You are on page 1of 30

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulisan laporan kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Requirement Kepaniteraan Klinik Bagian Penyakit Mulut
pada Pendidikan Profesi Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah
Kuala. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada drg. Sri Rezeki, Sp.PM selaku dosen
pembimbing penulis yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan kasus ini. Akhir kata penulis
ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya
laporan kasus ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga laporan kasus
ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Banda Aceh, Agustus 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I LAPORAN KASUS ............................................................................ 1


1.1. Status Umum Pasien ................................................................. 1
1.2. Anamnesa ................................................................................. 1
1.3. Riwayat Penyakit Sistemik ....................................................... 2
1.4. Kebiasaan Buruk ...................................................................... 3
1.5. Pemeriksaan Ekstra Oral .......................................................... 3
1.6. Pemeriksaan Intra Oral ............................................................. 3
1.7. Pemeriksaan Penunjang ............................................................ 5
1.8. Masalah Klinis .......................................................................... 5
1.9. Diagnonis .................................................................................. 6
1.10 Rencana Perawatan ................................................................... 6
1.11 Status Pasien Kontrol I ............................................................. 7
1.12 Status Pasien Kontrol II ............................................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 10


2.1. Traumatic Ulcer ........................................................................ 10
2.1.1. Definisi ......................................................................... 10
2.1.2. Etiologi ......................................................................... 10
2.1.3. Gambaran klinis ............................................................ 11
2.1.4. Histopatologi................................................................. 12
2.1.5. Diagnosis ...................................................................... 13
2.1.6. Diagnosis Banding ....................................................... 13
2.1.7. Perawatan ...................................................................... 25

BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 24


BAB IV KESIMPULAN ................................................................................ 26
BAB V DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 27

ii
BAB 1
LAPORAN KASUS

1.1. STATUS ILMU PENYAKIT MULUT


Operator : Siti Afrida
Nim : 1613101020003

Nama Pasien : RO
Tanggal Pemeriksaan : 11 Maret 2016
Usia : 21 tahun 3 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa

1.2. Anamnesa
Pasien datang dengan keluhan adanya sariawan pada bagian dalam bibir
bawah kiri. pasien mengaku sariawan muncul sejak 5 hari yang lalu berjumlah
satu berwarna putih kekuningan dikelilingi daerah berwarna kemerahan. menurut
pasien sariawan tersebut berukuran agak besar, sakit dan mengganggu saat makan
bahkan saat berbicara. pasien mengaku sedang tidak deman, tidak ada gejala gatal
dan sensasi terbakar. pasien mengaku belum mengobati sariawan tersebut. dua
hari yang lalu pasien mengatakan pernah terkena ujung kepala sikat gigi beberapa
kali, awalnya menyebabkan luka kecil kemerahan kemudian timbullah sariawan.
pasien mengaku tidak terlalu sering terbentur sikat gigi namun pernah terbentur di
bagian lain seperti di pipi bagian dalamdan bibir. pasien juga mengaku biasanya
tidak menyikat gigi terlalu keras namun terkadang menyikat terburu-buru. pasien
menyikat gigi dengan teknik kombinasi pasien mengaku tidak pernah menggigit
pipi. pasien mengatakan sariawan tersebut terasa sangat sakit ketika ia minum
minuman asam dan bersoda, makan makanan pedas dan panas. pasien mengaku
tidak sedang menstruasi, tidak stres, tidak tergigit saat makan, tidak terkena
radiasi, tidak alergi makanan namun alergi terhadap suhu dingi. pasien tidak

1
mengetahui apakah anggota keluarganya pernah mengalami sariawan. pasien
menagaku sering mengkonsumsi daging, sayuran, buah-buahan, kacang dan telur.
pasien menggunakan pasta gigi pepsodent, sikat gigi 2 kali sehari pagi sebelum
sarapan dan malam sebelum tidur, rutin menyikat lidah dan jarang menggunakan
obat kumur. pasien sedang tidak dalam program diet dan tidak sakit kepala. pasien
mengatakan dalam 1 tahun ini belum pernah sariawan namun beberapa tahun yang
lalu pasien mengaku pernah terbentur sikat gigi di bagian dalam pipi, sangat sakit
dan menyebabkan susah mengunyah makanan tidak diobati dan senbuh sendiri.
pasien menagaku sariawan seperti ini hanya terjadi di rongga mulut dan ia juga
mengataka saat kecil tidak pernah megalami sariawan dalam jumlah banyak, tidak
pernah merasa gatal,geli, rasa terbakar maupun lepuhan di bagian sariawan
tersebut. pasien pernah ke dokter gigi pada tahun 2013 untuk menambal gigi
geraham pertama kanan bwah. tidak ada keluhan setelah perwatan tersebut dan
pernah membersihkan karang gigi pada tahun 2015 serta tidak ada keluhan setelah
itu.
pasien mengaku tidak pernah nyeri dada atau jantung berdebar, tidak pernah
gatal-gatal/ memerah ditubuh setalh minum obat. pasien mengaku tidak ada
penyakit diabetes, namun ayahnya memiliki penyakit diabetes, pasien tidak
pernah di rawat di Rumah Sakit dan tidak sedang dalam pengobatn dokter. pasien
anak ke 1 dari 2 bersaudara. pasien seorang mahasiswi koas RSGM unsyiah
belum menikah tinggal bersama teman di rumah kos yang tidak jauh dari Rumah
Sakit dan Puskesmas. pasien memiliki akses untuk berobat dan memiliki ASKES.

