Professional Documents
Culture Documents
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulisan laporan kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Requirement Kepaniteraan Klinik Bagian Penyakit Mulut
pada Pendidikan Profesi Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah
Kuala. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada drg. Sri Rezeki, Sp.PM selaku dosen
pembimbing penulis yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan kasus ini. Akhir kata penulis
ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya
laporan kasus ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga laporan kasus
ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
LAPORAN KASUS
Nama Pasien : RO
Tanggal Pemeriksaan : 11 Maret 2016
Usia : 21 tahun 3 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
1.2. Anamnesa
Pasien datang dengan keluhan adanya sariawan pada bagian dalam bibir
bawah kiri. pasien mengaku sariawan muncul sejak 5 hari yang lalu berjumlah
satu berwarna putih kekuningan dikelilingi daerah berwarna kemerahan. menurut
pasien sariawan tersebut berukuran agak besar, sakit dan mengganggu saat makan
bahkan saat berbicara. pasien mengaku sedang tidak deman, tidak ada gejala gatal
dan sensasi terbakar. pasien mengaku belum mengobati sariawan tersebut. dua
hari yang lalu pasien mengatakan pernah terkena ujung kepala sikat gigi beberapa
kali, awalnya menyebabkan luka kecil kemerahan kemudian timbullah sariawan.
pasien mengaku tidak terlalu sering terbentur sikat gigi namun pernah terbentur di
bagian lain seperti di pipi bagian dalamdan bibir. pasien juga mengaku biasanya
tidak menyikat gigi terlalu keras namun terkadang menyikat terburu-buru. pasien
menyikat gigi dengan teknik kombinasi pasien mengaku tidak pernah menggigit
pipi. pasien mengatakan sariawan tersebut terasa sangat sakit ketika ia minum
minuman asam dan bersoda, makan makanan pedas dan panas. pasien mengaku
tidak sedang menstruasi, tidak stres, tidak tergigit saat makan, tidak terkena
radiasi, tidak alergi makanan namun alergi terhadap suhu dingi. pasien tidak
1
mengetahui apakah anggota keluarganya pernah mengalami sariawan. pasien
menagaku sering mengkonsumsi daging, sayuran, buah-buahan, kacang dan telur.
pasien menggunakan pasta gigi pepsodent, sikat gigi 2 kali sehari pagi sebelum
sarapan dan malam sebelum tidur, rutin menyikat lidah dan jarang menggunakan
obat kumur. pasien sedang tidak dalam program diet dan tidak sakit kepala. pasien
mengatakan dalam 1 tahun ini belum pernah sariawan namun beberapa tahun yang
lalu pasien mengaku pernah terbentur sikat gigi di bagian dalam pipi, sangat sakit
dan menyebabkan susah mengunyah makanan tidak diobati dan senbuh sendiri.
pasien menagaku sariawan seperti ini hanya terjadi di rongga mulut dan ia juga
mengataka saat kecil tidak pernah megalami sariawan dalam jumlah banyak, tidak
pernah merasa gatal,geli, rasa terbakar maupun lepuhan di bagian sariawan
tersebut. pasien pernah ke dokter gigi pada tahun 2013 untuk menambal gigi
geraham pertama kanan bwah. tidak ada keluhan setelah perwatan tersebut dan
pernah membersihkan karang gigi pada tahun 2015 serta tidak ada keluhan setelah
itu.
pasien mengaku tidak pernah nyeri dada atau jantung berdebar, tidak pernah
gatal-gatal/ memerah ditubuh setalh minum obat. pasien mengaku tidak ada
penyakit diabetes, namun ayahnya memiliki penyakit diabetes, pasien tidak
pernah di rawat di Rumah Sakit dan tidak sedang dalam pengobatn dokter. pasien
anak ke 1 dari 2 bersaudara. pasien seorang mahasiswi koas RSGM unsyiah
belum menikah tinggal bersama teman di rumah kos yang tidak jauh dari Rumah
Sakit dan Puskesmas. pasien memiliki akses untuk berobat dan memiliki ASKES.
