Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah – masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian pula
pemecahan masalah kesehatan masalah, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya
sendiri, tapi harus dilihat dari segi – segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “
sehat sakit “ atau kesehatan tersebut.
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling
berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang
sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi
yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana
mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari lansia?
2. Perubahan apa saja yang terjadi pada lansia?
3. Permasalahan apa yang timbul pada lansia?
4. Bagaimana peran perawat terhadap lansia?
C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa /mahasiswi keperawatan Universitas Jenderal Soedirman
memperoleh informasi dan gambaran tentang Asuhan Keperawatan Komunitas Pada
Kelompok Khusus Lansia.
2. Tujuan khusus
a. Mampu menjelaskan konsep teori tentang kelompok khusus lansia.
b. Mampu melaksanakan pengkajian pada kelompok khusus lansia dengan masalah
yang ada.
c. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada komunitas kelompok khusus
lansia.
d. Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok khusus lansia.
e. Mampu menerapkan rencana keperawatan pada asuhan keperawatan komunitas
pada kelompok khusus lansia.
f. Mampu meyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok khusus lansia yang bermasalah.
D. MANFAAT
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
2.Mahasiswa / Penyusun
Menambah pengetahuan dan mampu membuat serta memberikan asuhan
keperawatan lansia sehingga nantinya diharapkan mampu mengembangkan asuhan
keperawatan terhadap lansia dimasa mendatang.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan
75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli demografi
memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad
selanjutnya (Potter & Perry, 2005).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi,
aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk
yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan
menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang
dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur
dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih
dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan
bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang
sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara
negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2008).
Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki
kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang
lanjut usia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan
kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan
aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam
segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak
berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan
yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri.
Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow menyatakan bahwa kebutuhan
manusia meliputi (1) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik
atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya. (2) Kebutuhan
ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman,
baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan,
kemandirian dan sebagainya (3) Kebutuhan sosial (social needs)adalah kebutuhan
untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban,
organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobby dan sebagainya (4)
Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui
akan keberadaannya, dan (5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs)
adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya
pikir berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan
berperan dalam kehidupan. Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang
memiliki kebutuhan psikologis dasar (Setiati,2000). Kebutuhan tersebut diantaranya
orang lanjut usia membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman
terhadap lingkungan yang ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung
pada diri orang lanjut usia, keluarga dan lingkungannya . Jika kebutuhankebutuhan
tersebut tidak terpenuhi akan timbul masalah-masalah dalam kehidupan orang lanjut
usia yang akan menurunkan kemandiriannya (Ismayadi, 2008).
C. Teori–teori proses
a. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
b. Masing – masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
c. Tidak ada satu faktorpun ditemukan untuk mencegah proses menua
Ada beberapa teori tentang proses penuaan, antara lain:
a. Teori Genetic Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu .
Setiap spesies mempunyai di dalam nukleinya suatu jam genetik yang telah di
putar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan
menghentikan replikasi sel bila tidak berputar.. Jadi menurut konsep ini jika jam
ini berhenti, kita akan mati meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau
penyakit terminal. Konsep “ genetic clock” didukung oleh kenyatan bahwa ini
cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies terlihat adanya perbedaan
harapan hidup yang nyata.
b. Teori Mutasi Genetik (somatic mutatie theori )
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh
molekul – molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
c. Teori “ pemakaian dan rusak “
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan se –sel tubuh lelah terbakar.
d. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut “ teori akumulasi
dari produk sisa”.
e. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
f. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.
g. Reaksi dari kekebaian sendiri ( auto immunne theori)
Didalam metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan
tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga tubuh menjadi
lemah dan sakit.
h. “ Teori imonologi saw virus”
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke
dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
i. Teori stres menua akibat terjadi hilangnya sel – sel yang bisa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan internal,
kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel –sel tubuh lelah terpakai.
j. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat dibentuk dialam bebas, tidak stabil radikal bebas ( kelompok
atom ) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan – bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel –sel tidak dapat regenerasi.
k. Teori rantai silang
Sel – sel yang tua dan usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.
l. Theori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah yang membelah setelah sel- sel
mati.
