Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
fungsi otak menyeluruh yang dapat akut atau kronik, progresif atau statis.
ensefalopati juga rendah jika dibandingkan anak seusianya Dari segi prestasi
maupun autis.(1)
hipoksik iskemik mencapai 150 per 57 ribu kelahiran hidup atau berkisar
menunjukkan angka yang lebih tinggi 164 per 43 ribu kelahiran hidup atau
negara maju dan naik menjadi 60% pada negara berkembang berkairtan
1
Tidak ada data akurat terkait dengan angka kejadian ensefalopati hepatik.
pada 30-45% pasien dengan sirosis hepatis dan 10-50% pada pasien shunting
biasanya terdiagnosis pada pasien sirosis hepatis dan pada pasien hipertensi
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
kelainan fungsi otak menyeluruh yang dapat akut atau kronik, progresif
(6)
atau statis. Ensefalopati adalah disfungsi kortikal umum yang memiliki
karakteristik perjalanan akut hingga sub akut (jam hingga beberapa hari),
fungsi otak, yang bermanifestasi pada gangguan atensi baik berupa agitasi
B. ETIOLOGI
3
C. EPIDEMIOLOGI
Timur menunjukkan angka yang lebih u tinggi 164 per 43 ribu kelahiran
hipoksis pada negara maju dan naik menjadi 60% pada negara
juga sulit ditemukan, angka yang tersedia adalah kadar timbal dalam
serum yang lebih dari 10mcg/dL berkisar 88% pada 3 tahun terakhir.
Dimana kadar yang lebih dari 10mcg/dL pada darah dapat menyebabkan
hepatik murni terjadi pada 30-45% pasien dengan sirosis hepatis dan 10-
4
Ensefalopati hepatik minimal biasanya terdiagnosis pada pasien sirosis
D. KLASIFIKASI
Virus dan bakteri menyebabkan meningitis, infeksi jamur dapat terjadi pada
ensefalopati terjadi kerusakan fungsi otak tanpa adanya proses inflamasi langsung
di dalam parenkim otak.(11) Neonatus tidak selalu memberikan gejala ubun ubun
besar yang menonjol. Pasien dapat menunjukkan gejala ensefalopati global seperti
koma atau status epileptikus. Diagnosis dan pengobatan awal dengan antibiotik
Ensefalopati yang disebabkan oleh infeksi sistemik adalah keadaan yang paling
ensefalopati dan ensefalitis pada umumnya dapat dilihat pada tabel berikut.(12)
5
Disfungsi serebral difuse ataupun multifokal yang diinduksi oleh respons
sistemik terhadap infeksi tanpa bukti klinis maupun laboratoris adanya infeksi
berat yaitu efek endotoksin dan mediator inflamasi, disfungsi sawar darah otak
dan kerusakan cairan serebro spinal, perubahan asam amino dan neurotransmiter,
apoptosis, stres oksidatif dan eksitotoksisitas, akan tetapi hipotesis yang paling
c. Gejala Klinis. Ensefalopati sepsis pada umumnya terjadi awal sepsis berat dan
hingga tak berespon dan koma. Status konfusional fluktuatif, inatensi dan
kebiasaan yang tidak sesuai juga terkadang timbul pada pasien ensefalopati
ringan. Pada kasus yang lebih berat dapat menimbulkan delirium, agitasi dan
6
deteriorasi kesadaran dan koma. Gejala motorik jarang terjadi pada ensefalopati
mioklonus dan tremor. Pada ensefalopati sepsis yang mungkin timbul adalah
menjadi gerakan pasif. Kejang juga dapat timbul pada ensefalopati septik, tetapi
tidak umum, disfungsi saraf kranial dan lateralisasi jarang terjadi dan harus dapat
penyingkiran penyebab lain yang mungkin dari deteriorisasi otak (metabolik atau
normal. Pola EEG yang dapat ditemukan pada ensefalopati sepsis adalah normal
