You are on page 1of 34

LAPORAN HASIL PRAKTIK

ASUHAN KEPERAWATANKELOMPOK LANSIA DENGAN PENYAKIT


DIABETES MILITUS DI PUSKESMAS NGESREP KOTA SEMARANG
RW 12 JANGLI PERBALAN

20 NOV-2 DES 2017

DI SUSUN DALAM RANGKA MEMENUHI TUGAS PKKT


KEPERAWATAN KOMUNITAS
OLEH : KELOMPOK 6

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KKEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SEMRANG
TAHUN 2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak


terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan,
penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam
sistem hayati tubuh manusia, baik secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan
ekosistem. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih
sering dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling
ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting untuk
menunjang kehidupan sehari-hari.

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah – masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian pula
pemecahan masalah kesehatan masalah, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya
sendiri, tapi harus dilihat dari segi – segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “
sehat sakit “ atau kesehatan tersebut.

Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling
berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang
sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi
yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana
mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).

Menurut WHO (2009), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus


yang merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat
dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara
keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan
lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar,
ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu
mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan. Keperawatan kesehatan komunitas
menurut ANA (2013) adalah suatu sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang
dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat.

Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh dengan tidak


membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu, berkelanjutan dan
melibatkan masyarakat. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
perawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang
merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan
peran serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara
menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk
ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal.

Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu,


keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah
kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok siswa di
sekolah. Dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas pelajar intervensi dibuat
untuk seluruh pelajar dan lingkungan sekolah sehingga diharapkan suatu hasil yang
berarti untuk civitas akademika sendiri.

Professional kesehatan lebih banyak meluangkan waktu dengan lansia dalam


perawatan kesehatan, karena itu mereka harus berfokus untuk mengidentifikasi dan
memenuhi kebutuhan khususnya. Lansia memerlukan bantuan yang lebih besar dalam
identifikasi, definisi, dan resolusi masalah yang mempengaruhi mereka. Insiden masalah
kesehatan kronis yang lebih besar, kemajuan teknologi dan masalah ekonomi, social,
dan kesehatan kontemporer masa kini mendorong professional perawatan kesehatan
berfokus pada peningkatan harapan dan kualitas hidup.

Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang kompleks


terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH mengindikasikan
peningkatan taraf kesehatan warga negara. Namun di sisi lain menimbulkan masalah
masalah karena dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan berakibat
semakin besarnya beban yang ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah,
terutama dalam menyediakan pelayanan dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia.
Hal ini karena pada usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial
ekonomi dan spiritual yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita
gangguan kesehatan baik fisik maupun mental. Walaupun tidak semua perubahan
struktur dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari populasi penduduk lansia
mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18% diantaranya
sama sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan kategori fisik, diperkirakan
85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai paling tidak satu masalah
kesehatan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari lansia?
2. Perubahan apa saja yang terjadi pada lansia?
3. Permasalahan apa yang timbul pada lansia?
4. Bagaimana peran perawat terhadap lansia?

C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa /mahasiswi keperawatan Universitas Jenderal Soedirman
memperoleh informasi dan gambaran tentang Asuhan Keperawatan Komunitas Pada
Kelompok Khusus Lansia.

2. Tujuan khusus
a. Mampu menjelaskan konsep teori tentang kelompok khusus lansia.
b. Mampu melaksanakan pengkajian pada kelompok khusus lansia dengan masalah
yang ada.
c. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada komunitas kelompok khusus
lansia.
d. Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok khusus lansia.
e. Mampu menerapkan rencana keperawatan pada asuhan keperawatan komunitas
pada kelompok khusus lansia.
f. Mampu meyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok khusus lansia yang bermasalah.

D. MANFAAT
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1.Lansia dan Masyarakat Umum


Memberikan gambaran kesehatan guna meningkatkan status kesehatan lansia di
komunitas.

