantikan yang digunakan untuk

tujuan kecantikan wajah yang berfungsi untuk mengecilkan pori-pori pada

wajah,menghilangkan kerutan pada wajah,dll. pori-pori yang besar dan kerutan

pada wajah merupakan salah satu masalah yang cukup besar bagi kecantikan

terutama pada wanita.

Masker gel adalah masker semi padat yang terbuat dari bahan partikel

anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar. Gel adalah suatu sistem

semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau

molekul organik yang besar.

Seledri (Apium graveolens L.) adalah tumbuhan serbaguna, terutama

sebagai sayuran dan obat-obatan. Seledri juga sebagai bahan obat yang telah

disebut-sebut oleh Dioskurides serta Theoprastus dari masa Yunani Klasik dan

Romawi sebagai "penyejuk perut Seledri (Apium graveolens L.) adalah terna

kecil, kurang dari 1m tingginya. Daun tersusun gemuk dengan tangkai pendek.

Batangnya biasanya sangat bantet. Pada kelompok budidaya tertentu membesar

1
2

membentuk umbi, yang juga dapat dimakan. Bunganya tersusun majemuk

berkarang. Buahnya kecil-kecil berwarna coklat gelap.

Beberapa kandungan yang terdapat di dalam seledri yaitu:

1. Sumber yang kaya antioksidan flavonoid seperti zea xanthin, lutein, dan

beta karoten, yang berfungsi sebagai pelindung tubuh, meningkatkan

imunitas tubuh dan pencegahan kanker.

2. Seledri merupakan sumber vitamin A yang baik. Vitamin A dan beta

karoten adalah antioksidan flavonoid alami yang dibutuhkan untuk

menjaga selaput lendir sehat dan kulit.

Pemanfaatan efek antioksidan pada sediaan yang ditunjukan untuk kulit

wajah lebih baik bila diformulsikan dalam bentuk sediaan kosmtika topical

dibandingkan oral. kosmetika wajah tersedia dalam brbagai bentuk sediaan salah

satunya dalam bentuk masker. bentuk sediaan masker yang banyak terdapat di

pasaran betuk pasta atau serbuk. sedangkan sediaan masker gel masih jarang

dijumpai, padahal masker bentuk gel mempunyai beberapa keuntungan

diantaranya penggunaan yang mudah, serta mudah untuk dibilas dan

dibrsihkan,dapat juga diangkat atau dilepaskan seperti membrane elastic.

Berdasarkan informasi di atas maka penulis tertari untuk melakukan

penelitian tentang pemanfaatan ekstrak etanol seledri (Apium Graviolens L.)”.

dalam formulasi sediaan masker gel antioksidan sebagai anti aging.


3

1.2. Rumusan Masalah

Sebagaimana lazimnya suatu penelitian adalah suatu kegiatan atau

pemecahan masalah, sehingga dalan suatu penelitian untuk mendapatkan hasil

yang baik harus dirumuskan permasalahan secara baik pula. Berdasarkan uraian

yang telah dikemukakan di atas yaitu formulasi sediaan masker gel dari seledri

(Apium graviolens L.), maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

Apakah ekstrak etanol herba seledri (Apium graviolens L.) dapat diformulasikan

dalam bentuk masker gel ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian KTI ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui formulasi sediaan masker gel dari seledri (Apium

Graviolens L.) dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan masker gel

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dalam penulisan KTI ini adalah sebagai

berikut :

1. Secara teoritis penulis KTI ini diharapkan sebagai bahan informasi bagi

akademis maupun sebagai bahan bagi para peneliti yang hendak

melaksanakan penelitian tentang Formulasi sediaan masker gel dari seledri

(Apium Graviolens L.)

2. Secara praktis penulisan KTI ini diharapkan sebagai penelitian yang dapat

memberi sumbangan bagi pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan

formulasi sediaan masker gel dari seledri ( Apium Gravioles L. ).


4

3. Bagi institut kesehatan Helvetia medan, hasil penelitian ini dapat

menambah refrensi di perpustakaan. selanjutnya dapat dijadikan kajian

bagi mahasiswa dalam meperluas pengetahuannya.

1.5. Hipotesis

Formulasi sediaan masker gel dari seledri ( Apium Gravioles L. ) dapat

diformulasikan dalam bentuk sediaan masker gel.

1.6. Kerangka Pikir

Variabel bebas Variabel terikat

Organoleptis

PH

Seledri 0%, 5%,


10%, 15%, Waktu kering Parameter
konsentrasi dan 20%

Daya sebar

Iritasi

Gambar 1.1. Kerangka Pikir Penelitian


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Tumbuhan

Seledry ( Apium graveolens L) merupakan salah satu sayuran yang populer

di dunia. Asal- usul tanaman ini diduga telah dikenal 1000 tahun yang lalu, yaitu

sejenis tumbuhan liar asli didataran Asia. Sulit sekali menemukan informasi atau

data mengenai kapan masuknya tanaman seledri ke wilayah Indonesia. Meskipun

demikian, diperkirakan orang-orang Portugis dan Spanyol berjasa dalam

memperkenalkan jenis-jenis tanaman bernilai ekonomis penting ke wilayah

Indonesia pada masa lampau.

Senyawa kimia yang dimiliki seledri: Seluruh bagian dari tanaman seledri

mengandung flavonoid, saponin, tanin 1%, minyak asiri 0,033%, flavo-glukosida

(apiin), apigenin, kolin, lipase, asparagine, zat pahit, vitamin (A,B dan c). Setiap

100 gr herba seledri mengandung air sebanyak 93 ml, protein 0,9 gr, lemak 0,1 gr,

karbohidrat 4 gr, serat 0,9 gr, kalsium 50 mg, besi 1 mg, fosfor 40 mg, yodium

150 mg, kalium 400 mg, magnesium 85 mg, vitamin A 130 IU, vitamin C 15 mg,

riboflavin 0,05 mg, tiamin 0,03 mg dan nikotinamid 0,4 mg. Akar mengandung

asparagin, manit, zat pati, lendir, minyak asiri, pentosan, glutamin dan tirosin.