Sistem Pendengaran :
a. Prebiakusis ( gangguan dalam pendengaran ), hilangnya kemampuan atau daya
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi dan atau nada – nada
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata, 50% terjadi pada usia diatas 65
tahun.
b. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkanya keratin
d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan
jiwa atau stres
Sistem penglihatan :
a. Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
b. Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau kekeruhan pada
lensa menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan
c. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan
menjadi lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap
d. Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang, menurunnya
membedakan warna biru atau hijau.
Sistem kardiovaskuler :
a. Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan menjadi kaku.
b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun, menyebabkan kontraksi dan volumenya.
c. Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, atau dari duduk ke
berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
( mengakibatkan pusing mendadak).
d. Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg, diastolik normal kurang lebih 90
mmHg
Sistem Respirasi :
a. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktifitas
silia
b. Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas
lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas
menurun.
c. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
d. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida pada arteri tidak
berganti
e. Kemampuan untuk batuk berkurang
f. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun
seiring dengan pertambahan usia.
Sistem gastrointestinal :
a. Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal disease
b. Indra pengecap menurun dan esofagus melebar
c. Lambung : rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktu mengosongkan
menurun
d. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
e. Liver : makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya
aliran darah
f. Menciutnya ovari dan uterus
g. Atropi payudara
h. Pada laki – laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya
penurunan secara berangsur – angsur.
i. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun j. Selaut lendir menurun
Sistem Genitourinaria :
Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai
50% fungsi tubulus berkurang.
a. Vesika urinaria : otot – otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai 200ml,
atau dapat menyebabkan buang air kecil meningkat, vasikaurinaria susah
dikosongkan sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
b. Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 % tahun
c. Atrofi vulva
Sistem Endokrin :
a.Produksi dari hampir semua hormon menurun.
b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
c.Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya didalam pembuluh
darah,berkurangnya produksi dari ACT,TSH,FSH dan LH.
d. Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran zat
e.Menurunnya produksi aldosteron
f. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen dan
testosterone
Sistem kulit :
a.Kulit keriput atau mengkerut
b. Permukaan kulit kasar dan bersisik
c.Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun.
d. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
e.Rambut dan hidung dan telinga menebal.
f. Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan dan vaskularitas
g. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki
tumbuh secara berlebihan, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.
h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
Sistem muskoloskeletal :
a.Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh
b. Kiposis, pinggang lutut dan jari –jari pergelangan terbatas geraknya.
c.Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.
d. Persendian membesar dan kaku
e.Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
f. Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram dan tremor.
Peck mengonseptualisasikan tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil konflik
antara perbedaan integritas dan keputusasaan.
Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja. Tugas ini membutuhkan pergeseran
sistem nilai seseorang, yang memungkinkan lansia untuk mengevaluasi ulang
mendefinisikan kembali pekerjaan mereka. Penilaian ulang ini mengrahkan lansia
untuk mengganti peran yang sudah hilang dengan peran dan aktivitas baru.
Selanjutnya, lansia mampu menemukan cara-cara baru memandang diri mereka sendiri
sebagai orangtua dan okupasi.
Body transcendence versus preokupasi tubuh. Sebagian besar lansia mengalami
beberapa penurunan fisik.Untuk beberapa orang, kesenangan dan kenyamanan berarti
kesejahteraan fisik.Orang-orang tersebut mungkin mengalami kesulitan terbesar dalam
mengabaiakan status fisik mereka. Orang lain memiliki kemampuan untuk terlibat
dalam kesenangan psikologi dan aktivitas sosial sekalipun mereka
mengalami perubahan dan ketidaknyamanan fisik. Peck
mengemukakan bahwa dalam sistem nilai mereka, ”sumber-sumber kesenangan
sosial dan mental dan rasa menghormati diri sendiri mengabaikan kenyamanan fisik
semata.”