2.Mahasiswa / Penyusun
Menambah pengetahuan dan mampu membuat serta memberikan asuhan
keperawatan lansia sehingga nantinya diharapkan mampu mengembangkan asuhan
keperawatan terhadap lansia dimasa mendatang.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan
75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli demografi
memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad
selanjutnya (Potter & Perry, 2005).

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi,
aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk
yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan
menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang
dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur
dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih
dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan
bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang
sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara
negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2008).

Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses


menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri /
mengganti diri dan mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut organisasi dunia
(WHO) lanjut usia meliputi usia pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59
tahun, Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah
kelompok usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia diatas
90 tahun.
Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena perbedaan
fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi pada tingkat
kemampuan fungsional. Mayoritas merupakan anggota komunitas yang aktif, terlibat,
dan produktif. Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan untuk merawat diri
sendiri, bingung atau merusak diri, dan tidak mampu mebuat keputusan yang berkaitan
dengan kebutuhan mereka.

B. Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia

Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki
kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang
lanjut usia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan
kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan
aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam
segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak
berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan
yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri.
Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow menyatakan bahwa kebutuhan
manusia meliputi (1) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik
atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya. (2) Kebutuhan
ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman,
baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan,
kemandirian dan sebagainya (3) Kebutuhan sosial (social needs)adalah kebutuhan
untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban,
organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobby dan sebagainya (4)
Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui
akan keberadaannya, dan (5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs)
adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya
pikir berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan
berperan dalam kehidupan. Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang
memiliki kebutuhan psikologis dasar (Setiati,2000). Kebutuhan tersebut diantaranya
orang lanjut usia membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman
terhadap lingkungan yang ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung
pada diri orang lanjut usia, keluarga dan lingkungannya . Jika kebutuhankebutuhan
tersebut tidak terpenuhi akan timbul masalah-masalah dalam kehidupan orang lanjut
usia yang akan menurunkan kemandiriannya (Ismayadi, 2008).

C. Teori–teori proses
a. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
b. Masing – masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
c. Tidak ada satu faktorpun ditemukan untuk mencegah proses menua
Ada beberapa teori tentang proses penuaan, antara lain:
a. Teori Genetic Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu .
Setiap spesies mempunyai di dalam nukleinya suatu jam genetik yang telah di
putar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan
menghentikan replikasi sel bila tidak berputar.. Jadi menurut konsep ini jika jam
ini berhenti, kita akan mati meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau
penyakit terminal. Konsep “ genetic clock” didukung oleh kenyatan bahwa ini
cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies terlihat adanya perbedaan
harapan hidup yang nyata.
b. Teori Mutasi Genetik (somatic mutatie theori )
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh
molekul – molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
c. Teori “ pemakaian dan rusak “
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan se –sel tubuh lelah terbakar.
d. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut “ teori akumulasi
dari produk sisa”.
e. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
f. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.
g. Reaksi dari kekebaian sendiri ( auto immunne theori)
Didalam metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan
tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga tubuh menjadi
lemah dan sakit.
h. “ Teori imonologi saw virus”
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke
dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
i. Teori stres menua akibat terjadi hilangnya sel – sel yang bisa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan internal,
kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel –sel tubuh lelah terpakai.
j. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat dibentuk dialam bebas, tidak stabil radikal bebas ( kelompok
atom ) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan – bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel –sel tidak dapat regenerasi.
k. Teori rantai silang
Sel – sel yang tua dan usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.
l. Theori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah yang membelah setelah sel- sel
mati.

D. Perubahan – perubahan yang terjadi pada lanjut usia


Perubahan – perubahan fisik
Sel :
a. Lebih sedikit jumlahnya
b. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan
kurangnya cairan intramuskuler
c. Menurunnya porposi protein di otak,
otot,ginjal, darah dan hati
d. Terganggunya mekanisme perbaikan sel
e. Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-
10%
Sistem pernafasan :
a. Cepat menurunnya persarafan
b. Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan stres.
c. Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan rasa,. Lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
d. Kurangnya sensitif pada sentuhan

Sistem Pendengaran :
a. Prebiakusis ( gangguan dalam pendengaran ), hilangnya kemampuan atau daya
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi dan atau nada – nada
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata, 50% terjadi pada usia diatas 65
tahun.
b. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkanya keratin
d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan
jiwa atau stres

Sistem penglihatan :
a. Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
b. Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau kekeruhan pada
lensa menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan
c. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan
menjadi lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap
d. Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang, menurunnya
membedakan warna biru atau hijau.