2
Penyakit Kelainan : Diakui / Disangkal
Atopi (Asma, eksim, alergi) : Diakui / Disangkal
Alergi (Makanan, obat, logam) :Diakui (suhu dingin)
Hamil : Diakui / Disangkal
Kontrasepsi : Diakui / Disangkal
Lain-lain : Diakui / Disangkal
3
kekunigan dikelilingi halo erityhema di
mukosa labial kiri dekat gigi 33 berbatas
jelas berjumlah satu
c. Palatum Durum : Torus palatinus : +/ -
TAK
d. Palatum Molle : TAK
e. Lidah : Warna Coating : -
Dorsum : TAK
Ventral : TAK
f. Dasar Mulut : TAK
g. Gingiva : Gingiva udem dan hiperemi di regio 1
(16,11), regio 2 (21,26), regio 3 (31,32),
regio 4 (41,42,46), resesi gingiva 32 & 44
OHIS = IP + IK = 0,39 + 1,2 = 1,59(sedang)
h. Saliva : TAK Halitosis : +/ -
i. Lain-lain : 17,26,27,37,36,47 = Karies D3
23, 44 = Resesi gingiva
46 = Tambalan oklusal RK
361 = Distolabiotorsiversi
13,23,33,43 = Atrisi
4
Gambar 1.2: Linea alba pada mukosa bukal kanan
5
3. 17, 26, 27, 36, 37, 47 = karies email (D3)
4. Terdapat plak berbentuk garis berwarna putih berbatas jelas di sepanjang
bidang oklusal kanan kiri berukuran 30 x 1mm masing-masing berjumlah
satu.
1.9. Diagnosis
1. Diagnosa Kerja: Traumatic ulcer akut mukosa labial kiri bawah dekat gigi
33 et caisa trauma terbentur ujung kepala sikat gigi.
Diagnosa Banding: SAR minor, Behcet’s syndrome, Lesi sekunder herpes
2. RA & RB : Gingivitis kronis generalisata
3. 17, 26, 27, 36, 37, 47 : karies email (D3)
4. Diagnosa kerja: linea alba di mukosa bukal kiri dan kanan
Diagnosa Banding: morsicatio biccarum, frictional keratosis dan
leukoplakia homogenous
6
- pemakaian ‘kenalog’ sebagai berikut : terlebih dahulu bersihkan sariawan
dengan kassa basah lalu lanjutkan dengan kassa kering. Oleskan kenalog
selapis tipis pada sariawan dengan cutton bud, tidak boleh berkontak dengan
saliva selama 30 menit.
3. Kontrol 1 minggu kemudian tanggal 18 Maret 2016
4. No. Lokasi Diagnosis Tindakan
1. RA dan RB Gingivitis kronis Pro scalling
generalisata
2. 17, 26, 27, 36, 37, Karies Email (D3) Pro ekso
47
A. Anamnesis
Pasien datang ingin mengontrol sariawan namun terlambat 3 hari dari
waktu yang telah ditentukan. Pasien mengaku sudah tidak merasa sakit lagi
semenjak 6 hari yang lalu. berdasarkan hasil pemeriksaan terlihat traumatic ulcer
healing dan meninggalkan daerah eritema. Pasien mengaku menggunakan obat
oles namun tidak rutin karena terkadang pasien lupa. pasien mengaku banyak
mengkonsumsi buah-buahan, sayur-sayuran dan air putihyang cukup.
B. Temuan Klinis
1. Mukosa labial kiri bawah : traumatic ulcer healing
2. Terdapat debris, plak & kalulus di RA dan RB
3. 17, 26, 27, 36, 37, 47 = karies email (D3)
4. Terdapat plak berbentuk garis berwarna putih berbatas jelas di
sepanjang bidang oklusal kanan kiri berukuran 30 x 1mm masing-
masing berjumlah satu.
C. Rencana Perawatan
1. K.i.e
7
a. Komunikasikan kepada pasien bahwa sariawan pada bagian
dalam bibir bawah kiri sedang dalam proses penyembuhan.
b. Informasikan kepada pasien untuk tetap mengoleskan ‘kenalog’.
c. Beritahu pasien untuk tetap menjaga kesehatan dan kebersihan
gigi dan mulut, konsumsi buah-buahan, sayur-sayuran dan
minum air putih yang banyak.
d. Beritahu pasien untuk kembali kontrol seminggu kemudian.
e. No. Lokasi Diagnosis Tindakan
3. RA dan RB Gingivitis kronis Pro
generalisata scalling
4. 17, 26, 27, 36, Karies Email (D3) Pro ekso
37, 47
E. Temuan Klinis
8
5. Mukosa labial kiri bawah : traumatic ulcer healing
6. Terdapat debris, plak & kalulus di RA dan RB
7. 17, 26, 27, 36, 37, 47 = karies email (D3)
8. Terdapat plak berbentuk garis berwarna putih berbatas jelas di
sepanjang bidang oklusal kanan kiri berukuran 30 x 1mm masing-
masing berjumlah satu.
F. Rencana Perawatan
2. K.i.e
a. Komunikasikan kepada pasien bahwa sariawan pada bagian
dalam bibir bawah kiri sudah sembuh.
b. Informasikan kepada pasien untuk menghentikan pemakaian
obat ‘kenalog’.
c. Beritahu pasien untuk tetap menjaga kesehatan dan kebersihan
gigi dan mulut, konsumsi buah-buahan, sayur-sayuran dan
minum air putih yang banyak.
d. No. Lokasi Diagnosis Tindakan
5. RA dan RB Gingivitis kronis Pro
generalisata scalling
6. 17, 26, 27, 36, Karies Email (D3) Pro ekso
37, 47
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Etiologi
Ulser merupakan lesi yang sering terjadi pada jaringan lunak oral.
Sebagian besar disebabkan oleh trauma mekanis, dan penyebab-efek biasanya
berhubungan dengan jelas. Biasanya trauma sering terjadi pada regio yang sering
terkena gigi seperti bibir bawah, lidah dan mukosa bukal. Traumatik ulser pada
bagian anterior lidah terjadi pada anak-anak yang baru lahir yang dikenal dengan
istilah riga fede disease. Protesa, paling umum adalah gigi tiruan penuh, sering
terkait dengan traumatik ulser, yang mungkin terjadi berupa lesi akut atau kronis.
Pada kasus yang tidak biasa, lesi dapat terinduksi dengan sendirinya karena
kebiasaan yang abnormal, dan juga dari masalah psikologis.3,4,5
Traumatik ulser juga dapat disebabkan oleh faktor iatrogenik. Ulser
biasanya terjadi pada saat mengangkat cotton roll, tekanan negatif saliva ejector,
atau trauma yang terjadi pada saat penggunaan instrumen yang bergerak yang
tidak bisa dicegah. Ulser juga dapat disebabkan oleh faktor kimia. Biasanya
karena tingkat keasaman dan alkalinitas atau karena kemampuan bahan kimia
sebagai iritan lokal atau kontak allergen. Hal ini dapat diinduksi sendiri oleh
pasien atau iatrogenik. Aspirin burn masih sering terjadi, meskipun sudah jarang
dibandingkan dengan pada waktu yang sudah lama. Ketika asetilsalisit diletakkan
secara tidak tepat di mukosa oleh pasien untuk menghilangkan sakit gigi, akan
terjadi mucosal burn atau nekrosis koagulatif.3,4,5
Medikamen khususnya yang mengandung fenol juga dapat menyebabkan
ulser iatrogenik. Bahan etsa juga berhubungan dengan mukosa burn. Prosedur
10
endodontik dan bleaching vital yang menggunakan agen oksidasi seperti hydrogen
peroksida 30% juga dapat menyebabkan mukosa burn. Penyebab karena panas
juga sering terjadi. Pizza burn, disebabkan oleh keju yang panas, terjadi pada
palatum. Panas dari iatrogenik terjadi setelah penggunaan bahan material seperti
wax, hidrokoloid atau dental compound.3,4,5
Ulserasi juga terlihat pada terapi radiasi kanker kepala dan leher. Pada
kasus keganasan, khususnya karsinoma sel skuamous, yang membutuhkan dosis
yang lebih besar dengan dosis 60-70 Gy, ulser biasanya terlihat pada jaringan
yang berada pada ujung kon.3,4,5
Gambar 2.1. Riga-Fede disease , traumatik ulser pada anterior ventral lidah bayi3
11
Gambar 2.2 Traumatik Ulser kronis pada mukosa bukal kiri posterior3
2.1.4. Histopatologi
Ulser akut menunjukkan hilangnya epitel permukaan yang digantikan oleh
jaringan fibrin yang mengandung terutama neutrofil. Dasar ulser mengalami
dilatasi kapiler danakan terdapat jaringan granulasi seiring berjalannya waktu.