EEG pada ensefalopati septik ini tidak spesifik, karena juga dapat ditemukan pada
dan NSE. S100B adalah protein yang terikat oleh kalsium yang dihasilkan oleh
sistem saraf pusat, terutama oleh sel astroglial. S100B akan meningkat pada
serum dan cairan serebro spinal setelah terjadi cedera otak. NSE adalah enzim
glikolitik intrasitoplasmik enolase, yang dapat ditemukan pada sel saraf dan
7
jaringan neuroendokrin dan meningkat pada sirkulasi darah setelah meningkatnya
14 hari.(13)
dari pemberian asam valproat, tanpa disertai adanya penyakit liver primer
sebelumnya.(10)
ringan enzim liver serum. Secara klinis pasien dapat menunjukkan keadaan
dimana tejadi disfungsi kognitif dalam beberapa derajat. Gejala dapat dimulai
pada 2 minggu awal setelah terapi dimulai hingga berkisar 3-5 tahun
berikutnya.(10)
neurologis. Pada beberapa kasus hal ini berkaitan dengan defisensi enzim siklus
8
valproat, yang merupakan asam lemak, dapat menginduksi hiperamonia dengan
cara metabolisme nya dalam hati, yang menghasilkan metabolit toksik yang dapat
pertama pada siklus urea, yang dapat mencegah ekskresi ammonia. Asam valproat
d. Etiologi. Anti konvulsan lainnya yang dapat berefek seperti asam valproat
kadar ammonia pada pasien yang mengkonsumsi asam valproat secara bersamaan.
Pada salah satu penelitian, penambahan toporimate, inhibitor siklus urea lainnya,
produksi ammonia renal ke dalam sirkulasi. Obat tersebut antara lain glysin yang
yang dapat memberikan perbaikan utuh dalam waktu beberapa hari. Suplementasi
valproat.(10)
9
Ensefalopati akibat timbal.
Timbal digunakan untuk alat masak, pipa, dan barang pecah belah lainnya. Bentuk
pada dewasa karena berbagai sebab. Eksposure pada anak anak sangat dipengaruhi
oleh kebiasaan pica. Pada saluran pencernaan anak juga mengabsorbsi timbal lebih
cepat dibandingkan pada dewasa dan sistem saraf pusat pada anah lebih mudah
Timbal dapat melewati sawar darah otak, ditransmisikan melalui plasenta dan air
kelompok sulfhidril pada protein dan enzim. Ikatan ini akan menimbulkan toksik
c. Diagnosis. Di Amerika kadar normal timbal dalam darah adalah kurang dari
5mcg/dL, dan mencapai kadar toksik pada kadar lebih dari 10mcg/dL, khususnya
pada anak anak. Kadar protophyrin digunakan sebagai alat diagnostik pada toksisitias
timbal karena enzim yang berdasarkan heme yang disebabkan oleh timbal.
Peningkatan protrofirin terjadi pada 6-8 minggu setelah paparan dan nilai normal dari
d. Gejala klinis. Pada keadaan akut ensefalopati pasien dapat mengeluhkan nyeri
kepala, muntah, ataksia, kejang, paralisisi, stumor dan koma. Pada ensefalopati
10
kebiasaan, depresi, ataksia, kejang, kebingungan dan kehilangan persepsi sensorik.
Selain itu toksisitas timbal dapat menyebabkan gangguan dalam belajar, pengurangan
drip dengan NaCl atau D5%, Succimer dengan dosis 10mg/kgBB/8jam selama 5 hari
dasarnya merupakan masalah baik bagi neonates maupun anak, dengan outcome
fungsional bergantung pada waktu dan intervensi yang hati hati. Ensefalopati
Gannguan metabolik yang biasa terjadi adalah disfungsi hepar, disfungsi renal,
dan gangguan metabolik. Gannguan yang paling sering terjadi adalah disfungsi
hepar, sehingga yang dibahas dalam referat kali ini adalah ensefalopati hepatic.