Sistem kardiovaskuler :
a. Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan menjadi kaku.
b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun, menyebabkan kontraksi dan volumenya.
c. Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, atau dari duduk ke
berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
( mengakibatkan pusing mendadak).
d. Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg, diastolik normal kurang lebih 90
mmHg

Sistem pengaturan temperatur tubuh :


Pada pengaturan tuhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai termostat, yaitu
menetapkan suhu teratur, kemunduran terjadi akibat berbagai faktor yang
mempengaruhinya yang sering ditemui antara lain:
a. Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis kurang lebih 35 derajat
celcius ini akibat metabolisme menurun.
b. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas banyak
sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.

Sistem Respirasi :
a. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktifitas
silia
b. Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas
lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas
menurun.
c. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
d. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida pada arteri tidak
berganti
e. Kemampuan untuk batuk berkurang
f. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun
seiring dengan pertambahan usia.

Sistem gastrointestinal :
a. Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal disease
b. Indra pengecap menurun dan esofagus melebar
c. Lambung : rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktu mengosongkan
menurun
d. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
e. Liver : makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya
aliran darah
f. Menciutnya ovari dan uterus
g. Atropi payudara
h. Pada laki – laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya
penurunan secara berangsur – angsur.
i. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun j. Selaut lendir menurun

Sistem Genitourinaria :
Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai
50% fungsi tubulus berkurang.
a. Vesika urinaria : otot – otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai 200ml,
atau dapat menyebabkan buang air kecil meningkat, vasikaurinaria susah
dikosongkan sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
b. Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 % tahun
c. Atrofi vulva

Sistem Endokrin :
a.Produksi dari hampir semua hormon menurun.
b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
c.Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya didalam pembuluh
darah,berkurangnya produksi dari ACT,TSH,FSH dan LH.
d. Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran zat
e.Menurunnya produksi aldosteron
f. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen dan
testosterone

Sistem kulit :
a.Kulit keriput atau mengkerut
b. Permukaan kulit kasar dan bersisik
c.Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun.
d. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
e.Rambut dan hidung dan telinga menebal.
f. Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan dan vaskularitas
g. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki
tumbuh secara berlebihan, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.
h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.

Sistem muskoloskeletal :
a.Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh
b. Kiposis, pinggang lutut dan jari –jari pergelangan terbatas geraknya.
c.Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.
d. Persendian membesar dan kaku
e.Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
f. Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram dan tremor.