Biji mengandung apiin, minyak menguap, apigenin dan alkaloid. Apigenin

berkhasiat hipotensif Secara tradisional tanaman seledri diguanakan sebagai

pemacu enzim pencernaan atau sebagai penambah nafsu makan, peluruh air seni,

dan penurun tekanan darah. Di samping itu digunakan pula untuk memperlancar

keluarya air seni, mengurangi rasa sakit pada rematik dan gout, juga digenakan

5
6

sebagai anti kejang. Selebihnya daun dan batang seledri digunakan sebagai sayur

dan lalap untuk penyedap masakan.

2.1.1. Sistematika Tumbuhan

Klasifikasi seledri ( Apium Gravioles L.) adalah sebagai berikut

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Apiales

Famili : Apiaceae

Genus : Apium

Spesies : Apium graveolens L.

2.1.2. Sinonim Tumbuhan

sinonim Seledry atau celery ( Apium graveolens L)

2.1.3. Nama Daerah

Indonesia : Sledri; Seladri; Sadri; Sederi; Seleri; Seldri; Daun sop Daerah

Tumbuh Seledri ( Apium graveolens L)

2.1.4. Daerah Tumbuh

Banyak ditanam di sawah dan di ladang yang tanahnya agak lembab di

daerah pegunungan.
7

2.1.5. Morfologi Tumbuhan

Batang : Tidak berkayu, beralus, beruas, bercabang, tegak, hijau

pucat.

Daun : Tipis majemuk, daun muda melebar atau meluas dari

dasar, hijau mengkilat, segmen dengan hijau pucat,

tangkai di semua atau kebayakan daun merupakan sarung.

Daun bunga : Putih kehijauan atau putih kekuningan ½ -3/4 mm

panjangnya.

Bunga : Tunggal, dengan tangkai yang jelas, sisi kelopak yang

tersembunyi, daun bunga putih kehijauan atau merah

jambu pucat dengan ujung yang bengkok. Bunga betina

majemuk yang jelas,tidak bertangkai atau bertangkai

pendek, sering mempunyai daun berhadapan atau

berbatasan dengan tirai bunga.

Tirai bunga : Tidak bertangkai atau dengan tangkai bunga tidak lebih

dari 2 cm panjangnya.

Buah : Panjangnya sekitar 3 mm, batang angular, berlekuk,

sangat aromatik.

Akar : Tebal.

2.2. Kandungan Kimia

Seluruh herba seledri mengandung glikosida apiin (glikosida flavon),

isoquersetin, dan umbelliferon. Juga mengandung mannite, inosite, asparagine,

glutamine, choline, linamarose, pro vitamin A, vitamin C, dan B. Kandungan


8

asam-asam dalam minyak atsiri pada biji antara lain : asam-asam resin, asam-

asam lemak terutama palmitat, oleat, linoleat, dan petroselinat. Senyawa kumarin

lain ditemukan dalam biji, yaitu bergapten, seselin, isomperatorin, osthenol, dan

Isopimpinelin. (2)

Tabel 2.1 Kandungan Gizi Seledri Per 100 Gram

Kandungan gizi Jumlah


Kalori (kcal) 20
Protein (g) 1
Lemak (g) 0,1
Karbohidrat (g) 4,6
Kalsium (mg) 40
Fosfor (mg) 40
Besi (mg) 1
Vitamin A (SI) 131
Vitamin B1 (mg) 0,03
Vitamin C (mg) 11

2.3. Kegunaan dan Khasiat

Gambar 2.1 Seledri (Apium graveolens L.)


9

Secara tradisional tanaman seledri diguanakan sebagai pemacu enzim

pencernaan atau sebagai penambah nafsu makan, peluruh air seni, dan penurun

tekanan darah. Di samping itu digunakan pula untuk memperlancar keluarya air

seni, mengurangi rasa sakit pada rematik dan gout, juga digunakan sebagai anti

kejang. Selebihnya daun dan batang seledri digunakan sebagai sayur dan lalap

untuk penyedap masakan.selain itu seledri memiliki kegunaan sebagai antioksidan

yang terdapat pada senyawa vitamin A, B, dan C,flavonoid dan beta carotein.

2.4. Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

lingkungan hidup manusia. luas kulit orang dewasa sekitar 1,5m dengan berat

kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta

merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis,

dan sensitive, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, ras, dan lokasi tubuh

Rata-rata kulit manusia skitar 1-2 mm. kulit manusia paling tebal terletak

di telapak tangan dan kaki, yaitu 6mm. kulit yang berada di daerah wajah, kulit

yng lembut berada di daeah leher dan badan, kulit yang berambut dan kasar

terdapat pada kepala. letak kulit yang berada di permukaan tubuh manusia

menyebabkan organ ini dapat menjadi cermin dari seseorng trhadap kesehatan dan

kehidupannya Kulit juga sangat bervariasi tergantung dari iklim tempat tinggal

2.4.1. Anatomi Kulit

Kulit terdiri atas tiga bagian besar dengan fungsi yang berbeda-beda, yaitu

lapisan kulit ari (epidermis), lapisan kulit jangat (dermis) dan lapisan hypodermis

(subkutan)
10

2.4.1.1. Lapisan Epidermis

Lapisan ini terletak pada bagian paling luar atau paling atas, tipis ( sekitar

0,001 inci ) dan sebagian terdiri dari sel-sel mati. lapisan epidermis terdiri dari

empat lapisan sel, yaitu dari luar ke dalam disebut lapisan tanduk (stratum

korneum), lapisan butir (tratum granulosun), lapisan tajuk (stratum spinolosum),

dan lapisan tunas (stratum basale).

2.4.1.2. Lapisan Dermis (Kulit Jangat)

Lapisan Dermis (Kulit Jangat) adalah lapisan kulit yang terdiri atas

pembuluh darah, kelenjar minyak, kantung rambut, ujung – ujung saraf indra, dan

kelenjar keringat. Pembuluh darah pada lapisan ini sangat luas sehingga mampu

menampung sekitar 5 % dari jumlah darah di seluruh tubuh.

2.4.1.3. Hipodermis (Jaringan ikat Bawah Kulit)

Hipodermis (Jaringan ikat Bawah Kulit) merupakan jaringan ikat yang

terletak di bawah lapisan dermis, namun batas pemisah antara bagian Hipodermis

dengan bagian dermis ini tidak jelas. Lapisan ini merupakan tempat penyimpanan

lemak dalam tubuh, sehingga sering juga dikenal dengan Lapisan Lemak Bawah

Tubuh. Lemak tersebut berfungsi untuk melindungi dari benturan benda keras,

sebagai penjaga suhu tubuh karena lemak dapat menyimpan panas, dan sebagai

sumber energi cadangan.