Transendensi ego versus preokupasi ego. Peck mengemukakan bahwa cara paling
konstruktif untuk hidup di tahun-tahun terakhir dapat didefinisikan dengan : ”hidup
secara dermawan dan tidak egois yang merupakan prospek dari kematian personal-
the night of the ego, yang bisa disebut-paras dan perasaan kurang penting
dibanding pengetahuan yang telah diperoleh seseorang untuk masa
depan yang lebih luas dan lebih panjang daripada yang dapat dicakup oleh ego
seseorang.” manusia menyelesaikan hal ini melalui warisan mereka, anak-anak
mereka, kontribusi mereka pada masyarakat, dan persahabatan mereka. Mereka
”ingin membuat hidup lebih aman, lebih bermakna, atau lebih bahagia bagi orang-
orang yang meneruskan hidup setelah kematian.” Untuk mengklarifikasi, ”individu
yang panjang umur cenderung lebih khawatir tentang apa yang mereka lakukan
daripada tentang siapa mereka sebenarnya, mereka hidup di luar diri mereka sendiri
daripada kepribadian mereka sendiri secara egosentris. (Stanley & Beare, 2008).
Perawat harus menjelaskan sikap pribadi dan nilai tentang lansia untuk
memberikan perawatan paling efektif. Usia, pendidikan, pengalaman kerja, dan
lembaga pekerjaan seorang perawat mempengaruhi stereotip. Pengalaman pribadi
dengan lansia sebagai anggota keluarga dapat juga mempengaruhi sikap. Karena lansia
menjadi lebih lazim dalam pelayanan kesehatan, maka penting sekali bagi perawat
untuk mengembangkan pendekatan asuhan yang positif bagi klien lansia.
b. Pendekatan psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan edukatif
pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap
segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat
yang akrab.
c. Pendekatan social
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya perawatan dalam
pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan sesama klien
lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes mielitus dan ganggguan toleransi glukosa menurut WHO 2015 :
A. Clinical Classes
a. DM
1. IDDM ( DM Type 1 ).
2. NIDDM ( DM Type 2 ).
3. Questionable DM , bila meragukan type 1 atau type 2.
4. MRDM
a) Fibrocalcolous Pancreatic DM ( FDPD ).
b) Proten Deficient Pancreatic DM ( PDPD ).
c) DM type lain dengan keadaan dan gejala yang tertentu.
5. Impaired Glucosa Tolerance ( GTG ).
6. Gestasional Diabetes Mielitus.
2.3 Etiologi
a. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta
melepas insulin.
b. Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat
menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara
berlebihan, obesitas dan kehamilan.
c. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang disertai
pembentukan sel – sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel – sel
penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
d. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap
insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang
responsir terhadap insulin.
2.4 Patofisiologi
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek
utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan naiknya
konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan
terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada
dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar
glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yng
parah yang melebihi ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180
mg/100 ml ), akan timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang
menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya
poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama
urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun
serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi
sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau
hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian menggunakan pendekatan community as partner meliputi : data inti dan data
sub sistem.
