You are on page 1of 17

Asuhan Keperawatan Teoritis Pada Klien Ca Mammae

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, suatu proses keperawatan,

suatu kolaboratif melibatkan perawat, pasien dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian

dilakukan untuk mendapatkan data subjektif dan objektif yang dilakukan dengan wawancara

dan pemeriksaan fisik, data tersebut kemudian diolah, dianalisa yang kemudian akan

menghasilkan suatu diagnosa keperawatan yang membutuhkan perencanaan untuk mengatasi

masalah yang timbul dan muncul.Tujuan utama pengkajian adalah memberikan gambaran

secara terus menerus mengenai keadaan pasien yang memungkinkan perawat merencanakan

asuhan keperawatan kepada klien dengan mudah.

Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam lima tahap kegiatan yang

meliputi:

1) Identitas Klien

Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa, agama, status perkawinan,

alamat, nomor MR, tanggal masuk dan penanggung jawab.

2) Riwayat Kesehatan

a) Riwayat Kesehatan Dahulu

a. Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti penyakit payudara jinak

,hyperplasia tipikal.

b. Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel proliferative mempunyai

resiko dua kali lipat biasanya mengalami kanker payudara, wanita dengan hyperplasia tipikal

mempunyai resiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini

c. Biasanya pasien mempunyai riwayat pemakaian terapi penggantian hormon dalam waktu

yang lama (lebih dari 10-15 tahun) seperti estrogen suplemen.

d. Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral.


e. Riwayat perokok, konsumsi alkohol dan tinggi lemak, dan makanan yang memakai

penyedap dan pengawet.

f. Biasanya klien mempunyai riwayat menarche atau menstruasi pertama pada usia yang

relative mudah dan menopause pada usia yang relative lebih tua

g. Biasanya klien mempunyai riwayat nulipara (belum pernah melahirkan), infertilitas, dan

melahirkan anak pertama pada usia yang relative lebih tua(lebih dari 35 tahun), serta tidak

menyusui

3) Riwayat kesehatan sekarang

a. Biasanya klien mengatakan timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan,

makin lama benjolan ini makin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.

b. Klien mengatakan terasa nyeri pada payudara saat benjolan mulai membesar.

c. Klien mengeluh keluar nanah, darah atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang

tidak hamil.

d. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk akibat neoplasma menyekat drainase limfatik

sehingga terjadi edema dan piting kulit.

e. Biasanya klien mengatakan tubuh terasa lemah, tidak nafsu makan , mual, muntah, ansietas.

f. Terdapat edema ( bengkak) pada lengan atau kelainan kulit, ruam kulit, dan ulserasi.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

a. Kemungkinan ada keluarga yang menderita kanker terutama ibu, anak perempuan serta

saudara perempuan. Risikonya meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker pada usia

kurang dari 60 tahun. Risiko meningkat 4-6 kali jika terjadi pada dua orang saudara langsung.

b. Tiga atau lebih keluarga dari sisi keluarga yang sama terkena kanker payudara atau

ovarium.

c. Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara atau ovarium dibawah

40 tahun.
d. Adanya keluarga dari sisi yang sama yang terkena kanker payudara atau ovarium.

e. Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga.

5) Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum klien, biasanya di kaji tingkat kesadaran klien, BB,Tinggi badan, tekanan

darah, suhu, RR, Nadi.

b. Kepala

1) Rambut

Biasanya kulit kepala dan rambut klien akan rontok atau alopesia karna pengaruh kemoterapi,

kulit kepala tidak tampak bersih.

2) Wajah

Biasanya tidak terdapat edema atau hematon.

3) Mata

Biasanya mata simetris kiri dan kanan Konjungtiva anemis disebabkan oleh nutrisi yang

tidak adekuat Sklera tidak ikterik,palpebra tidak edema.

4) Hidung

Biasanya hidung kurang bersih, tampak sekret, adanya pernafasan cuping hidung yang

disebabkan klien sesak nafas terutama pada pasien yang kankernya sudah bermetastase ke

paru-paru.

4) Bibir

Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih.