11

Gambar 2.2. Lapisan Kulit

2.4.2. Fungsi Kulit

1. Sebagai pelindung dan filter tubuh

Kulit memiliki kemampuan untuk memilih bahan-bahan penting yang

diperlukan oleh tubuh dan melindungi tubuh dari bahaya lingkungan serti

panas sinar matahari, benturan fisik/ trauma, dingin, hujan dan angin

dengan cara membentuk pelindung/mantel kulit secara alamiah juga

berfungsi mengekskresikan ( mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna).

2. Mengatur suhu tubuh

Kulit berfungsi membantu menjaga agar suhu tubuh tetap optimal dengan

cara melepakan keringat ketika tubuh terasa panas. sebaliknya bila tubuh

merasa kedinginan maka pembuluh darah dalam kulit akan menyempit

(vasokontriksi) sehingga panas tubuh akan tetap bertahan.

3. Menjaga kelembaban tubuh

Lapisan kulit barsifat kenyal (padat dan kencang), terutama pada bagian

lapisan tanduknya sehingga air tidak mudah keluar dari dalam tubuh. kulit
12

juga mempunyai daya mengikat air yang sangat kuat. yaitumencapai empat

kali beratnya mampu mempertahankan tekstur bentuknya sendiri

4. Kulit sebagai sistem saraf yang sensitif

Kulit memiliki sistem saraf yang sangat peka terhadap pngaruh atau

ancaman dari luar, seperti dingin, panas, sentuhan, tekanan, dan sakit. oleh

karena itu, kulit akan segera mmberikan reaksi bila ada peringatan awal

dari sistem saraf tersebut seperti rasa gatal dan kemerahan.

2.4.3. Jenis kulit

Secara garis besar tipe kulit manusia terdiri atas tipe kulit kering normal,

berminyak, dan kombinasi

1. Kulit kering

Kulit kering mempunyai cirri-ciri tampak transparan, sering bercak pada

tempat-tempat tertentu, bebusik pada musim kemarau, dan cepat menjadi

merah jika terkena sinar matahari, tipe kulit ini cepat mengalami keriput

dan pembuluh darh jelas sekali tampak

2. Kulit berminyak

Kulit berminyak mempunyai cirri-ciri tampak terang, bercahaya pada

keseluruhannya, serta berpori besar dan terbuka. tipe kulit ini mudah

ditumbuhi jerawat dan menjadi peka terhadap bahan-bahan kosmetik.

3. Kulit normal

Kulit tipe normal tidak banyak dijumpai pada manusia. meskipun

seseorang mempunyai tipe kulit normal. tetapi tetap pada keadaan normal

cenderung brminyak atau normal cenderung kering


13

4. Kulit kombinasi

Tipe kulit ini sangat banyak ditemukan dari semua populasi manusia. kulit

tipe ini bagian tertentu dari tubuhnya mempunyai kulit berminyak, tetapi

daerah lain dari tubuh mempunyai kulit yang terlihat kering.

2.5 Bagian Yang Digunakan

Bagian yang dapat digunakan adalah seluruh bagian dari tubuh tanaman

seledri mulai dari akar, biji, daun, batang daun, biji dan buah yang sudah matang.

Seledri dipanen setelah berumur 6 minggu sejak ditanam. Tangkai daun yang

agak tua dipotong 1 cm di atas pangkal daun. Daun muda dibiarkan tumbuh

untuk dipanen kemudian. Tangkai daunnya yang berdaging dan berair dapat

dimakan mentah sebagai lalap, sedangkan daunnya digunakan untuk penyedap

sup dan jenis makanan lainnya.Seledri juga dapat digunakan sebagai obat

alternatif herbal. Jika seledri ditanam di daerah tropik, ukuran batangnya kurang

besar sehingga seluruh bagian tanaman digunakan sebagai sayur. Seledri dapat

diperbanyak dengan biji.

2.6 Radikal Bebas Dan Antioksidan

Proses penuaan merupakan proses filosofis yang tak terhindarkan yang

pasti dialami oleh setiap manusia. proses ini bersifat irreversible yang meliputi

seluruh oragan tubuh trmasuk kulit. kulit merupakan salah satu jaringan yang

secara langsung akan memperlihatkan proses penuaan tersebut. berbagai faktor,

baik faktor dalam maupun luar salah satunya adalah radikal bebas dapat

mempengaruhi kecepatan proses penuaan pada kulit.


14

Antioksidan dikenal sebagai zat yang mampu menghambat penuaan dini,

antioksidan berfungsi melindungi tubuh dari radikal bebas, menjaga tubuh dari

berbagai penyakit dengan cara menekan kerusakan sel yang terjadi akibat proses

oksidasi radikal bebas.

2.5.1. Radikal Bebas

Radikal bebas adalah suatu molekul yang relative tidak stabil dengan atom

yang ada pada orbit terluarnya memiliki satu atau lebih electron yang tidak

berpasangan. molekul yang kehilangan pasangan tersebut menjadi tidak stabil dan

radikal. supaya stabil molekul ini selalu berusaha mencari pasangan elektronnya

dengan cara merebut electron dari molekul lain. radikal bebas berakibatdestruktif

bagi sel yang electronnya dirampas. aksi perampasan itu akan menimbulkan reaksi

berantai sehingga radikal bebas terlahir semangkin banyak.

Radikal bebas akan merusak ,molekul makro pembentuk sel yaitu protein,

karbohidrat (polisakarida), lemak dan deoxyribo nucleic acid (DNA). pada sel

kulit radikal bebas akan merusak senyawa lemak pada membrann sel sehingga

kulit kehilangan ketegangannya dan menimbulkan keriput.

Sumber tradikal bebas ada yang bersifat internal yaitu dari dalam tubh dan

ada yang bersifat eksternal ( luar tubuh). radikal bebas internal berasal dari

oksigen yang kita hirup. radikal bebas juga dapat diproduksi secara alami di dalam

tubuh, yang merupakan hasil produksi energy terutama didalam mitokondria.

proses sederhana dari makan, minum, dan bernafas membentuk radkal benbas dari

siklus produksi energy, yaitu saat tubuh memproduksi molekul energy universal

adenosine triphosphate (ATP), dalam hal ini, oksigen merupakan produser radikal
15

bebas juga. radikal bebas eksternal dapat berasal dari polusi udara, asap rokok,

alcohol, radiasi sinar ultraviolet, makanan yang banyak mengandung lemak, dan

obat-obatan tertentu misalnya pestisida, anastesi, dan cairan industri.