1.3. Riwayat Penyakit Sistemik


Penyakit Jantung : Diakui / Disangkal
Hipertensi : Diakui / Disangkal
Diabetes Melitus : Diakui / Disangkal
Kelainan Darah : Diakui / Disangkal
Penyakit Hepar : Diakui / Disangkal
HIV/AIDS : Diakui / Disangkal
Kelainan Pernafasan(PPOK, TB, Pneumoni) : Diakui / Disangkal
Kelainan GIT (Gastritis) : Diakui / Disangkal
Penyakit Ginjal :Diakui / Disangkal

2
Penyakit Kelainan : Diakui / Disangkal
Atopi (Asma, eksim, alergi) : Diakui / Disangkal
Alergi (Makanan, obat, logam) :Diakui (suhu dingin)
Hamil : Diakui / Disangkal
Kontrasepsi : Diakui / Disangkal
Lain-lain : Diakui / Disangkal

1.4. Kebiasaan Buruk


Menyirih : Diakui / Disangkal
Minuman Beralkohol : Diakui / Disangkal
Merokok : Diakui / Disangkal

1.5. Pemeriksaan Ekstra Oral


a. Kelenjar Limfe
 Submandibula Kanan : Teraba +/ - lunak/keras/kenyal Sakit +/ -
Kiri : Teraba +/ - lunak/keras/kenyal Sakit +/ -
 Submental : Teraba +/ - lunak/keras/kenyal Sakit +/ -
 Servikal Kanan : Teraba +/ - lunak/keras/kenyal Sakit +/ -
Kiri : Teraba +/ - lunak/keras/kenyal Sakit +/ -
b. Bibir : TAK
c. Wajah : Simetri/ asimetri
d. Sirkum Oral : TAK
e. Lain-lain : TAK

1.6. Pemeriksaan Intra Oral


a. Mukosa Bukal : Fordyce granule : +/ -
: Cheek Biting : +/ -
Terdapat plak berbentuk garis putih yang
panjang dengan ukuran 30 x 1 mm
dibagian mukosa bukal kiri dan kanan
masing-masing berjumlah 1
b. Mukosa Labial : Terdapat ulser berukuran 4x5 mm
berbentuk bulat ireguler berwarna

3
kekunigan dikelilingi halo erityhema di
mukosa labial kiri dekat gigi 33 berbatas
jelas berjumlah satu
c. Palatum Durum : Torus palatinus : +/ -
TAK
d. Palatum Molle : TAK
e. Lidah : Warna Coating : -
Dorsum : TAK
Ventral : TAK
f. Dasar Mulut : TAK
g. Gingiva : Gingiva udem dan hiperemi di regio 1
(16,11), regio 2 (21,26), regio 3 (31,32),
regio 4 (41,42,46), resesi gingiva 32 & 44
OHIS = IP + IK = 0,39 + 1,2 = 1,59(sedang)
h. Saliva : TAK Halitosis : +/ -
i. Lain-lain : 17,26,27,37,36,47 = Karies D3
23, 44 = Resesi gingiva
46 = Tambalan oklusal RK
361 = Distolabiotorsiversi
13,23,33,43 = Atrisi

Gambar 1.1: Traumatik ulser akut pada mukosa labial bawah

4
Gambar 1.2: Linea alba pada mukosa bukal kanan

Gambar 1.3: Linea alba pada mukosa bukal kiri

1.7. Pemeriksaan Penunjang


Tidak Ada

1.8. Masalah Klinis


1. Terdapat ulser di mukosa labial kiri bawah berukuran 4 x 5 mm
berbentuk bulat ireguler berwarna putih kekuningan dikelilingi area
eritema berbatas jelas berjumlah satu
2. Terdapat debris, plak & kalulus di RA dan RB

5
3. 17, 26, 27, 36, 37, 47 = karies email (D3)
4. Terdapat plak berbentuk garis berwarna putih berbatas jelas di sepanjang
bidang oklusal kanan kiri berukuran 30 x 1mm masing-masing berjumlah
satu.

1.9. Diagnosis
1. Diagnosa Kerja: Traumatic ulcer akut mukosa labial kiri bawah dekat gigi
33 et caisa trauma terbentur ujung kepala sikat gigi.
Diagnosa Banding: SAR minor, Behcet’s syndrome, Lesi sekunder herpes
2. RA & RB : Gingivitis kronis generalisata
3. 17, 26, 27, 36, 37, 47 : karies email (D3)
4. Diagnosa kerja: linea alba di mukosa bukal kiri dan kanan
Diagnosa Banding: morsicatio biccarum, frictional keratosis dan
leukoplakia homogenous

1.10. Rencana Perawatan dan Perawatan


1. K.I.E
 Komunikasikan kepada pasien bahwa sariawan tersebut dapat sembuh
dengan sendirinya namun jika diberikan obat akan lebih cepat sembuh
 Instruksikan bahwa sariawan tersebut timbul disebabkan terlalu kuat
pada saat menggosok gigi oleh karena itu pasien harus hati-hati pada
saat menyikat gigi
 Komunikasikan juga bahwa garis putih tersebut merupakan variasi
normal dalam rongga mulut dan tidak memerlukan perawatan sehingga
pasien tidak perlu khawatir.
 Edukasikan pada pasien untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut
2. Medikasi