E. Tugas Perkembangan Lansia

Peck mengonseptualisasikan tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil konflik
antara perbedaan integritas dan keputusasaan.
Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja. Tugas ini membutuhkan pergeseran
sistem nilai seseorang, yang memungkinkan lansia untuk mengevaluasi ulang
mendefinisikan kembali pekerjaan mereka. Penilaian ulang ini mengrahkan lansia
untuk mengganti peran yang sudah hilang dengan peran dan aktivitas baru.
Selanjutnya, lansia mampu menemukan cara-cara baru memandang diri mereka sendiri
sebagai orangtua dan okupasi.
Body transcendence versus preokupasi tubuh. Sebagian besar lansia mengalami
beberapa penurunan fisik.Untuk beberapa orang, kesenangan dan kenyamanan berarti
kesejahteraan fisik.Orang-orang tersebut mungkin mengalami kesulitan terbesar dalam
mengabaiakan status fisik mereka. Orang lain memiliki kemampuan untuk terlibat
dalam kesenangan psikologi dan aktivitas sosial sekalipun mereka
mengalami perubahan dan ketidaknyamanan fisik. Peck
mengemukakan bahwa dalam sistem nilai mereka, ”sumber-sumber kesenangan
sosial dan mental dan rasa menghormati diri sendiri mengabaikan kenyamanan fisik
semata.”
 Transendensi ego versus preokupasi ego. Peck mengemukakan bahwa cara paling
konstruktif untuk hidup di tahun-tahun terakhir dapat didefinisikan dengan : ”hidup
secara dermawan dan tidak egois yang merupakan prospek dari kematian personal-
the night of the ego, yang bisa disebut-paras dan perasaan kurang penting
dibanding pengetahuan yang telah diperoleh seseorang untuk masa
depan yang lebih luas dan lebih panjang daripada yang dapat dicakup oleh ego
seseorang.” manusia menyelesaikan hal ini melalui warisan mereka, anak-anak
mereka, kontribusi mereka pada masyarakat, dan persahabatan mereka. Mereka
”ingin membuat hidup lebih aman, lebih bermakna, atau lebih bahagia bagi orang-
orang yang meneruskan hidup setelah kematian.” Untuk mengklarifikasi, ”individu
yang panjang umur cenderung lebih khawatir tentang apa yang mereka lakukan
daripada tentang siapa mereka sebenarnya, mereka hidup di luar diri mereka sendiri
daripada kepribadian mereka sendiri secara egosentris. (Stanley & Beare, 2008).

F. Permasalahan yang timbul Pada Lansia


Berikut ini kita bicarakan masalah kesehatan lansia.
1. Permasalah Umum
a. Bersarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya prosentase kenaikan lansia
memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan pembinaan kesehatan
bagi lanjut usia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2009 akan meningkat
menjadi 209.535.49. jiwa dan jumlah lansianya 15.262.199., berarti 7.28%
(Anwar,2008 ). Menurut Kinsilla dan Taeuber ( 2008) peningkatan penduduk
lansia dalam waktu 2005-2010 sebesar 41% dan merupakan yang tertinggi
didunia ( Darmojo, 2009:1).
b. Jumlah lansia miskin makin banyak
c. Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin individualistic
d. Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang melayani lansia
e. Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia
f. Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan popuilasi
pada kehidupan dan penghidupan lansia.
2. Permasalahan Khusus
a. Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia
Perubahan normal ( alami ) tidak dihindari cepat dan lambatnya perubahan
dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik. Perubahan akan
terlihat pada jaringan organ tubuh seperti: kulit menjadi kering dan keriput,
rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian dan menyeluruh,
pendengaran juga berkurang, daya penciuman berkurang,tinggi badan menyusut
karena proses ostoporosis yang berakibat badan bungkuk, tulang keropos
masanya berkurang, kekuatan berkurang dan mudah patah, elastisitas jaringan
paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi organ di dalam
perut, dinding pembuluh darah menebal dan terjadi peningkatan tekanan darah,
otot bekerja tidak efisien, terjadi penurunan fungsi organ reproduksi terutama
ditemukan pada wanita, otak menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada
pria dan sexsualitas tidak selalu menurun
b. Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia
Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan melalui
nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya: katarak, kelainan
sendi, kelainan prostat dan inkotenensia.

G. Sikap perawat terhadap lansia

Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan


memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di berbagai tatanan
dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi
yang optimal. Perawat gerontologi mengaplikasikan dan ahli dalam memberikan
pelayanan kesehatan utama pada lanjut usia dank keluarganya dalam berbagai tatanan
pelayanan. Peran lanjut perawat tersebut independen dan kolaburasi dengan tenaga
kesehatan profesional.

Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan


keperawatan, malaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan kemampuan
atau kemandirian lanjuy usia, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan,
mencegah dan meminimalkan kecacatan dan menunjang proses kematian yang
bermartabat. Perawat gerontologi dalam prakteknya menggunakan managemen kasus,
pendidikan, konsultasi , penelitian dan administrasi.
Penting bagi perawat untuk mengkaji sikapnya pada penuaan karena sikap
tersebut mempengaruhi asuhan keperawatan. Untuk memberi asuhan yang efektif,
perawat harus menciptakan sikap positif terhadap lansia. Sikap negatif dapat
mengakibatkan penurunan rasa nyaman, adekuat, dan kesejahteraan klien. Lebih jauh
lagi, sikap tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas asuhan. Klien dalam
fasilitas perawatan jangka panjang memberi tantangan khusus bagi perawat. Klien ini
sering kali memandang diri sendiri sebagai pecundang, dan mungkin masyarakat juga
memandang mereka seperti itu. Perawat dapat meningkatkan kemandirian dan harga
diri klien yang merasa bahwa hidup tidak lagi berharga.

Perawat harus menjelaskan sikap pribadi dan nilai tentang lansia untuk
memberikan perawatan paling efektif. Usia, pendidikan, pengalaman kerja, dan
lembaga pekerjaan seorang perawat mempengaruhi stereotip. Pengalaman pribadi
dengan lansia sebagai anggota keluarga dapat juga mempengaruhi sikap. Karena lansia
menjadi lebih lazim dalam pelayanan kesehatan, maka penting sekali bagi perawat
untuk mengembangkan pendekatan asuhan yang positif bagi klien lansia.

Pendekatan perawatan lanjut usia


a. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :
- Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa bantuan
orang lain.
- Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami kelumpuhan
atau sakit.

b. Pendekatan psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan edukatif
pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap
segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat
yang akrab.
c. Pendekatan social
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya perawatan dalam
pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan sesama klien
lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.

2.1 Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes militus adalam penyakit metabolik yang kebabanyakan herediter dengan


tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik acut
maupun cronik, sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif maupun insulin absolut dalam
tubuh, dimana gangguan primer terletakpada metabolisme karbohidrat, yang biasanya
disertai juga gangguan metabolisme protein dan lemak.

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh


kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2008).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2007).

2.2 Klasifikasi

Klasifikasi Diabetes mielitus dan ganggguan toleransi glukosa menurut WHO 2015 :

A. Clinical Classes
a. DM
1. IDDM ( DM Type 1 ).
2. NIDDM ( DM Type 2 ).
3. Questionable DM , bila meragukan type 1 atau type 2.
4. MRDM
a) Fibrocalcolous Pancreatic DM ( FDPD ).
b) Proten Deficient Pancreatic DM ( PDPD ).
c) DM type lain dengan keadaan dan gejala yang tertentu.
5. Impaired Glucosa Tolerance ( GTG ).
6. Gestasional Diabetes Mielitus.

B. Statistical Risk Classes.


.1 Kedua orang tuanya pernah menderita DM.
.2 Pernah menderita GTG kemudian normal kembali.
.3 Pernah melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kilogram.

2.3 Etiologi

DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat menyebabkan


insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada
mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :

a. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta
melepas insulin.
b. Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat
menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara
berlebihan, obesitas dan kehamilan.
c. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang disertai
pembentukan sel – sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel – sel
penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
d. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap
insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang
responsir terhadap insulin.

2.4 Patofisiologi

Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek
utama akibat kurangnya insulin berikut:

1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan naiknya
konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan
terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada
dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.

Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar
glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yng
parah yang melebihi ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180
mg/100 ml ), akan timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang
menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya
poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama
urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun
serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi
sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau
hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.

Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis


dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.

2.5 Tanda dan gejala

Gejala yang sering muncul pada DM, yaitu :

a. Poliuria (banyak dan sering kencing)


b. Polipagia (banyak makan)
c. Polidipsi (banyak minum)

Kemudian diringi dengan keluhan-keluhan :

a. Kelemahan tubuh, lesu, tidak bertenaga.


b. Berat badan menurun
c. Rasa kesemutan, karena iritasi (perangsangan) pada serabut-serabut saraf
d. Kelainan kulit, gatal-gatal, bisul-bisul
e. Infeksi saluran kencing
f. Kelainan ginjal kalogi: keputihan
g. Infeksi yang sukar sembuh