5) Gigi

Biasanya gusi klien mudah terjadi pendarahan akibat rapuhnya pembuluh darah dan caries

positif

6) Lidah
Lidah biasanya tampak pucat, dan lidah klien kurang bersih.
c. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

d. Dada atau Thorak

a) Inspeksi

Pada stadium 1

biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh

pembengkakan pada payudara,dengan ukuran 1-2 cm.

Pada stadium 2

biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang juga disebabkan payudara

dengan ukuran dengan tumor 2,5-5 cm.

Pada stadium 3A

biasanya dada klien juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan

tumor yang sudah meluas dalam payudara besar tumor 5-10 cm.

Pada stadium 3B

bentuk dada juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan dan

kanker sudah melebar ke seluruh bagian payudara,bahkan mencapai kulit, dinding

dada,tulang rusuk,dan otot dada.

Pada stadium 4

Bentuk dada tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan dan

mestastase jauh keorgan lain seperti paru-paru.

b) Palpasi

Pada stadium 1

biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase

keorgan lain
Pada stadium 2

biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase

keorgan lain

Pada stadium 3A

biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase

keorgan lain

Pada stadium 3B

biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase

keorgan lain seperti tulang rusuk, dinding dada dan otot dada .

Pada stadium 4

biasanya tidak fremitus kiri dan kanan yang juga disebabkan oleh karena kanker sudah

metastase ke organ yang lebih jauh seperti paru-paru sehingga mengakibatkan paru –paru

mengalami kerusakan dan tidak mampu melakukan fungsinya.

c) Perkusi

Pada stadium 1

biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien.

Pada stadium 2

biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien karena kanker belum

mengalami metastase.

Pada stadium 3A

Masih akan terdengar sonor pada lapangan paru karena kanker belum metastase.

Pada stadium 3B

biasanya terdengar bunyi redup yang dapat di temukan pada infiltrate paru dimana parenkim

paru lebih padat / mengadung sedikit udara dan bunyi pekak pada paru-paru paien yang
disebabkan pada paru-paru pasien didapatkan berisi cairan disebut dengan efusi pleura jika

kanker telah bermetastase pada organ paru.

Pada stadium 4

biasanya akan terdengar pekak pada paru-paru pasien yang disebabkan pada paru-paru

pasien didapatkanberisi cairan yang disebut dengan efusi pleura akibat metastase dari kanker

mammae yang berlanjut,dan nafas akan terasa sesak.

d) Auskultasi

Pada stadium 1

biasanya akan terdengar vesikuler (bunyi hampir terdengar seluruh lapangan pare dan

inspirasi lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi. suara nafas tambahan

tidak ada, seprti ronchi (-) dan wheezing (-)

Pada stadium 2

biasanya bunyi nafas terdengar vesikuler (bunyi hampir seluruh lapangan paru clan inspirasi

lebih panjang lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi. Biasanya buni nafas klien juga

dapat terdengar bronkovesikuler dengan bronchial. Suara nafas tambahan tidak ada, seperti

ronchi (-) dan wheezing (-)

Pada stadium 3 A

Biasanya bunyi nafas berbunyi vesikuler (bunyi hampir seluruh lapangan paru dan inspirasi

yang lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi, dan bronkovesikuler

yaitu pada daerah suprasternal, interscapula: campuran antara element vaskuler dengan

bronchial. Suara nafas tambahan tidak ada, seperti : Ronchi (+) dan wheezing (-)

Pada stadium 3 B

biasanya nafas klien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi lebih panjang, lebih keras

nadanya lebih tinggi dari pada inspirasi dan terdengar dan terdapat suara nafas tambahan

seperti: Ronchi dan Wheezing ini disebabkan oleh kanker sudah menyebar ke seluruh bagian
payudara, dan mencapai ke dinding dada, tulang rusuk, dan otot dada sehingga

mengakibatkan terjadinya penurunan ekspansi paru dan compressive atelektasis.

Pada stadium 4

biasanya bunyi nafas pasien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi lebih panjang, lebih

keras, nadanya lebih tinggi, dari pada inspirasi dan terdengar. Dan terdapat

suara tambahan seperti : Ronchi dan wheezing. Ini disebabkan oleh kanker metastase ke

bagian tubuh lainnya seperti parupare sehingga mengakibatkan terj adnnya penurunan

ekspansi

paru dan compressive atelektasis sehingga terjadi penumpukan secret pada daerah lobus paru.

e. Jantung (Kardiovaskuler)

1. Inspeksi

Biasanya iktus tidak terlihat

2. Palpasi

Biasanya iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

3. Perkusi

Batas jantung normal, (batas jantung kanan RIC II, linea staralis dektra, batas jantung kiri

RIC V,1 jari media linea clavukularis sinistra)

f. Auskultasi

Biasanya irma jantung murni,murmur (-)

g. Mammae (payudara)

1. Inspeksi

Biasanya ada benjolan yang menekan payudara.adanya ulkus dan berwarna merah dan

payudara mengerut seperti kulit jeruk


2. Palpasi

Teraba benjolan payudara yang mengeras dan teraba pembengkakan dan teraba pembesaran

kelenjar getah bening diketiak atau timbul benjolan kecil di bawah ketiak.

h. Perut

1. Inspeksi

Biasanya tidak ada pembesaran

2. Palpasi

Biasanya bising usus (-)

3. Perkusi

Biasanya lien dan hepar tidak teraba

4. Auskultasi

Tympani

i. Genitourinaria

Biasanya genetalia bersih

j. Ekstremitas

Biasanya ekstremitas tidak odema,tidak ada lesi

k. Sistem intergument

Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit klien dan turgor kulit klien tidak elastis

6) Pola Kebiasaan Sehari-hari

a. Nutrisi

1) Makan

Sehat: biasanya makan 3 kali sehari dan habis satu porsi

Sakit : biasanya 3 kali sehari,dan hanya menghabiskan setengah porsi

2) Minum

Sehat: biasanya minum 6-8 gelas sehari


Sakit :biasanya klien hanya menghabiskan minum 3-5 gelas sehari

b. Eliminasi

1) Miksi

Sehat : biasanya frekuensi BAK sehari 1500 cc

Sakit : biasanya frekuensi BAK sehari 800 cc,karateristiknya warna kekunangan,pekat dan

bau khas

2) Defekasi

Sehat : biasanya frekuensi BAB 1 kali sehari

Sakit : pada saat sakit 1 kali dalam 3 hari karateristik warna kehitaman atau kemerahan,

konsistensi padat dan bau khas

c. Istirahat dan Tidur

Sehat: biasanya jam tidur siang 2 jam dan malam 9 jam sehari

Sakit : biasanya saat sakit susah tidur karena rasa nyeri yang dirasakan di bagian payudara

d. Kebersihan Diri

Sehat : biasanya klien mandi 2 kali sehari,menggosok gigi 2 kali sehari,cuci rambut 1 kali

dalam 2 hari,pakain di ganti sesudah mandi

Sakit : biasanya pada sakit mandi 1 kali sehari,menggosok gigi 1 kali sehari,cuci rambut 2

kali seminggu,pakain di ganti 1 kali sehari.

7) Pemeriksaan laboratorium/penunjang

a. Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat, trombosit

meningkat.

b. Pemeriksaan urin, diperiksa apakah ureum dan kreatini meningkat

c. Tes diagnostik yang biasanya di lakukan pada penderita karsinoma mammae adalah

sinar X, sinar X ini di perlukan selain untuk screening pra-operasi,juga untuk melihat

apakah ada penyebaran kanker ke paru-paru, ultrasonografi : diperlukan bersamaan


dengan mammografi untuk membedakan krista yang berisi cairan dengan jenis lesi

lainnya.

d. Respon Hormone

Diperlukan untuk mengetahui adanya peningkatan hormone estrogen dan progesteron.

e. Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus

Pemeriksaan ini di lakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologi di curigai ganas.

Biopsi jarum halus dilakukan dengan menusuk tumor dengan jarum halus dan di sedot

dengan spuit 10 cc sampai jaringan tumor diperiksa di laboratorium oleh ahli patologi

anatomi untuk mengetahui apakah jaringan tersebut ganas (maligna) atau jinak (benigna)

f. Penanda tumor(zat yang di hasilkan dan di sekresi oleh sel tumor dan di temukan dalam

serum missal CEA, antigen spesifik frosfat, alfa-fetoprotein, HCG, asam dll)dapat

membantu dalam mendiagnosis kanker tetapi lebih bermanfaat sebagai prognostik

g. Tes kimia skrining

a) Elektrolit(natrium,kalium,kalsium)

b) Tes ginjal (BUN)

c) Tes hepar (bilirubin,AST/SGOT alkalin fosfat,LDH)

d) Tes tulang(alkalin fosfat,kalsium)

h. Sinar X dada

Menyelidiki penyakit paru metastasis

11) Analisa Data

Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan daya fikir

berdasarkan ilmiah,pengetahuan yang sama dengan masalah yang di dapat pada pasien

(Gusneli,2007)
2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian diatas kemungkinan dignosa keperawatan yang timbul adalah:

Pre Operasi

1. Gangguan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru

2. Nyeri berhubungan dengan benjolan pada payudara

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan suplai nutrisi jaringan keseluruh

tubuh menurun

Post Operasi

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan

2. Resiko Infeksi berhubungan dengan adanya luka terbuka

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pengangkatan organ

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Pre Operasi

Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.


Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pola nafas
kembali efektif.

Kriteria Hasil :

1. Pola nafas efektif


2. Bunyi nafas normal atau bersih
3. TTV dalam batas normal
4. Batuk berkurang
5. Ekspansi paru mengembang.

Intervensi :

1. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan
termasuk penggunaan otot bantu pernafasan / pelebaran nasal.
R/ Kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat
gagal nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan atau
nyeri dada.

2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti crekels, mengi.
R/ ronki dan mengi menyertai obstruksi jalan nafas / kegagalan pernafasan.
3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
R/ Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.
4. Observasi pola batuk dan karakter sekret.
R/ Kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi.
5. Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.
R/ Dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah
ketidak nyaman upaya bernafas.
6. Kolaborasi
a. Berikan oksigen tambahan.
b. Berikan humidifikasi tambahan misalnya : nebulizer.

R/ Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban


pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret.

2. Nyeri berhubungan dengan benjolan pada payudara

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan Nyeri
berkurang

Kriteria :

1. Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang

2. Nyeri tekan tidak ada

3. Ekspresi wajah tenang

4. Luka sembuh dengan baik

Intervensi :

1. Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran.
Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan rasa nyeri yang
dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan
untuk intervensi selanjutnya.

2. Beri posisi yang menyenangkan.

Rasional : Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat secara


efektif dan dapat mengurangi nyeri.

3. Anjurkan teknik relaksasi napas dalam.

Rasional : Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan


memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh jaringan.

4. Ukur tanda-tanda vital

Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya


peningkatan nyeri.

5. Penatalaksanaan pemberian analgetik

Rasional : Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga dapat nyeri


tidak dipersepsikan.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan suplai nutrisi jaringan keseluruh

tubuh menurun

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pasien
mampu menghabiskan 1 porsi makan, kebutuhan nutrisi terpenuhi, mempertahankan
keseimbangan berat badan yang sesuai, tidak mual dan tidak muntah – muntah.

Kriteria :

1. Nutrisi terpenuhi

2. Tidak malnutrisi

3. Berat badan naik


Intervensi:
1. Beri nutrisi
R/ Membantu rencana diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
2. Beri minum air hangat (cairan)
R/ Air hangat dapat merangsang kenyamanan perut agar tidak merasa mual dan muntah –
muntah.
3. Beri makan sedikit tapi sering
R/ Meningkatkan energi dan mengurangi pengeluaran energi yang berlebihan.

Post Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan Nyeri
berkurang atau hilang

Kriteria Hasil :
- Klien tidak mengeluh nyeri
- Klien tampak tenang
- Klien tidak meringis

Intervensi :
1. Kaji tingkat nyeri, catat lokasi, karakteristik dan beratnya (0 – 10)
R/ Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan pada karakteristik
nyeri menunjukkan terjadi abses, memerlukan upaya evaluasi medik dan intervensi.

2. Observasi TTV, perhatikan petunjuk non verbal.


R/ Dapat membantu mengevaluasi pernyataan verbal dan keefektifan intervensi

3. Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan stres


R/ Meningkatkan istirahat

4. Pertahankan istirahat dengan posisi semi Fowler


R/ Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen bawah atau pelvis, menghilangkan
tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telentang
5. Ajarkan teknik nafas dalam bila rasa nyeri datang
R/ Teknik nafas dalam menurunkan konsumsi abdomen akan O2, menurunkan frekuensi
pernafasan, frekuensi jantung dan ketegangan otot yang menghentikan siklus nyeri

6. Kolaborasi dengan pemberian analgetik sesuai indikasi


R/ Menghilangkan nyeri, mempermudah kerjasama dengan intervensi lain, contoh ambulasi,
batuk.

2. Resiko Infeksi berhubungan dengan adanya luka terbuka


Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan tidak
ada tanda-tanda infeksi

Kriteria Hasil :
- Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar
- Bebas dari tanda-tanda infeksi

Intervensi :
1. Awasi tanda-tanda vital.
R/ Dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis, abses

2. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka yang aseptik
R/ Menurunkan risiko penurunan bakter

3. Observasi keadaan luka dan insisi.


R/ Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi dan pengawasan penyembuhan yang
tidak ada sebelumnya

4. Kolaborasi dengan pemberian antibiotik sesuai indikasi


R/ Mungkin diberikan secara profilaktik atau menurunkan jumlah organisme dan untuk
menurunkan penyebaran dan penyembuhan

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pengangkatan organ


Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan citra tubuh
pasien tidak terganggu.
Kriteria Hasil :
1. Klien dapat meningkatkan body image dan harga dirinya.
2. Klien dapat berperan serta aktif selama rehabilitasi dan self care
3. Pasien mampu beradaptasi
4. Menyatakan penerimaan pada situasi diri mengenai perubahan konsep diri yang akut
5. Membuat rencana nyata untuk adaptasi peran baru/perubahan peran

Intervensi :
1. Kaji/perimbangkan persiapan pasien dan pandangan amputasi
R/Pasien yang memandang amputasi sebagai pemotongan hidup atau rekonstruksi
akan menerima diri yang baru lebih cepat
2. Dorong ekspresi ketakutan, perasaan negatif, dan kehilangan bagian tubuh.
R/Ekspresi emosi membantu pasien mulai menerima kenyataan dan realitas hidup
3. Beri penguatan informasi pascaoprasi termasuk tipe/lokasi kehilangan organ, tipe
prostese bila tepat (segera, lambat), harapan tindakan pascaoperasi, termasuk kontrol
nyeri
R/Memberikan kesempatan untuk menanyakan dan mengasimilasi informasi dan
mulai menerima perubahan gambaran diri dan fungsi, yang dapat membantu
penyembuhan
4. Kaji derajat dukungan yang ada untuk pasien
R/Dukungan yang cukup dari orang terdekat dan teman dapat membantu proses
rehabilitasi.
5. Diskusikan persepsi pasien tentang diri dan hubungannya dengan perubahan dan
bagaimana pasien melihat dirinya dalam pola/peran fungsi yang biasanya.
R/Membantu mengartikam masalah sehubungan dengan pola hidup sebelumnya dan
membantu pemecahan masalah, sebagai contoh, takut kehilangan kemandirian,
kemampuan bekerja, dan sebagainya

4. Implementasi

Merupakan langkah keempat dalam proses keperawatan pada kasus kanker payudara

dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) khususnya pada


kanker payudara diman ini telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Lukman

and Sorensen, 2000).

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan proses akhir dari keperawatan khususnya pada kanker payudara

dengan cara identifikasi/ melihat sejauh mana tujuan dari implementasi kanker payudara

tercapai atau tidak (Lukman and Sorensen, 2000).

You might also like