R/ Kenalog in orabase tube no I


S.lit or 2 dd applic

6
- pemakaian ‘kenalog’ sebagai berikut : terlebih dahulu bersihkan sariawan
dengan kassa basah lalu lanjutkan dengan kassa kering. Oleskan kenalog
selapis tipis pada sariawan dengan cutton bud, tidak boleh berkontak dengan
saliva selama 30 menit.
3. Kontrol 1 minggu kemudian tanggal 18 Maret 2016
4. No. Lokasi Diagnosis Tindakan
1. RA dan RB Gingivitis kronis Pro scalling
generalisata
2. 17, 26, 27, 36, 37, Karies Email (D3) Pro ekso
47

1.11. STATUS KONTROL


1.11.1. KUNJUNGAN II (TANGGAL 22 MARET 2016)

A. Anamnesis
Pasien datang ingin mengontrol sariawan namun terlambat 3 hari dari
waktu yang telah ditentukan. Pasien mengaku sudah tidak merasa sakit lagi
semenjak 6 hari yang lalu. berdasarkan hasil pemeriksaan terlihat traumatic ulcer
healing dan meninggalkan daerah eritema. Pasien mengaku menggunakan obat
oles namun tidak rutin karena terkadang pasien lupa. pasien mengaku banyak
mengkonsumsi buah-buahan, sayur-sayuran dan air putihyang cukup.

B. Temuan Klinis
1. Mukosa labial kiri bawah : traumatic ulcer healing
2. Terdapat debris, plak & kalulus di RA dan RB
3. 17, 26, 27, 36, 37, 47 = karies email (D3)
4. Terdapat plak berbentuk garis berwarna putih berbatas jelas di
sepanjang bidang oklusal kanan kiri berukuran 30 x 1mm masing-
masing berjumlah satu.

C. Rencana Perawatan
1. K.i.e

7
a. Komunikasikan kepada pasien bahwa sariawan pada bagian
dalam bibir bawah kiri sedang dalam proses penyembuhan.
b. Informasikan kepada pasien untuk tetap mengoleskan ‘kenalog’.
c. Beritahu pasien untuk tetap menjaga kesehatan dan kebersihan
gigi dan mulut, konsumsi buah-buahan, sayur-sayuran dan
minum air putih yang banyak.
d. Beritahu pasien untuk kembali kontrol seminggu kemudian.
e. No. Lokasi Diagnosis Tindakan
3. RA dan RB Gingivitis kronis Pro
generalisata scalling
4. 17, 26, 27, 36, Karies Email (D3) Pro ekso
37, 47

Gambar 1.4:traumatic ulcer acut healing

1.12. STATUS KONTROL


1.12.1. KUNJUNGAN III (TANGGAL 29 MARET 2016)
D. Anamnesis
Pasien datang ingin mengontrol sariawan setelah sebelumnya telah
melakukan kontrol pertama pada hari Selasa, 22 Maret 2016. Pasien kembali tepat
waktu, pasien mengaku sudah tidak merasa sakit lagi semenjak 15 hari yang lalu.
pasien mengaku sudah menghentikan pemakaian obat. pasien mengaku banyak
mengkonsumsi buah-buahan, sayur-sayuran dan air putih yang cukup.

E. Temuan Klinis

8
5. Mukosa labial kiri bawah : traumatic ulcer healing
6. Terdapat debris, plak & kalulus di RA dan RB
7. 17, 26, 27, 36, 37, 47 = karies email (D3)
8. Terdapat plak berbentuk garis berwarna putih berbatas jelas di
sepanjang bidang oklusal kanan kiri berukuran 30 x 1mm masing-
masing berjumlah satu.

F. Rencana Perawatan
2. K.i.e
a. Komunikasikan kepada pasien bahwa sariawan pada bagian
dalam bibir bawah kiri sudah sembuh.
b. Informasikan kepada pasien untuk menghentikan pemakaian
obat ‘kenalog’.
c. Beritahu pasien untuk tetap menjaga kesehatan dan kebersihan
gigi dan mulut, konsumsi buah-buahan, sayur-sayuran dan
minum air putih yang banyak.
d. No. Lokasi Diagnosis Tindakan
5. RA dan RB Gingivitis kronis Pro
generalisata scalling
6. 17, 26, 27, 36, Karies Email (D3) Pro ekso
37, 47

Gambar 1.5.traumatic ulcer acut healing

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. TRAUMATIC ULCER


2.1.1. Definisi
Traumatik ulser merupakan cedera akut dan kronis dari mukosa mulut
yang sering ditemukan.Ulser secara sederhana didefinisikan sebagai kehilangan
epitel. Cedera dapat hasil dari kerusakan mekanis seperti kontak dengan bahan
makanan tajam atau tergigit saat pengunyahan bahkan saatmenyikat gigi.
Kerusakan juga bisa terjadi akibat luka bakar thermal, listrik, atau bahan kimia.1,2