Pada pemeriksaan laboratorium:

a. Kadar gula darah meningkat


b. Peningkatan plasma proinsulin dan plasma C polipeptida
c. Glukosuria

2.6 Test diagnosa


a. Test Glukosa darah
b. Gula dalam urine
c. Glukosa toleran test
d. Plasma proinsulin
2.7 Pengobatan
a. Diet rendah kalori
b. Exercise untuk meningkatkan jumlah dan fungsi reseptor site
c. Insulin diberikan bila dengan oral tidak efektif
d. Khusus untuk ganggren :
e. Ringan atau lokasi bukan daerah ekstremitas dilakukan nekrotomi luas di OK
f. Berat dan lokasinya pada ektremitas pertimbangan amputan

BAB III
PROSES KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian menggunakan pendekatan community as partner meliputi : data inti dan data
sub sistem.
1. Data Inti Komunitas Meliputi ;
a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
o Lokasi :
 Propinsi daerah tingkat 1 : Jawa Tengah
 Kabupaten/ kotamadya : semarang
 Kecamatan : Banyumanik
 Kelurahan : Ngesrep
 Alamat : Jangli Perbalan RW IV
b. Data demografi
1. Jumlah penderita berdasarkan penyakit diabetes melitus:
30 orang
2. Jumlah penderita berdasarkan penyakit hipertensi :
20 orang
o Berdasarkan jenis kelamin

 Laki-laki : 17 orang
 Perempuan : 33 orang

o Berdasarkan kelompok penderita DM

 Lansia : 50 orang (100 %)

o Berdasarkan agama

 Islam : 50 orang (100%)

o Berdasarakan suku bangsa


 Jawa : 50 orang (100%)
o Status perkawinan
 Kawin : 38 orang (76%)
 Duda : 5 orang (10%)
 Janda : 7 orang (14%)
o Pendidikan
 SD : 24 orang (46%)
 SMP : 12 orang (24%)
 SMA : 8 orang (16 %)
 Tidak sekolah : 6 orang (12 %)

2. Data Sub Sistem


a. Data Lingkungan Fisik
Sumber air dan air minum
o Penyediaan Air bersih
 PAM : 34 orang (68 %)
 Sumur : 16 orang (32%)
o Penyediaan air minum
 PAM : 25 orang (50%)
 Sumur : 12 orang (24%)
 Lain-lain/air mineral : 13 orang (26%)
o Pengolahan air minum
 Masak : 50 orang (100%)

Saluran pembuangan air/sampah

o Kebiasaan membuang sampah


 Diangkut petugas : 80%
 Dibuang sembarangan : 20%
o Pembuangan air limbah
 Got/parit : 100%
o Keadaan pembuangan air limbah
 Baik/lancer : 75%
 Kotor : 25%

Jamban

o Kepemilikan jamban
 Memiliki jamban : 100%
o Macam jamban yang dimiliki
 Septitank : 100%
o Keadaan jamban
 Bersih : 100%
 Keadaan rumah

o Tipe rumah
 Tipe A/permanen : 50 orang (100%)
o Status rumah
 Milik rumah sendiri : 50 orang (100%)
o Lantai rumah
 Tegel/keramik : 50 orang (100%)
o Ventilasi
 Ada : 50 orang (100%)
o Luas kamar tidur
 Memenuhi syarat : 37 orang (74%)
 Tidak memenuhi syarat : 13 orang (26%)
o Penerangan rumah oleh matahari
 Baik : 33 orang (66 %)
 Cukup : 17 orang (34%)

Halaman rumah
o Kepemilikan pekarangan
 Memiliki : 40 orang (80%)
 Tidak memiliki : 10 orang (20%)
o Pemanfaatan pekarangan
 Ya : 33 orang (66 %)
 Tidak : 7 orang (34 %)

b. Keamanan
1. Keamanan
Diet makan
o Kebiasaan makan makanan manis : 46% ( 23 org )
o Kebiasaan makan makanan berlemak : 30% ( 15 org )
o Lain-lain : 23 % ( 12 org )
Kepatuhan terhadap diet
o Patuh : 20 % ( 15 org )
o Kadang-kadang : 54 % ( 27 org )
o Tidak patuh : 36 % ( 18 org )
Kebiasaan berolah raga
o Sering : 15% ( 10 org )
o Kadang-kadang : 40% ( 16 org )
o Tidak pernah : 45% ( 24 org )