Terdapat tiga varian ensefalopati metabolik pada anak, dua varian pertama sangat
11
dengan ensefalopati yang berat dari hanya hiperammonemia saja. Ketika
hepatitis akut maupun fulminan karena beberapa etiologi (misalnya infeksi, obat,
toksik) peningkatan ammonia serum mungkin hanya sedang tapi faktor lain yang
berkontribusi terjadinya ensefalopati yang dapat terjadi dalam beberapa hari. Varian
ke tiga, ensefalopati berat dihasilkan oleh ketoasidosis diabetik. Edema serebral yang
anak sangat berbeda dengan yang terjadi pada dewasa dimana selalu terdapat
penyakit hati kronik dan sirosis. Pada anak kerusakan hepar terjadi secara akut.
Penyebab ensefalopati hepatik pada anak bervariasi dari virus hepatitis, hingga
kerusakan metabolisme sejak lahir, sebaliknya pada dewasa, penyakit hepar yang
disebabkan oleh alkohol lebih banyak terjadi. Selain itu pada anak edema serebral
merupakan komplikasi yang penting yang dapat ditemukan pada stadium awal.(18)
akumulasi dari ammonia, kesalahan neurotransmiter yang berada pada otak, ligan
yang tidak normal pada reseptor γ amino butyric acid benzodiazepine (GABA-
c. Gejala Klinis
kriteria West Haven, berkisar dari gangguan pola tidur hingga perubahan fungsi
12
Tabel 3. Gejala Klinis ensefalopati hepatik(19)
Penilaian tingkat kesadaran lain yang bisa digunakan secara lebih objektif adalah
Glasgow Coma Scale (GCS), akan tetapi tidak khusus mengukur ensefalopati
hepatik.(19)
terhadap faktor yang mempercepat, mereduksi produk nitrogen oleh usus dan
e. Pencegahan
Selain itu bila memiliki penyakit hati sebelumnya, sebaiknya memeriksakan rutin
13
f. Prognosis
prognostic yang jelek dan mengindikasikan tingkat survival yang pendek. Pada
penelitian yang telah dilakukan menunjukkan 42% dapat bertahan hidup dalam
waktu satu tahun, sedangkan 23% yang dapat bertahan hingga tiga tahun.
yang penting pada sel sistem saraf pusat yang mengakibatkan kematian neonatus
atau nantinya, jejas dapat bermanifestasi sebagai palsi serebral atau defisiensi
mental.(6)
b. Patofisiologi. Hipoksia merujuk pada kadar oksigen arteria yang kurang dari
normal, dan iskemia merujuk pada aliran darah ke sel atau organ tidak mencukupi
dapat dibagi menjadi dua yaitu saat di dalam kandungan dan setelah dilahirkan.
monoksida
2) Tekanan darah ibu yang rendah akibat hipotensi yang dapat merupakan
komplikasi anestesi spinal atau akibat kompresi vena kaca dan aorta pada uterus
gravid
14
3) Relaksasi uterus tidak cukup memberikan pengisian plasenta akibat adanya
5) Sirkulasi darah melalui tali pusat terhalang akibat adanya kompresi atau
maturitas.
Hipoksia yang tejadi sesudah lahir, dapat merupakan akibat dari (6):
2) Syok cukup berat, yang sampai mengganggu pengangkutan oksigen ke sel sel
yang adekuat pada pasca lahir, akibat cacat, nekrosis atau jejas pada otak
penyakit jantung kongenital sianosis atau defisiensi fungsi paru yang berat.
15
leukomalasia. Kedua lesi dapat menyebabkan atropi kortikal, retardasi mental dan
Sesudah lahir, kombinasi hipoksia janin kronis dan jejas hipoksik iskemik
status marmoratus ganglia basalis, dan PIV. Bayi cukup bulan, lebih sering dari
pada bayi preter, memperlihatkan infark korteks setempat atau multifocal yang
amino dapat memainkan peranan penting dalam pathogenesis asfiksia jejas otak.(6)
apnea, frekuensi denyut jantung lambat dan tidak memberikan respons terhadap
fungsi otak menurun, depresi kortikal menyebabkan koma, dan depresi batang
kejang yang dimulai saat 12-24 jam setelah lahir. Neonatus juga tidak memiliki
tanda respirasi spontan, hipotonus, dan menurun atau tidak adanya reflek
tendon.(20)
16
Tabel 4. Gejala klinis ensefalopati hipoksik iskemik pada neonatus(20)
kadang dapat dicegah melalui pengobatan terhadap gejala yang timbul dengan
terkait.(6)
Edema otak dapat timbul pada 24 jam berikutnya dan mengakibatkan depresi
batang otak yang berat. Selama waktu ini dapat terjadi aktivitas kejang yang
mungkin berat dan kejang ini refrakter terjadap dosis biasa antikonvulsi.
hipoksik iskemik, kejang pada bayi baru lahir yang mengalami asfiksia dapat juga
17
disebabkan oleh hipokalsemi atau hipoglikemia.(6) Pada keadaan hipoksik iskemik
terjadi turunnya suhu berkisar 20C. Terapi hipotermia lebih bermaksud pada
pada resusitasi konvensional, ditempatkan pada tempat berisi air dingin berkisar
stadium 3 memiliki insidensi kejang yang tinggi dan mengalami kecacatan yang
serius terutama pada perkembangan sarafnya, Prognosis dari asfiksia berat juga
5. Ensefalopati lainnya
Serebral Palsi
sebagai kelainan postur dan gerakan non progresif, sering disertai dengan epilepsy
dan ketidak normalan bicara, penglihatan, dan kecerdasan akibat dari cacat atau
2/1.000 populasi.(6)
bahwa angka prevalensi CP berkisar 4/1.000 bayi lahir hidup. Asfiksia lahir
merupakan penyebab CP yang tidak lazim, lagi pula kehamilan yang beresiko
inggi membuahkan anak yang normal secara neurologis. Meskipun CP tidak dapat
dikenali penyebabnya pada sebagian besar kasus, sejumlah besar anak yang
mengalami CP juga menderta anomali congenital di luar sistem saraf pusat, yang
18
dapat menempatkan mereka pada resiko tinggi terjadinya asfiksia pada periode
perinatal.(6)
fungsional. (6)
E. DIAGNOSIS BANDING
metabolik, toksik dan septik) selain itu ensefalopati juga harus dibedakan dengan:
19
1. Ensefalitis
2. Perdarahan intracranial
3. Edema serebri
F. KOMPLIKASI
seperti iskemia, metabolic, toksik maupun septik. Keadaan yang bisa timbul bila
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Handel MV, Swaab H, De Vries LS, Jongmans MJ. Long term cognitive and
behavioral consequences of neonatal encephalopathy following perinatal
asphyxia: a review. European Journal Pediatric. 2007;166: 645-654.
3. Badawi N, Kurinczuk JJ, Keogh JM, Alessandri LM, O'Sullivan F, Burton PR,
et al. Intrapartum risk factors for newborn encephalopathy: the Western Australia
case–control study. Br Med J .1998;317: 1554–8.
6. DiCarlo JV, Frankel LR. Neurologic Stabilization. In: Behrman RE, Kliegman
RM, Jenson HB. (eds.) Nelson TextBook of Pediatrics. 17th ed. Philadelphia:
Saunders An Imprint of Elsevier Science. 2004.
21
11. Tunkel AR, Glaser CA, Bloch KC, Sejvar JJ, Marra CM, Roose KL. et al. The
Management of Encephalitis: Clinical Practice Guidelines by the Infectious
Diseases Society of America. CID.2008;47(1): 303-327.
14. Papadopoulus MC, Cavies DC, Moss RF, Tighe D, Bennett ED.
Encephalopathy. Critical Care Medicine. 2000; 28(8): 3019-3024.
16. Karii SK, Saper RB, Kales SN. Lead Encephalopathy Due to Traditional
Medicines. Curr Drug Saf. 2008;3(1): 54-59.
20. Gowen CW. Assessment of the Mother, Fetus and Newborn. In: Kliegman
RM, Marcdante KJ, Jenson HB, Behrman RE. (eds.) Essential of Pediatrics. 5th
ed. Philadelphia: Saunders An Imprint of Elsevier Science. 2007.
22