2.1.2. Etiologi
Ulser merupakan lesi yang sering terjadi pada jaringan lunak oral.
Sebagian besar disebabkan oleh trauma mekanis, dan penyebab-efek biasanya
berhubungan dengan jelas. Biasanya trauma sering terjadi pada regio yang sering
terkena gigi seperti bibir bawah, lidah dan mukosa bukal. Traumatik ulser pada
bagian anterior lidah terjadi pada anak-anak yang baru lahir yang dikenal dengan
istilah riga fede disease. Protesa, paling umum adalah gigi tiruan penuh, sering
terkait dengan traumatik ulser, yang mungkin terjadi berupa lesi akut atau kronis.
Pada kasus yang tidak biasa, lesi dapat terinduksi dengan sendirinya karena
kebiasaan yang abnormal, dan juga dari masalah psikologis.3,4,5
Traumatik ulser juga dapat disebabkan oleh faktor iatrogenik. Ulser
biasanya terjadi pada saat mengangkat cotton roll, tekanan negatif saliva ejector,
atau trauma yang terjadi pada saat penggunaan instrumen yang bergerak yang
tidak bisa dicegah. Ulser juga dapat disebabkan oleh faktor kimia. Biasanya
karena tingkat keasaman dan alkalinitas atau karena kemampuan bahan kimia
sebagai iritan lokal atau kontak allergen. Hal ini dapat diinduksi sendiri oleh
pasien atau iatrogenik. Aspirin burn masih sering terjadi, meskipun sudah jarang
dibandingkan dengan pada waktu yang sudah lama. Ketika asetilsalisit diletakkan
secara tidak tepat di mukosa oleh pasien untuk menghilangkan sakit gigi, akan
terjadi mucosal burn atau nekrosis koagulatif.3,4,5
Medikamen khususnya yang mengandung fenol juga dapat menyebabkan
ulser iatrogenik. Bahan etsa juga berhubungan dengan mukosa burn. Prosedur

10
endodontik dan bleaching vital yang menggunakan agen oksidasi seperti hydrogen
peroksida 30% juga dapat menyebabkan mukosa burn. Penyebab karena panas
juga sering terjadi. Pizza burn, disebabkan oleh keju yang panas, terjadi pada
palatum. Panas dari iatrogenik terjadi setelah penggunaan bahan material seperti
wax, hidrokoloid atau dental compound.3,4,5
Ulserasi juga terlihat pada terapi radiasi kanker kepala dan leher. Pada
kasus keganasan, khususnya karsinoma sel skuamous, yang membutuhkan dosis
yang lebih besar dengan dosis 60-70 Gy, ulser biasanya terlihat pada jaringan
yang berada pada ujung kon.3,4,5

2.1.3. Gambaran Klinis


- Lesi ulser pada mukosa menunjukkan tanda dan gejala inflamasi akut,
termasuk nyeri, kemerahan dan pembengkakan yang bervariasi.
- Ulser ditutupi oleh membran fibrin putih-kuning, eksudat dan
dikelilingi oleh halo eritema.
- Lesi ulser kronis biasanya ada nyeri sedikit atau tidak ada nyeri.
- Lesi ini ditutupi oleh membran kuning dan dikelilingi oleh margin yang
sedikit tinggi dan menunjukkan hyperkeratosis.2,4

Gambar 2.1. Riga-Fede disease , traumatik ulser pada anterior ventral lidah bayi3

11
Gambar 2.2 Traumatik Ulser kronis pada mukosa bukal kiri posterior3

2.1.4. Histopatologi
Ulser akut menunjukkan hilangnya epitel permukaan yang digantikan oleh
jaringan fibrin yang mengandung terutama neutrofil. Dasar ulser mengalami
dilatasi kapiler danakan terdapat jaringan granulasi seiring berjalannya waktu.
Regenerasi epitel dimulai pada margin ulser dengan sel-sel berkembang biak
bergerak di atas dasar jaringan granulasi dan bawah bekuan fibrin.4
Ulser kronis memiliki dasar jaringan granulasi dengan bekas luka yang
ditemukan lebih dalam jaringan.Infiltrasi sel inflammatori campuran dapat
terlihat.Regenerasi epitel tidak terjadi karena trauma yang terus menerus atau
faktor jaringan lokal yang tidak menguntungkan. Dalam trauma granuloma,
cedera jaringan dan peradangan meluas ke otot rangka yg terletak di
bawahnya.Karakteristik infiltrasi makrofag dengan eosinofil dapat mendominasi
gambaran histologis.Istilah granuloma yang digunakan di sini mencerminkan
jumlah besar dari makrofag yang mendominasi menyusup tapi ini bukan
granuloma khas seperti yang terlihat dalam proses infeksi seperti tuberculosis.4