Kebiasaan sehari-hari
o Memakai alas kaki

 Setiap saat : 60% ( 33 org )


 Saat di luar rumah : 30% ( 10 org )
 Jarang memakai : 10% ( 7 org )

Kebiasaan mencuci kaki sebelum tidur

o Sering : 10% ( 30 org )


o Kadang-kadang : 15% ( 11 org )
o Tidak pernah : 75% ( 9 org )

B. ANALISA DATA

No PENGELOMPOKKAN DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS: Kurangnya Kurangnya pengetahuan
Dari hasil pengkajian didapatkan hasil
pengetahuan tentang proses penyakit,
75% lansia menderita diabetes namun
tidak teratur untuk memeriksakan diri komunitas mengenai, diet, perawatan dan
penyakit dm, diit yang pengbatan berhubungan
- dari hasil pengkajian didapatkan hasil
65% lansia mengaku makan seadanya baik untuk lansia dengan tingkat pendidikan
dan tidak pernah melakukan diit sesuai
yang rendah dan kurang
anjuran petugas kesehatan.
terpapar informasi

DO:
Lansia mengonsumsi makanan dengan
tidak terkontrol dan hanya berada
dirumah setiap harinya

- kebiasaan masyarakat makan makanan


yang manis sebanyak 30 orang (66%)

Resiko injuri berhubungan


2. dengan penurunan fungsi
Ds : tubuh ditandai dengan 65%

Dari hasil pengkajian didapatkan hasil lansia mengaku sering


65% lansia sering merasakan kesemutan, merasa kesemutan dan
dan telapak kaki terasa baal
kaki terasa baal
Do :
C. Diagnosa :
1. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengbatan berhubungan
dengan tingkat pendidikan yang rendah dan kurang terpapar informasi
2. Resiko injuri berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh ditandai dengan 65% lansia mengaku
sering merasa kesemutan dan kaki terasa baal

b. Kriteria Penapisan
Dx. Kep Kriteria penapisan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Dx. 1 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 42
Dx. 2 4 3 4 4 3 3 2 4 3 3 3 4 40

Keterangan :

1. Sesuai degan peran perawat komunitas.

2. Jumlah yang beresiko

3. Besarnya resiko

4. Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan

5. Minat masyarakat

6. Kemungkinan untuk diatasi

7. Sesuai program pemerintah

8. Sumber daya tempat


Skor :
1 = sangat rendah
2 = rendah
3 = cukup
4 = tinggi
5 = sangat tinggi
Jumlah skor 121

D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Tujuan
No. Diagnosa Umum Khusus Rencana Kegiatan waktu Tempat
Jum’at, 24 Dipuskesmas
november ngesrep
2017 sampai
sabtu,25
november
Setelah 2017
Kurangnya dilakukan - menimbang berat
pengetahuan tindakan badan dan tinggi
tentang proses keperawatan badan serta
penyakit, diet, selama 1 minggu: melakukan
penghitungan IMT
perawatan dan Setelah lansia mampu pada kelompok
pengbatan dilakukan mengontrol -memberikan
berhubungan tindakan asupan makanan pendidikan kesehatan
dengan tingkat keperawatan sehari - harinya tentang pengertian
pendidikan diharapkan dan dapat DM, penyebab dan
1. cara pencegahannya
yang rendah angka diabetes melakukan
dan kurang atau kadar sedikit aktivitas -identifikasi makanan
yang disukai
terpapar glukosa pada lansia rutin setiap - libatkan keluarga
informasi lansia dapat bulannya dalam perencanaan
menurun menghadiri makanan
kegiatan prolanis - memberikan
yang diadakan di penyuluhan tentang
puskesmas program diit yang di
Ngesrep anjurkan pada lansia

2 Resiko injuri Setelah Setelah Memberikan Kamis 30 Dipuskesmas


berhubungan dilakukan dilakukan pendidikan kesehatan November Ngesrep
mengenai penyebab 2017
dengan tindakan tindakan terjadinya kaki yang
penurunan keperawatan keperawatan terasa kesemutan dan
fungsi tubuh diharapkan selama 1 minggu:
ditandai lansia bisa lansia mampu
dengan 65% memahami mengetahui
lansia penyebab penyebab kakinya
mengaku kakinya terasa terasa baal dan
sering merasa baal dan cara
terasa baal
kesemutan dan carapenatalaks penatalaksanaann - mengajarkan senam
kaki terasa anaannya ya kaki diabetes pada
baal lansia

E. EVALUASI HASIL KEPERAWATAN KOMUNITAS

N Waktu dan Hasil


O Kegiatan tempat Respon Lansia Pendukung Penghambat
Penyuluhan tentang 30 November Suara panggilan
1. penyakit Dm, tanda 2017 Lansia nomor antrian obat
gejala, Dipuskesmas mendengarkan di farmasi yang
penatalaksanaannya,, diit Ngsrep dengan baik, dan membuat
yang tepat untuk aktif untuk konsentrasi lansia
penderita DM bertanya fasilitator buyar
30 November Lansia antusias
2017 mengikuti gerakan
Mengajarkan lansia Dipuskesmas senam yang
2. senam kaki diabetes Ngsrep diajarkan fasilitator -
Kunjungan ke rumah Lansia
lansia untuk melakukan mengatakan sudah
evaluasi mengenai mulai melakukan
kepatuhan lansia 1 November diit dengan benar,
terhadap diet dan 2017 Dan melakukan
melakukan senam yang Dirumah senam diabetes
3. sudah diajarkan lansia pada pagi hari - -
F. RENCANA TINDAK LANJUT

N Maslah Tujuan kegitan sasaran wakt Penanggun


O kesehatan u g jawab
1. Kurangnya Lansia dapat 1. kader Kelompok 30 mahasiswa
pengetahua
mehami posyandu lansia RW nove
n lansia
mengenai tentang bekerja sama IV mber
penyakit
penyebab dengan tim 2017
DM
penyebab penyakit kesehatan untun
serta
serta dapat mengadakan
program
diit yang menjalankan PENKES
harus di
diit DM 2. kader
jalankan
secara posyandu
teraturf bekerja sama
dengan
nutrisionis
untuk
menentukan diit
yang baik dan
benar
2. Lansia 1. 1.menganjuraka Kelompok 30 mahasiswa
mengatakan Lansia n kepada kader lansia RW nove
pada mampu posyandu untuk IV mber
kakikanya memahami melakukan 2017
sering penyebab senam kaki DM
sebah dan kaki secara rutin 2x
kesemutan, kesemutan seminggu
2. 2.
Lansia menganjurkan
mampu kepada
mempraktika kelompok lansia
n tentang untuk
senam kaki melakukan
DM senam kaki DM
secara mandiri
DAFTAR PUSTAKA

on, E.T. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik. Jakarta : EGC.

, Lynn. & Slevin, Oliver. (2006). Teori & Praktik Keperawatan Pendekatan Integral pada
Asuhan Pasien. Jakarta : EGC

di. (2004). Asuhan Keperawatan Dengan Reumatik (Artritis Treumatoid) Pada Lansia.
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara

yadi. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Lanjut Usia dengan Demensia pada Home
Care. UniversitaMuhammadiyah Malang

yadi. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika

Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik Edisi kedua. Jakarta: EGC

Patricia. A. & Anne Griffin Perry.(2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC

Riyadi. Sugeng (2007), Keperawatan Kesehatan Masyarakat, retieved may


12nd

Mickey. & Beare, Patricia Gauntlett. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi kedua.
Jakarta : EGC

You might also like