2.5.2. Antioksidan

Antioksidan (antioxidants) adalah molekul-molekul yang (sesuai

namanya) bekerja melawan atau menghambat proses oksidasi di dalam tubuh.

Meskipun oksidasi merupakan bagian krusial dari proses kehidupan, namun

proses oksidasi yang terlalu banyak akan menyebabkan kerusakan, karena

berbagai reaksi oksidasi normal yang terjadi di dalam tubuh saat makanan dicerna

bisa membentuk radikal bebas (radikal oksigen) dan kemudian menciptakan reaksi

berantai yang memicu kerusakan atau kematian sel.

Sama halnya dengan kasus oksidasi besi (reaksi besi terhadap oksigen)

yang kemudian membentuk karat, tubuh bereaksi terhadap proses oksidasi internal

(pencernaan) dan membentuk radikal bebas; yang jumlahnya bisa semakin

meningkat apabila tidak terkontrol. Sama dengan karat yang kemunculannya

semakin melemahkan besi, radikal bebas kemudian melemahkan tubuh dengan

cara menyerang organ dan sel, lalu berkontribusi memunculkan berbagai penyakit

seperti Alzheimer, kanker, jantung koroner, stroke, arthritis dan osteoarthritis,

serta katarak.

Anda bisa melawan proses oksidasi ini dengan cara menambahkan

berbagai makanan kaya antioksidan ke dalam diet anda. Antioksidan menghambat

dan bahkan menangkal proses oksidasi dengan cara menetralisir radikal bebas.

Namun yang perlu diperhatikan adalah, dalam proses netralisasi tersebut,


16

antioksidan kemudian teroksidasi dan berubah menjadi oksidan. Oleh karena itu,

anda harus terus memberikan asupan antioksidan kepada tubuh secara teratur

untuk meredam jumlah radikal bebas.

Sebagian besar antioksidan yang jelas-jelas sudah dikenal oleh ilmu

pengetahuan adalah vitamin dan mineral, misalnya Vitamin E (terutama alpha-

tocepherol yang memiliki biopotensi cukup tinggi). Vitamin C, beta-karoten,

selenium, mangan, dan seng. Ada juga enzim antioksidan seperti superoksida

dismutase, glutation peroksidase, dan katalase yang telah terbukti mampu

menghancurkan radikal bebas dan dengan demikian benar-benar bisa menghambat

pembentukannya. Nutrisi lain yang juga terbukti memiliki kualifikasi sebagai

antioksidan adalah koenzim Q10 (ubiquinone) dan asam urat (uric acid). Saat ini

terus berkembang berbagai penelitian terhadap keberadaan fitokimia di dalam

buah-buahan, sayuran, dan bahan makanan lain yang sebagian besar telah terbukti

memiliki kualifikasi sebagai antioksidan, dan, oleh karena itu disinyalir

menambah asupan berbagai makanan tersebut baik untuk kesehatan. Tetapi

makanan apa saja yang merupakan antioksidan efektif? Kecuali vitamin dan

berbagai suplemen makanan yang sudah dibicarakan di atas, belum ada makanan

yang terbukti memiliki efisiensi antioksidan tinggi di dalam tubuh manusia (in

vivo). Jadi kita dan berbagai lembaga kesehatan pangan, obat-obatan, atau

nutrisi di seluruh dunia harus bergantung pada hasil pembuktian melalui tabung

reaksi (in vitro) untuk melihat dan membandingkan kemampuan antioksidan

beberapa jenis makanan.


17

2.7 Masker Gel

Masker merupakan sediaan topical yang digunakan pada wajah untuk

mendapatkan efek mengencangkan dan membersihkan dari kotoran yang

menempel. biasanya masker digunakan pada wajah dan leher dengan cara

mengoleskan dengan kuas , dibiarkan sampai memngering, sehingga masker

mengeras dan terasa ketat di kulit. masker merupakan sediaan kosmetik untuk

perawatan kulit wajah yang memiliki manfaat yaitu memberikan kelembaban,

memperbaiki tekstur kulit, melembutkan kulit, meremajakan kulit,

mengencangkan kulit, menutrisi kulit, melembutkan kulit, membersihkan pori-

pori kulit, mencerahkan warna kulit, merilekskan otot-otot wajah menyembuhkan

jerawat.

Masker gel termasuk salah satu masker yang praktis, karena setelah kering

masker tersebut bisa langsung diangkat tanpa perlu dibilas. masker ini biasa

dikenal dengan masker peel-off. manfaat masker gel antara lain dapat mengangkat

kotoran dan sel kulit mat agar kulit bersih dan segar. masker ini juga

dapatmengembalikan kesegaran dan kelembutan kulit, bahkan dengan pemakaian

teratur dapat mengurangi kerutan halus pada kulit wajah. cara kerja masker peel

off ini berbeda dengan masker gel jenis lain. ketika dilepaskan, biasanya kotoran

serta sel-sel kulit mati akan ikut terangkat.

2.8 Komponen Dalam Sediaan Masker Gel

1. Polivinil Alkohol (PVA)

Polivinil alkohol merupakan suatu material yang dibuat melalui proses

alkoholisis dari polivinil asetat. Polivinil alkohol memiliki sifat tidak berwarna,
18

padatan termoplastik yang tidak larut pada sebagian besar pelarut organik dan

minyak, tetapi larut dalam air bila jumlah dari gugus hidroksil dari polimer

tersebut cukup tinggi (Harper & Petrie 2003). Polivinil alkohol memiliki

permeabilitas uap air terendah dari semua polimer komersial tetapi sensitivitas

airnya telah membatasi penggunaannya (Beswick & Dunn 2002). Wujud dari

polivinil alkohol berupa serbuk ( powder ) berwarna putih dan memiliki densitas

1,2000-1,3020 g/cm³ serta dapat larut dalam air pada suhu 80 ºC (Sheftel 2000).