12
Gambar 2.3 Ulser kronis menunjukan fibrin menutupi dasar jaringan
granulasi inflamasi4

2.1.5. Diagnosis dan Diagnosis banding


Dengan ulkus reaktif akut, hubungan sebab dan akibat biasanya jelas dari
pemeriksaan klinis dan riwayat.1,3,4
Penyebab ulser reaktif kronis mungkin tidak mudah terlihat. Dalam hal ini
penting untuk mengembangkan diagnosis banding. Kondisi yang perlu
dipertimbangkan adalah infeksi (sifilis, tuberkulosis, deep fungal infection) dan
malign. Jika lesi diduga kuat menjadi asal traumatis, penyebabnya harus dicari.
Sebuah periode observasi 2 minggu dapat dilakukan dengan upaya menjaga mulut
bersih menggunakan obat kumur seperti natrium bikarbonatdalam air. Jika tidak
ada perubahan yang terlihat atau jika ukuran lesi mengalami kenaikan maka biopsi
harus dilakukan.1,3,4 Kondisi ulser mulut yang terasa sakit lain yang mirip

13
Traumatic ulcer adalah, Stomatitis aphthous recurrent (SAR) tipe minor Behcet’s
4
syndrome dan Lesi sekeunder herpes

2.1.5.1. STOMATITIS APHTHOUS RECURRENT


1. Definisi dan etiologi
Stomatitis aphthousrecurent (SAR) atau dikenal juga dengan sebutan
apthae/canker sores merupakan kondisi umum yang ditandai dengan adanya lesi
multiple yang rekuren, berbentuk bulat dan oval dengan tepi yang dikelilingi halo
eritematous.1 SAR merupakan suatu kelainan yang dikarakteristikkan dengan
ulser yang rekuren tanpa gejala dari penyakit lain.2 SAR adalah salah satu dari
kelainan umum di rongga mulut namun beberapa diantaranya adalah kasus yang
ringan sehingga tidak terlalu diperhatikan atau diobati. Prevalensi secara umum
pada populasi bervariasi dari 5-66% dengan rata-rata kasus 20% dan biasanya
meningkat pada kelompok sosio-ekonomi yang lebih tinggi dan kelompok non-
perokok.3,4
Penyebab yang sering dihubungkan dengan SAR adalah antara lain:
a. Faktor genetik
Telah dilaporkan bahwa terdapat kaitan SAR dengan variasi dari HLA
(Human Leukosit Antigen) yaitu HLA-A2, A11, B12, B51, CW7 dan DR2.1,3,5
Penelitian oleh Miller dan rekannya terhadap 1.303 anak-anak dari 530 keluarga
menunjukkan adanya kerentanan potensi SAR pada anak yang orangtuanya
memiliki riwayat SAR.2
b. Trauma
Faktor lain yang diduga menjadi penyebab SAR adalah trauma.2,3Beberapa
pasien berpikir luka tersebut diakibatkan oleh trauma, trauma pada pasien yang
memiliki riwayat SAR dapat menentukan lokasi ulser.5 SAR dapat muncul akibat
trauma seperti tergigit atau akibat dental appliance.1
c. Smoking Cessation/ Penghentian Merokok.
Diduga berkaitan dengan mukosa barier yang berkolerasi terhadap trauma
pada mukosa oral. Orang yang berhenti merokok akan menyebabkan menurunnya
perlindungan mukosa barier yang dihubungkan dengan menigkatnya trauma.

14
d. Infeksi
Diduga SAR terjadi akibat sensitivitas terhadap bakteri Streptococcus
sanguis, namun teori ini belum diterima walaupun reaksi silang antara rongga
mulut dengan mikroba bisa saja terjadi.4
e. Defisiensi imun
Defisiensi imun kadang dapat menjadi penyebab timbulnya SAR.1 Terdapat
bukti yang kuat bahwa SAR berhubungan dengan disfungsi imun fokal yaitu
peran limfosit T walaupun pemicu awalnya masih tidak diketahui, baik itu
endogen (antigen autoimun) atau exogenus (antigen hiper-imun).4
f. Penyakit gastrointestinal
SAR pada gastrointestinal sebelumnya dikenal dengan nama “dispepticulser”
yang berkaitan dengan defisien sivitamin B12 ataufolat yang mempengaruhi
malabsorbsi.5
g. Defisiensi hematologis
Sebesar lebih dari 20% pasien SAR dilaporkan mengalami defisiensi B12,
asam folat dan zat besi.5 defisiensi zat besi biasanya akibat perdarahan kronik
seperti pada gastrointestinal. Defisiensi asam folat dan B terutama B12 mungkin
akibat pengaturan diet, malabsorbsi atau pengaruh obat-obatan.1 defisiensi B12,
asam folat maupun zat besi juga dapat menurunkan ketebalan permukaan mukosa
rongga mulut.3
h. Faktor hormonal
SAR dikaitkan dengan beberapa wanita yang mengalami peningkatan stress
pada tahap luteal saat menstruasi, namun tidak ada bukti kuat bahwa perawatan
hormone dapat efektif.5
i. Stress
Stress diduga ada kaitannya dengan sistem imun dan berhubungan langsung
dengan terbentuknya SAR pada beberapa orang. Penelitian pada siswa
menunjukkan bahwa SAR muncul setiap saat mereka sedang memiliki beban
pikiran saat memulai tahun ajaran.3
j. Infeksi HIV
Stomatitis aphthous dikenali sebagai tampilan dari infeksi HIV. Frekuensi
dant ingkat keparahan bergantung kepada defisiens iimun yang terjadi.5