Regenerasi epitel dimulai pada margin ulser dengan sel-sel berkembang biak
bergerak di atas dasar jaringan granulasi dan bawah bekuan fibrin.4
Ulser kronis memiliki dasar jaringan granulasi dengan bekas luka yang
ditemukan lebih dalam jaringan.Infiltrasi sel inflammatori campuran dapat
terlihat.Regenerasi epitel tidak terjadi karena trauma yang terus menerus atau
faktor jaringan lokal yang tidak menguntungkan. Dalam trauma granuloma,
cedera jaringan dan peradangan meluas ke otot rangka yg terletak di
bawahnya.Karakteristik infiltrasi makrofag dengan eosinofil dapat mendominasi
gambaran histologis.Istilah granuloma yang digunakan di sini mencerminkan
jumlah besar dari makrofag yang mendominasi menyusup tapi ini bukan
granuloma khas seperti yang terlihat dalam proses infeksi seperti tuberculosis.4
12
Gambar 2.3 Ulser kronis menunjukan fibrin menutupi dasar jaringan
granulasi inflamasi4
13
Traumatic ulcer adalah, Stomatitis aphthous recurrent (SAR) tipe minor Behcet’s
4
syndrome dan Lesi sekeunder herpes
14
d. Infeksi
Diduga SAR terjadi akibat sensitivitas terhadap bakteri Streptococcus
sanguis, namun teori ini belum diterima walaupun reaksi silang antara rongga
mulut dengan mikroba bisa saja terjadi.4
e. Defisiensi imun
Defisiensi imun kadang dapat menjadi penyebab timbulnya SAR.1 Terdapat
bukti yang kuat bahwa SAR berhubungan dengan disfungsi imun fokal yaitu
peran limfosit T walaupun pemicu awalnya masih tidak diketahui, baik itu
endogen (antigen autoimun) atau exogenus (antigen hiper-imun).4
f. Penyakit gastrointestinal
SAR pada gastrointestinal sebelumnya dikenal dengan nama “dispepticulser”
yang berkaitan dengan defisien sivitamin B12 ataufolat yang mempengaruhi
malabsorbsi.5
g. Defisiensi hematologis
Sebesar lebih dari 20% pasien SAR dilaporkan mengalami defisiensi B12,
asam folat dan zat besi.5 defisiensi zat besi biasanya akibat perdarahan kronik
seperti pada gastrointestinal. Defisiensi asam folat dan B terutama B12 mungkin
akibat pengaturan diet, malabsorbsi atau pengaruh obat-obatan.1 defisiensi B12,
asam folat maupun zat besi juga dapat menurunkan ketebalan permukaan mukosa
rongga mulut.3
h. Faktor hormonal
SAR dikaitkan dengan beberapa wanita yang mengalami peningkatan stress
pada tahap luteal saat menstruasi, namun tidak ada bukti kuat bahwa perawatan
hormone dapat efektif.5
i. Stress
Stress diduga ada kaitannya dengan sistem imun dan berhubungan langsung
dengan terbentuknya SAR pada beberapa orang. Penelitian pada siswa
menunjukkan bahwa SAR muncul setiap saat mereka sedang memiliki beban
pikiran saat memulai tahun ajaran.3
j. Infeksi HIV
Stomatitis aphthous dikenali sebagai tampilan dari infeksi HIV. Frekuensi
dant ingkat keparahan bergantung kepada defisiens iimun yang terjadi.5
15
k. Alergi terhadap makanan
Jenis makanan yang diduga menyebabkan eksaserbasi SAR adalah tomat,
strawberi, kacang-kacangan, susu sapi, gluten, gandum pengawet pewarna
makanan, kopi, cokelat.3
l. Deterjen (Sodium Lauryl Sulfate)
Beberapa produk yang mengandung deterjen seperti pasta gigi yang
mengandung Sodium Lauryl Sulfate dan produk-produk lainnya dapat memicu
SAR.3
2. Gambaran klinis
Terdapat 3 bentuk lesi ulserasi yaitu: SAR minor (Mikulicz’s aphthae),
SAR mayor (Sutton’s disease atau periadenitis mucos anecrotica recurrens
[PMNR]), dan SAR herpetiform. Semua jenis ini merupakan bagian dari aphtosa
ulser dan memiliki etiologi yang sama. Perbedaannya adalah terletak pada derajat
keparahannya.3,4
a. Stomatitis Apthous Recurrent Minor
SAR minor biasanya muncul pada umur 10-40 tahun dan sering terasa
sakit. Ukuran SAR minor biasanya kecil dengan diameter ulser sebesar 2-4 mm
dengan bentuk bulat atau oval. Dasar ulser awalnya berwarna kekuningan namun
terlihat keabuan saat mulai mengalami peyembuhan. Lesi biasanya ditemukan
pada mukosa non-keratin yang bergerak seperti pada bibir, pipi, dasar mulut atau
ventral lidah. Ulser yang muncul biasanya beberapa buah bisa 1-6 ulser dan dapat
sembuh dalam 7-10 hari dengan interval rekurensi setiap 1-4 bulan.4,7
16
b. Stomatitis Apthous Recurrent Mayor
SAR mayor berbentuk bulat atau oval dengan ukuran yang lebar yaitu
sekitar lebih dari 1 cm. Biasanya SAR mayor ditemukan pada semua lokasi pada
rongga mulut termasuk dorsal lidah atau palatum dan dapat muncul 1-6 ulser
dalam satu waktu. Penyembuhan SAR mayor berlangsung lambat lebih dari 10-40
hari disertai scar dan sangat sering rekuren.7
17
Biopsi biasanya tidak diperlukan karena tampilan klinis SAR terlihat jelas.
Pada gambaran histopatologi tidak terlihat tampilan mikroskopik yang spesifik
dan tidak ada predominan dari limfosit CD4.4 pada tahap awal, terlihat adanya
zona tengah ulserasi yang ditutupi membran fibrinopurulent. Pada area yang lebih
dalam terdapat jaringat ikat dengan peningkatan vaskularisasi dan sel-sel
inflamasi.3Makrofag dan sel mast banyak ditemukan pada SAR.4
18
Penyebab kondisi ini awalnya tidak diketahui, meskipun mekanisme
penyakit ini merupakan disfungsi imun berupa gambaran vaskulitis.Sindrom
Behcet mengalami faktor predisposisi genetik, khususnya frekuensi adanya
antigen human leukosit HIA-B51. Beberapa faktor lain juga diduga adanya
keterlibatan virus.1,2,4
3. Gambaran Klinis.
- Lesi sindrom ini mengenai rongga mulut, mata dan genital.
- Regio lain atau sistem organ jarang terlibat.
- Arthritis rekuren pada lengan, kaki, dan lutut dapat saling
berhubungan.
- Manifestasi pada kardiovaskular merupakan hasil dari vaskulitis dan
thrombosis
- Eritema pustular seperti nodosum pada kulit juga ada.
- Manifestasi oral tampak adanya ulser yang menyerupai SAR. Ulser
biasanya seperti bentuk SAR minor.
- Perubahan ocular ditemukan pada sebagian pasien dengan sindrom
Behcet. Uveitis, konjungtivitis, dan retinitis terjadi pada proses
inflamasi yang lebih sering terjadi.
- Lesi genital berupa lesi ulser dan menyebabkan sakit dan
ketidaknyamanan.
- Nyeri pada ulser dapat terjadi di sekeliling anus. Inflamasi usus dan
gangguan neurologis juga terjadi pada beberapa pasien. 1,2,4
19
Gambar 2.9: Lesi kulit Behcet’s syndrome3
4. Histopatologi.
Limfosit T lebih menonjol pada lesi ulser sindrom Behcet.Namun,
infiltrasi neutrophil tampak di dalam dinding pembuluh darah (vaskulitis).
Dukungan imunopatologis juga berperan mendukung target vaskular pada kondisi
ini yang berasal dari immunoglobulin dan komplemen pada dinding pembuluh
darah.1,2,4
20
2. Faktor Predisposisi dan Patogenesis
Lesi sekunder herpes disebabkan oleh virus herpes simplex tipe 1 yang
mengalami reaktivasi virus yang menetap pada ganglion trigeminus setelah infeksi
primer. Reaktivasi dapat diakibatkan oleh: cahaya matahari, demam, trauma, stres,
immunosupresi dan menstruasi.3,4,7
Virus HSV-1 laten pada trigeminal ganglion setelah infeksi primer.
Selama fase laten, virus tidak diproduksi, tidak ada antigen yang di hasilkan serta
tidak adanya respon sel limfosit T. Virus dapat mengalami reaktivasi dan
dilepaskan ke saliva. Reaktivasi vitus dapat ke area lain, dari N. Trigeminus ke
permukaan epitel kemudian replikasi virus dan erupsi fokal vesicoulceratif. Lesi
ini limited tidak meluas hanya di bibir atau ulserasi intra oral.3,7
3. Gambaran klinis
Sebagian besar lesi sekunder erupsi di vermilion bibir dan kulit
sekitarnya yaitu herpes labialis. Sedangkan rekurensi intra oral biasanya terbatas
hanya pada palatum keras dan gingiva.7
1. Recurrent herpes labialis
Lesi pada bibir di mucocutaneous junction, lesi dapat diawali dengan
gejala prodormal berupa rasa sakit, terbakar, gatal atau geli dan dimulai dari
papula kemudian menjadi vesikel kemudian ulser menjadi krusta dan dapat
sembuh tanpa scar. Lesi yang lebih buruk dapat terjadi pada pasien
immunocompromised pada mukosa keratin dari palatum keras, attached gingiva
dan dorsum lidah.3,7
21
Gambar 3.1. Herpes Labialis3
2. Reccurent intra oral herpes
Pada pasien sehat dapat berupa adanya ulser kecil disekitar foramen
palatinus mayus, dapat juga terjadi di mukosa berkeratin lesi dimulai dari vesikel
1-3 mm kemudian colapse menjadi cluster erythematous yang dapat membesar
kemudian healing dalam 7-10 hari. Sedangkan pada pasien immunocompromised
ulser biasanya kronik (dendritik) biasanya pada dorsum lidah.3,7
4. Renacan perawatan
Perawatan inisial dapat dimulai dengan menurunkan resiko terhadap
faktor pemicu (trigger) dapat diberikan sunscreen pada bibir. Apabila sudah
muncul lesi dapat diberikan topical acyclovir (5% acyclovir, 3% penciclovir
cream, topical n-docosanol diaplikasikan 5 kali sehari ketika gejala awal muncul)
22
kemudian dapat juga diberikan sistemik acyclovir (valacyclovir, famciclovir) 500-
1000 mg 3 kali sehari.3,4,7
23
BAB III
PEMBAHASAN
24
Traumatik ulser merupakan cedera akut dan kronis dari mukosa mulut
yang sering ditemukan.Ulser secara sederhana didefinisikan sebagai kehilangan
epitel. Cedera dapat hasil dari kerusakan mekanis seperti kontak dengan bahan
makanan tajam atau tergigit saat pengunyahan bahkan saat menyikat gigi.
Kerusakan juga bisa terjadi akibat luka bakar thermal, listrik, atau bahan kimia.
Perawatan pasien yaitu pemakaian obat kortikosteroid yaitu triamcinolone
acetonide 0,1% dengan merk dagang ‘Kenalog’. Obat dioleskan dua kali sehari
pada lesi yang sudah dibersihkan dengan kassa. Komunikasikan kepada pasien
bahwa luka tersebut dapat sembuh dengan sendirinya namun jika diberikan obat
akan lebih cepat sembuh. Instruksikan bahwa luka tersebut timbul disebabkan
terlalu kuat pada saat menggosok gigi oleh karena itu pasien harus hati-hati pada
saat menyikat gigi. Edukasikan pada pasien untuk menjaga kebersihan gigi dan
mulut.
25
BAB IV
KESIMPULAN
26
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Neville, Brad. Et al. Color Atlas of Clinical Oral Pathology Ed 2nd UK: BC
Decker. 2003
2. Cawson, R.A, dkk. Cawson Esensial of Oral Phatology and Oral Medicine
(8nd Ed). St. Louis: Chuurchill Livingstone Elsevier. 2008
3. Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouquot JE. Oral and Maxillofacial
Pathology Second Edition. Philadelphia: WB Saunders Company. 2002
4. Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RCK. Oral Pathology Clinical Pathologic
Correlations Fourth Edition. USA: Saunders. 2003
5. Gandolfo, Scully, Carrozzo. Oral Medicine. London: Churchill Livingstone.
2002.
6. Langlais RP, Miller CS. Color Atlas of Common Oral Disease 2nd Ed.
Canada
7. Scully C. Oral and Maxillofacial Medicine. The Basis of Diagnosis and
Treatment. London: Elsevier Limited; 2004.
8. Greenberg M. S., Glick M., Ship J. A. Burket’s Oral Medicine. 11st Ed.
Hamilton: BC daker Inc:2008.
27