Struktur kimia dari polivinil alkohol disajikan pada Gambar 2.2 Struktur kimia

polivinil alkohol Sumber: Liang et al. (2009)

Secara komersial, polivinil alkohol adalah plastik yang paling penting

dalam pembuatan film yang dapat larut dalam air. Hal ini ditandai dengan

kemampuannya dalam pembentukan film, pengemulsi, dan sifat adesifnya.

Polivinil alkohol memiliki kekuatan tarik yang tinggi, fleksibilitas yang baik, dan

sifat penghalang oksigen yang baik (Ogur 2005). Aplikasi dari polivinil alkohol

sudah meliputi banyak bidang. Hodgkins & Taylor (2000) melaporkan polivinil 7

alkohol banyak diaplikasikan dalam bidang kesehatan ( biomedical ), bahan

pembuat deterjen, lem dan film. Lin & Ku (2008) melaporkan polivinil alkohol

banyak digunakan dalam pengolahan tekstil pada pembuatan nilon dan dalam

pembuatan serat sebagai bahan baku untuk produksi serat polivinil alkohol.

Polivinil alkohol juga diaplikasikan sebagai bahan sekali pakai. Salah satu

pemanfaatannya sebagai bahan sekali pakai adalah aplikasi polivinil alkohol pada

kantong kotoran hewan yang akan terurai setelah dibuang. Selain itu, polivinil

alkohol juga dapat diaplikasikan pada bola golf, sehingga pegolf tidak perlu
19

mencari bolanya setelah dipukul karena bola tersebut akan terurai di alam.

Polivinil alkohol dalam industri pangan digunakan sebagai bahan pelapis karena

sifatnya kedap terhadap uap air. Polivinil alkohol mampu menjaga komponen

aktif dan bahan lainnya yang terkandung di dalam bahan dari kontak dengan

oksigen (Ogur 2005).

2. Hidroxy Propyl Methycellulose (HPMC)

Hidroksipropil metilselulosa (HPMC) atau hipermelosa secara luas

digunakan sebagai bahan tambahan dalam formulasi sediaan farmasi oral, mata,

hidung, dan topical. selain itu, HPMC juga digunakan secara luas dalam kosmetik

dan prosuk makanan. kegunaan HPMC diantaranya sebgai zat peningkat

viskositas, zat pendispersi, zat pengemulsi, zat penstabil, zat pensuspensi,

sustained release agent, pengikat padasediaan tablet, dan zat pengental.

HPMC berbentuk serbuk granul atau serat berwarna putih atau putih krem.

HPMC larut dalam air dingin, membentuk larutan koloid kental, praktis tidak larut

dalam air panas, kloroform, etanol (95%), dan eter, tetapi larut dalam campuran

etanol dan diklorometana, dan campuran air dan alcohol. HPMC dikenal memilki

sifat sebagai pembentuk film yang baik, serta memiliki penerimaan yang sangat

baik. HPMC akan membentuk lapisan film transparan, kuat fdan fleksibel.

3. Gliserin

Gliserin merupakan caian jernih, tidak berwarna, tidak berbau, kental,

cairan higroskopis, memiliki rasa manis, kurang lebih 0,6 kali lebih manis dari

sukrosa. gliserin berfungsi sebagai emolien, humektan, plastisizer, solven,

sweetening agent dan agen tonisitas. gliserin terutama digunakan sebagai humekta
20

dan emolien pada konsentrasi ≤30% dalam formulasi sediaan topical dan

kosmetika. Gliserin dapat bercampur dengan air dan etanol, tidak larut dalam

kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap.

2.9 Ekstrasi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehinggga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut

cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan

kedalam golongan minyak atsiri, alkaloida, falvonoida dan lain-lain. Dengan

diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah

pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. Ekstrak adalah sediaan kering,

kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara

yang cocok.

Metode ekstraksi dapat dilakukan dengan beberapa cara:

1. Maserasi

Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia yang paling sederhana,

menggunakan pelarut yang cocok dengan beberapa kali pengadukan pada

temperatur ruangan (kamar). Maserasi digunakan untuk nenyari zat aktit

yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung stirak, benzoin

dan lain-lain. Maserasi pada umumnya dilakukan dengan cara merendam

10 bagian serbuk simplisia dalam 75 bagian cairan penyari (pelarut).

2. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi yang dilakukan dengan mengalirkan pelarut

melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prosesnya terdiri dari tahap
21

pengembangan dan perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan

ekstrak) secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang

jumlahnya 1-5 kali bahan.

3. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang relative konstan dengan

adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan pada residu

pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi

sempurna.

4. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga teijadi ekstraksi yang

berkelanjutan dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya

pendingin balik.

5. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar) yaitu secara

umum dilakukan pada temperatur 40-50°C.

6. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur pemanasan air

(bejana infus tercelup dalam air penangas air mendidih), temperatur

terukur (96-98°C) selama waktu tertentu (15-20 menit).


22

7. Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dengan temperatur titik

didih air.

8. Destilasi Uap

Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa menguap (minyak atsiri) dari bahan

(segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan

parsial. Senyawa menguap akan terikut dengan fase uap air dari ketel

secara kontinu dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran

(senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air

bersama senyawa kandungan yang memisah sempurna atau memisah

sebagian
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimental laboratorium

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laborotorium program studi DIII Farmasi

Institute Kesehatan Helvetia Medan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan Mei sampai Juli 2017.

3.3. Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah seledri yang di peroleh dari pasar sukaramai

kecamatan medan area kota medan. banyaknya sampel yang digunakan dala

penelitian ini adalah ekstra seledri yang terdiri dari variasi konsentrasi yang

berbeda-beda 5%, 10%, 15%, 20%.

3.3.1. Alat Dan Bahan

1. Alat

Alat alat penelitian yang digunakan antara lain yaitu pisau, rotavapor,

neraca listrik, pipet tetes, blender, spatula, tabung reaksi, ph meter, stamper, gelas

ukur, beraker gelas, cawan porselen, objek gelas dan wadah.

23
24

2. Bahan

Bahan-bahan penelitian yang digunakan antara lain yaitu: seledri,

aquadest,etanol 96%, polivinil alcohol, HPMC, gliserin.

3. Sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi berjumlah 5 orang

dengan criteria sebgai berikut:

1) wanita berbadan sehat

2) usia 18-45 tahun

3) tidak riwayat penyakit berhubungan dengan penyakit

4) sukarelawan orang terdekat dan sering berada disekitar pengujian,

sehingga lebih mudah diawasi dan diamati bila ada reaksi yang terjadi

pada kulit yang sedang diuji. sukarelawan diminta persetujuannya

secara tertulis untuk dijadikan panel pada uji iritasi.

3.4. Prosedur Kerja

3.4.1. Pengambilan Bahan Tumbuhan

Penggumpulan ssampel dilakukan secara purposive yaitu tanpa

membandingkan tumbuhan daerah yang satu dengan daerah lain. bahan tumbuhan

yang digunakan adalah seledri segar berwarna hijau yang diambil dari pust pasar

jalan sukaramai, kecamatan medan area, medan Sumatera utara.

3.4.2. Identifikasi Bahan Tumbuhan

Identifikasi seledri dilakukan di laboratorium institute kesehatan Helvetia

medan.
25

3.4.3. Pengeringan Bahan Tumbuhan

Seledri yang dibeli di pasar berupa herba dicuci bersih di bawah air

mengalir, ditiriskan, lalu, di timbang sebagai berat basah (8 kg). selanjutnya herba

seledri di keringkan dalam lemari pengering dengan temperature + 40ºC sampai

daun kering (ditandai bila digenggam rapuh). simplisia yang telah kering

diblender menjadi serbuk lalu dimasukkan ke dalam wadah plastik tertutup

kemudian serbuk ditimbang, diperoleh berat sebesar 799,6 gr (berat basah

berkurang 90,005%).

3.4.4. Pembuatan Ekstrak

Serbuk simplisia diekstrasi dengan cara maserasi dengan menggunakan

pelarut etanol 70% . menurut,caranya adalah sebagai berikut: sebanyak 700 9

serbuk simplisia dimasukkan ke dalam sebuah bejana, dituangi demngan 75

bagian etanol (5,25 liter), ditutup, dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya

sambil sering diaduk, diserkai, diperas. ampas diremaserasi lagi dengan 1,75 liter

etanol pada bejana tertutup, dibiarkan di tempat sejuk terlindung dari cahaya

selama ± 2 hari sambil sering diaduk,diserkai, diperas. filtrate digabungkan lalu di

biarkan selama 2 hari untuk proses dekander, kemudian dipekatkan dengan alat

rotary evaporator pada suhu 40 ºC sampai di peroleh ekstrak kental, kemudian

dikeringkan dengan freeze dryer.


26

3.5. Formula Sediaan Masker Gel

Sediaan masker gel akan dibuat sebanyak 50 g. dengan mengunakan

formula standart sebagai berikut:

R/ PVA 5

HPMC 0,5

Gliserin 6

TEA 1

Metil paraben 0,1

Propil Paraben 0,025

Aquadestilata add 50

Cara pembuatan:

1) Dalam cawan masukan polivinil Alkohol, lalu tambahan akuadest

secukupnya, kemudian dipanaskan diatas penangas air pada suhu 80ºC hingga

mengembangkan sempurna, kemudian diaduk (massa I).

2) Di cawan lainnya dikembangkan pula PHMC dalam aquadest dingin hingga

mengembangkan sempurna

3) Di cawan lainnya gliserin, metal paraben dan propel paraben dilarutkan dalam

aquadest panas ( massa2 )

4) Di dalam lumpang yang berisi massa I dimasukan massa 2, HPMC, serta TEA

secara berturut-turut dan diaduk hingga homogeny

5) Setelah itu ditambahkan yang ditelah dilarutkan dalam aquadest sedikit demi

sedikit, lalu diaduk hingga homogen.


27

Masker dibuat dalam 5 formula yang dibedakan oleh konsentrasi ekstra

etanol seledri. masing- asing masker gel mengandung ekstrak etanol seledri

dengan konsentrasi yang bervariasi yaitu 5%, 10%, 15% masing-masing sebanyak

50 g dalam komposisi basis yang sama.

3.6. Formulasi Sediaan Maskel Gel

3.6.1. Formulasi Sediaan Masker Gel Seledri

Konsentrasi
Komposisi FII FIII FIV FV
FI
5% 10% 15% 20%
Ekstra Herba Seledri - (2,5g) (5 g) (7,5 g) (10 g)
Basis Masker Gel Ad 50 Ad 50 Ad 50 Ad 50 Ad 100

Cara pembuatan:

1) Dalam lumpang yang bersih dan kering masukkan sedikit basis masker

gel dan digerus merata

2) Kemudian dimasukkan ekstrak herba seledri ke dalam lumpang, lalu

digerus kemudian tambahkan sedikit demi sedikit sisa basis masker gel,

gerus homogen.

3) Kemudian dimasukkan kedalam wadah yang sesuai lalu diberikan etiket

sesuai konsentrasi maskel gel.

3.6.2. Penentuan Mutu Fisik Sediaan Masker Gel

1. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas. sejumlah

tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang
28

cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogeny dan tidak terlihat

adanya butiran kasar.

2. Pengamatan Organoleptis

Pengamatan organoleptis meliputi bentuk, perubahan warna dan bau dari

sediaan maskel gel yang diamati secara visual.

3. Pengukuran PH

Pengukuran pHsediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter, pH

untuk sediaan topical yaitu 4 sampai 8. Dilakukan dengan cara

mencelupkan elektroda pH meter ke dalam setiap sediaan masker gel yang

sebelumnya telah dilarutkan aquadestilata. Setelah elektroda tercelup,

nyalakan pH meter kemudian didiamkan hingga layar pH meter

menunjukkan angka yang stabil.

4. Pengujian Waktu Sediaan Mengering

Pengujian waktu kering dilakukan dengan cara mengoleskan masker gel

herba seledri berbagai konsentrasi ke punggung tangan dan diamati waktu

yang diperlukan sediaan untuk mongering, yaitu waktudari saat mulai

dioleskannya masker gel hingga benar-benar terbentuk lapisan yang

kering. Kemudian waktu tersebut dibandingkan dengan waktu kering

produk invator yang beredar di pasaran yaitu sekitar 10-20 menit.

5. Pengujian Daya Sebar

Sebanyak 1 gram sediaan gel diletakkan dengan hati-hati di atas kaca

berukuran 20 x 20 cm. selanjutnya ditutupi dengan kaca lain dan digunakan


29

pemberat diatasnya hingga bobot mencapai 125 gram dan diukur diameternya

setelah 1 menit.

6. Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

Uji iritasi dilakukan dengan meletakkan sejumlah masker pada kulit

bagian belakang telinga 5 orang sukarelawan yang berbeda selama 15 menit dan

dilihat reaksi iritasi yang timbul. reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya

kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak pada kulit lengan bawah bagian dalam yang

diberi perlakuan. adanya kemerahan diberi tanda (+), gatal-gatal (++), bengkak

(+++) dan yang tidak menunjukkan reaksi apa-apa diberi tanda (-).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.6. Hasil Ekstraksi Serbuk Simplisia Herba Seledri Air

Hasil penyarian 450 g serbuk simplisia herba seledri dengan menggunakan

pelarut etanol 70% secara maserasi diperoleh ekstrak cair yang dipekatkan dengan

alat rotary evaporator sampai diperoleh ekstrak kental sebanyak 55 g

2.7. Hasil Evaluasi Sediaan Masker Gel Herba Seledri

2.7.1. pH Sediaan

Pada pemeriksaan pH Sediaan masker gel didapatkan pH berkisar antara

6,6-7,1. Semakin alkalis atau semakin asam bahan yang mengenai kulit, semakin

sulit kulit untuk menetralisirnya dan kulit dapat menjadi kering, pecah-pecah,

sensitive dan mudah terkena infeksi. Berdasarkan hasil uji pH, terlihat bahwa

sediaan tidk memenuhi persyaratan pH untuk sediaan topical 4 sampai 8

Tabel 4.1. Data pengukuran ph sediaan

No Formula pH
1 Blanko 7,1
2 Ekstrak seledri 5% 6.6
3 kstrak seledri 10% 6,7
4 Ekstrak seledri 15% 6,8
5 Ekstrak seledri 20% 6.9

Hasil pemeriksaan pH menunjukkan bahwa ekstrak seledri memiliki pH

bekisar 6,6-7,1 pH. Dari hasil uji pH tersebut masih berada dalam persyaratan pH

untuk sediaan topical yaitu 4 sampai 8. Dengan demikian formulasi tersebut dapat

digunakan untuk sediaan masker gel.

30
31

2.7.2. Uji Homogenitas

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Homogenitas Gel Seledri

Sediaan homogenitas
Basis gel homogen, tidak ada butiran kasar
Masker gel konsentrasi 5% homogen, tidak ada butiran kasar
Masker gel konsentrasi 10% homogen, tidak ada butiran kasar
Masker gel konsentrasi 15% homogen, tidak ada butiran kasar
Masker gel konsentrasi 20% homogen, tidak ada butiran kasar

Hasil pemeriksaan homogenitas terhadap sediaan masker gel ekstrak

etanol herba seledri menunjukkan bahwa semua sediaan tidak memperlihatkan

adanya butiran kasar pada saat sediaan dioleskan pada kaca transparan. Hal ini

menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki susunan yang homogen.

2.7.3. Pegamatan Organoleptis

Hasil pengamatan sediaan masker gel ekstrak etanol herba seledri secara

organoleptis dilakukan dengan melihat perubahan warna,aroma dan bentuk

sediaan.

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Organoleptis Dapat Dilihat

No. Formula Bau Warna


1. F. l bau khas jeruk bening
2. F,ll bau khas jeruk kuning
3. F.lll bau khas jeruk kuning
4. F.lV bau khas jeruk kuning kecoklatan
5. F.V bau khas jeruk kuning kecoklatan

Keterangan: FI : Basis masker gel

FII : masker gel ektrak etanol herba seledri 5%

FIII : masker gel ekstrak etanol herba seledri 10%

FIV : masker gel ekstrak etanol herba seledri 15%

FV : masker gel ekstrak etanol herba seledri 20%


32

Basis masker gel tanpa penambahan ekstrak etanol herba seledri berwarna

putih, sedangkan dengan penambahan ekstrak menghasilkan sediaan masker gel

berwarna kuning hingga kuning kecoklatan. Intensitas warna dan kekentalan

sediaan masker gel bertambah dengan mningkatnya kensentrasi ekstrak yang

ditambahkan dan aroma ekstrak pada sediaan juga semakin kuat.

2.7.4. Pengujian Waktu Sediaan Mengering

Pengujian waktu sediaan mengering dapat dilakukan dengan cara

mengolesi sediaan ke kulit hingga benar-benar terbentuk lapisan yang kering.

Sediaan masker gel memiliki waktu mongering bekisar 11-20 menit

Formula waktu kering (menit)


F.I 25
FII 21
FIII 17
FIV 13
FV 11

Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa waktu kering dari semua

formula masih berada pada rentang waktu kering dari produk masker gel yang

beredar dipasaran yaitu antara 10-20 menit. Hasil yang diperoleh menunjukkan

bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak semakin cepat waktu pengeringannya.

Hal ini dikarenakan bertambahnya kekentalan sediaan dan konsentrasi air semakin

kecil sehingga waktu penguapan sedian semakin cepat.

2.7.5. Pengujian Daya Sebar

Pengujian daya sebar memiliki tujuan untuk melihat kemampuan

meyebarnya gel pada permukaan kulit dimana diharapkan gel dapat menyebar

dengan mudah di permukaan kulit yang dioleskan. Daya sebar gel yang baik yaitu
33

antara 5-7cm. hasil uji daya sebar sediaan masker gel ekstrak etanol herba seledri

menunjukkan masker gel memiliki daya sebar

Tabel 4.4 Hasil Uji Daya Sebar

Formula Diameter Daya Sebar Sediaan


F.I 7, 5 cm
F.II 7 cm
F.III 6,8 cm
F.IV 6 cm
F.V 5,8 cm

Dari hasil uji daya sebar dapat diketahui bahwa dengan penambahan

ekstrak seledri didapatkan daya sebar yang baik dan semakin tinggi konsentrasi

ekstrak, daya sebar semakin kecil. Hal ini dikarenakan penambahan ekstrak

menambah kekentalan dari sediaan masker gel sehingga nilai daya sebar semakin

kecil.