15
k. Alergi terhadap makanan
Jenis makanan yang diduga menyebabkan eksaserbasi SAR adalah tomat,
strawberi, kacang-kacangan, susu sapi, gluten, gandum pengawet pewarna
makanan, kopi, cokelat.3
l. Deterjen (Sodium Lauryl Sulfate)
Beberapa produk yang mengandung deterjen seperti pasta gigi yang
mengandung Sodium Lauryl Sulfate dan produk-produk lainnya dapat memicu
SAR.3

2. Gambaran klinis
Terdapat 3 bentuk lesi ulserasi yaitu: SAR minor (Mikulicz’s aphthae),
SAR mayor (Sutton’s disease atau periadenitis mucos anecrotica recurrens
[PMNR]), dan SAR herpetiform. Semua jenis ini merupakan bagian dari aphtosa
ulser dan memiliki etiologi yang sama. Perbedaannya adalah terletak pada derajat
keparahannya.3,4
a. Stomatitis Apthous Recurrent Minor
SAR minor biasanya muncul pada umur 10-40 tahun dan sering terasa
sakit. Ukuran SAR minor biasanya kecil dengan diameter ulser sebesar 2-4 mm
dengan bentuk bulat atau oval. Dasar ulser awalnya berwarna kekuningan namun
terlihat keabuan saat mulai mengalami peyembuhan. Lesi biasanya ditemukan
pada mukosa non-keratin yang bergerak seperti pada bibir, pipi, dasar mulut atau
ventral lidah. Ulser yang muncul biasanya beberapa buah bisa 1-6 ulser dan dapat
sembuh dalam 7-10 hari dengan interval rekurensi setiap 1-4 bulan.4,7

Gambar 2.4. SAR minor pada mukosa labial maksila.3

16
b. Stomatitis Apthous Recurrent Mayor
SAR mayor berbentuk bulat atau oval dengan ukuran yang lebar yaitu
sekitar lebih dari 1 cm. Biasanya SAR mayor ditemukan pada semua lokasi pada
rongga mulut termasuk dorsal lidah atau palatum dan dapat muncul 1-6 ulser
dalam satu waktu. Penyembuhan SAR mayor berlangsung lambat lebih dari 10-40
hari disertai scar dan sangat sering rekuren.7

Gambar 2.5. SAR mayor pada mukosa alveolar.8

c. Stomatitis Apthous Recurrent Herpetiform


SAR herpetiform biasanya ditemukan pada kelompok yang usianya sedikit
lebih tua dibandingkan pasien SAR sebelumnya dan sering mengenai wanita. Lesi
awalnya kecil dan saat ukuran lesi meningkat, lesi akan menyatu menjadi lebar
dan bulat. Lesi mengenai semua lokasi rongga mulut termasuk mukosa
berkeratin.7

Gambar 2.6. SAR herpetiform pada palatum.4


3. Gambaran histopatologi

17
Biopsi biasanya tidak diperlukan karena tampilan klinis SAR terlihat jelas.
Pada gambaran histopatologi tidak terlihat tampilan mikroskopik yang spesifik
dan tidak ada predominan dari limfosit CD4.4 pada tahap awal, terlihat adanya
zona tengah ulserasi yang ditutupi membran fibrinopurulent. Pada area yang lebih
dalam terdapat jaringat ikat dengan peningkatan vaskularisasi dan sel-sel
inflamasi.3Makrofag dan sel mast banyak ditemukan pada SAR.4

Gambar 2.7. Gambaran histopatologi SAR.4

4. Diagnosis dan diagnosis banding


Penegakan diagnosis SAR tipe minor secara umum berdasarkan riwayat
dan tampilan klinis. Lesi herpes sekunder pada rongga mulut seringkali
membingungkan namun biasanya masih dapat dibedakan dengan SAR. Jika lesi
didahului oleh vesikel, berlokasi pada gingiva cekat dan palatum, maka lesi lebih
mengarah kepada herpes daripada SAR. Kondisi ulser mulut yang terasa sakit lain
yang mirip SAR tipe minor adalah Traumatic ulcer, Behcet’s syndrome dan Lesi
4
sekeunder herpes

2.1.5.2. BEHCET’S SYNDROME


1. Definisi
Behcet’s syndrome merupakan penyakit multisistem (gastrointestinal,
kardiovaskular, ocular, CNS, sendri, paru-paru, kulit) yang terjadi berupa ulser.
Meskipun manifestasi oral relatif kecil, keterlibatan pada sisi lain khususnya mata
dan CNS dapat menjadi hal yang serius.1,2,4

2. Etiologi dan Patogenesis.

18
Penyebab kondisi ini awalnya tidak diketahui, meskipun mekanisme
penyakit ini merupakan disfungsi imun berupa gambaran vaskulitis.Sindrom
Behcet mengalami faktor predisposisi genetik, khususnya frekuensi adanya
antigen human leukosit HIA-B51. Beberapa faktor lain juga diduga adanya
keterlibatan virus.1,2,4
3. Gambaran Klinis.
- Lesi sindrom ini mengenai rongga mulut, mata dan genital.
- Regio lain atau sistem organ jarang terlibat.
- Arthritis rekuren pada lengan, kaki, dan lutut dapat saling
berhubungan.
- Manifestasi pada kardiovaskular merupakan hasil dari vaskulitis dan
thrombosis
- Eritema pustular seperti nodosum pada kulit juga ada.
- Manifestasi oral tampak adanya ulser yang menyerupai SAR. Ulser
biasanya seperti bentuk SAR minor.
- Perubahan ocular ditemukan pada sebagian pasien dengan sindrom
Behcet. Uveitis, konjungtivitis, dan retinitis terjadi pada proses
inflamasi yang lebih sering terjadi.
- Lesi genital berupa lesi ulser dan menyebabkan sakit dan
ketidaknyamanan.
- Nyeri pada ulser dapat terjadi di sekeliling anus. Inflamasi usus dan
gangguan neurologis juga terjadi pada beberapa pasien. 1,2,4