1. Data Inti Komunitas Meliputi ;
a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
o Lokasi :
Propinsi daerah tingkat 1 : Jawa Tengah
Kabupaten/ kotamadya : semarang
Kecamatan : Banyumanik
Kelurahan : Ngesrep
Alamat : Jangli Perbalan RW IV
b. Data demografi
1. Jumlah penderita berdasarkan penyakit diabetes melitus:
30 orang
2. Jumlah penderita berdasarkan penyakit hipertensi :
20 orang
o Berdasarkan jenis kelamin
Laki-laki : 17 orang
Perempuan : 33 orang
o Berdasarkan agama
Jamban
o Kepemilikan jamban
Memiliki jamban : 100%
o Macam jamban yang dimiliki
Septitank : 100%
o Keadaan jamban
Bersih : 100%
Keadaan rumah
o Tipe rumah
Tipe A/permanen : 50 orang (100%)
o Status rumah
Milik rumah sendiri : 50 orang (100%)
o Lantai rumah
Tegel/keramik : 50 orang (100%)
o Ventilasi
Ada : 50 orang (100%)
o Luas kamar tidur
Memenuhi syarat : 37 orang (74%)
Tidak memenuhi syarat : 13 orang (26%)
o Penerangan rumah oleh matahari
Baik : 33 orang (66 %)
Cukup : 17 orang (34%)
Halaman rumah
o Kepemilikan pekarangan
Memiliki : 40 orang (80%)
Tidak memiliki : 10 orang (20%)
o Pemanfaatan pekarangan
Ya : 33 orang (66 %)
Tidak : 7 orang (34 %)
b. Keamanan
1. Keamanan
Diet makan
o Kebiasaan makan makanan manis : 46% ( 23 org )
o Kebiasaan makan makanan berlemak : 30% ( 15 org )
o Lain-lain : 23 % ( 12 org )
Kepatuhan terhadap diet
o Patuh : 20 % ( 15 org )
o Kadang-kadang : 54 % ( 27 org )
o Tidak patuh : 36 % ( 18 org )
Kebiasaan berolah raga
o Sering : 15% ( 10 org )
o Kadang-kadang : 40% ( 16 org )
o Tidak pernah : 45% ( 24 org )
Kebiasaan sehari-hari
o Memakai alas kaki
B. ANALISA DATA
DO:
Lansia mengonsumsi makanan dengan
tidak terkontrol dan hanya berada
dirumah setiap harinya
b. Kriteria Penapisan
Dx. Kep Kriteria penapisan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Dx. 1 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 42
Dx. 2 4 3 4 4 3 3 2 4 3 3 3 4 40
Keterangan :
3. Besarnya resiko
5. Minat masyarakat
Tujuan
No. Diagnosa Umum Khusus Rencana Kegiatan waktu Tempat
Jum’at, 24 Dipuskesmas
november ngesrep
2017 sampai
sabtu,25
november
Setelah 2017
Kurangnya dilakukan - menimbang berat
pengetahuan tindakan badan dan tinggi
tentang proses keperawatan badan serta
penyakit, diet, selama 1 minggu: melakukan
penghitungan IMT
perawatan dan Setelah lansia mampu pada kelompok
pengbatan dilakukan mengontrol -memberikan
berhubungan tindakan asupan makanan pendidikan kesehatan
dengan tingkat keperawatan sehari - harinya tentang pengertian
pendidikan diharapkan dan dapat DM, penyebab dan
1. cara pencegahannya
yang rendah angka diabetes melakukan
dan kurang atau kadar sedikit aktivitas -identifikasi makanan
yang disukai
terpapar glukosa pada lansia rutin setiap - libatkan keluarga
informasi lansia dapat bulannya dalam perencanaan
menurun menghadiri makanan
kegiatan prolanis - memberikan
yang diadakan di penyuluhan tentang
puskesmas program diit yang di
Ngesrep anjurkan pada lansia
on, E.T. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik. Jakarta : EGC.
, Lynn. & Slevin, Oliver. (2006). Teori & Praktik Keperawatan Pendekatan Integral pada
Asuhan Pasien. Jakarta : EGC
di. (2004). Asuhan Keperawatan Dengan Reumatik (Artritis Treumatoid) Pada Lansia.
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara
yadi. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Lanjut Usia dengan Demensia pada Home
Care. UniversitaMuhammadiyah Malang
yadi. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika
Patricia. A. & Anne Griffin Perry.(2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC
Mickey. & Beare, Patricia Gauntlett. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi kedua.
Jakarta : EGC