2.7.6. Pengujian Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

Uji iritasi dilakukan dngan mengoleskan sejumlah masker gel pada kulit

bagian belakan teling 5 orang sukarelawan yang berbeda selama 15 menit dan

melihat reaksi iritasi yang timbul. Uji iritasi pada 5 sukarelawan menunjukkan

kelima masker tidak menimbulkan tanda-tanda iritasi seperti timbulnya

kemerahan,gatal-gatal dan kulit menjadi kasar.

Tabel 4.5 Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

Hasil Uji Iritasi


Formula
I II III IV
I _ _ _ _
II _ _ _ _
III _ _ _ _
IV _ _ _ _
V _ _ _ _
34

keterangan:

1. kemeahan : (+)

2. gatal-gatal : (++)

3. bengkak : (+++)

4. tidak ada reaksi iritasi : (-)

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat hasil uji iritasi menunjukkan bahwa

Hasil pemeriksaan uji iritasi menunjukkan bahwa sediaan gel tidak

memperlihatkan adanya iritasi pada saat sediaan dioleskan pada telinga

sukarelawan . Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki hasil

yang baik.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil penelitian pembuatan sediaan Masker gel dengan tambahan seledri

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak seledri maka kekentalan masker gel

seledri semakin besar

2. Seledri dapat diformulasikan sebagai masker gel antioksidan ekstrak etanol

herba seledri (apium graveolens)

5.2. Saran

Para peneliti dapat menjadikan penelitian ini sebagai dasar untuk

menciptakan masker wajah yang lebih efektif dan efisien

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Http://Kbbi.Web.Id/Makna
2. Sudarsono, Pudjoanto, A., Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I. A.,
Drajad, M., Wibowo, S., Dan Ngatidjan, 1996, Tumbuhan Obat, Hasil
Penelitian, Sifat-Sifat Dan Penggunaan, 44-52, Pusat Penelitian Obat
Tradisional, UGM, Yogyakarta.
3. Ade Arinia Rasyad, Ernny Zumariny,. Ni Wayan Lisa Suanti,2016,Formulasi
Dan Uji Aktivitas Anti Bakteri Maskr Peel Off22-24, Jurnal Prosiding
Semirata Bidang Farmasi,BKS-PTN Barat,Palembang
4. Nutrisia Aquariushinta Sayuti,2015,Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik Gel
Daun Ketepeng China, 24-28, Jurnal Kefarmasian Indonesia
5. Panjaitan, M., Alimuddin, A., Adhitiyawarman. Skrining Fitokimia Dan Uji
Aktivitas Antioksidan Ektrak Metanol Kulit Batang Ceria (Baccaurea
Hookeri). JKK 2014; 3(1): 17-21;2014.
6. Draelos, Z. D.,Dan Thaman L, A. Cosmetic Formulation Of Skin Care
Product. New York: Taylor And Francis Group;2006
7. Ginting,C.P.Formulasi Sediaan Masker Gel Antioksidan Dari Ekstrak Etanol
Daun Pepaya (Caria Papaya L.) (Skripsi). Medan: Universitas Sumatra Utara;
2015
8. Rizki, F. The Miracle Of Vegetables. Jakarta: Agromedia Pustaka; 2013
9. Wasitaatmadja, S. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas
Indonesia
10. Santoso, D., Gunawan, D. Ruman Trdisional Untuk Penyakit Kulit Penebar
Swadaya;2001
11. Khaira, K. Menangkal Radikal Bebas Dengan Anti-Oksidan, Jurnal Saintek
2010;2(2):183-187;2010.
12. Rohmatussolihat, Antioksidan, Pnyelamat Sel-Sel Tubuh Manusia.Biotrends
2009;4 (1): 5-9; 2009
13. Kuncahyo, L. Sunardi. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Belimbing Wuluh
(Averrhoa Bilimbi, L.) Terhadap 1.1-Diphenyl-2-Pierylhidrazyl (DPPH) SNT
Nov 2007: 1978-9777:2007
14. Astuti, S. Isoflavon Kedelai Dan Potensinya Sebagai Penangkap Radikal
Bebas. Jurnal Teknologi Industry Dan Hasil Pertanian Sept 2008; 13(2) 126-
136:2008
15. Rohman, A., Riyanto S., Hidayai, N, Aktivitas Antioksidan, Kandungan
Fenikol Total,Dan Flavonoid Total Daun Mengkudu 2007;27(4):147-151
16. Syarifah, R., Mulyati. D., Gadri, A. Formulasi Sediaan Masker Gel Peel Off
Ekstrak Daun Papaya (Carica Papaya) Sebagai Anti Jerawat Dan Uji
Aktivitasnya Terhadap Bakteri Prpionibacterium Acnes. Prosiding Penelitian
Spesia Unisba 2015;ISSN:2460-6472; 2015.
17. Aghnia, Y., Gadri, A.,Mulyanti, D. Formulasi Masker Gel Peel Off Lender
Bekicot (Acchatina Sulica) Dengan Variasi Konsentrasi Bahan Pembentuk
Gel Prosidding Penelitian Spesia Unisba 2015;ISSN: 2460-6472; 2015

36
37

18. Rowe, R. C., Paul, J, S.,Marian, E. Q Handbook Of Pharmaceutical Excipient


Sixth Edition London : Pharmaceutical Press; 2009
19. Ditjen POM. Farmakope Indonesia. Edisi Lv. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia;1995.
20. Ditjen POM. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan RI;2000
38

Lampiran 1 Bahan Dan Alat Pembuatan Ekstrak Seledri

Gambar Seledri

Gambar Proses Pengeringan Seledri


39

Gambar Perendaman Seledri dengan Alkohol

Gambar Ektrak Seledri


40

Lampiran 2 Bahan dan Alat Pembuatan Sediaan Masker Gel Seledri

Gambar Bahan Pembuatan Sediaan Maker Gel Seledri

Gambar Alat Untuk Pembuat Sediaan Masker Gel Seledri


41

Gambar Alat dan tempat Untuk Pembuat Sediaan Masker Gel Seledri
42

Lampiran 3. Pengujian Sediaan Masker Gel Seledri

Gambar Uji pH
43

0% 15%
5% 10%

Gambar Uji Homogenitas

Gambar Uji Daya Sebar


44

Gambar Uji Iritasi


45

Lampiran 4. Lembar Pengajuan Judul KTI


46

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian


47

Lampiran 6. Lembar Bimbingan KTI

You might also like