Gambar 2.8: Behcet’s syndrome pada palatum lunak3

19
Gambar 2.9: Lesi kulit Behcet’s syndrome3

4. Histopatologi.
Limfosit T lebih menonjol pada lesi ulser sindrom Behcet.Namun,
infiltrasi neutrophil tampak di dalam dinding pembuluh darah (vaskulitis).
Dukungan imunopatologis juga berperan mendukung target vaskular pada kondisi
ini yang berasal dari immunoglobulin dan komplemen pada dinding pembuluh
darah.1,2,4

5. Perawatan dan Prognosis


Tidak ada standar terapi sindrom Behcet. Sistemik steroid sering
diresepkan dan obat imunosupresif seperti khlorambusil dan azathioprinc, dapat
digunakan selain ditambahkan juga steroid. Dapsone, siklosporin, thalidomide dan
interferon juga memiliki peran dalam perawatan pasien dengan sindrom
Behcet.1,2,4

2.1.5.3. LESI SEKUNDER HERPES


1. Definisi dan Etiologi
Lesi sekunder herpes adalah infeksi sekunder atau infeksi laten yang
disebabkan oleh virus herpes simplex tipe 1. Infeksi sekunder herpes terjadi akibat
rekurensi virus yang tetap ada pada ganglion (fase laten). Lebih dari 15% dari
populasi dunia mengalami recurent HSV-1 infection, biasanya adalah lesi bibir
(herpes labialis). Lesi sekunder herpes biasanya terjadi pada orang dewasa dan
lebih sering pada iklim cerah.3,7

20
2. Faktor Predisposisi dan Patogenesis
Lesi sekunder herpes disebabkan oleh virus herpes simplex tipe 1 yang
mengalami reaktivasi virus yang menetap pada ganglion trigeminus setelah infeksi
primer. Reaktivasi dapat diakibatkan oleh: cahaya matahari, demam, trauma, stres,
immunosupresi dan menstruasi.3,4,7
Virus HSV-1 laten pada trigeminal ganglion setelah infeksi primer.
Selama fase laten, virus tidak diproduksi, tidak ada antigen yang di hasilkan serta
tidak adanya respon sel limfosit T. Virus dapat mengalami reaktivasi dan
dilepaskan ke saliva. Reaktivasi vitus dapat ke area lain, dari N. Trigeminus ke
permukaan epitel kemudian replikasi virus dan erupsi fokal vesicoulceratif. Lesi
ini limited tidak meluas hanya di bibir atau ulserasi intra oral.3,7

3. Gambaran klinis
Sebagian besar lesi sekunder erupsi di vermilion bibir dan kulit
sekitarnya yaitu herpes labialis. Sedangkan rekurensi intra oral biasanya terbatas
hanya pada palatum keras dan gingiva.7
1. Recurrent herpes labialis
Lesi pada bibir di mucocutaneous junction, lesi dapat diawali dengan
gejala prodormal berupa rasa sakit, terbakar, gatal atau geli dan dimulai dari
papula kemudian menjadi vesikel kemudian ulser menjadi krusta dan dapat
sembuh tanpa scar. Lesi yang lebih buruk dapat terjadi pada pasien
immunocompromised pada mukosa keratin dari palatum keras, attached gingiva
dan dorsum lidah.3,7

21
Gambar 3.1. Herpes Labialis3
2. Reccurent intra oral herpes
Pada pasien sehat dapat berupa adanya ulser kecil disekitar foramen
palatinus mayus, dapat juga terjadi di mukosa berkeratin lesi dimulai dari vesikel
1-3 mm kemudian colapse menjadi cluster erythematous yang dapat membesar
kemudian healing dalam 7-10 hari. Sedangkan pada pasien immunocompromised
ulser biasanya kronik (dendritik) biasanya pada dorsum lidah.3,7

Gambar 3.2. Reccurent intra oral herpes3

4. Renacan perawatan
Perawatan inisial dapat dimulai dengan menurunkan resiko terhadap
faktor pemicu (trigger) dapat diberikan sunscreen pada bibir. Apabila sudah
muncul lesi dapat diberikan topical acyclovir (5% acyclovir, 3% penciclovir
cream, topical n-docosanol diaplikasikan 5 kali sehari ketika gejala awal muncul)

22
kemudian dapat juga diberikan sistemik acyclovir (valacyclovir, famciclovir) 500-
1000 mg 3 kali sehari.3,4,7

