Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak
atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.
Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja
>10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10
g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).
Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam
satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang
mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi
tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat
membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua (USAID, 2009)
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmaja, 2007). Diare
disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Di
seluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap
tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara
berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat
melibatkan lambung dan usus (gastroenteritis), usus halus (enteritis), kolon (colitis)
atau kolon dan usus (enterokolitis). Diare biasanya diklasifikasikan sebagai diare
akut dan kronis (Wong, 2009).
B. KLASIFIKAASI
1. Menurut Simadibrata (2006), diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :
a) Akut apabila kurang dari 2 minggu, persisten jika berlangsung selama 2-4
minggu. Lebih dari 90% penyebab diare akut adalah agen penyebab infeksi
dan akan disertai dengan muntah, demam dan nyeri pada abdomen. 10%
lagi disebabkan oleh pengobatan, intoksikasi, iskemia dan kondisi lain.
b) Kronik jika berlangsung lebih dari 4 minggu. Berbeda dengan diare akut,
penyebab diare yang kronik lazim disebabkan oleh penyebab non infeksi
seperti allergi dan lain-lain.
4. Menurut Kliegman, Marcdante dan Jenson (2006), dinyatakan bahwa
berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, diare dapat
dibagi menjadi :
a) Diare tanpa dehidrasi
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi
diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.
b) Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang-
kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan
menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau
takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.
c) Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang
atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar
menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta
kulit tampak kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler
memanjang (≥ 2 detik) dengan kulit yang dingin yang dingin dan pucat.
d) Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan
biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi
yang melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada
penghasilan urin, mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak
ada produksi air mata, tidak mampu minum dan keadaannya mulai apatis,
kesadarannya menurun dan juga masa pengisian kapiler sangat memanjang
(≥ 3 detik) dengan kulit yang dingin dan pucat.
C. ETIOLOGI
E. KOMPLIKASI
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama,
terutama pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera kehilangan
cairan secara mendadak sehingga terjadi shock hipovolemik yang cepat.
Kehilangan elektrolit melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia dan asidosis
metabolik.(Hendarwanto, 1996; Ciesla et al, 2003)
Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis, sehingga
syok hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat timbul
Tubular Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi organ.
Komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat
sehingga tidak tecapai rehidrasi yang optimal. (Nelwan, 2001; Soewondo, 2002;
Thielman & Guerrant, 2004)
Haemolityc uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi yang disebabkan
terbanyak oleh EHEC. Pasien dengan HUS menderita gagal ginjal, anemia
hemolisis, dan trombositopeni 12-14 hari setelah diare. Risiko HUS akan
meningkat setelah infeksi EHEC dengan penggunaan obat anti diare, tetapi
penggunaan antibiotik untuk terjadinya HUS masih kontroversi.
Sindrom Guillain – Barre, suatu demielinasi polineuropati akut, adalah
merupakan komplikasi potensial lainnya dari infeksi enterik, khususnya setelah
infeksi C. jejuni. Dari pasien dengan Guillain – Barre, 20 – 40 % nya menderita
infeksi C. Jejuni beberapa minggu sebelumnya. Biasanya pasien menderita
kelemahan motorik dan memerlukan ventilasi mekanis untuk mengaktifkan otot
pernafasan. Mekanisme dimana infeksi menyebabkan Sindrom Guillain – Barre
tetap belum diketahui.
Menurut SPM Kesehatan Anak IDAI (2004) dan SPM Kesehatan Anak
RSUD Wates (2001), Komplikasi Diare yaitu:
o Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic
o Syok
o Kejang
o Sepsis
o Gagal Ginjal Akut
o Ileus Paralitik
o Malnutrisi
o Gangguan tumbuh kembang
F. PATHWAY
G. PEMERIKSAAN LABOLATORIUM
Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan pada diare adalah sebagai berikut:
H. PENCEGAHAN
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan
adalah: (Kementrian Kesehatan RI, 2011)
1. Perilaku Sehat
a. Pemberian ASI
b. Makanan Pendamping ASI
c. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
d. Mencuci Tangan
e. Menggunakan Jamban
f. Membuang Tinja Bayi Yang Benar
2. Penyehatan Lingkungan
a. Penyediaan Air Bersih
b. Pengelolaan Sampah
c. Sarana Pembuangan Air Limbah
I. PENATALAKSANAAN
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS
DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak
Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk
mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat
penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare
juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS Diare (Lima
Langkah Tuntaskan Diare) yaitu:
1. Berikan Oralit
2. Berikan obat Zinc
3. Pemberian ASI / Makanan :
4. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi
5. Pemberian nasihat pada ibu atau pengasuh.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data
a. Identitas
Identitas yang mencakup identitas klien dan penanggungjawab
1)Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
tanggal masuk Rumah Sakit, tanggal pengkajian, anak ke,
diagnosa medis.
2)Identitas penanggungjawab meliputi : nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
BAB lebih dari 3 x, muntah, diare, kembung, demam.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama yang terdiri dari
paliatif (P), yaitu faktor penyebab, Qualitaty (Q), bagaimana gejala
dirasakan. Region (R) dimana gejala dirasakan apakah menyebar,
safety (S) atau skala nyeri seberapa tinggi tingkat nyeri yang
dirasakan, Time (T) kapan gejala mulai timbul.