23
BAB III
PEMBAHASAN

Dari anamnesis pasien perempuan berusia 21 tahun 3 bulan mengeluhkan


adanya sariawan pada bagian dalam bibir bawah kiri. pasien mengaku sariawan
muncul sejak 5 hari yang lalu berjumlah satu berwarna putih kekuningan
dikelilingi daerah berwarna kemerahan. menurut pasien sariawan tersebut
berukuran agak besar, sakit dan mengganggu saat makan bahkan saat berbicara.
pasien mengaku sedang tidak deman, tidak ada gejala gatal dan sensasi terbakar.
pasien mengaku belum mengobati sariawan tersebut. dua hari yang lalu pasien
mengatakan pernah terkena ujung kepala sikat gigi beberapa kali, awalnya
menyebabkan luka kecil kemerahan kemudian timbul lah sariawan. pasien
mengaku tidak sedang menstruasi, tidak stres, tidak tergigit saat makan, tidak
terkena radiasi, tidak alergi makanan namun alergi terhadap suhu dingin. pasien
tidak mengetahui apakah anggota keluarganya pernah mengalami sariawan. pasien
menagaku sering mengkonsumsi daging, sayuran, buah-buahan, kacang dan telur.
pasien menggunakan pasta gigi pepsodent, sikat gigi 2 kali sehari pagi sebelum
sarapan dan malam sebelum tidur, rutin menyikat lidah dan jarang menggunakan
obat kumur. pasien sedang tidak dalam program diet dan tidak sakit kepala. pasien
pernah ke dokter gigi pada tahun 2013 untuk menambal gigi geraham pertama
kanan bawah, tidak ada keluhan setelah perwatan tersebut dan pernah
membersihkan karang gigi pada tahun 2015 serta tidak ada keluhan setelah itu.
Pasien juga mengeluhkan adanya garis putih disepanjang pipi bagian dalam
kiri dan kanannya. Pasien mengaku garis tersebut muncul lama sejak dari kecil.
Garis tersebut tidak terasa sakit sejak pertama munculnya garis tersebut tidak
bertambah besar atau mengecil dari belum pernah diberi obat.
Pada pemeriksaan ekstraoral ditemukan adanya ulser di mukosa labial kiri
bawah berukuran 4 x 5 mm berbentuk bulat ireguler berwarna putih kekuningan
dikelilingi area eritema berbatas jelas berjumlah satu. Berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan yang telah dilakukan maka pasien didiagnosis mengalami traumatik
ulser akut.

24
Traumatik ulser merupakan cedera akut dan kronis dari mukosa mulut
yang sering ditemukan.Ulser secara sederhana didefinisikan sebagai kehilangan
epitel. Cedera dapat hasil dari kerusakan mekanis seperti kontak dengan bahan
makanan tajam atau tergigit saat pengunyahan bahkan saat menyikat gigi.
Kerusakan juga bisa terjadi akibat luka bakar thermal, listrik, atau bahan kimia.
Perawatan pasien yaitu pemakaian obat kortikosteroid yaitu triamcinolone
acetonide 0,1% dengan merk dagang ‘Kenalog’. Obat dioleskan dua kali sehari
pada lesi yang sudah dibersihkan dengan kassa. Komunikasikan kepada pasien
bahwa luka tersebut dapat sembuh dengan sendirinya namun jika diberikan obat
akan lebih cepat sembuh. Instruksikan bahwa luka tersebut timbul disebabkan
terlalu kuat pada saat menggosok gigi oleh karena itu pasien harus hati-hati pada
saat menyikat gigi. Edukasikan pada pasien untuk menjaga kebersihan gigi dan
mulut.

25
BAB IV
KESIMPULAN

Pasien dengan inisial RO berumur 21 tahun 3 bulan dengan jenis kelamin


perempuan. Didiagnosis dengan Traumatik Ulser Akut. Pasien diobati dengan
pemberian obat kortikosteroid yaitu triamcinolone acetonide 0,1% dengan merk
dagang ‘Kenalog’. Obat dioleskan dua kali sehari pada lesi yang sudah
dibersihkan dengan kassa. Pasien juga diberikan edukasi untuk menjaga
kebersihan gigi dan mulut. Pada saat kontrol kunjungan ketiga lesi sudah sembuh
dan tidak terasa sakit lagi dan kemerahan disekitar lesi telah hilang.

26
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

1. Neville, Brad. Et al. Color Atlas of Clinical Oral Pathology Ed 2nd UK: BC
Decker. 2003
2. Cawson, R.A, dkk. Cawson Esensial of Oral Phatology and Oral Medicine
(8nd Ed). St. Louis: Chuurchill Livingstone Elsevier. 2008
3. Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouquot JE. Oral and Maxillofacial
Pathology Second Edition. Philadelphia: WB Saunders Company. 2002
4. Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RCK. Oral Pathology Clinical Pathologic
Correlations Fourth Edition. USA: Saunders. 2003
5. Gandolfo, Scully, Carrozzo. Oral Medicine. London: Churchill Livingstone.
2002.
6. Langlais RP, Miller CS. Color Atlas of Common Oral Disease 2nd Ed.
Canada
7. Scully C. Oral and Maxillofacial Medicine. The Basis of Diagnosis and
Treatment. London: Elsevier Limited; 2004.
8. Greenberg M. S., Glick M., Ship J. A. Burket’s Oral Medicine. 11st Ed.
Hamilton: BC daker Inc:2008.

27

You might also like