3) Riwayat kesehatn dahulu
Menerangkan medikasi yang telah dilakukan dan hospitalisasi
sebelumnya atau therapi yang sudah dilakukan.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Menerangkan keadaan keluarga apakah ditemukan penyakit yang
sama seperti yang dialami klien.
5) Riwayat kehamilan dan persalinan
Menjelaskan tentang keadaan ibu pada saat kehamilan (prenatal),
persalinan (natal) dan postnatal atau setelah anak lahir apakah telah
mengalami infeksi tali pusat atau keluhan lain. Dan bagaimana tahap
tumbuh kembangnya.
6) Riwayat immunisasi
Menjelaskan jenis-jenis immunisasi apa saja yang diberikan dan
pada saat usia berapa immunisasi diberikan.
7) Riwayat nutrisi
Menerangkan tentang pemberian ASI dan PASI, pemberian
makanan, jenis makanan dan pada saat usia berapa makanan tersebut
diberikan.
8) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan menjelaskan pertumbuhan fisik berat badan lahir, berat
badan sebelum sakit, berat badan sekarang, panjang badan, lingkar
lengan atas, lingkar dada, lingkar kepala. Perkembangan
menjelaskan tentang motorik kasar anak yang berhubungan dengan
pergerakan dan sikap tubuh. Motorik halus aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan
kegiatan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu, bahasa dan
kecerdasan anak, sosial dan kemandirian anak.
9) Riwayat sosial
Kemampuan anak untuk bersosialisasi seperti partisipasi anak dalam
bermain dan pola asuh keluarga.
10) Data psikologis
Menjelaskan psikologis klien apakah pendiam atau rewel dan
apakah klien menerima dengan hadirnya perawat, dokter. Dan
psikologis keluarga apakah ada kecemasan pada keluarga.
11) Data biologis
Menjelaskan tentang temuan pemenuhan nutrisi pada saat di rumah
sakit dan di rumah, perbedaan pola tidur, eliminasi, personal hygiene
atau kebersihan anak, pola aktivitas bermain anak pada saat di
rumah dan di rumah sakit.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada dasarnya menggunakan 4 metode yaitu inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi.
1) Keadaan umum : penampilan klien pada saat dikaji
2) Tanda-tanda vital
Mengukur suhu, nadi, respirasi pada kasus diare biasanya terjadi
peningkatan suhu tubuh.
3) Sistem neurologi
Hal ini menjelaskan tingkat kesadaran, kesimetrisan kepala,
ketajaman penglihatan, reflek, kesimetrisan pada leher.
4) Sistem pernapasan
Dalam sistem pernapasan kaji bentuk dada, ada nyeri tekan atau
tidak, bunyi suara nafas, pernapasan teratur atau tidak, apakah ada
pernapasan cuping hidung, kaji tanda-tanda distres pernapasan,
palpasi adanya massa, peradangan, kesimetrisan dan ekspansi.
5) Sistem kardiovaskuler
Dalam pemeriksaan kardiovaskuler ditekan pada pemeriksaan
auskultasi.Apakah ada bunyi tambahan, suara jantung, frekuensi
nadi.
6) Sistem gastrointestinal
Kaji kelembaban mulut, warna sianosis/tidak, pembengkakan,
jumlah gigi susu, karies, ukuran dan bentuk abdomen peristaltic.
7) Sistem perkemihan
BAK lancar warna urine kuning khas
8) Sistem muskuloskeletal
Ekstremitas yang dikaji, bentuk dan kebebasan pergerakan.
9) Sistem endokrin
Menjelaskan ukuran tubuh yaitu berat badan, lingkar kepala, lingkar
dada, keadaan kulit meliputi warna, tekstur, turgor dan keadaan
kulit, tekstur dan bentuk rambut, keadaan wajah pucat atau tidak.
10) Sistem integumen
Warna kulit dan rambut, temperatur, tekstur, turgor, ada tidaknya
lesi dan kebersihan kuku.
d. Data penunjang
Meliputi hasil laboratorium (hematologi) diet dan therapy.
2. Analisa Data
Adalah suatu metoda untuk mengetahui sebab mungkin masalah yang
terjadi akibat masalah yang ditimbulkannya.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Diare b/dfactor psikologis (tingkat stress dan cemas tinggi), faktor
situasional (keracunan, penyalahgunaan laksatif, pemberian makanan
melalui selang efek samping obat, kontaminasi traveling), fcator fisiologis
(inflamasi, malabsorbsi, proses infeksi, iritasi, parasit).
2) Kurang volume cairan b/d kkehilangan volume cairanaktif, kegagalan
dalammekanisme pengaturan.
3) Cemas orang tua b/d proses penyakit anaknya.
III. PERENCANAAN KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2008. Buku Saku
Petugas Kesehatan LINTAS DIARE. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Komite Medis RS. Dr. Sardjito. 2005. Standar Pelayanan Medis RS DR. Sardjito.
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Mubarak, W. I., B.A. Santoso., K. Rozikin., and S.Patonah. 2006. Ilmu Keperawatan
komunitas 2: Teori & Aplikasi dalam Praktik dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan Komunitas, Gerontik, dan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto.
Purwo Sudarmo S., Gama H., Hadinegoro S. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak:
Infeksi dan Penyakit Tropis. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Sudoyo, Aru, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI.